Anda di halaman 1dari 66

CASE REPORT SESSION

DENGUE SHOCK
SYNDROME

Disusun Oleh :
Reisya Gina Nurfajri 12100113068

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
PROGRAM PENDIDIKAN POFESI DOKTER
(P3D)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RSUD AL-
IHSAN
2014



Identitas Pasien
Nama : An. F
Tanggal Lahir : 9 Juni 2013
Umur : 9 bulan
Anak ke : 3 dari 3 bersaudara
Alamat : Jl. Palasari
Tanggal pemeriksaan : 18-03-2014
Tanggal masuk RS : 17-03-2014


Identitas Orang tua
Nama Ibu : Ny. I
Umur : 33
tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Nama Ayah :Tn. E
Umur : 36 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pegawai
swasta
Alamat : Jl.
Palasari

KELUHAN UTAMA
Tangan dan kaki
terasa dingin
ANAMNESA
Orang tua pasien membawa anaknya ke RS dengan keluhan
tangan dan kaki pasien terasa dingin sejak 3 jam SMRS. Menurut
orang tua pasien keluhan dirasakan sejak siang harinya dan
semakin lama semakin memburuk.
Orang tua pasien mengatakan keluhan diawai dengan adanya
demam pada pasien sejak 6 hari SMRS, demam yang dirasakan
mendadak tinggi, tidak turun sepanjang hari, dan berlangsung terus-
menerus, namun ibu pasien tidak mengukur suhu anaknya dengan
termometer. Pada hari ke 5 (1 hari SMRS) suhu pasien mulai turun
tetapi pasien terlihat lemas. pasien batuk terus menerus dan terlihat
sesak. Pasien sempat muntah sebanyak 4 kali berisi makanan dan
ASI. Pasien juga menjadi tidak mau makan, lebih gelisah, sulit tidur,
pasien sering terlihat memegang perutnya sepert kesakitan, perut
pasien terlihat membesar, pasien menjadi batuk dan terlihat sesak,
menurut orang tua pasien, pasien menjadi lebih jarang kencing dan
tidak mau minum.
ANAMNESA
Orang tua pasien menyangkal pasien terlihat
tidak sadar atau menjadi lebih banyak tidur,
kejang, mimisan atau gusi berdarah, BAB pasien
terlihat seperti biasa tidak mencret ataupun
berwarna hitam, tidak ada bintik kemerahan pada
kulit pasien. Pasien tidak terlihat nyeri-nyeri sendi
dan masih bisa berjalan.
Orang tua pasien sudah membawa pasien ke
dokter pada hari ke 2 demam dan diberikan obat
namun keluhan tidak berkurang. Setelah demam
turun keaadaan pasien menjadi memburuk
sehingga orang tua pasien membawa pasien ke
UGD.
ANAMNESA
Riwayat penyakit terdahulu
Keluhan tersebut petama kali dialami oleh
pasien. Pasien mempunyai alergi terhadap
cuaca, dan sering batuk pilek jika cuaca buruk.

Riwayat keluarga
Orang tua pasien meyangkal sedang ada
anggota keluarga yang mengalami demam
berdarah ataupun keluhan yang sama dengan
pasien.


ANAMNESA

Riwayat sosio-ekonomi dan lingkungan.
Rumah pasien tidak dekat dengan
solokan ataupun kolam, tidak ada tempat
penampungan air di rumah pasien. Ibu
pasien tidak mengetahui apakah ada
tetangga yang terkena demam berdarah.
Tidak ada penyemprotan/fogging yang
dilakukan di lingkungan rumah pasien.
Riwayat imunisasi :
Pasien sudah menjalani imunisasi yang
belum dilakukan hanya campak.
ANAMNESA
Riwayat kehamilan dan persalinan:
pasien lahir dari ibu P2A0, lahir secara normal di
RS pada usia kehamilan 9 bulan. Pada saat
hamil ibu pasien tidak pernah sakit keras
ataupun demam, pada saat hamil ibu pasien
sering kontrol ke dokter dan tidak pernah
mengkonsumsi obat kecuali vitamin yang
diberikan oleh dokter. Pasien lahir normal,
langsung menangis, berat badan lahir 2,7 kg
dengan panjang 50 cm. Pada saat setelah lahir
pasien langsung pulang tidak dirawat.
ANAMNESA
Asupan makan:
- 0- 6 bulan : ASI
- 6 bulan sekarang: ASI dan bubur susu.

Riwayat tumbuh kembang:
Motorik kasar : mengangkat kepala usia 3 bulan,
duduk 9 bulan
Motorik halus : memasukan benda ke mulut
Bahasa : babling
Personal-sosial :
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : sakit berat, CM
Tanda-tanda vital
T : 38.7
PR : 155x/min, regular, lemah
RR : 46x/min
Berat badan : 8,9 kg PB : 68 cm
BB/U : SD -2 s/d 0 (normal)
TB/U : SD -2 s/d 0 (normal)
BB/TB : SD 1 s/d 2 (normal)




Kepala : normochepal
Mata : Conjunctiva anemis (+/+), Sklera Ikterik (-/-), sekret
(-)
Leher
KGB : tidak teraba pembesaran
Tiroid : tidak teraba pembesaran
Retraksi suprasternal (-)
Thoraks
Pulmo
Depan :
Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dada simetris,
abdomino-torakal, retraksi intercostal (+)
Palpasi : vokal fremitus menurun
Perkusi : sonor, BPH ICS 5
Auskultasi : VBS menurun ka=ki, wheezing(-/-), ronkhi(+/+)
Belakang:
Inspeksi : bentuk dan gerak simetris
Palpasi : vokal fremitus menurun.
Perkusi : dullness pada ICS 4 ka=ki
Auskultasi : VBS menurun ka=ki, wheezing(-/-), ronkhi (+/+)

Cardio
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi :
Auskultasi : S1, S2 regular, murmur (-), galoop (-)

Abdomen
Inspeksi : distensi, retraksi epigastrik (+)
Auskultasi : Bising usus menurun
Palpasi : Lembut, NT (+), tidak teraba
pembesaran hepar dan lien
Perkusi : Timpani. PS (+), PP(+)

Anogenital : tidak dilakukan
Ekstrimitas : Simetris, CRT < 2, akral dingin
ptechiae (-), sianosis (-), edema (-)


RESUME
Anak F, laki-laki usia 9 bulan datang dengan
keluhan akral dingin sejak 3 jam SMRS. Demam
hari ke 6 bifasik, letargi, fatigue, anoreksia,
distensi abdomen, nyeri abdomen, batuk, sesak,
pasien menjadi lebih jarang kencing dan tidak
mau minum. Perdarahan spontan (-).
Keadaan umum : sakit berat, Letargi
TTV : PR 155x/min, reguler, lemah ; RR 47x/min ; T
38,7
PE : mata CA (+/+), suara paru VBS menurun ka/ki,
Ronchi +/+. Abdomen distensi, Pekak
samping/peak pindah (+), NT (+) BU menurun.
Akral dingin.
Usulan pemeriksaan
Darah lengkap (Hb, Ht, leukosit, trombosit)
dan Hitung jenis
IgM dan IgG dengue
Rotgen thorax
USG Abdomen
Faal Hati
Elektrolit


DARAH LENGKAP

HB :15,9

Hematokrit : 41,5

Leukosit : 15.000

Trombosit : 36.000

ROTGEN THORAKS
Tidak ada penampakan bronkopneumonia
Tampak efusi
Tidak ada kardiomegali
Dengue Shock Syndrome (post-shock) dan
susp. Bronkopneumonia

Diagnosis Kerja
PENATALAKSANAAN
Umum :
tirah baring
O2 2 L
puasa
Pemasangan Monitor dan NGT
Khusus :
IVFD NS 30 tpm
Transfusi FFP 80 cc
Cefotaxime 3 x 400 mg IV
Amikasin 3 x 50 mg
Sanmol drip 3 x 75mg
Stesolid 5 mg (bila suhu > 39,5)
Nebulizer Nacl 4 cc : bisolvon 8 gtt (3x)

Mengapa didiagnosis Dengue Shock
Syndrome ??
PEMBAHASAN
DEFINISI (WHO)
Penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegepti dan aedes albopictus
yang di tandai dengan demam tinggi,
berlangsung terus menerus selama 2-7 hari,
manifestasi klinis perdarahan (ptechiae
purpura, perdarahan konjungtiva, mukosa,
gusi epistaksis, hematemesis, melena,
hematuria) termasuk tes torniquete (+),
trombositopenia, hemokonsentrasi disertai
atau tanpa pembesaran hati.
DERAJAT Diagnosis Dengue
Haemorrhagic Fever (Demam
Berdarah Dengue)

Semua dari berikut ini :
Demam akut dengan durasi 2-7 hari
Manifestasi perdarahan, dengan tanda: tes tourniquet
(+), petekia, ekimosis, atau purpura, atau perdarahan
mukosa, saluran cerna, tempat penyuntikan, atau
tempat lain
Trombosit <=100.000
Terdapat tanda kebocoran plasma akibat
permeabilitas vaskular meningkat yang ditandai
dengan :
Peningkatan hematokrit/hemokonsentrasi >=20% dari
baseline atau penurunan dari konvalesens, atau
terdapat kebocoran plasma seperti efusi pleura,
asites, hipoproteinemia/hipoalbuminemia
Diagnosis Dengue
Haemorrhagic Fever (Demam
Berdarah Dengue)

Semua dari berikut ini :
Demam akut dengan durasi 2-7 hari
Manifestasi perdarahan, dengan tanda: tes tourniquet
(+), petekia, ekimosis, atau purpura, atau perdarahan
mukosa, saluran cerna, tempat penyuntikan, atau
tempat lain
Trombosit <=100.000
Terdapat tanda kebocoran plasma akibat
permeabilitas vaskular meningkat yang ditandai
dengan :
Peningkatan hematokrit/hemokonsentrasi >=20% dari
baseline atau penurunan dari konvalesens, atau
terdapat kebocoran plasma seperti efusi pleura,
asites, hipoproteinemia/hipoalbuminemia

Dengue Shock Syndrome
(Sindrom Syok Dengue/SSD)

Kriteria untuk DBD seperti di atas dengan
tanda syok :
Takikardia, ekstremitas dingin, CRT
memanjang, nadi lemah, letargis, gelisah yang
mungkin merupakan penurunan perfusi otak,
tekanan nadi <=20, dengan tekanan diastol
meningkat. Hipotensi meurut usia, dengan
tekanan sistol <80 mmHg untuk usia <5 tahun
atau 80-90 mmHg untuk anak yang lebih
besar dan dewasa.

Dengue Shock Syndrome
(Sindrom Syok Dengue/SSD)

Kriteria untuk DBD seperti di atas dengan
tanda syok :
Takikardia, ekstremitas dingin, CRT
memanjang, nadi lemah, letargis, gelisah yang
mungkin merupakan penurunan perfusi otak,
tekanan nadi <=20, dengan tekanan diastol
meningkat. Hipotensi meurut usia, dengan
tekanan sistol <80 mmHg untuk usia <5 tahun
atau 80-90 mmHg untuk anak yang lebih
besar dan dewasa.

EPIDEMIOLOGI
Merupakan penyakit yang endemic di daerah
tropical asia, south pacific island, northern
Australia, tropical Africa, Caribbean, dan central
and south America
Data WHO : 2000-2007 925.896 kasus
Indonesia : 150.000 kasus (2007 : data
terbanyak)
Jakarta&Jawa : 25.000 kasus

ETIOLOGI
Kelompok B Arthropoda virus
Arbovirus/Flavivirus
family Flaviviridae
serotype : DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4
Struktur : protease (kapsid, C, prM, M, protein, envelope,) dan 7
Nonstruktural protein (NS)
Single stranded RNA virus
Vektor :
Nyamuk betina :
aedes aegypti
aedes albopictus
aedes polynesiensis
aedes scutellaris
Mampu terbang sejauh < 1km


PATOFISIOLOGI SYOK
Peningkatan
Permeabilitas
pembuluh darah
Penurunan
Volume
plasma
syok

Trombositopenia
dan diatesis
hemoragik
perdarahan
MANIFESTASI KLINIS
MANIFESTASI KLINIS PADA
PASIEN
FASE KRITIKAL
suhu tubuh mulai mengalami penurunan
sampai mendekati batas normal
(defervescence)
terjadi pada hari ke 3-7.
Peningkatan permeabilitas kapiler (Ht
meningkat, PLT menurun)
berlangsung singkat (24-48 jam)
bila terjadi peningkatan permeabilitas yang
hebat perembesan plasma asupan
cairan tidak memadai syok kematian

INDIKASI RAWAT
PENATALAKSANAAN
INDIKASI PERAWATAN KHUSUS
Adanya gejala shock pada hari ke 2 atau 3
Shock/Kebocoran plasma hebat
PR atau BP yang tidak terdeteksi
Perdarahan hebat
Kelebihan cairan
Kerusakan organ (kerusakan hepar,
kardiomiopati, esepalopati, ensefalitis,
komplikasi lain yang tidak biasa)
PENATALAKSANAAN
INDIKASI PERAWATAN KHUSUS
Adanya gejala shock pada hari ke 2 atau 3
Shock/Kebocoran plasma hebat
PR atau BP yang tidak terdeteksi
Perdarahan hebat
Kelebihan cairan
Kerusakan organ (kerusakan hepar,
kardiomiopati, esepalopati, ensefalitis,
komplikasi lain yang tidak biasa)
TATALAKSANA DHF/DSS
Pemberian cairan melalui infus harus segera dimulai pada
penderita dengan asupan cairan oral yang kurang (muntah atau
malas minum), nilai hematokrit meningkat dan terdapat tanda-tanda
bahaya, Khususnya tandanya syok.
Penting untuk melakukan pemantauan parameter berikut secara
berkala :
Keadaan umum, nafsu makan, muntah perdarahan, serta tanda dan
gejala lain yang merupakan tanda bahaya
CRT perlu di pantau secara cermat
TTV : suhu tubuh, frekuensi nadi, pernafasan, dan tekanan darah harus
diperiksa sekurang-kurangnya 2-4 jam pada penderita tidak syok, serta
setiap 1-2 jam pada pasien syok
Pemeriksaan berkala nilai hematokrit bergantung pada keadaan
penderita dan peningkatan nilai hematokrit
Pada demam dengue setiap 12-24 jam, DBD setiap 6-12 jam dan pada
SSD atau pada perdarahan berat setiap 2-4 jam
Keluaran urin (urine output) harus dicatat min. setiap 8-12 jam pada
kasus non-syok sedangkan pada syok atau pada kelebihan cairan
setiap 1 jam.

Tranfusi suspensi trombosit tidak boleh
diberikan atas indikasi trombositopenia tanpa
ada perdarahan yang berat,bila tidak ada
perdarahan yang nyata trombosit dapat
dipertimbangkan bila jumlah trombosit <10.000.

Jenis-jenis Cairan yang
direkomendasikan WHO
Kristaloid:
Ringer Laktat (RL)
Ringer Asetat (RA)
Larutan Garam Faali (GF)
Dekstrosa 5% dalam larutan RL (D5/RL)
Dekstrosa 5% dalam larutan RA (D5/RA)
Dekstrosa 5% dalam larutan GF (D5/1/2 GF)
Catatan untuk resusitasi syok dipergunakan larutan RL atau RA
tida boleh larutan yang mengandung dekstran.
Koloid:
Dekstran 40
Plasma
Albumin
44
Mengapa pada pasien diduga susp.
Bronkopneumonia?
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut :
sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan
tarikan dinding dada
panas badan
Ronkhi basah sedang nyaring (crackles)
Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus bilateral
dengan peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil
dan halus yang tersebar di pinggir lapang paru. Bayangan
bercak ini sering terlihat pada lobus bawah.
Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm
3

dengan limfosit predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm
3

neutrofil yang predominan)


PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut :
sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan
tarikan dinding dada
panas badan
Ronkhi basah sedang nyaring (crackles)
Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus bilateral
dengan peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil
dan halus yang tersebar di pinggir lapang paru. Bayangan
bercak ini sering terlihat pada lobus bawah.
Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm
3

dengan limfosit predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm
3

neutrofil yang predominan)


DEFINISI
Bronkopneumonia : peradangan
parenkim paru yang terlokalisir yang
mengenai bronkiolus dan juga mengenai
alveolus disekitarnya berupa distribusi
berbentuk bercak-bercak (patchy
distribution).

ETIOLOGI PADA PASIEN
TATALAKSANA BP
Antibiotik empiris berdasarkan usia penderita
dan derajat penyakit, segera diberikan setelah
masuk RS
Pada keadaan klinis berat kombinasi
ampisilin-gentamisin atau ampisilin-
klorampenikol.
Bayi > 3 bulan kombinasi ampisilin dan
klorampenikol
Pneumonia sangat berat dan tidak tampak
perbaikan sefalosporin generasi ke 3 seperti
seftriakson dan sefotaksim
FOLLOW UP
18/03/2014



S febris (+), fatigue, distensi abdomen, dyspneu, belum
BAK, batuk berkurang, hematemesis (-), Melena (-)
TTV LAB
O KU sakit sedang, CM, TTV terlampir
Thoraks : paru VBS ka=ki, rh +/+, wh -/-
Abdomen : distensi, hepar sulit dinilai, PS/PP (+), BU
menurun
Akral hangat, CT <2
18/03/14 18/03/14
A DSS Post Shock
P IVFD N4 300 cc/jam
Cefotaxime 3 x 400 mg IV
Amikasin 3 x 50 mg
Ottopan 3 x 0,9cc
Sanmol drip 3 x 75mg
Stesolid 5 mg (bila suhu > 39,5)
Nebulizer Nacl 4 cc : bisolvon 8 gtt (3x)
19/03/2014

S febris (+), fatigue, distensi abdomen,
dyspneu, BAK 2x, batuk berkurang,
hematemesis (-), Melena (-)
TTV LAB
O KU sakit sedang, CM, TTV terlampir
Thoraks : paru VBS ka=ki, rh +/+, wh -/-
Abdomen : distensi, hepar sulit dinilai,
PS/PP (+), BU menurun
Akral hangat, CT <2
19/03/14 19/03/14
A DSS Post Shock
P IVFD N4 300cc/jam tpm
Cefotaxime 3 x 400 mg IV
Amikasin 3 x 50 mg
Ottopan 3 x 0,9cc
Sanmol drip 3 x 75mg
Stesolid 5 mg (bila suhu > 39,5)
Nebulizer Nacl 4 cc : bisolvon 8 gtt (3x)
20/03/2014

S febris (-), distensi abdomen berkurang,
dyspneu (-), BAK sering, batuk berkurang
TTV LAB
O KU sakit sedang, CM, TTV terlampir
Thoraks : paru VBS ka=ki, rh +/+, wh -/-
Abdomen : hepar teraba 1 jari BAC, PS/PP
(-), BU (+)
Akral hangat, CT <2
20/03/14 20/03/14
A DSS post shock (perbaikan) Perbaikan Perbaikan
P IVFD N4 300 cc/jam
Cefotaxime 3 x 400 mg IV
Amikasin 3 x 50 mg
Ottopan 3 x 0,9cc
Sanmol drip 3 x 75mg
Stesolid 5 mg (bila suhu > 39,5)
FOLLOW UP TTV
tanggal jam T PR RR diuresis LP
17/03/14 10.30 38,7 132 44 51 cm
11.00 38,7 142 48
12.00 38.3 143 57
13.00 38.9 153 48
15.00 38.1 141 45
16.00 37.7 137 47
17.00 37.5 136 46
18.00 37.6 142 49
19.00 37.7 145 50
20.00 37 148 53
22.00 36.5 147 39
23.00 36.8 155 48
24.00 37.1 152 48
FOLLOW UP TTV

tanggal jam T PR RR diuresis LP
18/03/14 01.00 37.3 153 42 350 cc 48 cm
02.00 37.0 153 42 (14cc/jam)
03.00 37.0 143 48
04.00 37.5 150 46
05.00 37.3 152 58
06.00 37.0 138 38
08.00 37.9 147 45
09.00 37.9 142 48
10.00 37.7 145 39
11.00 37.2 128 46
12.00 37.6 150 45
13.00 37.7 133 48
14.00 37.3 132 38
15.00 37.2 121 38
FOLLOW UP TTV

tanggal Jam T PR RR diuresis LP
19/03/14 01.00 37.3 153 42 48 cm
02.00 37.0 153 42
03.00 37.0 143 48
04.00 37.5 150 46
05.00 37.3 152 58
06.00 37.0 138 38
08.00 37.9 147 45
09.00 37.9 142 48
10.00 37.7 145 39
11.00 37.2 128 46
12.00 37.6 150 45
13.00 37.7 133 48
14.00 37.3 132 38
15.00 37.2 121 38
22.00 36.4 129 36
23.00 35.2 128 34
24.00 36.9 125 38 1000cc
FOLLOW UP TTV
tanggal jam T PR RR diuresis LP
20/03/14 01.00 37 116 32 45 cm
02.00 36.8 132 39
03.00 36.3 128 38
04.00 37.1 121 43
05.00 36.5 118 46
06.00 35.7 124 41
08.00 36 104 32
FOLLOW UP DARAH RUTIN
Tanggal Hematologi Hasil
17/03/14 HB 15,9
01:07 Hematokrit 41,5
Leukosit 15.000
Trombosit 36.000
18/03/14 HB 10,8
Pk : 01.00 Hematokrit 28,2
Leukosit 12400
Post transfusi 3 labu
FFP
Trombosit 66.000
18/03/14 HB 11,4
Pk : 13.20 Hematokrit 31,3
Leukosit 14.000
Trombosit 63.000
FOLLOW UP DARAH RUTIN

Tanggal Hematologi Hasil
19/03/14 HB 11,4
Pk 07.09 Hematokrit 30,7
Leukosit 13.500
Trombosit 86.000
20/03/14 HB 10,8
08.30 Hematokrit 29,1
Leukosit 14.100
Trombosit 146.000
Kriteria untuk Pulang dari
Perawatan
Tidak ada shock berulang 48 jam
Hemodinamik stabil
Bebas demam sekurangnya 24 jam tanpa pemberian
antipiretik
Pada SSD min, 2-3 hari sesudah syok teratasi
Nafsu makan sudah pulih kembali
Secara klinis tampak perbaikan
Tidak terdapat tanda distres pernapasan akibat efusi
pleura atau kelebihan cairan dan tidak terdapat asites
Jumlah trombosit naik min. mencapai 50.000
Bila terpaksa pulang dengan jumlah trombosit <50.000
maka dianjurkan untuk membatasi kegiatan fisik yang
cenderung menimbulkan trauma selama 1-2 mgg. Pada
umumnya jumlah trombosit akan kembali normal pada
penderita tanpa komplikasi.

Kriteria untuk Pulang dari
Perawatan
Tidak ada shock berulang 48 jam
Hemodinamik stabil
Bebas demam sekurangnya 24 jam tanpa pemberian
antipiretik
Pada SSD min, 2-3 hari sesudah syok teratasi
Nafsu makan sudah pulih kembali
Secara klinis tampak perbaikan
Tidak terdapat tanda distres pernapasan akibat efusi
pleura atau kelebihan cairan dan tidak terdapat asites
Jumlah trombosit naik min. mencapai 50.000
Bila terpaksa pulang dengan jumlah trombosit <50.000
maka dianjurkan untuk membatasi kegiatan fisik yang
cenderung menimbulkan trauma selama 1-2 mgg. Pada
umumnya jumlah trombosit akan kembali normal pada
penderita tanpa komplikasi.

KOMPLIKASI
Intrakranial
Hemorrhage
Enselofati dengue
Edema paru



Biasanya sebagai hasil
langsung dari
penyebaran bakteri
dalam rongga thorax :
efusi pleura, empiema
dan perikarditis
penyebaran bakteremia
dan hematologi :
Meningitis, artritis
supuratif, dan
osteomielitis.


DHF Bronkopneumonia
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia Ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai