Anda di halaman 1dari 1

A. Hadis Dalam Periode Pertama (masa Rasulullah).

Periode ini disebut Ashr Al wahyi wa al Taqwin ( masa turunnya wahyu dan pembentukan masyarakat islam.
Umat islam pada masa ini dapat secara langsung memperoleh hadis dari Rasulullah, semua perkataan, perbuatan
dan taqrir nabi menjadi referensi bagi para sahabat.
Pada awalnya Rasulullah melarang para sahabat menulis hadis secara resmi, sehingga para sahabat hanya
mengandalkan hafalan. Beliau bersabda:
Janganlah kau tulis apa saja dariku selain al Quran. barang sispa menulis dariku selain al Quran hendaknya
dihapus. (HR Muslim).
Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Mustafa Azami (1992:27) ada tiga metode atau manhaj yang ditempuh
oleh Nabi di ketika mengajarkan hadis-hadis tersebut. Adapun metode yang dimaksud adalah :
1. Metode Pengajaran Hadis secaara verbal/lisan.
2. Metode Pengajaran Hadis secara Tertulis
3. Demontrasi (Praktek aktual)
B. Hadits Dalam Periode Kedua (Masa Khulafa Rasyidin)
Periode ini disebut zaman at Tatsabut wa al Iqlal min al Riwayat ( masa pengokohan dan penyederhanaan
riwayat). Pada masa ini para sahabat sangat berhati-hati dalam meriwayatkan dan menerima hadis karena
menurut mereka hadis merupakan sumber ajaran islam yang harus terjaga dari kekeliruan sebagaimana al-
Quran. Diharuskan menghadirkan saksi untuk meriwayatkan suatu hadis.
Cara para sahabat meriwayatkan hadis:
Periwayatan lafdzi, yaitu periwayatan hadis yang lafadznya persis seperti yang disabdakan nabi.
Periawayatan maknawi, yaitupara sahabat meriwayatkan makananya saja karena tidak hafal lafaz asli dari
Nabi.
C.Hadits Dalam Periode Ketiga (Masa Sahabat Kecil dan Tabiin Besar)
Periode ini disebut Ashr al Intisyar al Riwayah ila al Amshar (masa berkembang dan meluasnya periwayatan
hadis). Sesudah masa Usman dan Ali, timbullah usaha yang lebih serius untuk mencari dan menghafal hadis
serta menyebarluaskannya kepada masyarakat luas.
D.Hadis pada Periode Keempat (Masa pengumpulan dan Pembukuan Hadis abad II Hijriah)
Pada abad pertama hijriah yaitu pada zaman Rasulullah Saw, Khulafaur Rasyidin, sebagian besar dinasti
Amawiyah hingga akhir abad pertama Hijriah hadis hadis berpindah dari mulut ke mulut dan para perawi
meriwayatkan berdasarkan kekuatan hafalannya. Ketika kekhalifahan dipegang oleh Umar ibn Abdul Aziz
(99H), mulailah dilakukan usaha tadwin hadis.
E. Hadis Pada Periode Kelima (Masa Pentashhihan dan Penyusunan Kaidah-kaidahnya)
Para ahli hadis padaa abad II H tidak memisahkan hadis dari fatwa-fatwa sahabat dan tabiin, namun pada abad
ketiga para ahli hadis memisahkan hadis dari fatwa-fatwa itu. Mereka hanya membukukan hadis-hadis saja.
Pada mulanya ulama hanya mengumpulkan hadis yang terdapat di kota mereka masing-masing, hanya sebagaian
kecil saja yang pergi ke kota lain untuk kepentingan hadis. Contoh kitab: Al-Musnad, susunan Musa
IbnAbdillah Al-Abasy
F. Hadis Pada Periode keenam (dari awal abad IV H 656 H)
Ulama-ulama hadis yang muncul pada abad II dan III H digelari mutaqaddimin. Mereka mengumpulkan hadis
dengan usaha dan pemeriksaan sendiri dengan menemui para penghafl hadis yang tersebar di seluruh pelosok
negara Arab, Persia dan lain-lain. Sedangkan ulama-ulama hadis yang muncul pada abad IV H dan seterusnya
diberi gelar Mutaakhkhirin. Kebanyakan hadis yang mereka kumpulkan adalah petikan atau nukilan dari kitab-
kitab Mutaqddimin. Contoh kitab: Mashabih As Sunnah oleh Imam husain ibn Masud al Baghawi (516H)
G. Hadis dalam Periode Ketujuh (656H- sekarang)
Periode ini adalah masa sesudah meninggalnya Khalifah Abassiah ke XVII Al Mutasim (w. 656) sampai
sekarang. Periode ini dinamakan Ahdu as Sarhi wa al jami wa At takhriji wa Al Bahtsi (masa pensyarahan,
penghimpunan dan pentakhrijan dan pembahasan). Periode ini dinamakan Ahdu al Sarhi wa al Jami wa Al
Takhriji wa Bahtsi, yaitu masa pensyarahan, penghimpunan, pentahrijan dan pembahasan.

Anda mungkin juga menyukai