Manusia dan hewan dikaruniai naluri rasa ingin tahu (basic instinc named the
sense of curiosity). Rasa ingin tahu hewan terbatas untuk bertahan hidup (struggle
for survival) sementara rasa ingin tahu manusia tidak pernah berhenti pada satu
tingkatan, namun terus melaju menembus ambang-batas survival menuju
tahapan cultural dan moral.
Contoh:
Hewan Manusia
Survival Memakan mangsanya Memakan mangsanya
Cultural - Memasak dan menyajikan
Moral - Berdoa sebelum/sesudah makan
Aristoteles menyebut perkembangan kemampuan makhluk hidup:
Anima vegetativa Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang biak
Anima sensitiva Kemampuan untuk peka terhadap rangsangan
Anima intellectiva Kemampuan untuk menghimpun persepsi-persepsi terhadap
realitas dalam bentuk konsep-konsep abstrak
Tumbuh-tumbuhan hanya berkemampuan vegetatif, hewan berkemampuan
vegetatif dan sensitif, sementara manusia merupakan makhluk yang memiliki
ketiga kemampuan itu sekaligus.
1. Kemampuan untuk menghimpun persepsinya terhadap realitas
O. Jespersen dalam bukunya Language: Its Nature, Origin, and Development
menyimpulkan bahwa kemampuan berbahasa menunjukkan kemampuan
manusia yang luar biasa dalam menggolong-golongkan realitas; simpulnya:
Man is classifying animal (manusia adalah makhluk yang berkemampuan
menggolong-golongkan sesuai dengan kepentingannya (baik survival, moral
maupun kultural), sementara hewan menggolong-golongkan realitas
berdasarkan kepentingan survivalnya saja.
2. Kemampuan menggeneralisasikan realitas
Realitas tidak pernah "berbicara sendiri"; realitas "berbicara" setelah
dipersepsikan oleh manusia; Realitas yang belum dipersepsikan disebut
realitt an-sich.
Bagannya:
PERCEPTION
Manusia ingin mengetahui segala sesuatu. Segala sesuatu yang terjadi (situasi,
kondisi, keadaan, sifat, karakter, ciri-ciri, peristiwa, kejadian) maupun apa saja
yang ada (benda, hewan, tumbuhan, dll.) baik yang ada/terjadi di
lingkungannya (environment) maupun yang ada/terjadi di dalam dirinya
sendiri (peredaran darah, degup jantung, rasa senang, sedih, dll.)
Semua hal yang ingin diketahui manusia disebut REALITAS (reality - [plr]
realities)
Hasilnya adalah Pengetahuan (Knowledge), dan setelah melalui 3 tahap tadi
akan berubah menjadi ilmu (Science).
Realitas tunggal (single reality) disebut Fakta (fact) yang kebenarannya tidak
perlu diperdebatkan lagi, misalnya "Tahun 1963 John F. Kennedy ditembak
mati."
Realitas yang satu dirangkaikan dengan realitas lain menghasilkan Phenomenon
(Fenomenon - [plr] fenomena)
Keterangan:
Realitas bersifat statik sekaligus dinamik berarti dalam setiap realitas
diasumsikan terdapat hal-hal yang tetap (regular) dan hal-hal yang berubah-
ubah. Ketegangan dalam memahami apa yang berubah dan apa yang tetap itu
menjadikan manusia selalu ingin tahu tentang realitas.
Relitas bersifat denotatif, artinya realitas "harfiah" menyangkut simbol-simbol
terhadap benda-benda konkrit atau peristiwa konkrit, sedangkan makna
konotatif menyangkut simbolisasi terhadap peristiwa yang imagined (terbayang)
atau "abstrak." Misalnya "kursi" sebagai tempat meletakkan pantat (duduk) dan
"kursi" sebagai "kekuasaan." Contoh lain "kecelakaan" sebagai peristiwa tabrakan
tak terduga, dan "kecelakaan" yang artinya "hamil di luar nikah."
Realitas bersifat disepakati, misalnya seorang anak diberitahu oleh orang tuanya
bahwa cacing adalah binatang menjijikkan, maka persepsi sang anak terhadap
hewan itu adalah hewan menjijikkan, sehingga dihindarinya, namun kalau sang
anak mengalami sendiri makan masakan yang bahan utamanya daging cacing
yang ternyata bergizi, lezat, dan bahkan menjadi makanan favoritnya, maka
pengalamannya (experience) itu bertentangan dengan kesepakatannya semula
dengan orang tuanya (agreement).
Kausal, yakni mengakui bahwa realitas saat ini disebabkan oleh realitas di masa
lalu, dan realitas yang akan datang disebabkan oleh realitas saat ini. Tetapi hal
itu tidak selalu berarti setiap realitas kini disebabkan oleh setiap realitas lalu dan
setiap realitas masa depan disebabkan realitas kini, melainkan terdapat
kemungkinan atau kecenderungan (probabilistik).
Trial and error adalah metode coba-coba. Misalnya ingin mengetahui buah
mana yang beracun dan mana yang tidak beracun, langsung mencoba memakan
buah itu. Tradition adalah semacam agreement reality, yakni menerima suatu
pemahaman terhadap realitas karena sudah demikianlah pemahaman tradisi
orang-orang tua atau "semua orang." Namun kadang pemahaman tradisi tanpa
observasi maupun logika. Jadi sesuatu realitas dipahami secara given. Bedanya
dengan authority, otoritas menyangkut kewenangan atau struktur kekuasaan.
Siapa yang kewenangan atau kekuasaannya lebih tinggi dianggap lebih benar
dalam menetapkan atau memahami sesuatu. Misalnya Gereja Katolik
menetapkan doktrin "matahari mengelilingi bumi" maka orang yang percaya
pada Ptolemeus bahwa sebenarnya bumilah yang mengelilingi matahari dipaksa
meninggalkan kepercayaannya itu atau ditangkap lalu dibunuh (inkuisisi -
inquisition).
Speculation and argumentation adalah cara menemukan kebenaran dengan
logika dan argumentasi nalar tanpa mengajukan bukti-bukti hasil
pengamatan/observasi. Kisah perdebatan antara Lamarck dan Darwin mengenai
"mengapa leher jerapah panjang" merupakan kisah klasik spekulasi dan
argumentasi.
Hypothesis merupakan cara penalaran berdasarkan metode deduksi. Hipotesis
merupakan turunan dari sebuah kerangka berpikir yang besar dan rumit (teori)
yang menghasilkan hubungan sederhana yang hendak dibuktikan dengan
observasi atau verifikasi (pengujian hipotesis), sedangkan experimentation
merupakan salah satu metode induktif yang menghasilkan pola-pola realitas
atau pola-pola hubungan antarrealitas dalam rangka menuju penyimpulan
kecenderungan (tentative conclusion).
Jadi metode berpikir yang ilmiah adalah deduktif dan induktif: