Anda di halaman 1dari 5

ANSIETAS

A. PENGERTIAN
Ansietas adalah suatu gejala yang tidak menyenangkan, sensasi cemas, takut dan
terkadang panik akan suatu bencana yang mengancam dan tidak terelakkan yang
dapat atau tidak berhubungan dengan rangsang eksternal (Fracchione, 2004).
Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut yaitu adanya obyek dan
dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu.
Kecemasan adalah respon emosi tanpa obyek yang spesifik dialami, di komunikasi
secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran yang akan terjadi
dengan penyebab yang tidak jelas dan di hubungkan dengan perasaan tidak menentu
dan tidak berdaya (Kaplan dan sadock, 1997).
B. ETIOLOGI
1. Ancaman terhadap intregitas biologis ; Kebutuhan dasar ( makan , minum ),
Kehangatan (sex).
2. Ancaman terhadap keselamatan diri : Tidak menemukan status dan prestise, tidak
memperoleh pengakuan dari orang lain, ketidaksesuaian pandangan diri dengan
lingkungan nyata.
3. Stresor Predisposisi
Adalah semua keteganggan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya
kecemasan. Contoh ;
Konsep diri yg terganggu akan menimbulkan ketidak mampuan individu berpikir
secara realistis sehingga menimbulkan kecemasan.
Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap
intregitas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri.
Frustasi.
4. Stresor Presipitasi
Adalah semua ketenggangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya
kecemasan.
a) Ancaman terhadap intregitas fisik meliputi :
Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis, perubahan biologis
normal (hamil).
Sumber ekternal, ancaman infeksi virus, kecelakaan, kekurangan nutrisi,tidak
adekuatnya tempat tinggal (Cameroon, 2004).
b) Ancaman terhadap harga diri meliputi :
Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan interpersonal, penyesuaian peran
baru, berbagai ancaman terhadap harga diri.
Sumber ekternal, kehilangan orang yang sangat dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok.
c) Sumber dan Mekanisme Koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan scr konstruktip merupakan factor
utama yang membuat klien berprilaku adaptip atau mal adaptip. Individu yg
mengalami kecemasan akan mencoba menetralisasi, mengikari atau meniadakan
kecemasan dengan pola koping.
Mekanisme koping kecemasan ringan : Menangis , tidur, makan, tertawa, berkhayal,
memaki, merokok, minum beralkohol, olah raga, berlibur.
Mekanisme koping pada kecemasan , Sedang, Berat dan panic:
- Task Oriented Reaktion (reaksi orientasi pada tugas)
- Tujuan yg ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba
menghadapi kenyataan dan menilai realita untuk mengatasi masalah, memulihkan
konflik dan tuntutan.
- Ego Oriented Reaction (orientasi pada ego), koping ini tidak selalu sukses dalam
mengatasi masalah. Mekanisme sering di gunakan melindungi diri dan tidak
membantu menyelesaikan masalah (devens mekanisme Contoh ; Menyerang (rasa
marah, bermusuhan); Menarik diri (menjauhi sumber); Kompromi (mengubah cara,
cari cara penyelesaian , mengganti tujuan)
C. GAMBARAN KLINIS
Ditinjau dari aspek klinis, dikenal 5 jenis gangguan ansietas : Gangguan panik,
gangguan fobik, gangguan ansietas menyeluruh, obsesif-kompulsif, dan stress paska
trauma(House cit Stark, 2002) Ansietas dapat timbul primer disebut gangguan
ansietas umum, sedangkan ansietas sekunder dapat timbul dari gangguan fisik atau
timbul dari depresi. Ansietas patologis ditunjukkan dengan gejala-gejala dan tingkah
laku disfungsi yang nyata atau gangguan kehidupan sehari-hari.
Gambaran klinis bervariasi, namun dapat berkembang menjadi gejala-gejala panik,
histeria, fobia, somatisasi, hipokondriasis, dan obsesif kompulsif. Diagnosis gangguan
ansietas ditegakkan apabila dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan cemas,
khawatir, was-was, ragu untuk bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah,
takut mati, takut menjadi gila, yang mana perasaan-perasaan tersebut mempengaruhi
hampir diseluruh aspek kehidupannya, sehingga fungsi pertimbangan akal sehat,
perasaan dan perilaku terpengaruh. Selain itu dijumpai pula keluhan atau gejala-gejala
fisik atau fisiologis tubuh. Untuk lebih jelasnya gejala-gejala somatik dari ansietas
dapat dilihat dari table berikut.
Tabel 1. Gejala-gejala somatik ansietas
GEJALA MEKANISME
PALPITASI TAKIKARDIA
SESAK NAFAS TAKIPNEA
NYERI DADA Keteganagan otot interkostal
NYERI KEPALA Ketegangan otot frontal
PARASTESIA HIPERVENTILASI
GEMETAR Tremor meningkat
LESU Ketegangan otot yang meningkat
BERKERINGAT Peningkatan aktivitas kelenjar keringat
SEMU MERAH Ketidakstabilan vasomotor
MULUT KERING Salivasi berkurang
SERING KENCING Peningkatran tonus kandung kemih
Source: http://www.bmj.com
D. TINGKAT KECEMASAN
Tingkat kecemasan ada 4 yaitu : Ringan , Sedang, Berat dan Panik
1. Kecemasan Ringan adalah ketegangan yang dialami sehari hari, individu masih
waspada serta lapang persepsinya meluas. Dapat memotivasi individu untuk belajar
dan mampu memecahkan masalah secara efektip.
Contoh : Seseorang yg menghadapi ujian akhir, Pasangan dewasa yang mau menikah,
Individu yang mau melanjutkan kuliah.
2. Kecemasan Sedang adalah Individu terfokus pada pikiran yang menjadi
perhatiannya, terjadi penyempitan lapang persepsi, masih dapat melakukan sesuatu
dengan arahan orang lain. Contoh : Pasangan suami/istri yg menghadapi kelahiran
anak pertama dengan resiko tinggi, keluarga yg menghadapi perpecahan, indivgidu yg
mengalami konflik dalam pekerjaan
3. Kecemasan Berat adalah Persepsi semakin sempit, perhatian pada detail semakin
kecil, tidak dapat berfikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan
mengurangi kecemasan perlu banyak perintah dan arahan. Contoh : Individu yg
mengalami kebakaran atau kehilangan orang yang dicintai, Individu dalam kondisi
penyanderaan.
4. Panik adalah Individu kehilangan kendali diri, hilang control diri, perhatiannya
hilang, tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan perintah. Peningkatan
aktivitas motorik, penyimpangan persepsi, hilangnya pikiran rasional, tidak mampu
berfikir secara efektip (Brust, 2007).
E. TERAPI
Terapi pada ansietas pada umumnya dapat dilakukan dengan 2 cara yakni terapi
psikologis (psikoterapi) atau terapi dengan obat-obatan (farmakoterapi). Angka-angka
keberhasilan terapi yang tinggi dilaporkan pada kasus-kasus dengan diagnosis dini.
Psikoterapi sederhana sangat efektif, khususnya dalam konteks hubungan pasien dan
dokter yang baik, sehingga dapat membantu mengurangi farmakoterapi yang tidak
perlu.
1. Terapi Psikologis
Penyuluhan psikiatrik atau psikologis dan manipulasi lingkungan tidak jarang pula
dibutuhkan. Biasanya terapi-terapi psikologis pada ansietas tersebut merupakan
bagian dari manajemen untuk mengatasi kebanyakan kondisi medis. Namun untuk
melakukan psikoterapi semacam itu tidak selalu mungkin dapat dilakukan, khususnya
yang ada dalam rumah sakit. Jangkauan dari ketersediaan pelayanan seringkali
terbatas, dan tidak semua pasien siap untuk menyetujui sebuah skenario tertentu.
Terapi pada ansietas tidak harus dilakukan oleh seorang psikiatri, namun seharusnya
dapat diterapkan oleh semua dokter yang berkompeten, sehingga keterbatasan
pelayanan dapat diatasi(House cit Stark, 2002). Memberikan informasi selalu menjadi
langkah awal dalam menolong pasien ansietas, yang mana informasi yang diberikan
harus sesuai dengan kadarnya dan selalu memberikan harapan yang besar bagi setiap
individu untuk sembuh. Kebanyakan pasien menginginkan sebuah kejelasan dan
informasi mengenai kondisi yang sedang ia alami, dengan melakukan tindakan tadi,
menunjukkan kepada pasien bahwa mereka benar-benar diperdulikan dan dirawat.
Komunikasi yang efektif adalah esensial dalam pemberian informasi, dokter-dokter
terlatih dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan terbuka dari pasien, mampu
memahami kondisi psikis, dan kemampuan memberikan nasehat-nasehat yang baik
sangat dibutuhkan, sehingga akan tercipta komunikasi yang efektif. Yang mana akan
mampu membantu pasien dalam mengurangi beban psikisnya(House cit Stark, 2002)
2. Terapi Religi
Terapi ini sering digolongkan sebagai sebuah terapi psikis, namun sayangnya tidak
semua dokter berkompeten mampu melakukannya, dan terapi ini biasanya hanya
dapat dilakukan oleh seorang yang memang ahli dalam bidang spiritual. Terapi religi
biasanya membantu pasien untuk lebih tenang dan memberi waktu pasien untuk
memahami dirinya sendiri, sehingga menciptakan sebuah kesadaran dalam diri
sendiri. Hal ini cenderung lebih efektif karena kesadaran tersebut muncul dari diri
sang pasien sendiri.
Terapi ini dilakukan melalui sharing kepada ahli religi yang dipercaya oleh penderita,
dan kemudian ahli religi tersebut memberi nasehat-nasehat untuk lebih mendekatkan
diri kepada Tuhan, namun tak jarang juga terapi semacam ini dilakukan secara
invidual tanpa seorang agamawan yang membimbing. Terapi semacam ini terkadang
pada akhirnya juga membentuk sebuah karakteristik atau watak yang baru dari
penderita.
3. Terapi farmakologi
Beberapa jenis obat-obatan biasanya dapat digunakan untuk mengatasi dan
mengurangi ansietas, dan masing-masing obat memiliki keuntungan dan kekurangan
masing-masing. Penggunaan suatu zat dalam jangka waktu yang lama pun tidak akan
membuahkan hasil yang baik untuk kesehatan fisik sang pasien sendiri
Obat-obatan yang paling sering digunakan dalam mengatasi ansietas adalah
benzodiazepine(BDPs)(Fracchione, 2004). Adapun beberapa jenis obat yang lazim
digunakan adalah :
- Diazepam
- Lorazepam
- Alprazolam
- Propanolol
- Amitriptilin
Penghentian suatu konsumsi zat tertentu juga dapat membantu mengurangi ansietas,
biasanya penggunaan beberapa zat yang mengandung analgesik dan alkohol yang
mana telah disinggung diatas tadi, bahwa konsumsi zat-zat tersebut sebenarnya
merupakan sebuah pelarian dari gejala-gejala ansietas namun pada akhirnya pada
situasi tertentu, penghentian zat-zat tersebut malah menjadi bagian yang penting untuk
program manajemen ansietas. Karena ketergantungan terhadap zat-zat tersebut dapat
memicu timbulnya ansietas yang lebih, meskipun pada awal penggunaannya terasa
membantu meringankan gejala-gejala ansietas penderita.
DAFTAR PUSTAKA
Brust, J.C.M.2007.Current Diagnosis and Treatment. New York. A large medical
book.
Cameroon, Alasdair D.2004.CrashCourse Psychiatry. London. Mosby
Fricchione, Gregory.2004.Generalized Anxiety Disorder. N England J Med.351:675-
82
Harold, I. Kaplan & Benjamin, J. Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Jakarta :
Binarupa Aksara.
House, A.,Stark, D.2002. Anxiety In Medical Patient. BMJ.
http://www.bmj.com. Last updated : July 27, 20

Anda mungkin juga menyukai