Anda di halaman 1dari 11

PERSAINGAN USAHA DI INDUSTRI RITEL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG

NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN


PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT
PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas Dan Memenuhi
Syarat-Syarat Untuk Penulisan Skripsi

Oleh
ANDREAS GUNAWAN BANGUN
NPM : 0816000014
Program Studi : Ilmu Hukum
Bagian : Hukum Perdata

Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj. Irma Fatmawati, SH., M.Hum. Abdullah Syafii, SH., MH.


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
2014
A. Latar Belakang
Industri ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan
ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Industri
tersebut merupakan sektor kedua terbesar dalam hal penyerapan tenaga kerja
di Indonesia, yaitu menyerap sebesar 18,9 juta orang, di bawah sektor
pertanian yang mampu menyerap sekitar 41,8 juta orang. Perkembangan
industri ritel dalam beberapa tahun terakhir berkembang dengan sangat pesat.
Salah satu alasan peritel asing mengembangkan bisnis ritelnya di
Indonesia adalah jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 230 juta jiwa
yang merupakan pasar potensial dimana penduduk Indonesia merupakan
penduduk yang konsumtif. Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia
juga menyatakan bahwa pertumbuhan industri ritel pada tahun 2013
meningkat 40% dibandingkan tahun lalu. Pertumbuhan tersebut seiring
dengan makin berkembangnya populasi.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat juga
dapat memberikan jaminan kepastian hukum untuk lebih
mendorong percepatan pembangunan ekonomi dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan umum serta sebagai
implementasi semangat dari jiwa Undang-Undang Dasar
1945.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu mengadakan
pembahasan mengenai masalah yang diajukan dalam bentuk
penelitian yang berjudul Persaingan Usaha Di Industri
Ritel Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka
rumusan masalah adalah :
1. Bagaimana kegiatan industri ritel di Indonesia menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999?
2. Faktor-faktor mengapa terjadinya persaingan usaha tidak sehat di
bidang ritel?
3. Bagaimana tata cara penyelesaian perkara persaingan usaha tidak
sehat di bidang ritel menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka yang menjadi
tujuan penelitian yaitu :
1. Untuk mengetahui kegiatan industri ritel di Indonesia menurut
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor terjadinya persaingan usaha tidak
sehat di bidang ritel.
3. Untuk mengetahui tata cara penyelesaian perkara persaingan usaha tidak
sehat di bidang ritel menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.
Tinjauan Pustaka
Pengertian Persaingan Usaha
Persaingan merupakan suatu bentuk usaha yang
dilaksanakan supaya mendapatkan kemenangan atau
mendapatkan posisi yang lebih baik tanpa harus terjadi
benturan fisik atau konflik.
Menurut Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat menyatakan Persaingan
usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha
dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau
pemasaran barang dan/atau jasa yang dilakukan dengan
cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha.
Pengertian Industri
Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984
tentang Perindustrian menyatakan Industri adalah kegiatan
ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai
yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan
rancang bangun dan perekayasaan industri.
Industri adalah bidang matahati buka telinga yang
menggunakan keterampilan dan ketekunan kerja (bahasa Inggris :
industrious) dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil-
hasil bumi dan distribusinya sebagai dasarnya. Industri umumnya
dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha
mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan
bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan pertambangan
yang berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri
semakin jauh dari tanah, yang merupakan basis ekonomi, budaya,
dan politik.
Pengertian Ritel
Ritel adalah segala aktivitas penjualan produk atau
jasa secara langsung (tanpa perantara) kepada
konsumen. Aktivitas ritel tidak hanya terbatas pada
usaha ritel pada pasar modern seperti minimarket,
supermarket, hipermarket ataupun toko (tenant) yang
berlokasi di shopping mall saja; tetapi juga meliputi
aktivitas penjualan langsung pada pasar tradisional
seperti warung di pinggir jalan, kios, toko kelontong,
pedagang asongan, tukang tambal ban dan sebagainya.
Bisnis ritel menyediakan ragam alternatif pilihan produk
dan jasa untuk ditawarkan kepada konsumen. Hal ini
tentunya sangat membantu konsumen di dalam upaya
pemenuhan kebutuhan dan keinginannya yang beragam
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Bisnis retail meliputi saluran aktivitas yang melibatkan
penjualan barang dan jasa secara langsung kepada
konsumen. Setiap organisasi yang melakukan penjualan
langsung kepada konsumen baik produsen, grosir atau
eceran berarti bertindak dalam proses usaha eceran.
Pengelolaan bisnis eceran tidak hanya sekedar
membuka toko dan mempersiapkan barang-barang
yang lengkap, tetap lebih dari itu. Pengelolaan bisnis
retail harus melihat dan mengikuti perkembangan
teknologi pemasaran agar dapat berhasil dan
mempunyai keunggulan kompetitif. Industri Ritel
adalah semua fungsi atau kegiatan yang melibatkan
penjualan (atau sewa) barang dan jasa kepada pengguna
akhir, yang termasuk rumah tangga, perorangan dan
lainnya yang membeli barang atau jasa untuk konsumsi
akhir.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
tidak membutuhkan populasi dan sampel.
Tipe Penelitian
Penelitian Yuridis Normatif : Penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat
dalam peraturan perundang-undangan dan norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat.
Penelitian Yuridis Empiris : Penelitian yang melihat sesuatu kenyataan hukum yang terjadi di
masyarakat.

Teknik Pengumpulan Data
Data Sekunder : Data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan
dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan dan peraturan perundang-
undangan. Data sekunder terdiri :
Data Hukum Primer : Bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan seperti
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Data Hukum Sekunder : Bahan hukum yang terdiri dari literatur buku dan internet yang berkaitan
dengan objek penelitian.

Data Hukum Tersier : Bahan hukum yang terdiri dari kamus hukum.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan (library research)
yaitu penelitian dengan menggunakan literatur buku, majalah, jurnal, internet dan sebagainya.
Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan
Sistematika Penulisan.
Bab II Kegiatan Industri Ritel Di Indonesia menurut Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 terdiri dari Menyusun Rencana Pemasaran Ritel,
Memonitor Kinerja Pemasaran Ritel, Kebijakan Industri Ritel Dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, Persaingan Industri Ritel Di Indonesia.
Bab III Faktor-Faktor Terjadinya Persaingan Usaha Tidak Sehat di Bidang
Ritel terdiri dari Bentuk-Bentuk Monopoli, Jenis-Jenis Persaingan Usaha dan
Faktor-Faktor Terjadinya Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Bab IV Tata Cara Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha Tidak Sehat di
Bidang Ritel Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 terdiri dari
Pengaturan Tata Cara Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha Tidak Sehat,
Mekanisme Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha Tidak Sehat dan Tata Cara
Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Bab V Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

Anda mungkin juga menyukai