Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam pemahaman umum, bahasa Indonesia sudah diketahui sebagai alat
berkomunikasi. Setiap situasi memungkinkan seseorang memilih variasi bahasa
yang akan digunakannya. Berbagai faktor turut menentukan pemilihan tersebut,
seperti penulis, pembaca, pokok pembicaraan, dan sarana.
Dalam situasi resmi, misalnya dalam kegiatan ilmiah, sudah sepantasnya
digunakan bahasa Indonesia ragam baku. Salah satu ciri ragam bahasa ilmiah
ialah benar.Pemahaman benar yaitu menyangkut kesesuaian dengan kaidah bahasa
Indonesia baku. Ragam bahasa baku dipahami sebagai ragam bahasa yang
dipandang sebagai ukuran yang pantas dijadikan standar dan memenuhi syarat
sebagai ragam bahasa orang yang berpendidikan.
Kaidah yang menyertai ragam baku mantap, tetapi tidak kaku, cukup luwes
sehingga memungkinkan perubahan yang bersistem dan teratur di berbagai
bidang. Hal ini tentu saja dalam kerangka bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Baik dalam pemahaman sesuai dengan situasi dan benar dalam pemahaman sesuai
dengan kaidah tata bahasa.
Bahasa dalam laporan penelitian, sebagaimana telah dijelaskan, memilih
ragam baku sebagai sarananya, benar kaidahnya, dan memenuhi ciri sebagai
ragam standar orang berpendidikan. Namun, pada kenyataannya masih banyak
ditemukan kesalahan dalam berbagai tataran bahasa, termasuk dalam penggunaan
Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD). Ejaan sebagaimana telah
dipahami bersama adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-
bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang itu. Secara teknis
yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda
baca.Oleh karena itu, penguasaan ejaan mutlak diperlukan bagi seseorang yang
berkecimpung dalam kegiatan ilmiah.

2

B.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ejaan?
2. Apa saja pembagian dari Ejaan Van Ophuijsen Hingga EYD?
C.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian Ejaan
2. Untuk mengetahui Ejaan Van Ophuijsen Hingga EYD



















3

BAB II
PEMBAHASAN
Penerapan Kaidah Bahasa Indonesia dalam Ejaan
A. Pengertian Ejaan
Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar hubungan antar lambang-
lambang itu ( pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara
teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata,
dan pemakaian tanda baca.
B. Dari Ejaan Van Ophuijsen Hingga EYD
a. Ejaan Van Ophuijsen
Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf latin, yang
disebut ejaan Van Ophuijsen. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang
dibatu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Mamoer dan Moehammad Taib
Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejan van Ophijsen adalah
sebagai berikut.
1. Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.
2. Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer
3. Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema, dipakai untuk
menuliskan kata-kata mamoer, akal, ta, pa, dinamai.
b. Ejaan Soewandi
Pada tanggal 19 maret 1947 ejaan soewandi diresmikan untuk menggantikan
ejaan Van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan
republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan
itu adalah sebagai berikut.
1. Huruf oe diganti dengan huruf u seperti guru, itu, umur.
2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-
kata tak, pak, maklum,rakjat.
3. Kat ulang boleh ditulis denga angka-2, seperti anak2, berjalan2, ke-
barat2-an.
4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duannya ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan dipada,
dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di-pada ditulis,
dikarang.
c. Ejaan Melindo
Pada akhir 1959 sidang perutusan indonesia dan melayu (slametmulyana-
Syeh Nasir bin Ismail, Ketua) menghasika konsep ejaan bersama yang
kemudian dikenal dengan ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).
4

Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan
peresmian ejaan itu.
d. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Pada tanggal 16 agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan
pemakaian ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan
putusan presiden No.57, tahun 1972. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai pematokan pemakaian
ejaan itu.
Beberapa hal yang perlu diemukakan sehubungan dengan ejaan bahasa
indonesian yang disempurnakan adalah sebagai berikut.
1. Perubahan Huruf
Ejaan soewandi Ejaan yang Disempurnakan
dj djalan, djauh j jalan, jauh
j pajung, laju y payung, layu
nj njonja, bunyi ny nyonya, bunyi
2. Huruf-huruf dibawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam ejaan
soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan
pemakaiannya.
Contohnya:
f maaf, fakir
v valuta, universitas
3. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap
dipakai.
Contohnya:
a : b = p : q
Sinar-X
4. Penulisan di-atau ke sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan
dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangakai dengan
kata yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan
ditulis terpisah dengan yang mengikutinya.
5. Contohnya:
di-(awalan) di(kata depan)
ditulis di kampus
dibakar di rumah
dilempar di jalan
6. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.
Anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat

5

Ejaan ini berbicara tentang (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf,
(3) penulisan kata, (4) penulisan unsur-unsur serapan, dan (5)
pemakaian tanda baca.
e. Pemakaian Huruf
Dalam hubungan dengan pemakaian huruf, berikut ini disajikan
pembahasan (1) nama-nama huruf, (2) lafal singkatan dan kata, (3)
persukuan, dan (4) penulisan nama diri.
(1) Nama-nama Huruf
Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan Disebutkan bahwa abjad yang digunakan dalam
bahasa indonesia terdiri atas huruf-huruf yang berikut. Nama tiap-tiap
huruf disertakan di sebelahnya.
Huruf Nama Huruf Nama
A a a N n en
B b be bukan bi O o o
C c ce bukan ci P p pe
D d de Q q ki bukan kyu
E e e R r er
F f ef S s es
G g ge bukan ji T t te bukan ti
H h ha U u u
I i i V v fe bukan fi
J j je W w we
K k ka X x eks bukan ek
L l el Y y ye bukan ey
M m em Z z zet

Disamping itu, dalam bahasa Indonesia terdapat pula diftong, yang
biasa dieja au, ai dan oi yang dilafalkan sebagai vokal yang diikuti
oleh bunyi konsonan luncuran w dan y. Dalam bahasa Indonesia
terdapat juga konsonan yang terdiri dari atas gabungan huruf, seperti
kh, ng, ny, dan sy.

Dalam hal-hal khusus terdapat juga gabungan huruf nk, misalnya
dalam bank dan sanksi , sedangkan pemakaian gabungan huruf dl, dh,
gh, dz, th, dan ts, seperti dalam kata hadlir, dharma, maghrib, adzan,
bathin, dan hatsil tidak digunakan dalam bahasa Indonesia.

Catatan:
6

Huruf e dapat dilafalkan menjadi e benar, seperti terdapat dalam kata-
kata lele, beres, materi, merah, dan kaget, dan dapt pula dilafalkan
menjadi e lemah atau e pepet, seperti terdapat dalam kata-kata beras,
segan, kenal, benar dan cepat.
(2) Lafal singkatan dan kata
Semua singkatan atau kata yang terdapat dalam bahasa Indonesia
termasuk singkatan yang berasal dari bahasa asing harus dilafalkan
secara lafal Indonesia.

Singkatan/Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku
AC [a se] [a ce]
BBC [be be se] [be be ce]
LNG [el en je] [el en ge]
Makin [mangkin] [makin]
Memuaskan [memuasken] [memuaskan]
Pascasarjana [paskasarjana] [pascasarjana]
Ke mana [ke mana?] [ke mana]
Beberapa [beberapa] [bebrapa]

Akronim bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat
internasional mempunyai kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan
seperti lafal Indonesia, tetapi singkatan ituntetap dilafalkan seperti lafal
aslinya.
Misalnya:
Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku
Unesco [u nes tjo] [yu nes ko]
Unicef [u ni tjef] [yu ni sef]
Sea Games [se a ga mes] [si ge ims]

(3) Pada saat kita harus memenggal sebuah kata dalam tulisan jika terjadi
pergantian baris. Apabila memenggal atau menyukukan sebuah kata,
kita harus membubuhkan tanda hubung (-) diantara suku-suku kata itu
tanda jarak/spasi. Pada pergantian baris, tanda hubung harus
dibubuhkan dipinggir ujung baris. Jadi, tanda hubung yang dihubung
yang dibubuhkan dibawah ujung baris adalah hal yang keliru. Perlu
juga diketahui bahwa suku kata atau imbuhan yang terdiri atas sebuah
huruf tidak dipenggal agar tidak terdapat satu huruf pada ujung baris
atau pada pangkal baris. Disamping itu, perlu pula diketahui bahwa
sebuah persukuan ditandai oleh sebuah vokal. Beberapa kaidah
7

persukuan yang perlu diperhatika dengan cermat adalah sebagai
berikut.
a. Penyukuan Dua Vokal yang Berurutan Ditengah Kata
Jika ditengah kata ada dua vokal yang berurutan pemisahan
tersebut dilakukan diantara kedua vokal itu.
Misalnya:
Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
lain la - in la-in
saat sa - at sa-at
b. Penyukuan Dua Vokal Mengapit Konsonan di Tengah Kata
Jika di tengah kata ada konsonan di antara dua vokal, pemisahan
tersebut dilakukan sebelum konsonan itu.
Misalnya:
Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Seret ser-et se-ret
Masam mas-am ma-sam

Ng, ny, sy, dan kh melambagkan satu konsonan, gabungan huruf
itu tidak pernah diceraikan sehingga pemisahan suku kata terdapat
sebelum atau sesudah pasagan huruf itu.
Misalnya:
Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Langit lan-git la-ngit
Masyarakat mas-yarakat ma-syarakat
c. Penyukuan Dua Konsonan Berurutan di Tengah Kata
Jika di tengah kata ada dua konsonan yang berurutan, pemisahan
tersebut terdapat diantara kedua konsonan itu.
Misalnya:
Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Maksud ma-ksud mak-sud
Langsung langs-ung lang-sung
d. Penyukuan Tiga Konsonan atau Lebih di Tengah Kata
Jika di tengah kata ada tiga konsonan atau lebih, pemisahan
tersebut dilakukan diantara konsonan yang pertama (termasuk ng,
ny, sy, dan kh) dengan yang kedua.
Misalnya:
Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Abstrak abs-trak ab-strak
Konstruksi kons-truksi kon-struksi

8

Untuk kata-kata yang berasal dari dua unsur yang masing-masing
mempunyai arti, cara penyukuannya melalui dua tahap. Pertama,
kata tersebut dipisahkan unsur-unsurnya. Kedua , unsurnya yang
telah dipisahkan itu dipenggal suku-suku katanya.

Misalnya :
Kilogram -kilo gram -ki-lo-gram
Telegram -tele gram -te-le-gram
e. Penyukuan Kata yang Berimbuhan dan Berpartikel
Imbuhan (awalan dan akhiran), termasuk yang mengalami
perubahan bentuk, dan partikel yang biasanya ditulis serangkai
dengan kata dasarnya, dalam penyukuan kata dipisahkan sebagai
satu kesatuan.
Misalnya:
Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Santapan santa-pan santap-an
Mengail meng-ail me-ngail (kata dasar kail)
f. Penyukuan Nama Orang
Nama pemisahan yang salah pemisahan yang benar
Yuyun Nailufar Yuyun Nai-lur Yuyun
Nailufar
Isa Ansori Isa An-sori Isa Ansori
(4) Penulisan nama diri
Penulisan nama diri, nama sungai, gunung, jalan, dan sebagainya
disesuaikan dengan kaidah yang berlaku.
Misalnya:
Universitas Padjajaran
Soepomo Poedjosoedarmo

f. Penulisan Huruf
Dalam ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, penulisan huruf
menyangkut dua masalah yaitu, (1) penulisan huruf besar atau huruf kapital
dan, (2) penulisan huruf miring.
1. Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital
Kaidah penulisan huruf besar atau huruf kapital sebagai berikut.
a. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat berupa
petikan langsung.
Misalnya:
Dia bertanya, Kapan kita pulang.
9

Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, mengatakan, Yang
diperlukan oleh bangsa kita saat ini adalah rekonsiliasi nasional.
b. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan
yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama
tuhan, termasuk kata ganti Nya.
Misalnya:
Limpahkan rahmat-Mu, ya Allah.
Dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang menganjurkan agar manusia
berakhlak terpuji.
c. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
(kehormatan, keturunan, agama),jabatan, dan pangkat yang diikuti
nama orang.
Misalnya:
Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim
Pemerintah memberikan anugerah kepada Mahaputra Yamin

Jika tidak diikuti oleh nama orang tua atau nama wilayah, nama gelar,
jabatan, dan pangkat itu harus dituliskan dengan huruf kecil.
Misalnya:
Calon jemaah haji DKI tahun ini berjumlah 525 orang.
Seorang presiden akan diperhatikan oleh rakyatnya.

Akan tetapi, jika mengacu kepada orang tertentu,nama gelar, jabatan,
dan pangkat itu dituliskan dengan huruf kapital.
Misalnya:
1. Pagi ini Menteri perindustrian terbang ke Nusa Penida. Di Nusa
Penida Menteri meresmikan sebuah kolam renang.
2. Dalam seminar itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
memberikan sambutan. Dalam sambutan nya Presiden
mengharapkan agar para ilmuwan lebih ulet mengembangkan
ilmunya untuk kepentingan bangsa dan negara.
d. Kata-kata van, den, da, de, di, bin, dan ibnu yang digunakan sebagai
nama orang tetap ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika kata-kata
digunakan sebagai nama pertama atau terletak pada awal kalimat.
Misalnya:
1. Tanam paksa di Indonesia diselenggarakan oleh van den Bosch.
2. Harta yang melimpah milik Jufri ibnu Sulaiman sebagian besar akan
disumbangkan ke panti asuhan.
e. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku, dan bahasa.
10

Misalnya:
1. Dalam bahasa Sunda terdapat kata lahan.
2. Kita bangsa Indonesia harus bertekad untuk menyukseskan
pembangunan.
Jika nama bangsa, suku, dan bahasa itu sudah diberi awalan dan akhiran
sekaligus, kata-kata itu harus ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
1. Kita harus berusaha mengindonesiakan kata-kata asing.
2. Baru saja ia tinggal disana satu tahun, ia sudah keinggris-inggrisan.

Kalau tidak membawa nama suku, nama itu harus dituliskan dengan
huruf kecil.
Misalnya:
Petai cina
Jeruk bali
Labu siam
Gula jawa
Pisang ambon
Kunci inggris
f. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
1. Biasanya, umat Islam seluruh dunia merasa sangat berbahagia pada
hari Lebaran.
2. Tahun 1998 Masehi adalah tahun yang suram bagi perekonomian
kita.
g. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas
geografi.
Misalnya:
1. Tahun 1985 Provinsi Sumatera Barat mendapat anugerah Parasamya
Purnakarya Nugraha.
2. Di Teluk Jakarta telah dibangun suatu proyek perikanan laut.
h. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
resmi badan, lembaga pemerintahan, dan ketatanegaraan, serta nama
dokumentasi resmi.
Misalnya:
1. Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia mengucapkan
sumpah didepan Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat.
2. Pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Indonesia.

11

Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama resmi, kata-kata seperti
itu ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
Menurut undang-undang dasar kita, semua warga negara mempunyai
kedudukan yang sama.
Iran adalah suatu negara yang berbentuk kerajaan
i. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
semua kata didalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan, kecuali kata partikel seperti di, ke, dari, untuk, dan yang,
yang terletak pada posisi awal.
Misalnya:
1. Idrus mengarang buku Dari Ave Maria ke jalan lain ke Roma.
2. Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan diterbitkan oleh Balai Pustaka.
j. Huruf besar atau huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar
dan sapaan, kecuali gelar dokter.
Misalnya:
Proyek itu dipimpin oleh Dra. Jasika Murni.
Hadi Nurzaman, M.A. diangkat menjadi pimpinan kegiatan itu.
k. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata
penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak,
adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
Misalnya:
Surat Saudara telah saya terima.
Ibunya menjawab pertanyaan Samsi, pagi tadi Ibu menjemput
pamanmu di pelabuhan.
Penulisan huruf miring
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
nama majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam keterangan.
Misalnya:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa menerbitkan majalah
Bahasa dan Kesusastraan.

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
misalnya:
Buatlah kalimat dengan kata dukacita.

12

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-
nama ilmiah atau ungkapan bahasa asing atau bahsa daerah,
kecualiyang disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah carcinia mangestana.

g. Penulisan kata
a) Kata dasar ditulis sebagai satu satuan yang berdiri sendiri, sedangkan pada
kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) dituliskan
serangkain dengan kata dasar nya. Gabungan kata hanya mendapat awalan
atau akhiran,awalan atau akhiran itu dituliskan dengan kata yang
bersangkutan saja.
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Di didik dididik
Di suruh disuruh
Di lebur dilebur
Kalau gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata
turunannya itu harus dituliskan serangkai.
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Menghancur leburkan menghancurleburkan
Pemberi tahuan pemberitahuan
Ketidak adilan ketidakadilan
Mengambing hitamkan mengambinghitamkan

b) Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Kata ulang, tidak hanya berupa pengulangan kata dasar dan sebagian lagi
kata turunan, mungkin pula pengulangan kata itu sekaligus mendapatkan
awalan dan akhiran. Kemungkinan yang lain, salah satu bagiannya adalah
bentuk yang dianggap berasal dari kata dasar yang sama dengan ubahan
bunyi. Mungkin pula, bagian itu sudah agak jauh berbeda dari bentuk
dasar (bentuk asal). Namun, apabila ditinjau dari maknanya, keseluruhan
itu menyatakan perulangan.
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Jalan2 jalan-jalan
di-besar2-an dibesar-besarkan
me-nulis2 menulis-nulis

13

c) Gabungan kata majemuk termasuk yang lazim disebut kata majemuk
bagian-bagiannya dituliskan terpisah
misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Dayaserap daya serap
Tatabahasa tata bahasa
Kerjasama kerja sama

Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata dituliskan
serangkai.
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Mana kala manakala
Sekali gus sekaligus
Bila mana bilamana
Dari pada daripada

Selain itu, jika salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu
kata yang mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi, unsur
itu harus dituliskan serangkai dengan unsur lainnya.
Misalnya:
Bentuk Tidak baku Bentuk Baku
A moral amoral
Antar warga antarwarga
Catur tunggal caturwarga
Catatan:
(1) Jika bentuk tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar, di
antara kedua unsur itu dituliskan tanda kurung (-)
Misalnya:
non-Indonesia
pan-islamisme
(2) Unsur maha dan peri dalam gabungan kata ditulis serangkai dengan unsur
berikutnya, yang berupa kata dasar. Tetapi jika diikuti kata berimbuhan,
kata maha dan peri itu ditulis terpisah. Ada ketentuan khusus, yaitu kata
maha yang diikuti oleh esa ditulis terpisah walaupun diikuti kata dasar.
Misalnya:
Semoga Yang Mahakuasa merahmati kita.
Jika Tuhab Yang Maha Esa mengizinkan, saya akan ujian sarjana bulan
depan.


14


d) Kata ganti ku dan kau -yang ada pertaliannya dengan aku dan engkau-
ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; kata ganti ku, mu, dan
nya yang ada pertaliannya dengan aku, kamu, dan dia ditulis serangkai
dengan yang mendahuluinya.
Misalnya:
Pikiranmu dan kata-katamu berguna untuk memajukan negeri ini.
Kalau mau, boleh kauambil buku itu.

e) Kata depan, di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali jika berupa gabungan kata yang sudah dianggap padu benar,
seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
1) Saya pergi ke beberapa daerah untuk mencarinya, tetapi belum berhasil
2) Ketika truk Belanda sudah bergerak ke timur, gerilyawan yang
sembunyi di bawah kaki bukit lari ke arah barat.

f) Partikel pun dipisahkan dari kata yang mendahuluinya karena pun sudah
hampir seperti kata lepas.
Misalnya:
1) Jika saya pergi, dia pun ingin pergi.
2) Ia sudah sering ke desa ini, tetapi sekali pun ia belum pernah singgah
ke rumah saya.

Kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap padu benar,ditulis
serangkai.
Misalnya:
1) Meskipun ia sering ke Jakarta, satu kali pun ia belum pernah ke
Taman Mini Indonesia Indah.
2) Bagaimanapun sulitnya, saya harus menempuh ujian sekali lagi.

g) Partikel per yang berarti mulai, demi dan tiap ditulis terpisah dari
bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
Misalnya:
1) Harga kain itu Rp10.000,00 per meter.
2) Saya diangkat menjadi pegawai negeri per oktober 1974

h) Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Angka
digunakan juga untuk menyatakan ukuran (panjang, berat, dan isi), satuan
waktu, dan nilai uang. Selain itu angka lazim juga dipakai untuk menandai
nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat dan digunakan
juga untuk menomori karangan atau bagian-bagiannya.
15


Misalnya:
1) Hotel Sahid Jaya, Kamar 125
2) Surah Ali Imran, Ayat 12
3) 5 cm

i) Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
1) Dua ratus tiga puluh lima (235)
2) Seratus empat puluh delapan (148)

j) Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan tiga cara yang
berikut.
1) Abad XX ini dikenal juga sebagai abad tekhnologi.
2) Presiden Bill Clinton mengirimkan 250 orang wartawan ke Afrika
Selatan. Ke-250 orang itu mengalami kesulitan disana.

k) Penulisan kata bilangan yang mendapatkan akhiran an mengikuti cara
yang berikut.
Misalnya:
1) Sutan Takdir Alisyahbana adalah pujangga tahun 30-an
2) Bolehkah saya menukar uang dengan lembaran 1.000-an

l) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata,
ditulis, dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai secara
berurutan, seperti dalam perincian atau pemaparan.
Misalnya:
1) Dia sudah memesan dua ratus bibit cengkeh
2) Ada sekitar lima puluh calon mahasiswa yang tidak diterima di
akademi itu.

m) Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya:
1) Dua belas orang menderita luka berat dalam kecelakaan itu.
2) Dua puluh helai kemeja terjual pada hari ini.

n) Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan
tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
Bentuk Tidak Baku
1) Jumlah pegawai di perusahaan itu 12 (dua belas) orang
2) Di Perusahaan kami terdapat 350 (tiga ratus lima puluh) buah
buku.

16

Bentuk Baku
1) Jumlah pegawai di perusahaan itu dua belas orang.
2) Di perusahaan kami terdapat 350 buah buku.


h. Penulisan Unsur Serapan
Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahsa Indonesia dapat
dibagi atas dua golongan besar.
Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia,
seperti reshuffle, shuttle, cock, Iexploitation de Ihomme par Ihomme, unsur-
unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih
mengikuti cara asing.
Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan asing hanya diubah seperlunya
hingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
1

Misalnya:
Kata Asing Penyerapan yang Salah Penyerapan yang Benar
Risk resiko risiko
System sisitim sistem
Effective efektip efektif
Survey survei survai
Management managemen manajemen









1
Zainal Arifin dan Amran Tasai, Cermat Bahasa Indonesia. Akademik Pressindo:Jakarta, 2010. Cet
II, hal:197
17

Pertanyaan
1. Kapankah Ejaan Soewandi di resmikan ?
2. Apakah nama lain dari konsep ejaan bersama ?
3. Jelaskan secara singkat sejarah peresmian EYD ?
4. Pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan
Pedoman umum pembentukan istilah. Kapan kah kedua pedoman tersebut
di revisi ?
5. Dimana letak perbedaan penulisan kata dasar dan kata keturunan ?
































18

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar hubungan antar lambang-
lambang itu ( pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara
teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata,
dan pemakaian tanda baca.
Sebelum EYD diresmikan oleh presiden republik indonesia,terdapat
beberapa Ejaan lainnya yaitu :
1.Ejaan Van Ophuijsen
2.Ejaan Soewandi
3.Ejaan Melindo
Ejaan sebagaimana telah dipahami bersama adalah keseluruhan peraturan
bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan
antara lambang itu. Secara teknis yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf,
penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.Oleh karena itu, penguasaan ejaan
mutlak diperlukan bagi seseorang yang berkecimpung dalam kegiatan ilmiah.















19

DAFTAR PUSTAKA
Arifin Zainal dan Tasai Amran: Cermat Bahasa Indonesia. Akademik
Pressindo: Jakarta, 2010

Anda mungkin juga menyukai