Anda di halaman 1dari 5

2

MANUSIA DAN ILMU


Bambang Wahyu Nugroho

Manusia dan hewan dikaruniai naluri rasa ingin tahu (basic instinc named the
sense of curiosity). Rasa ingin tahu hewan terbatas untuk bertahan hidup (struggle
for survival) sementara rasa ingin tahu manusia tidak pernah berhenti pada satu
tingkatan, namun terus melaju menembus ambang-batas survival menuju
tahapan cultural dan moral.
Contoh:
Hewan Manusia
Survival Memakan mangsanya Memakan mangsanya
Cultural - Memasak dan menyajikan
Moral - Berdoa sebelum/sesudah makan
Aristoteles menyebut perkembangan kemampuan makhluk hidup:
Anima vegetativa Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang biak
Anima sensitiva Kemampuan untuk peka terhadap rangsangan
Anima intellectiva Kemampuan untuk menghimpun persepsi-persepsi terhadap
realitas dalam bentuk konsep-konsep abstrak
Tumbuh-tumbuhan hanya berkemampuan vegetatif, hewan berkemampuan
vegetatif dan sensitif, sementara manusia merupakan makhluk yang memiliki
ketiga kemampuan itu sekaligus.
1. Kemampuan untuk menghimpun persepsinya terhadap realitas
O. Jespersen dalam bukunya Language: Its Nature, Origin, and Development
menyimpulkan bahwa kemampuan berbahasa menunjukkan kemampuan
manusia yang luar biasa dalam menggolong-golongkan realitas; simpulnya:
Man is classifying animal (manusia adalah makhluk yang berkemampuan
menggolong-golongkan sesuai dengan kepentingannya (baik survival, moral
maupun kultural), sementara hewan menggolong-golongkan realitas
berdasarkan kepentingan survivalnya saja.
2. Kemampuan menggeneralisasikan realitas
Realitas tidak pernah "berbicara sendiri"; realitas "berbicara" setelah
dipersepsikan oleh manusia; Realitas yang belum dipersepsikan disebut
realitŽt an-sich.
Bagannya:

PERCEPTION

REALITÄT AN-SICH REALITY (as percepted)


3. Kemampuan untuk menciptakan dan berkomunikasi menggunakan konsep-
konsep abstrak
Konsep adalah abstraksi tingkat pertama terhadap fakta atau realita.
Ketika anda menyebut "kursi," maka Anda sedang mengabstraksikan sesuatu
benda tertentu yang Anda bedakan dengan "meja" atau "almari."
Generalisasi adalah abstraksi tingkat kedua terhadap fakta atau realita.
Ketika Anda menyebut "meubelair" atau "furniture," maka Anda
memasukkan sekaligus "kursi" "meja "almari" "dipan" dan "yang segolongan
dengan itu"

Manusia ingin mengetahui segala sesuatu. Segala sesuatu yang terjadi (situasi,
kondisi, keadaan, sifat, karakter, ciri-ciri, peristiwa, kejadian) maupun apa saja
yang ada (benda, hewan, tumbuhan, dll.) baik yang ada/terjadi di
lingkungannya (environment) maupun yang ada/terjadi di dalam dirinya
sendiri (peredaran darah, degup jantung, rasa senang, sedih, dll.)

Semua hal yang ingin diketahui manusia disebut REALITAS (reality - [plr]
realities)
Hasilnya adalah Pengetahuan (Knowledge), dan setelah melalui 3 tahap tadi
akan berubah menjadi ilmu (Science).
Realitas tunggal (single reality) disebut Fakta (fact) yang kebenarannya tidak
perlu diperdebatkan lagi, misalnya "Tahun 1963 John F. Kennedy ditembak
mati."
Realitas yang satu dirangkaikan dengan realitas lain menghasilkan Phenomenon
(Fenomenon - [plr] fenomena)

Beberapa sifat realitas:


1. bersifat statik sekaligus dinamik
2. bersifat denotatif dan konotatif
3. bersifat realitas yang disepakati (agreement reality) dan realitas yang dialami
(experiential reality).

Keterangan:
Realitas bersifat statik sekaligus dinamik berarti dalam setiap realitas
diasumsikan terdapat hal-hal yang tetap (regular) dan hal-hal yang berubah-
ubah. Ketegangan dalam memahami apa yang berubah dan apa yang tetap itu
menjadikan manusia selalu ingin tahu tentang realitas.
Relitas bersifat denotatif, artinya realitas "harfiah" menyangkut simbol-simbol
terhadap benda-benda konkrit atau peristiwa konkrit, sedangkan makna
konotatif menyangkut simbolisasi terhadap peristiwa yang imagined (terbayang)
atau "abstrak." Misalnya "kursi" sebagai tempat meletakkan pantat (duduk) dan
"kursi" sebagai "kekuasaan." Contoh lain "kecelakaan" sebagai peristiwa tabrakan
tak terduga, dan "kecelakaan" yang artinya "hamil di luar nikah."
Realitas bersifat disepakati, misalnya seorang anak diberitahu oleh orang tuanya
bahwa cacing adalah binatang menjijikkan, maka persepsi sang anak terhadap
hewan itu adalah hewan menjijikkan, sehingga dihindarinya, namun kalau sang
anak mengalami sendiri makan masakan yang bahan utamanya daging cacing
yang ternyata bergizi, lezat, dan bahkan menjadi makanan favoritnya, maka
pengalamannya (experience) itu bertentangan dengan kesepakatannya semula
dengan orang tuanya (agreement).

Ilmu (Sains) berusaha melakukan pendekatan untuk mempertemukan


keduanya: baik agreement reality (hasil penalaran - logika) maupun experiential
reality (hasil pengamatan - observasi). Maka, dua pilar fundamental ilmu
pengetahuan adalah logika (logic) dan pengamatan (observation).

Ilmu yang dikembangkan manusia untuk mengetahui segala sesuatu disebut


epistemologi (Yunani: episteme = pengetahuan) yakni science of knowing yang
termasuk filsafat keilmuan, diderivasikan menjadi metodologi (Yunani: meta =
selanjutnya; hodos = menemukan) yakni science of finding out atau ilmu mengenai
cara menemukan pengetahuan.

Secara alamiah, manusia mengetahui segala sesuatu termasuk masa depannya


melalui dua cara:
1. Kausal
2. Probabilistik

Kausal, yakni mengakui bahwa realitas saat ini disebabkan oleh realitas di masa
lalu, dan realitas yang akan datang disebabkan oleh realitas saat ini. Tetapi hal
itu tidak selalu berarti setiap realitas kini disebabkan oleh setiap realitas lalu dan
setiap realitas masa depan disebabkan realitas kini, melainkan terdapat
kemungkinan atau kecenderungan (probabilistik).

Cara-cara manusia memahami realitas antara lain dengan:


1. trial and error
2. tradition and authority
3. speculation and argumentation
4. intuition
5. revelation (wahyu)
6. accidental
7. common-sense
8. hypothesis and experimentation

Trial and error adalah metode coba-coba. Misalnya ingin mengetahui buah
mana yang beracun dan mana yang tidak beracun, langsung mencoba memakan
buah itu. Tradition adalah semacam agreement reality, yakni menerima suatu
pemahaman terhadap realitas karena sudah demikianlah pemahaman tradisi
orang-orang tua atau "semua orang." Namun kadang pemahaman tradisi tanpa
observasi maupun logika. Jadi sesuatu realitas dipahami secara given. Bedanya
dengan authority, otoritas menyangkut kewenangan atau struktur kekuasaan.
Siapa yang kewenangan atau kekuasaannya lebih tinggi dianggap lebih benar
dalam menetapkan atau memahami sesuatu. Misalnya Gereja Katolik
menetapkan doktrin "matahari mengelilingi bumi" maka orang yang percaya
pada Ptolemeus bahwa sebenarnya bumilah yang mengelilingi matahari dipaksa
meninggalkan kepercayaannya itu atau ditangkap lalu dibunuh (inkuisisi -
inquisition).
Speculation and argumentation adalah cara menemukan kebenaran dengan
logika dan argumentasi nalar tanpa mengajukan bukti-bukti hasil
pengamatan/observasi. Kisah perdebatan antara Lamarck dan Darwin mengenai
"mengapa leher jerapah panjang" merupakan kisah klasik spekulasi dan
argumentasi.
Hypothesis merupakan cara penalaran berdasarkan metode deduksi. Hipotesis
merupakan turunan dari sebuah kerangka berpikir yang besar dan rumit (teori)
yang menghasilkan hubungan sederhana yang hendak dibuktikan dengan
observasi atau verifikasi (pengujian hipotesis), sedangkan experimentation
merupakan salah satu metode induktif yang menghasilkan pola-pola realitas
atau pola-pola hubungan antarrealitas dalam rangka menuju penyimpulan
kecenderungan (tentative conclusion).
Jadi metode berpikir yang ilmiah adalah deduktif dan induktif:

Tahap DEDUKTIF INDUKTIF


1 Hipotesis Observasi
2 Observasi Menemukan Pola
3 Hipotesis diterima atau ditolak? Konklusi tentatif

Jika pemahaman terhadap realitas tidak dilakukan secara ilmiah akan


mengakibatkan kesalahan (errors) dalam pengamatan. Ada sembilan kesalahan
pengamatan:
No Nama Kesalahan Arti Contoh/Keterangan
1 Inaccurate Observation Pengamatan yang Indonesia dijajah Belanda; Seorang turis Jepang di
tidak akurat Prancis diolok-olok oleh orang Inggris yang sedang
piknik ke Prancis, lalu si Jepang menyimpulkan bahwa
orang Prancis kasar-kasar.
2 Overgeneralization Terlampau Nusantara dijajah Belanda selama 350 tahun; Wartawan
menggeneralisir hanya menanyai 3 di antara 3000-an peserta
demonstrasi, ketiganya mengatakan bahwa mereka
demo karena diupah, lalu sang wartawan
menyimpulkan bahwa sebagian besar demonstran cuma
upahan
3 Selective Observation Memilih-milih Karena yakin kalau bangsa Melayu semua malas, maka
obyek yang ketika meneliti pengusaha sukses hanya mengamati
diamati pengusaha Cina, tanpa memandang adanya pengusaha
Melayu yang rajin dan pengusaha Cina yang malas.
4 Deduced Information Menyembunyikan Karena yakin bahwa wanita it emosional, lemah, manja,
informasi yang dan tergantung, ketika melihat wanita yang rasional,
tak cocok dengan kuat, dan mandiri, disimpulkannya orang itu tidak
keyakinannya benar-benar wanita tapi "tomboy" atau cuma pura-pura.
5 Illogical Reasoning Penalaran yang Penjudi yang percaya bahwa kali ini ia akan menang
tidak logis kalau sebelum berjudi dia keliling meja judi empat kali.
6 Ego-involvement in Melibatkan ego si Dua orang peneliti yang satu dari keluarga kaya yang
peneliti dalam satu dari keluarga miskin, ketika mewawancarai
Understanding memahami seorang keluerga menengah, yang pertama
realitas menyimpulkan bahwa responden orang miskin, yang
kedua menyimpulkan bahwa responden orang kaya
7 Premature Closure of Penyimpulan Akibat banjir, pemerintah menghentikan pembangunan,
prematur sebelum lalu disimpulkan bahwa akan terjadi pengangguran
Inquiry selesai proses riset besar-besaran pekerja bangunan (padahal yang
dihentikan hanya pembangunan gedung baru).
8 The Mystification of Menyimpulkan Data terkumpul menunjukkan 60% penduduk suka
dari hal yang kacang garing, lalu disimpulkan bahwa acara TV
Residuals belum diteliti kegemaran pemakan kacang garing adalah sepakbola,
sebab makan kacang garing asyik sambil nonton bola
9 To Err is Human Kesalahan itu Dalam penelitian tidak boleh salah kecuali kesalahan
manusiawi yang disadari atau terukur yang disebut penyimpangan
baku atau bias terukur.

Anda mungkin juga menyukai