Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Administrasi publik adalah segala bentuk kegiatan Administrasi umum
yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan
lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) dalam bentuk barang dan jasa baik dalam rangka upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan
ketentuan perundang -undangan.
Pada hakekatnya pembangunan nasional suatu bangsa dilaksanakan
oleh masyarakat bersama pemerintah, masyarakat adalah pelaku utama
pembangunan, sedangkan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan,
membina serta menciptakan suasana kondusif yang menunjang kegiatan
rakyatnya.
Kegiatan masyarakat dan pemerintah tersebut harus saling mengisi,
saling menunjang, dan saling melengkapi dalam suatu kesatuan langkah
menuju tercapainya suatu tujuan pembangunan nasional suatu bangsa.
Pemberian Administrasi umum oleh aparatur pemerintah kepada
masyarakat adalah merupakan perwujudan dari fungsi aparat negara, agar
terciptanya suatu keseragaman pola dan langkah Administrasi umum oleh
aparatur pemerintah perlu adanya suatu landasan yang bersifat umum dalam
bentuk pedoman tata laksana Administrasi umum. Pedoman ini merupakan
2

penjabaran dari hal - hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam prosedur
operasionalisasi Administrasi umum yang diberikan oleh instansi pemerintah
baik di pusat maupun di daerah secara terbuka dan transparan.















3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI ADMINISTRASI PUBLIK
Administrasi Publik (Inggris:Public Administration) atau Administrasi
Publik adalah suatu bahasan ilmu sosial yang mempelajari tiga elemen
penting kehidupan bernegara yang meliputi lembaga legislatif, yudikatif, dan
eksekutif serta hal- hal yang berkaitan dengan publik yang meliputi kebijakan
publik, manajemen publik, administrasi pembangunan, tujuan negara, dan
etika yang mengatur penyelenggara negara.
Secara sederhana, administrasi publik adalah ilmu yang mempelajari
tentang bagaimana pengelolaan suatu organisasi publik. Meskipun sama-
sama mengkaji tentang organisasi, administrasi publik ini berbeda dengan
ilmu manajemen: jika manajemen mengkaji tentang pengelolaan organisasi
swasta, maka administrasi publik mengkaji tentang organisasi
publik/pemerintah, seperti departemen-departemen, dan dinas-dinas, mulai
dari tingkat kecamatan sampai tingkat pusat. Kajian ini termasuk mengenai
birokrasi; penyusunan, pengimplementasian, dan pengevaluasian kebijakan
publik; administrasi pembangunan; kepemerintahan daerah; dan good
governance.


4

Tak dapat dipungkiri bahwa sejak mulai manusia Indonesia dilahirkan
di muka bumi sampai dengan perjalanannya ke liang kubur syarat dengan
perlakuan koruptif, suasana seperti ini tercipta akibat kultur birokrasi
bermental Feodal ( warisan pemerintah Kolonial ), aparat birokrasi lebih sibuk
melayani penguasa ketimbang melayani masyarakat umum yang berhak
mendapatkan Administrasi bukan malah melayani aparat.
Faktor utama perilaku koruptif aparat birokrasi adalah gaji golongan
tertentu yang tidak memenuhi standard kebutuhan hidup yang wajar,
sehingga mereka begitu sulit untuk membedakan mana yang HAK dan mana
yang BATHIL, karena dengan pendapatan yang diperolehnya selama ini jauh
dari standard kebutuhan hidup yang layak mereka tidak bisa memiliki rumah,
membeli mobil, menyekolahkan anaknya jika tidak ada usaha sampingan,
tidak mencari penghasilan tambahan maupun ngobyek sekalipun harus
dengan konsekuensi menyelewengkan tugas dan tanggungjawabnya sesuai
dengan sumpah jabatan yang pernah diucapkannya.
Di sisi lain faktor politis sangat mempengaruhi bahwa jabatan birokrasi
adalah sebagai alat kekuasaan yang berfungsi sebagai mesin uang baik
untuk dirinya sendiri maupun bagi kelompoknya.

2.2. REFORMASI BIROKRASI / ADMINISTRASI PUBLIK MAMPU
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PELAKSANA BIROKRASI.
Mari kita bertanya kepada diri sendiri berdasarkan fakta dilapangan
berapa kita mengeluarkan biaya untuk akte lahir anak kita, membuat sertifikat
tanah, mengurus IMB, memakamkan sesepuh kita berapa biaya yang harus
kita keluarkan, dan kita juga mengetahui berapa besaran yang di setor masuk
5

kas Negara maupun yang dikantongi oleh aparat nakal, dan masih lebih 100
jenis - jenis ijin lainnya yang memerlukan Administrasi publik.
Kita perlu mendorong pemerintah untuk tidak membuat keputusan
bahwa pembuatan KTP adalah gratis kecuali bagi mereka yang tidak mampu,
toh selama ini kita dengan rela membayar biaya dengan alasan beli kertas,
upah mengetik, dll.
Pemerintah perlu mempertimbangkan dalam menyusun peraturan
pelaksanaan undang - undang Keterbukaan Informasi Publik (KIP)
khususnya biaya retribusi tiap - tiap jenis Administrasi publik (Ijin - Ijin),
mengingat bahwa status ekonomi sosial masyarakat Indonesia adalah
berbeda - beda.
Pemerintah dapat mengemas besaran biaya retribusi Administrasi
publik berdasarkan sifat kebutuhan maupun kemampuan sosial masyarakat.
Misalnya :
Biaya retribusi membuat / menerbitkan IMB Rumah type 36 dengan jangka
waktu penyelesaian normal 2 bulan sebesar Rp. 200,000 dan penyelesaian
emergensi ( mendesak ) 1 bulan dengan biaya Rp. 300,000.
Jika perangkat tata laksana dari suatu sistem kebebasan untuk
mendapatkan Administrasi publik telah terbangun secara sistematis maka
kita akan mendapat tambahan sumber devisa dari Administrasi publik berupa
Pendapatan Negara Bukan Pajak ( PNBP ) yang kita yakini akan mampu
meningkatkan kesejahteraan para pegawai negeri, TNI maupun POLRI yang
berjumlah kurang lebih 6 juta orang.

6

2.3. HAKEKAT ADMINISTRASI PUBLIK :
Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi
pemerintah di bidang Administrasi publik.
Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana
Administrasi, sehingga Administrasi publik dapat diselenggarakan
lebih berdaya guna dan berhasil guna.
Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakasa, dan peran serta
masyarakat dalam derap langkah pembangunan serta dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

2.4. ASAS ADMINISTRASI PUBLIK
Administrasi Publik dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan
terpadu yang bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar dan
terjangkau. Karena itu harus mengandung unsur-unsur dasar sebagai berikut
:
Hak dan kewajiban bagi pemberi maupun penerima Administrasi
publik harus jelas dan diketahui secara pasti oleh masing-masing
pihak.
Pengaturan setiap bentuk Administrasi publik harus disesuaikan
dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk
membayar berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dengan tetap berpegang pada efisiensi dan efektifitas.
7

Mutu proses dan hasil Administrasi publik harus diupayakan agar
dapat memberi keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian
hokum yang dapat dipertanggung jawabkan.
Apabila Administrasi publik yang diselenggarakan oleh Instansi
Pemerintah terpaksa harus mahal, maka Instansi Pemerintah yang
bersangkutan berkewajiban memberi peluang kepada masyarakat
untuk ikut menyelenggarakannya sesuai perundang-undangan yang
berlaku.
Fungsi hukum Administrasi Publik adalam menciptakan
penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan berwibawa memang sangat
dibutuhkan. Salah satu agenda pembangunan nasional adalah menciptakan
tata pemerintahan yang bersih, dan berwibawa. Agenda tersebut merupakan
upaya untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, antara lain:
keterbukaan, akuntabilitas, efektifitas dan efisiensi, menjunjung tinggi
supremasi hukum, dan membuka partisipasi masyarakat yang dapat
menjamin kelancaran, keserasian dan keterpaduan tugas dan fungsi
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Untuk itu diperlukan
langkah-langkah kebijakan yang terarah pada perubahan kelembagaan dan
sistem ketatalaksanaan; kualitas sumber daya manusia aparatur; dan sistem
pengawasan dan pemeriksaan yang efektif.

Fungsi Hukum Administrasi Publik yang melihat negara dalam
keadaan bergerak, pada hakikatnya bertujuan mengatur lembaga kekuasaan
/ pejabat atasan maupun bawahan dalam melaksanakan peranannya
berdasarkan Hukum Tata Negara, yaitu :

a. Menciptakan peraturan peraturan yang berupa ketentuan ketentuan
abstrak yang berlaku umum.
8

b. Menciptakan ketentuan ketentuan yang berupa ketentuan konkrit
untuk subyek tertentu, di bidang :
1) Bestuur, yang berbentuk : perijinan, pembebanan, penentuan status
atau kedudukan, pembuktian, pemilikan dalam penggandaan dan
pemeliharaan perlengkapan administrasi.
2) Politie, mencakup proses pencegahan dan penindakan.
3) Rechtspraak, mencakup proses pengadilan, arbitrase, konsiliasi dan
mediasi.

Kegiatan penciptaan ketentuan ketentuan abstrak yang berlaku
umum tercermin dalam kegiatan Pembentukan Undang Undang, Peraturan
Pemerintah serta Peraturan Menteri atau Keputusan Menteri.

Kegiatan menciptakan ketentuan ketentuan konkrit untuk subyek
tertentu, tercermin dalam kegiatan : pemberian ijin penyimpangan jam kerja,
ijin pemutusan hubungan kerja dan ijij mempekerjakan wanita pada malam
hari. Demikian pula penentuan status terlihat dalam kegiatan pemberhentian
buruh oleh P4P. Kegiatan pembuktian dapat dilihat dari pendaftaran serikat
buruh pada Departemen Tenaga Kerja.

Kegiatan pengawasan dalam arti pencegahan, tercermin dalam
ketentuan keselamatan kerja, ketentuan upah minimum dan sebagainya.
Sedangkan kegiatan pengawasan dalam arti penindakan, tercermin dalam
ketentuan yang mencantumkan ancaman sanksi pidana / administratif.
Kegiatan peradilan di sini, tercermin dalam mekanisme penyelesaian
perselisihan perburuhan yang dikenal arbitrase wajib ( pemerintah
mempunyai peranan yang penting ).

9

Reformasi birokrasi belum berjalan sesuai dengan tuntutan
masyarakat. Hal tersebut terkait dengan tingginya kompleksitas
permasalahan dalam mencari solusi perbaikan. Demikian pula, masih
tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang, banyaknya praktek KKN, dan
masih lemahnya pengawasan terhadap kinerja aparatur negara merupakan
cerminan dari kondisi kinerja birokrasi yang masih jauh dari harapan.

Banyaknya permasalahan birokrasi tersebut di atas, belum
sepenuhnya teratasi baik dari sisi internal maupun eksternal. Dari sisi
internal, berbagai faktor seperti demokrasi, desentralisasi dan internal
birokrasi itu sendiri, masih berdampak pada tingkat kompleksitas
permasalahan dan dalam upaya mencari solusi lima tahun ke depan.
Sedangkan dari sisi eksternal, faktor globalisasi dan revolusi teknologi
informasi juga akan kuat berpengaruh terhadap pencarian alternatif-alternatif
kebijakan dalam bidang aparatur negara.

Dari sisi internal, faktor demokratisasi dan desentralisasi telah
membawa dampak pada proses pengambilan keputusan kebijakan publik.
Dampak tersebut terkait dengan, makin meningkatnya tuntutan akan
partisipasi masyarakat dalam kebijakan publik; meningkatnya tuntutan
penerapan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik antara lain
transparansi, akuntabilitas dan kualitas kinerja publik serta taat pada hukum;
meningkatnya tuntutan dalam pelimpahan tanggung jawab, kewenangan dan
pengambilan keputusan.

Demikian pula, secara khusus dari sisi internal birokrasi itu sendiri,
berbagai permasalahan masih banyak yang dihadapi. Permasalahan tersebut
antara lain adalah: pelanggaran disiplin, penyalahgunaan kewenangan dan
10

masih banyaknya praktek KKN; rendahnya kinerja sumber daya manusia dan
kelembagaan aparatur; sistem kelembagaan (organisasi) dan
ketatalaksanaan (manajemen) pemerintahan yang belum memadai;
rendahnya efisiensi dan efektifitas kerja; rendahnya kualitas pelayanan
umum; rendahnya kesejahteraan PNS; dan banyaknya peraturan perundang-
undangan yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan dan
tuntutan pembangunan.

Dari sisi eksternal, faktor globalisasi dan revolusi teknologi informasi
(e-Government) merupakan tantangan tersendiri dalam upaya menciptakan
pemerintahan yang bersih, baik dan berwibawa. Hal tersebut terkait dengan
makin meningkatnya ketidakpastian akibat perubahan faktor lingkungan
politik, ekonomi, dan sosial yang terjadi dengan cepat; makin derasnya arus
informasi dari manca negara yang dapat menimbulkan infiltrasi budaya dan
terjadinya kesenjangan informasi dalam masyarakat (digital divide).

Perubahan-perubahan ini, membutuhkan aparatur negara yang
memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan yang handal untuk
melakukan antisipasi, menggali potensi dan cara baru dalam menghadapi
tuntutan perubahan. Di samping itu, aparatur negara harus mampu
meningkatkan daya saing, dan menjaga keutuhan bangsa dan wilayah
negara. Untuk itu, dibutuhkan suatu upaya yang lebih komprehensif dan
terintegrasi dalam mendorong peningkatan kinerja birokrasi aparatur
negara dalam menciptakan pemerintahan yang bersih dan akuntabel yang
merupakan amanah reformasi dan tuntutan seluruh rakyat Indonesia.

Secara umum sasaran penyelenggaraan negara adalah terciptanya
tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, profesional, dan
11

bertanggungjawab, yang diwujudkan dengan sosok dan perilaku birokrasi
yang efisien dan efektif serta dapat memberikan pelayanan yang prima
kepada seluruh masyarakat.

Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, secara khusus sasaran yang
ingin dicapai adalah:

1. Berkurangnya secara nyata praktek korupsi di birokrasi, dan
dimulai dari tataran (jajaran) pejabat yang paling atas;
2. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan
pemerintahan yang bersih, efisien, efektif, transparan, profesional
dan akuntabel;
3. Terhapusnya aturan, peraturan dan praktek yang bersifat
diskriminatif terhadap warga negara, kelompok, atau golongan
masyarakat;
4. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan
kebijakan publik;
5. Terjaminnya konsistensi seluruh peraturan pusat dan daerah, dan
tidak bertentangan peraturan dan perundangan di atasnya.

Dalam upaya untuk mencapai sasaran pembangunan
penyelenggaraan negara dalam mewujudkan Tata Pemerintahan yang Bersih
dan Berwibawa, maka kebijakan penyelengaraan negara diarahkan untuk:

1) Menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan
dalam bentuk praktik-praktik KKN dengan cara:

12

a. Penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik
(good governance) pada semua tingkat dan lini pemerintahan dan
pada semua kegiatan;
b. Pemberian sanksi yang seberat-beratnya bagi pelaku
KKN sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
c. Peningkatan efektivitas pengawasan aparatur negara
melalui koordinasi dan sinergi pengawasan internal, eksternal dan
pengawasan masyarakat;
d. Peningkatan budaya kerja aparatur yang bermoral,
profesional, produktif dan bertanggung jawab;
e. Percepatan pelaksanaan tindak lanjut hasil-hasil
pengawasan dan pemeriksaan;
f. Peningkatan pemberdayaan penyelenggara negara,
dunia usaha dan masyarakat dalam pemberantasan KKN.

2) Meningkatkan kualitas penyelengaraan Administrasi Publik
melalui:

a. Penataan kembali fungsi-fungsi kelembagaan
pemerintahan agar dapat berfungsi secara lebih memadai, efektif,
dengan struktur lebih proporsional, ramping, luwes dan responsif;
b. Peningkatan efektivitas dan efisiensi ketatalaksanaan
dan prosedur pada semua tingkat dan lini pemeritahan;
c. Penataan dan peningkatan kapasitas sumber daya
manusia aparatur agar lebih profesional sesuai dengan tugas dan
fungsinya untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat;
d. Peningkatan kesejahteraan pegawai dan pemberlakuan
sistem karier berdasarkan prestasi;
13

e. Optimalisasi pengembangan dan pemanfaatan e-
Government, dan dokumen/arsip negara dalam pengelolaan tugas dan
fungsi pemerintahan.

3) Meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan dengan:
a. Peningkatan kualitas pelayanan publik terutama
pelayanan dasar, pelayanan umum dan pelayanan unggulan;
b. Peningkatan kapasitas masyarakat untuk dapat
mencukupi kebutuhan dirinya, berpartisipasi dalam proses
pembangunan dan mengawasi jalannya pemerintahan;
c. Peningkatan tranparansi, partisipasi dan mutu pelayanan
melalui peningkatan akses dan sebaran informasi

Administrasi Publik atau dulu dikenal Administrasi Publik pada
dasarnya adalah sebuah bentuk kerjasama administrativ yang dikerjakan
oleh 2 orang atau lebih demi mencapai tujuan bersama. Goal dari
administrasi publik itu sendiri adalah Public Service atau Pelayanan Publik.
Administrasi publik memiliki kajian ilmu tentang Politik, Hukum, Sosial serta
Manajemen.
Salah satu tugas dari Administrasi Publik adalah pembuat kebijakan
atau Policy Maker yang dikenal dengan Kebijakan Publik. Artinya para
administrator ini membuat suatu kebijakan dengan tujuan untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang ada di Publik ( masyarakat ).
Beberapa pakar negarawan yang mendefinisikan administrasi publik
banyak sekali. Inilah beberapa pakar negarawan:
14

Gerald Caiden:
Administrasi Publik meliputi setiap bidang dan aktifitas yang menjadi sasaran
kebijaksanaan pemerintah, termasuk proses formal dan kegiatan-kegiatan
DPR, fungsi-fungsi yang berlaku dalam lingkungan pengadilan dan kegiatan-
kegiatan dari lembaga militer.
Dwight Waldo:
Public Administration is the organization and management of men and
materials to achieve the purposes of government (Administrasi Publik adalah
organisasi dan manajemen dari orang-orang dan bahan-bahan untuk
mencapai tujuan pemerintah)
Soesilo Zauhar ( Dosen Ilmu Administrasi Publik, Universitas
Brawijaya ):
Administrasi Publik/ publik adalah proses kerjasama yang berlaku
dalam organisasi publik dalam rangka memberikan pelayanan publik.
Administrasi publik, seperti yang dirumuskan oleh Pfiffner dan
Presthus (1953), adalah sebuah disiplin ilmu yang terutama mengkaji cara-
cara untuk mengimplementasikan nilai-nilai politik. Hal tersebut sejalan
dengan gagasan awal Wilson dalam Shafritz dan Hyde (1992) yang dianggap
sebagai orang yang membidani lahirnya ilmu administrasi publik modern di
Amerika Serikat.
Wilson mengemukakan bahwa disiplin administrasi publik merupakan
produk perkembangan dari ilmu politik. Namun Wilson mengusulkan adanya
pemisahan disiplin administrasi dari ilmu politik. Gagasan ini kemudian
dikenal sebagai dikotomi politik-administrasi. Sejak itu, selama satu abad
15

lebih, administrasi publik baik sebagai bidang studi maupun sebagai profesi
terus berkembang.
Kajian tentang administrasi publik tidak terlepas dari organisasi
pemerintah dalam penanganan masalah-masalah publik. Bellone (1982:1)
berpendapat bahwa the discipline of public administration is predicated on the
study of organization. Teori organisasi, hipotesis tentang perilaku manusia
dalam organisasi pemerintahan yang kompleks dan teori administrasi serta
hipotesis tentang perilaku manusia dalam kelompok kerja, merupakan dasar
dalam teori administrasi publik. Hingga dapat dijelaskan bahwa administrasi
publik berbicara tentang perilaku manusia
Dalam organisasi pemerintah. Bahkan Shafritz dan Russell (2005:5)
mengemukakan bahwa it is easy to define administration if you are content
with being simplistic: it is governmnet in action the management of public
affairs on the implementation of public policies.








16

BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN
Fungsi Administrasi Publik yang melihat negara dalam keadaan
bergerak, pada hakikatnya bertujuan mengatur lembaga kekuasaan / pejabat
atasan maupun bawahan dalam melaksanakan peranannya berdasarkan
Hukum Tata Negara, yaitu :

a. Menciptakan peraturan peraturan yang berupa ketentuan ketentuan
abstrak yang berlaku umum.
b. Menciptakan ketentuan ketentuan yang berupa ketentuan konkrit
untuk subyek tertentu, di bidang :
1) Bestuur, yang berbentuk : perijinan, pembebanan, penentuan status
atau kedudukan, pembuktian, pemilikan dalam penggandaan dan
pemeliharaan perlengkapan administrasi.
2) Politie, mencakup proses pencegahan dan penindakan.
3) Rechtspraak, mencakup proses pengadilan, arbitrase, konsiliasi dan
mediasi.







17

DAFTAR PUSTAKA


Kumorotomo, Wahyudi, Etika Publik PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
2001.
Robert C., Solomon. 1987. Etika: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
K. Frankena, William. 1982. Ethics. New Delhi: Prentice-Hall.
H. De Vos. 1987. Pengantar Etika. Yogyakarta: Tiara Wacana.
[1] Joeniarto, Demokrasi dan Sistem Pemerintahan Negara, Bina Aksara,
1984
[2] ILO, Employment, Growth, and Basic Need. Newyork, Preager, 1977
[3] A.V. Dicey, Introduction to the law of the constitution.Dikutip oleh E.C.S
Wade.
[4] SF. Marbun, Peradilan Tata Usaha Negara, Liberty, Yogyakarta,1988
[5] Jeck H. Kontt & G.J. Miller, Reformasi birokrasi dan Peilihan institusi
politik. Hlm : 173-175
[6] Dikutip oleh Taufik Abdulah, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan
Ekonomi, 1988. Hlm 3
Diposkan oleh Mas_Rizan di 19:17

Anda mungkin juga menyukai