Anda di halaman 1dari 80

HUKUM DAN

MASYARAKAT
PENGERTIAN


- generalisasi fenomena masyarakat menyangkut:


substansi, aplikasi, dan akibat suatu aturan
hukum ( J. Hall)


- hukum sebagai sarana kontrol sosial
( Roscue Pound )

- ilmu yang mempelajari fenomena hukum
dengan karakteristik sbb.,

= bertujuan menjelaskan praktek hukum, baik oleh
hakim maupun masyarakat.,

= menguji keabsahan empiris suatu aturan atau
pernyataan hukum.

Kegunaan Mata Kuliah Hukum
dan Masyarakat
Secara Umum,

Berguna untuk memberikan kemampuan
memahami hukum dalam konteks sosial;

Menganalisis efektivitas hukum dalam
masyarakat sebagai pengendalian sosial,
sarana mengubah masyarakat dan interaksi
sosial;
Penjabaran Kegunaan Umum:

Taraf Organisasi dalam Masyarakat;

Mengungkapkan ideologi dan falsafah yang
mempengaruhi perencanaan, pembentukan dan
penegakan hukum;

Mengidentifikasi unsur kebudayaan yang
mempengaruhi substansi hukum.

Taraf Golongan dalam masyarakat:

Mengungkapkan golongan yang sangat menentukan
pembentukan dan penerapan hukum;

Golongan yang diuntungkan atau dirugikan dengan
adanya hukum tertentu;

Kesadaran hukum golongan masyarakat tertentu.
Taraf Individual:

Mengidentifikasi unsur hukum yang dapat
merubah perilaku warga masyarakat;

Kekuatan, kemampuan dan kesungguhan hati
para penegak hukum dalam menjalankan
fungsinya;

Kepatuhan warga masyarakat pada hukum.
OBYEK-METODE-
NILAI KEMANFATAN
A. OBYEK HUKUM DAN
MASYARAKAT

1. bukan realitas pasal-pasal perat.per-
undang-undangan tetapi hubungan
sinergis pasal dalam masyarakat;

2. pola perilaku masyarakat apa adanya
dalam melaksanakan hukum;

3. realita hukum dalam masyarakat,
- ditelaah dari sudut pandang interaksi,
simbolik, deskriptif kualitatif

pola pandangan sosiologi hukum
melintas-batasi pandangan normatif,
melampaui ajaran hukum murni
dalam konteks sejarah hukum.
4. Refleksi Sosiologi Hukum menanggapi secara
seimbang hal-hal yang positif dan negatif dalam
analisa empiris, sehingga tidak cenderung
bersifat subyektif.

5. Pengaruh gejala sosial atau sebaliknya
terhadap hukum, seperti perilaku, institusi
(birokrasi), sistem sosial, nilai budaya, sistem
politik dan kekuasaan, aspek perkembangan
ekonomi, tuntutan kepastian dan keadilan
hukum. (implementasi yuridis)

Nilai Kemanfaatan
HUKUM DAN MASYARAKAT

1. Falsifikasi atau menguatkan teori atau konsep yang
sudah ada.


2. Menjelaskan fenomena sosial tentang hukum
sebagaimana adanya. Hal ini dipengaruhi oleh adanya
akses data yang akurat dan adanya jaminan validitas,
sehingga dapat diketahui kedudukan kasus
sebenarnya.


BEKERJANYA HUKUM DALAM
MASYARAKAT

Kaidah atau Norma dibutuhkan dalam upaya
harmonisasi kehidupan dan merupakan tuntunan
dalam mencapai stabilisasi interaksi di
masyarakat.

pelanggaran terhadap kaidah atau norma
dikenakan hukum berupa sanksi sosial.




Norma Agama

maupun

Norma Hukum
yang bersumber dari Norma Sosial


merupakan payung kehidupan dalam
masyarakat.


Interaksi kehidupan manusia tidak berjalan mulus


yang ditandai oleh adanya
persengketaan, kejahatan, ketidak-adilan, diskriminasi,
kesenjangan sosial, konflik SARA dsb.



Agar tercapai ketenangan dan ketentraman hidup
dibutuhkan
kesadaran untuk berubah,
memperbaiki perilaku, dan
dukungan masyarakat.


Hal tsb dapat dicapai jika masyarakat
menyediakan

perangkat kontrol,
pengawasan sosial,

dalam

bentuk peraturan tertulis maupun tidak
tertulis,
lembaga penerapan sanksi,
bentuk kesepakatan masyarakat dalam
menjalankan fungsi tsb.

Kesepakatan masyarakat atau kontrak sosial
dikukuhkan dalam bentuk kepastian hukum berupa
ketentuan tertulis.

Proses perubahan dari ketentuan tidak tertulis
menjadi ketentuan tertulis adalah proses pemuatan
konsep normatif dalam kaidah hukum.

Keberadaan hukum positif dalam masyarakat akan
mengukuhkan komponen lain secara yuridis sehingga
membentuk satu kesatuan dalam sistem hukum.
Lawrence M. Friedman
( The Legal System A Social Science Perspective)



Sistem Hukum terdiri dari

= perangkat struktur hukum ( lembaga hukum)
= substansi hukum (peraturan perundang-undangan)
= budaya hukum



Sistem hukum mengalami perubahan
akibat modernisasi dan globalisasi,
baik secara evolusi maupun secara revolusi.






Perubahan pada hukum adalah persoalan
kemasyarakatan atau sosiologis.


Perubahan pada hukum tidak steril dari
kekuasaan politik, keinginan pribadi, faktor
ekonomi dan faktor lainnya.

Untuk mencapai tujuan harmonisasi dalam
masyarakat maka hukum berfungsi sebagai
kontrol sosial.

Kesimpulan:

1. Hukum akan mengalami dinamisasi bila
berhadapan dengan perubahan;
2. perubahan sosial secara evolusi atau revolusi
akan membawa konsekuensi pada pemulihan
hukum;
3. Fungsi hukum sebagai kontrol sosial.
4. Implementasi hukum bersentuhan dengan
berbagai faktor dalam masyarakat.
5. Penerapan hukum menimbulkan multi tafsir
dalam masyarakat.
V. INTERAKSI PERUBAHAN SOSIAL dan
PERUBAHAN HUKUM


Interaksi perubahan sosial di satu sisi dan
perubahan hukum di sisi lain merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan seperti dua sisi
keping mata uang.

Paradigma Pertama

Hukum melayani kebutuhan masyarakat,
agar supaya hukum itu tidak akan menjadi
ketinggalan oleh karena lajunya
perkembangan masyarakat.

Ciri-ciri yang terdapat dalam paradigma pertama
ini adalah:
a. Perubahan yang cenderung diikuti oleh sistem
lain karena dalam kondisi ketergantungan.
b. Ketertinggalan hukum di belakang perubahan
sosial.
c. Penyesuaian yang cepat dari hukum kepada
keadaan baru.
d. Hukum sebagai fungsi pengabdian.
e. Hukum berkembang mengikuti kejadian
berarti di tempatnya adalah di belakang
peristiwa bukan mendahuluinya.


Paradigma pertama ini kita sebut sebagai
Paradigma Hukum Penyesuai\ Kebutuhan.

Maknanya hukum akan bergerak cepat untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan yang
terjadi dalam masyarakat.

Paradigma Kedua

Hukum dapat menciptakan perubahan sosial
dalam masyarakat atau setidak-tidaknya dapat
memacu perubahan-perubahan yang
berlangsung dalam masyarakat.


Ciri-ciri yang terdapat dalam paradigma kedua
ini adalah:

a. Law as a tool of social engineering.
b. Law as a tool of direct social change.
c. Rerorientasi ke masa depan (forward
looking).
d. lus Constituendum.
e. Hukum berperan aktif.
f. Tidak hanya sekedar menciptakan ketertiban
tetapi menciptakan dan mendorong terjadinya
perubahan dan perkembangan tersebut.

Paradigma kedua ini disebut sebagai Paradigma Hukum
Antisipasi Masa Depan.

Persoalan hukum yang akan datang dihadapi dengan
merencanakan atau mempersiapkan secara matang,
misalnya dari segi perangkat perundang-undangan.

Hal ini banyak kita jumpai perundang-undangan yang
telah diratifikasi di bidang hukum internasional
misalnya peraturan perundang-undangan di bidang
lingkungan hidup.
VI. FUNGSI HUKUM DALAM
MASYARAKAT
Secara umum fungsi hukum dalam
masyarakat adalah sebagai berikut

1. Fungsi Memfasilitasi
Dalam hal ini termasuk memfasilitasi
sehingga tercapai suatu ketertiban.

2. Fungsi Represif
Dalam hal ini termasuk penggunaan hukum
sebagai alat bagi elite berkuasa untuk
mencapai tujuan-tujuannya.

Aubert

fungsi hukum dalam masyarakat

Fungsi mengatur (governance).
Fungsi distribusi sumber daya
Fungsi safeguard terhadap ekspektasi masyarakat.
Fungsi penyelesaian konflik.
Fungsi ekspresi dari nilai dan cita dalam masyarakat.

3. Fungsi Ideologis
Dalam hal ini termasuk menjamin pencapaian
legitimasi, hegemoni, dominasi, kebebasan,
kemerdekaan, keadilan, dan lain-lain.

4. Fungsi Reflektif
Dalam hal ini hukum merefleksi keinginan
bersama dalam masyarakat sehingga
mestinya hukum bersifat netral.

Podgorecki,


1. Fungsi Integrasi
Yakni bagaimana hukum merealisasi saling berharap (mutual ex-
pectation) dari masyarakat.

2. Fungsi Petrifikasi
Yakni bagaimana hukum melakukan seleksi dari pola-pola perilaku
manusia agar dapat mencapai tujuan-tujuan sosial.

3.. Fungsi Reduksi
hukum menyeleksi sikap manusia yang berbeda-beda dalam
masyarakat yang kompleks sehingga sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Hukum berfungsi untuk me-reduksi kompleksitas ke
dalam pembuatan putusan-putusan tertentu.

4. Fungsi Memotivasi
hukum mengatur manusia agar dapat memilih
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam
masyarakat.

5. Fungsi Edukasi
hukum bukan saja menghukum dan memotivasi
masyarakat, melainkan juga melakukan edukasi dan
sosialisasi.

Podgorecki, fungsi hukum yang aktual harus di-analisis
melalui berbagai hipotesis sebagai berikut:

1. Hukum tertulis dapat ditafsirkan secara berbeda-
beda, sesuai dengan sistem sosial dan ekonomi
masyarakat.

2. Hukum tertulis ditafsirkan secara berbeda-beda oleh
berbagai sub-kultur dalam masyarakat.
Misalnya, hukum akan ditafsirkan secara berbeda-beda
oleh mahasiswa, dosen, advokat, polisi, hakim, artis,
tentara, orang-bisnis, birokrat, dan sebagainya.
3. Hukum tertulis dapat ditafsirkan secara berbeda-beda
oleh berbagai personalitas dalam masyarakat yang
diakibatkan oleh berbedanya kekuatan/kepentingan
ekonomi, politik, dan psikososial.

Misalnya, golongan tua lebih menghormati hukum
daripada golongan muda.
Masyarakat tahun 1960-an lebih sensitif terhadap
hak dan kebebasan dari pekerja.

4. Faktor prosedur formal dan frameworks yang bersifat
semantik lebih menentukan terhadap suatu putusan
hukum dibandingkan faktor hukum substantif.

KESADARAN HUKUM
MASYARAKAT


teori "empat lapis" yang berkaitan
dengan hubungan antara hukum dan
masyarakat.



perasaan hukum manusia (perorangan) (volk-
geist)
kesadaran hukum (masyarakat).
mengikuti kehendak dari masyarakat.
kesadaran hukum sebenarnya tidak lain
merupakan generalisasi dari perasaan hukum.
jiwa bangsa
budaya hukum (legal culture).

dari proses perkembangan hukum dalam sejarah
terhadap hubungan dengan eksistensi dan
peranan dari kesadaran hukum masyarakat ini
dalam tubuh hukum positif

Hukum-hukum masyarakat primitif jelas
merupakan hukum yang sangat berpengaruh,
bahkan secara total merupakan penjelmaan dari
kesadaran hukum masyarakatnya.

Dalam hal ini, eksistensi dan peranan kesadaran
hukum masyarakat sangat penting.

ketentuan-ketentuan dalam kitab undang-
undang kuno yang sekuler diyakini oleh
masyarakat sebagai hal yang sesuai dengan
kesadaran hukumnya.

Kitab Undang-Undang Hammurabi di Babilonia
(sekitar 2.000 tahun sebelum Masehi) atau Kitab
Undang-Undang Dua Betas Pasal (The Twelve
Tables) di Romawi (sekitar 400 tahun sebelum
Masehi),

paham scholastic
dipercaya hukum berasal dari perintah Tuhan (Abad
Pertengahan)

mazhab hukum alam modern (abad ke-18 dan ke-19),
mengultuskan rasio manusia, eksistensi dan peranan
kesadaran penting sangat kecil. Dalam hal ini,
kesadaran hukum tidak penting bagi hukum.

Yang terpenting adalah titah Tuhan, sebagaimana yang
terdapat dalam kitab-kitab suci (mazhab scholastik)
atau hasil renungan manusia dengan menggunakan
rasionya (mazhab hukum alam modern).


paham-paham sosiologi pada akhir abad
ke-19 dan awal abad ke-20,

masalah kesadaran hukum masyarakat
mulai lagi berperan dalam pembentukan,
penerapan, dan penganalisisan hukum.

co-variant theory.
Teori ini mengajarkan bahwa ada
kecocokan antara hukum dan bentuk-
bentuk perilaku hukum.
Eugen Ehrlich

doktrin Volksgeist (jiwa bangsa) dan
rechtsbewustzijn (kesadaran hukum)

Doktrin-doktrin tersebut mengajarkan bahwa
hukum haruslah sesuai dengan jiwa bangsa/
kesadaran hukum masyarakat.

Kesadaran hukum dipandang sebagai mediator
antara hukum dan bentuk-bentuk perilaku
manusia dalam masyarakat.



Prof. Soerjono Soekanto

empat indikator yang membentuk kesadaran
hukum yang secara berurutan (tahap demi
tahap), yaitu:

1. Pengetahuan Hukum


pengetahuan seseorang berkenaan dengan
perilaku tertentu yang diatur oleh hukum
tertulis, yakni tentang apa yang dilarang dan
apa yang diperbolehkan.


2. Pemahaman Hukum


informasi yang dimiliki oleh seseorang mengenai isi
dari aturan hukum (tertulis),
tujuan, dan manfaat dari peraturan tersebut.

3. Sikap Hukum (Legal Attitude)

kecenderungan untuk menerima atau menolak
hukum karena adanya penghargaan atau
keinsafan bahwa hukum tersebut bermanfaat
atau tidak bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Dalam hal ini, sudah ada elemen apresiasi
terhadap aturan hukum.

4. Pola Perilaku Hukum

menyangkut berlaku atau tidaknya suatu aturan
hukum dalam masyarakat.

Jika berlaku suatu aturan hukum, sejauh mana
berlakunya itu dan sejauh mana masyarakat
mematuhinya.
1. Faktor Hukumnya Sendiri

apakah hukumnya memenuhi syarat yuridis,
sosiologis, dan tilosofis.

2. Faktor Penegak Hukum

apakah para penegak hukum sudah betul-
betui melaksahakan tugas dan kewajibannya
dengan baik.

Soerjono Soekanto


efektivitas hukum dalam masyarakat
ditentukan oleh berbagai faktor :
1. Faktor Hukumnya Sendiri
Yakni apakah hukumnya memenuhi syarat
yuridis, sosiologis, dan filosofis.

2. Faktor Penegak Hukum
Yakni apakah para penegak hukum sudah
betul-betui melaksana-kan tugas dan
kewajibannya dengan baik..
3. Faktor Fasilitas

apakah prasarana sudah mendukung dalam proses
penegakan hukum.

4. Faktor Kesadaran Hukum Masyarakat

Apakah masyarakat tidak main hakim sendiri
terhadap para penjahat.

5. Faktor Budaya Hukum

apakah ada budaya "malu" atau budaya perasaan
bersalah dari warga masyarakat
IX. PERANAN KESADARAN
HUKUM DALAM SEJARAH


peranan kesadaran hukum dalam sejarah
hukum berbeda-beda menurut aliran yang
dianut pada masing-masing zaman'
tersebut.


Hukum masyarakat primitif secara total merupakan
penjelmaan darl kesadaran hukum masyarakatnya. Kitab
undang-undang dipercaya sebagai penjelmaan dari
kehendak dan kepercayaan masyarakal tentang
perbuatan baik atau buruk.



Paham scholastic, percaya bahwa hukum berasal dari
perintah Tuhan (Abad Pertengahan). Dalam hal ini,
kesadaran hukum tidak penting bagi hukum, yang
terpenting adalah titah Tuhan.

Mazhab hukum alam modern (abad ke-18 dan
ke-19), percaya bahwa hukum merupakan hasil
renungan manusia dengan menggunakan
rasionya.


Paham sosiologi (akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20). Kesadaran hukum masyarakat
berperan dalam pembentukan, penerapan, dan
penganalisian hukum.
ELEMEN KESADARAN HUKUM
Kesadaran hukum dalam masyarakat bukanlah
merupakan proses sekali jadi, melainkan merupakan
suatu rangkaian proses yang terjadi tahap demi tahap,
yaitu tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap Pengetahuan Hukum
Pengetahuan seseorang berkenaan dengan yang
dilarang atau di-perbolehkan.
2. Tahap Pemahaman Hukum
Sejumlah informasi yang dimiliki oleh seseorang
mengenai isi dari aturan hukum.

3. Tahap Sikap Hukum (Legal Attitude)
Kecenderungan untuk menerima atau
menolak hukum.

4. Tahap Pola Perilaku Hukum
Dipatuhi atau tidaknya suatu aturan
hukum.

Kesadaran hukum masyarakat berpengaruh pada
kepatuhan hukum, baik secara langsung maupun tidak
langsung.


Dalam masyarakat maju, faktor kesadaran hukum
berpengaruh secara langsung pada kepatuhan hukum
masyarakat.

orang patuh pada hukum karena mereka memang sadar
bahwa mereka membutuhkan hukum dan hukum itu
bertujuan baik dan telah mengatur masyarakat secara
baik, benar, dan adil.


Dalam masyarakat yang tradisional, kesadaran hukum masyarakat
berpengaruh secara tidak langsung pada kepatuhan hukumnya.


Kepatuhan pada hukum bukan karena keyakinannya secara
langsung bahwa hukum itu baik atau karena mereka memang
membutuhkan hukum, melainkan mereka patuh pada hukum lebih
karena dimintakan, bahkan dipaksakan oleh para pemimpinnya
(formal atau informal) atau karena perintah agama atau
kepercayaannya.


Jadi, dalam hal pengaruh tidak langsung ini, kesadaran hukum dari
masyarakat lebih untuk patuh kepada pemimpin, agama,
kepercayaannya, dan sebagainya.
faktor kesadaran hukum ini sangat memainkan
peranan yang penting bagi suatu masyarakat
berhubung faktor tersebut mempunyai korelasi
langsung dengan kuat atau lemahnya faktor
kepatuhan hukum masyarakat.

Artinya, semakin lemah tingkat kesadaran
hukum masyarakat, semakin lemah pula
kepatuhan hukumnya.
Sebaliknya, semakin kuat kesadaran hukumnya,
semakin kuat pula faktor kepatuhan hukum.
X. PENERAPAN DAN EFEKTIVITAS
HUKUM

. LAW ENFORCEMENT

hukum dalam buku (law in books)

dan

hukum dalam kenyataan (law in actions)
asumsi bahwa hukum dalam buku
merupakan hukum yang paling ideal.

indikasi adanya problem dalam masalah
penegakan hukumnya besarnya jurang
perbedaan antara hukum dalam buku dan
hukum dalam kenyataan

Problem tersebut harus dipecahkan
dengan menggunakan alat bantu berupa
sosiologi hukum.
Menurut kaum postmodernis itu,
penegakan hukum tidak pernah objektif
dan tidak pernah netral.

selalu saja dipengaruhi oleh berbagai
latar belakang politik, kepentingan,
perasaan, dan pikiran dari para penegak
hukum itu sendiri.

keadilan yang akan dicapai oleh hukum
sebenarnya semu. Jadi, keadilan pun
dianggap sebagai "mitos" juga.

penegakan hukum dalam masyarakat,

bagaimana para penegak hukum berinteraksi
dalam menegakkan hukum tersebut dan

bagaimana hasilnya yang didapati oleh
masyarakat itu sendiri.

Ini berkaitan dengan sistem perbuatan
manusia, yang menurut Talcott Parsons,
sistem perbuatan manusia tersebut dibagi
ke dalam beberapa elemen sebagai
berikut:

1. Para pelaku perbuatan.
2. Interaksinya dengan orang lain.
3. Pola budaya.
penegakan hukum harus memberikan otonomi bagi
para penegak hukum.

Otonomi ini diperlukan untuk mengoptimalkan
penggunaan sumber daya yang tersedia dalam rangka
penegakan hukum, sehingga tujuan dari suatu
organisasi penegakan hukum dapat dicapai.

Adapun yang merupakan sumber daya yang
diperlukan dalam rangka penegakan hukum adalah
sebagai berikut:

Sumber daya yang diperlukan dalam rangka penegakan
hukum adalah :

1. Sumber daya manusia, seperti advokat, jaksa, hakim,
panitera, dan lain-lain.
2. Sumber daya fisik, seperti gedung-gedung,
perlengkapan kantor, kendaraan dinas, dan lain-lain.
3. Sumber daya keuangan, seperti belanja negara,
swakelola, dan dana dari sumber keuangan lainnya.
4. Sumber daya lainnya yang diperlukan dalam rangka
menggerakkan roda organisasi penegakan hukum.
Prasyarat agar undang-undang menjadi efektif secara
sosiologis yaitu:

1. Undang-undang tidak boleh berlaku surut.
2. Semakin tinggi kedudukan yang membuat peraturan,
semakin tinggi pula tingkat peraturan tersebut.
3. Undang-undang khusus mengesampingkan undang-
undang yang umum.
4. Undang-undang yang lebih baru mengesampingkan
undang-undang yang lama.
5. Undang-undang merupakan suatu alat untuk
mencapai kesejahteraan.

Menurut Philip Seiznick, fase-fase
perkembangan penegakan hukum adalah sbb:


1. Tahap primitif/penyebaran.
2. Tahap keterampilan sosiologis.
3. Tahap otonomi dan kematangan intelektual
Dalam tahap primitif atau penyebaran (missionary)
isolasi hukum sudah mulai ditembus dan diusik dari oleh
perspektif sosiologis, yakni dengan mengetengahkan
pembenaran-pembenaran sosiologis yang bersifat dasar
dan umum ke dalam studi tentang hukum.

Pada tahap ini sudah mulai dilakukan penelaahan-
penelaahan yang bersifat teoretis dan analisis terhadap
pengalaman yang berkenaan dengan hukum.

Penelitian-penelitian hukum yang bersifat empiris sudah
mulai dilakukan meskipun hanya untuk kepentingan
demonstratif atau untuk kepentingan akademis.


Dalam tahap kedua, yaitu tahap keterampilan
sosiologis, tindakan yang bersifat sosiologis
tidak hanya sekadar upaya demonstratif dan
teoretis, tetapi sudah mulai masuk ke dalam
penjajakan dan penelitian-penelitian secara
mendalam dengan berdasarkan metode, teknik,
dan ide yang benar-benar bersifat sosiologis

Tahap ketiga, yaitu tahap kematangan otonomi
dan kematangan intelektual.


Para ahli kembali berbicara tentang teori-teori
sosiologis secara mendalam. Mereka
menganalisis lebih jauh lagi tentang metode,
teknik, dan ide-ide yang bersifat sosiologis.
Suatu hukum itu efektif dan dapat mencapai sasarannya,
beberapa elemen dasar dalam hukum haruslah berjalan
atau berfungsi dengan baik.

Elemen-elemen dasar dari hukum adalah:(komulatif)

1. Aturan hukum tertulis harus lengkap dan up to date.
2. Penegakan hukum harus berjalan dengan baik dan
fair.
3. Penegak hukum harus bekerja dengan sungguh-
sungguh, imajinatif dan tidak memihak.
4. Budaya hukum dan kesadaran masyarakat harus
mendukung pelaksanaan hukum.
5. Reward/hukuman haruslah efektif, preventif, dan
represif.

Sementara itu, dengan mengadaptasi pendapat dari
Chambliss/Seidman, Satjipto Rahardjo
mengemukakan unsur-unsur dalam penegakan hukum,
yaitu:


1. Unsur pembuatan undang-undang.
2. Unsur penegakan hukum.
3. Unsur lingkungan.
Kemudian, menurut Roscoe Pound, dalam menerapkan hukum
oleh hakim dalam perkara-perkara yang ditanganinya terdapat tiga
langkah yang harus dilalui, yaitu:

1. Menemukan Hukum
Dalam hal ini, diputuskan manakah di antara sekian banyak kaidah ,
yang harus diterapkan pada kasus yang bersangkutan.

2. Menafsirkan Hukum
Dalam hal ini, terhadap kaidah yang akan diterapkan tersebut periu
diberikan penafsiran-penafsiran yang benar dan kontekstual.

3. Menerapkan Hukum
Dalam hal ini, diterapkan kaidah hukum yang telah ditemukan dan
ditafsirkan tersebut pada kasus yang bersangkutan.
PENERAPAN HUKUM
OLEH PENGADILAN
Prof. Andi Hamzah

melukiskan parahnya wabah korupsi di Indonesia

komisi pemberantasan korupsi berfungsi:
Australia/Singapura pengisap debu (vacuum
cleaner),
Malaysia/Hongkong sapu ijuk dalam rumah,
Thailand sapu lidi di pekarangan.
Indonesia diperlukan bulldozer karena korupsinya
sudah menggunung.
Perubahan budaya dapat dimulai dengan
perubahan ikilm penegakan hukum.

Hakim sebagai salah satu komponen dalam
penegakan hukum harus:

=kreatif dalam memberikan putusannya;
=output dari badan peradilan:
sesuai dengan prinsip-prinsip :
keadilan, kepastian hukum, keprofesionalan,
dan rasa keadilan yang terdapat dalam
masyarakat.
Putusan Hakim Sesuai Hukum yang Berlaku:

- negara dengan sistem hukum Eropa Kontinental,
hakim di Indonesia terikat dengan kaidah dan ketentuan
hukum positif yang berlaku.

- negara dengan sistem hukum Anglo Saxon,
(Inggris atau Amerika Serikat)
hakim harus menggunakan sistem stare decisis (system
precedent),
hakim pada prinsipnya mendasarkan putusannya pada
yurisprudensi.


putusan hakim (dalam peradilan pidana) adalah:

a. Perundang-undangan yang berlaku selaku ramuan
dasar;

b. Yurisprudensi; dan

c. Keyakinan hakim selaku ramuan tambahan.

Misalnya dalam bidang tindak pidana korupsi,

selain aspek hukum pidana juga terlibat aspek hukum
lain,

terutama aspek hukum tata usaha negara, aspek hukum
bisnis, dan aspek hukum perdata.





Dalam penerapan hukum yang berlaku, hakim
harus memperhatikan dan mempertimbangkan
ketentuan, kaidah, dan dalil-dalil hukum yang
paling utama harus dipertimbangkan oleh
seorang hakim.

Hakim Menggali Hukum yang Hidup dalam
Masyarakat

Undang-Undang tentang Kekuasaan Kehakiman
menentukan bahwa:

"Hakim wajib menggali, mengikuti, dan
memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan
yang hidup dalam masyarakat."

Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945
(amandemen ke-3) :

"Kekuasaan kehakiman merupakan
kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan."

Anda mungkin juga menyukai