Anda di halaman 1dari 20

1

STUDI KASUS PASIEN



PENATALAKSANAAN PASIEN WANITA USIA LANJUT DENGAN
PENYAKIT DIABETES MELITUS TIPE 2 BERDASARKAN
PENDEKATAN HOLISTIK DI
PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
PERIODE JULI 2013









Disusun Oleh :
Kelompok II

Arie Falah (110.2008.043)
Nanda Amelia (110.2008.172)
Novita Kartikaningsih (110.2008.181)
Permadi Wisnu Kuncoro (110.2008.190)
Pratiwi Anggun Lestariningrum (110.2008.193)
Jamaludin (110.2008.334)

Pembimbing :
dr. Sugma Agung P, MARS


KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2013
2

BAB I
LAPORAN KASUS

BERKAS PASIEN

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Wanita
Usia : 55 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP
Suku : Betawi
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Jalan Idris Jakarta barat
No. CM : 8320
B. Anamnesa
Dilakukan secara auto-anamnesa pada tanggal 04 September 2013 pukul
10.00 WIB
1. Keluhan Utama : Merasa lemas sejak dua bulan SMRS
2. Keluhan Tambahan : Kesemutan,dan sakit kepala
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Puskesmas Palmerah Jakarta Barat, dengan
keluhan badan terasa lemas sejak dua bulan SMRS. Pasien juga sering
merasa kesemutan dan sakit kepala sejak dua minggu yang lalu. Keluhan
pandangan buram, disangkal oleh pasien.
Pasien mengatakan sudah sejak 6 bulan yang lalu pasien sering
merasa lemas disertai lapar dan haus, serta sering buang air kecil kurang
lebih lima kali di malam hari sehingga mengganggu tidur dimalam hari.
Lalu pasien ke dokter Puskesmas Palmerah dan dilakukan pemeriksaan
gula darah untuk pertama kalinya, dan didapatkan hasil gula darah sewaktu
350 mg/dL. Sejak saat itu pasien di diagnosa oleh dokter terkena penyakit
3

gula atau kencing manis (diabetes mellitus). Pasien diberikan obat-obatan
untuk mengurangi kadar gula darahnya. Lalu pasien disarankan untuk
mengubah pola makan dan gaya hidup serta selalu cek gula darah dan
kontrol berobat setiap bulannya. Tetapi pasien tidak melakukannya, pasien
mengatakan hanya berobat jika badannya mulai terasa lemas dan mulai
mengganggu aktivitas kerjanya. Terakhir kali pasien kontrol penyakitnya
sekitar tiga bulan yang lalu.
Pasien juga mengaku sering lupa minum obat, Pasien mengatakan
obat yang sebelumnya diberikan oleh dokter yaitu glibenklamid. Pasien
juga mengatakan jika pasien lupa minum obat,keluarga pasien tidak serta-
merta mengingatkannya. Hal tersebut juga diakui oleh pasien bahwa
merasa sendiri karena minimnya dukungan dan perhatian dari anggota
keluarganya.
Menurut pengakuan, pasien dianjurkan oleh dokter untuk rutin
berolahraga minimal tiga kali dalam seminggu, namun pasien tidak
mengerjakannya dengan alasan bahwa mengurus rumah merupakan bagian
dari olahraga dan malas jika hanya berolahraga sendiri. Dokter juga
memberitahukan agar pasien menjaga pola makan dengan baik dan
dianjurkan untuk konsultasi ke bagian gizi yang ada di puskesmas. Pasien
memang datang ke bagian gizi untuk konsultasi, dan pasien pun
menerapkan sebagian pola makan yang sudah dianjurkan dalam praktek
sehari-hari. Seperti, pasien mulai mengurangi porsi makan nasi. Namun,
pasien mengaku masih sulit dalam mengatur pola makan. Hal tersebut
diakui pasien berkaitan juga dengan motivasinya yang masih kurang untuk
sembuh.

Food recall (Pola makan dalam tiga hari terakhir).
Pada tanggal 3 september Juli 2013
o Pagi : Nasi uduk ,kue pukis,Teh manis hangat
o Siang : Nasi dengan lauk pauk,Es Teh manis
o Malam : Nasi goreng , Air putih hangat

4

Pada tanggal 2 September Juli 2013
o Pagi : Mie rebus,Teh manis hangat
o Siang : Nasi ayam goreng, air putih
o Malam : Sate ayam dan lontong,Air putih hangat
Pada tanggal 1 september 2013
o Pagi : Nasi uduk dengan gorengan, Teh manis hangat
o Siang : Nasi putih dan gado-gado,Teh botol
o Malam : Martabak manis, Air putih

4. Riwayat Penyakit Dahulu:
- Pasien menderita diabetes mellitus enam bulan yang lalu
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat alergi makanan dan obat-obatan disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga:
- Ayah pasien memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus
- Ibu pasien memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus

6. Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien tinggal bersama suami dan tiga orang anak kandungnya.
Kebutuhan pasien dan keluarga dicukupi dari usaha berdagang suami
penghasilan kurang lebih Rp 1500.000 - 2.500.000,-/bulan.Tn.M mulai
bekerja di Pasar palmerah sebagai pedagang klontong dari pukul 09:00
WIB hingga pukul 17:00 WIB.

7. Riwayat Kebiasaan:
Sebelum terdiagnosa diabetes mellitus, riwayat kebiasaan makan
pasien dalam sehari adalah 2-3 kali/hari. Mengkonsumsi makanan yang
manis seperti minum teh manis lebih dari tiga gelas sehari dan jajanan
pasar yang biasa di bawakan oleh suaminya sepulang dari pasar seperti
lemper, kue pukis, dodol. Kebiasaan ini diakui oleh pasien sudah lebih dari
lima tahun. Pasien tidak memiliki kebiasaan olahraga karena ia
5

beranggapan bahwa mengurus rumah juga sudah cukup menguras tenaga
dan keringat dan dianggap oleh pasien sama saja dengan olah raga.


C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tanda vital
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15
Tek. Darah : 130/80 mmHg
Frek. Nadi : 80 x/menit
Frek Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6 C
BB : 58 Kg
TB : 153 cm
Lingkar Perut : 89 cm
BB Ideal : (153-100) (10 % x 53) = 47,7kg
Status Gizi : Normal
IMT : 24,7 kg/m
2

Rumus Broca :( 58 :47,7) x100% =121
( Gemuk)
3. Status Generalis:
Kepala : Normocephal, rambut berwarna hitam keputihan tidak
mudah dicabut
Mata : Conjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB dan kelenjar tiroid
Thoraks : Cor : BJ I BJ II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : Datar, simetris, bising usus (+) normal, hepar dan lien
t idak teraba

6

Ekstremitas : - Superior : Sianosis (-/-)
Edema (-/-)
- Inferior : Edema (-/-)
Sianosis (-/-)

4. Status neurologis:
GCS : E4 M6 V5 = 15
Pupil di tengah bulat isokor, ukuran 3mm/3mm
a. Anggota gerak atas
Kekuatan : 4/5
Tonus : (+) / (+)
Atrofi : (-) / (-)
Refleks fisiologis
Biceps : (+) / (+)
Triceps : (+)/ (+)

Refleks Patologis
Refleks Hoffman : (-) / (-)
Refleks Trommer : (-) / (- )

Sensibilitas
Taktil : normal/normal
Nyeri : normal/normal
Suhu : Tidak dilakukan
Diskriminasi 2 titik : Tidak dilakukan
Getar : Tidak dilakukan

b. Anggota gerak bawah
Kekuatan : 4/5
Tonus : (+) / (+)
Atrofi : (-) / (-)

7

Refleks fisiologis
Patella : (+) / (+)
Achilles : (+) / (+)


Refleks Patologis
Babinski : (-) / (-)
Chaddock : (-) / (-)
Gordon : (-) / (-)
Oppenheim : (-) / (-)

Sensibilitas
Taktil : /
Nyeri : + / +
Suhu : Tidak dilakukan
Diskriminasi 2 titik : Tidak dilakukan
Getar : Tidak dilakukan

D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan gula darah kapiler tanggal 04 September 2013
GDS : 450 mg/dL

BERKAS KELUARGA

A. Profil Keluarga
1. Karakteristik Keluarga
a. Identitas Kepala Keluarga: adalah suami bernama Tn. M berusia 60
tahun
b. Identitas Pasangan: pasien bernama Ny. N berusia 55 tahun
c. Struktur Komposisi Keluarga:
Keluarga terdiri atas Tn. M sebagai kepala keluarga, Ny. N sebagai
istri (pasien), An. Y sebagai anak pertama, An. J sebagai anak kedua, An.
8

A sebagai anak ketiga. Ny.Nurwati tinggal dengan suami dan ketiga
anaknya. Keluarga terdiri atas suami, istri (pasien), dan empat orang anak
kandung pasien. Keluarga pasien termasuk keluarga yang kurang sehat
dalam arti setiap anggota keluarga kurang saling mendukung satu sama
lain.
Fungsi adaptasi (adaptation) kurang baik, yaitu pasien merasa
sedih karena dukungan keluarga yang tidak begitu besar untuk membuat
pasien sembuh.
Fungsi kemitraan (partnership) kurang baik di mana setiap anggota
keluarga kurang berkomunikasi aktif untuk rembuk ataupun untuk
mengambil suatu keputusan atau menyelesaikan masalah yang dihadapi
oleh pasien dengan anggota keluarga yang lain. Setiap anggota keluarga
sudah sibuk dengan aktifitasnya masing.
Fungsi pertumbuhan (growth) keluarga terbilang baik dimana tidak
ada tekanan untuk menyuarakan pendapat. Setiap anggota keluarga juga
dibebaskan memberi pendapat dan melakukan kegiatan yang disukainya.
Fungsi kasih sayang (Affection) dalam keluarga ini kurang
harmonis di mana hubungan orang tua dengan anak anaknya kurang
terjalin saling menyayangi, sehingga perhatian tidak terlalu tampak di
antara anggota keluarga karena kesibukan masing-masing keluarga dan
faktor usia.
Fungsi kebersamaan (resolve) terbilang buruk dimana kurangnya
kebersamaan dalam membagi waktu untuk keluarga serta ruang untuk
bertukar pikiran juga menjadi salah satu hal yang membuat hubungan
dalam keluarga ini tidak begitu harmonis. Bahkan dalam satu rumah, tiap
anggota keluarga jarang bertemu karena kesibukannya masing-masing
anggota keluarga. Pemahaman keluarga sebagai wahana persemaian nilai
nilai agama dan nilai nilai luhur budaya bangsa tercermin dalam
kehidupan sehari hari dimana setiap anggota keluarga memeluk satu
agama yang sama yaitu agama Islam dan termasuk taat dalam
menjalankan ibadah. Budaya dalam keluarga sangat kental dengan adat
Jawa yang merupakan suku asal dari pihak suami maupun istri. Logat
9

Jawa yang khas serta bahasa Jawa masih sering digunakan saat
bercengkrama oleh setiap anggota keluarga namun tetap menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari hari.

Tabel 1 Anggota keluarga yang tinggal serumah

No

Nama
Kedudukan
dalam
Keluarga

Gender

Umur

Pendidikan

Pekerjaan
1.
Tn.M Kepala
Keluarga
(Ayah)
L 60 th SMA Pedagang
2.
Ny. N
Istri (Ibu) P 55 th SMA IRT
3.
Tn. R
Anak I L 27 th SMA
Belum
bekerja
4
Tn.N
Anak II L 23 th SMP
Belum
bekerja
5
An.A
Anak III p 18th SMA Pelajar

2. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup
a. Lingkungan tempat tinggal

Tabel 2 Lingkungan tempat tinggal
Status kepemilikan rumah : milik sendiri
Daerah perumahan : padat bersih
Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan
Luas rumah: 12 x 9 m
2
Keluarga Ny.Nurwati dan Tn.
Mustamin mempunyai rumah yang
cukup memenuhi kriteria rumah
sehat, karena luas rumah sesuai
dengan jumlah penghuni dan
semua anggota keluarga
mempunyai kamar untuk tidur.
Ketersediaan air bersih dan jamban
Jumlah penghuni dalam satu rumah: 6 orang
Luas halaman rumah: 2 x 2 m
2

Tidak bertingkat
Lantai rumah dari: Semen
Dinding rumah dari: Tembok
Jamban keluarga: Ada
Tempat bermain: Tidak ada
10

Penerangan listrik: 900 watt keluarga cukup baik.



Ketersediaan air bersih: Ada
Tempat pembuangan sampah : Ada

b. Kepemilikan barang-barang berharga: (Kendaraan, elektronik, peralatan
rumah tangga)
- satu buah sepeda motor
- satu buah televisi 21 inch
- satu buah lemari es satu pintu
- tiga buah kipas angin
- satu buah kompor gas
- satu buah setrikaan
- tiga buah telepon genggam


3. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga:
a. Sebutkan jenis tempat berobat : Puskesmas dan obat yang dijual
diwarung sekitar rumah.
b. Balita : (-)
c. Asuransi/Jaminan kesehatan : (-)

4. Sarana Pelayanan Kesehatan (PUSKESMAS)

Tabel 3 Pelayanan Kesehatan
Faktor Keterangan Kesimpulan
Cara mencapai pusat
pelayanan kesehatan
Angkot atau
kendaraan pribadi
Pasien jika sakit berobat ke
Puskesmas. Karena biaya
yang murah dan jarak yang
tidak terlalu jauh dari rumah,
sehingga dapat ditempuh
dengan naik angkot atau naik
Tarif pelayanan kesehatan Terjangkau dan
murah
Kualitas pelayanan
kesehatan
Cukup memuaskan
11

sepeda motor menuju
puskesmas. Dan pasien juga
merasa cukup puas dengan
pelayanan kesehatan yang
ada di puskesmas.

5. Pola Konsumsi Makanan Keluarga
a. Kebiasaan makan:
Menu makanan sehari-hari keluarga ini bervariasi. Menu makanan
yang biasa dihidangkan Ny. Ratna terdiri dari nasi, sayur, dan lauk.
Cita rasa makanan yang paling sering dihidangkan adalah manis.
Hampir setiap makan harus didampingi dengan kecap manis.Sayur
yang sering dimasak cukup bervariasi antara lain sayuran hijau baik
direbus atau ditumis. Lauk yang dihidangkan bervariasi seperti ayam,
Ikan asin, telur, tahu maupun tempe. Sedangkan untuk buah-buahan
jarang dikonsumsi oleh keluarga ini. Pola makan keluarga ini tiga kali
sehari, terdiri dari sarapan pagi, makan siang dan makan malam,
diantaranya terkadang keluarga ini mengkonsumsi gorengan dan kue
pasar sebagai cemilan. Di dalam sehari, Ny.Ratna, sebagai penjual kue,
memiliki kebiasaan makan sebanyak dua sampai tiga kali sehari.
Begitu juga teh manis, merupakan jenis minuman yang paling sering
dikonsumsi, bisa lebih dari tiga gelas dalam sehari dan ditambah
kebiasaannya yang suka mengkonsumsi kue-kue manis seperti putu
mayang. Setelah terdiagnosis diabetes mellitus, dalam lima bulan
terakhir ini Ny. Ratna, mulai diet makanan yang manis-manis dan
mulai mengurangi porsi makannya.

b. Menerapkan pola gizi seimbang:
Dalam tiga bulan terakhir, Keluarga Ny. Ratna kurang
memperhatikan pola gizi seimbang dari menu yang mereka konsumsi,
misalnya penggunaan gula yang masih cukup tinggi dalam hidangan
makanannya dan porsinya lebih banyak daripada buah dan sayur,
12

konsumsi buah juga jarang sekali. Hal ini mungkin dikarenakan
pengetahuan dan minat yang kurang mengenai pentingnya pola makan
gizi seimbang terkait dengan penyakit yang diderita pasien.

6. Pola Dukungan Keluarga
a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga:
Fasilitas yang telah tersedia cukup memudahkan keluarga Ny.
Ratna dan Tn. Mustamin untuk melaksanakan pola hidup sehat dan
membantu menyelesaikan masalah kesehatan Ny. Ratna (pasien).
Kepemilikan sarana transportasi memudahkan pasien untuk
menjangkau Puskesmas dan instansi pelayanan kesehatan terdekat.

b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga:
Pola konsumsi keluarga Ny. Ratna kurang baik, dikarenakan masih
sering mengkonsumsi makan makanan yang manis seperti teh manis
serta kue-kue jajanan pasar, Terlepas dari penyakitnya, Ny. Ratna juga
merasa sedih karena anggota keluarga inti-nya yang acuh terhadapnya
penyakitnya yang dideritanya kini. Hal tersebut yang membuatnya
tidak memiliki niat yang kuat unuk sembuh. Ia merasa seperti
terabaikan dan merasa tidak diperhatikan. Sang suami terlihat lebih
fokus terhadap profesinya sebagai berjualan sayuran. Sang Istri bekerja
dari jam empat subuh hingga jam satu siang atau sampai kue basah
jualannya habis. Setelahnya, sang istri pulang ke rumah untuk
menyediakan makanan di rumah, beristirahat dan kembali
mempersiapkan kue basah yang akan dijualnya besok. Hal tersebut
juga menjadi salah satu faktor kurang harmonisnya antara istri dan
suami, karena minimnya komunikasi, kebersamaan. Anak pertama dan
keduanya yang masih menganggur dan belum memiliki pekerjaan
jarang berada dirumah karena sibuk melamar pekerjaan dan tidak
begitu perhatian terhadap pasien maupun penyakitnya.
Dalam penatalaksanaan penyakit pasien sangat diperlukan peran
serta yang aktif dari seluruh anggota keluarga terutama suami pasien
13

yaitu dalam hal memperhatikan pasien. Peran keluarga pada saat
ini kurang memperhatikan keadaan kesehatan pasien terutama dalam
mengawasi pola makan. Selain itu fungsi keluarga harusnya selalu
memberi dukungan dan selalu mengingatkan pasien agar meminum
obat teratur, kontrol berobat dan berolah raga. Namun pada saat ini
peran keluarga sangat kurang.

B. Genogram
1. Bentuk keluarga :
Bentuk keluarga ini adalah keluarga inti (nuclear family). Keluarga
terdiri dari Tn. Mustamin sebagai kepala keluarga, Ny. Ratna sebagai istri,
empat orang anak laki-laki bernama Ryo, Nusa yang belum bekerja dan
Ragil yang masih bersekolah di Sekolah dasar, Juga satu orang anak
perempuan bernama Ayu Widia yang masih bersekolah di sekolah
menengah pertama. Seluruh anggota keluarga ini tinggal dalam satu
rumah.

2. Tahapan siklus keluarga:
- Tahapan siklus keluarga Tn. Mustamin dan Ny. Ratna termasuk ke
dalam tahap :
Tahap keluarga dengan anak usia remaja (family with teenagers)

Ny. Ratna (pasien) adalah sebagai Ibu rumah tangga yang menikah
dengan Tn. Mustamin, mereka mempunyai 4 orang anak, yaitu Tn. Ryo
yang merupakan anak pertama. Anak kedua bernama Tn. Nusa mereka
belum bekerja dan dua orang anak usia sekolah yang bernama An. Ayu
dan An. Ragil yang masing-masing berusia 18 tahun dan 8 tahun dan
keduanya masih bersekolah.




14

3. Family Map

Gambar 1. Family Map
















Pria dengan Diabetes Melitus

Wanita dengan Diabetes Melitus ( Pasien)

Pria

Wanita






Tn.Tono Ny. Inah
Tn. Mustamin Ny. Ratna
Tn. Ryo Tn. Nusa An. Ayu An. Ragil
Keterangan :
15

Gambar 2. Denah Rumah Keluarga


Buy SmartDraw!- purchased copies print this
document without a watermark .
Visit www.smartdraw.com or call 1-800-768-3729.


C. Identifikasi permasalahan yang didapat dalam keluarga

1. Masalah dalam organisasi keluarga : Dalam struktur keluarga kepala
keluarga yang masih aktif bekerja sebagai pedagang dan istri pasien juga
bekerja sebagai pedagang dan lebih fokus terhadap pekerjaannya. Empat
orang anak yang tinggal serumah dengan pasien, yaitu dua belum bekerja
dan dua orang anak yang masih bersekolah yang salah satunya merupakan
anak remaja yang seringkali pergi bersama teman-temannya dan kurang
memberi perhatian kepada keluarga.
2. Masalah dalam fungsi biologis: Pasien memiliki riwayat penyakit
keluarga diabetes mellitus, yaitu Ayah kandung. Saat ini pasien menderita
16

penyakit diabetes melitus. Jari-jari kaki pasien juga mulai sering
kesemutan. Terkadang tubuh pasien juga terasa lemas.
3. Masalah dalam fungsi psikologis: Suami pasien adalah seorang suami
yang sibuk berdagang dan berpenghasilan pas-pasan. Pasien, selain
menjadi ibu rumah tangga, dan mengurus empat orang anaknya, juga
berprofesi sebagai pedagang menjual kue basah di Pasar Senen. Anak-anak
pasien kurang memberikan perhatian kepada pasien sehingga dukungan
keluarga untuk kesembuhan pasien juga dinilai kurang akibat tidak
adanya kedekatan antar keluarga. Pasien juga seringkali merasa sedih
karena tidak mendapatkan perhatian dari anggota keluarganya terutama
sejak ia menderia penyakit ini.
4. Masalah dalam fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan: Sumber
penghasilan utama pada keluarga adalah dari suami pasien sendiri yang
berasal dari dagangnya yang dibantu dari dagangan sang istri, sedangkan
kedua anak mereka yang tertua belum mendapat pekerjaan Untuk biaya
kesehatan, pasien masih dengan biaya sendiri.
5. Masalah lingkungan : Lingkungan tempat tinggal pasien merupakan
lingkungan cukup padat penduduk dengan letak rumah yang berdekatan
satu sama lainnya. Kebersihan lingkungan di sekitar rumah pun terjaga
dengan baik. Tingkat pencemaran udara di lingkunagn rumah pasien cukup
tinggi karena terletak di pinggir jalan yang ramai dilewati kendaraan
bermotor.
6. Masalah perilaku kesehatan : Keluarga kurang mengerti akan
pentingnya kesehatan dan pemeliharaan kesehatan. Pasien juga tidak
memilki motivasi yang kuat untuk sembuh, sehingga pasien jarang datang
ke Puskesmas untuk kontrol penyakitnya. Selain itu usaha pasien dalam
merubah pola makan dan gaya hidup masih kurang.

D. Diagnosis Holistik (Multiaksial)
1. Aspek personal: (alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran)
Pasien datang ke Puskesmas Senen karena merasa lemas yang
sudah dirasakan dalam waktu satu minggu dan disertai dengan rasa
17

kesemutan serta sakit kepala. Kedatangan ini atas kemauannya sendiri.
Pasien merasa sejak sekitar satu minggu terakhir sering kesemutan di
kedua kaki dan juga merasa lemas dan sering mengantuk dan hal itu cukup
mengganggunya dalam bekerja. Jarak yang dekat serta biaya yg murah
serta kualitas pelayanan kesehatan yang dirasakan cukup memuaskan
menjadi salah satu faktor pendukung kedatangan pasien ke Puskesmas
Senen. Namun jika pasien merasakan hanya sakit ringan, pasien hanya
membeli obat di warung tanpa ada keinginan untuk berobat ke dokter.
Pasien datang kontrol dengan harapan mendapatkan pengetahuan yang
cukup tentang penyakitnya dan mengetahui perkembangan gula darahnya.

2. Aspek klinik: (diagnosis kerja dan diagnosis banding)
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis
Diabetes Mellitus tipe II yang tidak terkontrol dengan komplikasi
neuropati diabetik.

3. Aspek risiko internal: (faktor-faktor internal yang mempengaruhi masalah
kesehatan pasien)
Keluarga pasien ada yang memiliki riwayat diabetes mellitus, yaitu
Ayah kandung pasien. Pasien sering lupa untuk minum obat dan malas
untuk kontrol gula darahnya. Pasien juga masih sulit mengontrol dan
membantasi mengkonsumsi makan-makanan dengan kadar gula tinggi
(tidak menjaga pola makan sesuai diet penderita diabetes mellitus). Di
samping itu, pasien juga malas berolahraga, karena ia beranggapan
pekerjaannya sebagai pedagang makanan sudah cukup menguras tenaga
dan keringatnya dan sama saja seperti berolah raga.

4. Aspek psikososial keluarga: (faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
masalah kesehatan pasien)
Tidak ada pelaku rawat dari keluarga yang tinggal dalam satu
rumah. Keluarga pasien kurang memerhatikan kondisi penyakit pasien,
kurangnya komunikasi antara pasien dan anggota keluarga dikarenakan
18

kesibukan masing-masing sehingga tidak mengingatkan untuk berobat,
kontrol gula darah atau minum obat, dan kurang memperhatikan pola diet
pasien.

5. Aspek fungsional: (tingkat kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
baik di dalam maupun di luar rumah, fisik maupun mental)
Ny. Ratna dapat sendiri melakukan aktivitas dan menjalankan
fungsi sosial dalam kehidupannya. Namun pasien mengaku kadangkala
terganggu dengan diabetes mellitus yang dideritanya terutama ketika
tangan atau kakinya mulai terasa kesemutan dan badan terasa lemas.














19

E. Rencana Pelaksanaan

Tabel 4 Rencana Penatalaksanaan
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Hasil diharapkan Keterangan
Aspek
personal
Memberikan edukasi kepada pasien mengenai
penyakit diabetes melitus dan memberikan
informasi mengenai perkembangan penyakitnya.
Pasien Saat pasien berobat ke
Puskesmas.
Sadar kan pentingnya untuk
kontrol gula darah.
Tidak menolak
Aspek klinik
Memberikan obat kencing manis (Diabetes
Mellitus),dan menjelaskan fungsi obat dan cara
konsumsinya yaitu :glibenklamid 1x1 (30 menit
sebelum makan pagi dan metformin 1x1 setelah
makan pagi) yang berfungsi untuk menurunkan
kadar gula darah.dan diberikan tambahan vitamin
B12 dosis 1x1 untuk keluhan kesemutan.

Pasien Pada saat kunjungan ke
puskesmas
DM terkontrol, mencegah
komplikasi
Tidak menolak
Aspek risiko
internal
- Membantu pasien mengubah pola makan yang
baik / rendah gula

- menganjurkan untuk berolah raga
Pasien Pada saat di puskesmas dan saat
kunjungan ke rumah
Pasien mampu mengelola dan
paham pola makan yang baik
bagi penyandang diabetes
mellitus
Tidak menolak
Aspek
psikososial
keluarga
Menganjurkan keluarga memberi dukungan kepada
pasien agar selalu menjaga kesehatannya dan selalu
mengingatkan pasien untuk minum obat dan kontrol
gula darah, dan mendukung pola diet pasien.

Menganjur-kan kepada keluarga pasien untuk
meningkat-kan komunikasi yang baik dengan
pasien
keluarga Pada saat kunjungan ke rumah Keluarga memberi perhatian
dan dukungan lebih kepada
pasien dan pasien lebih
termotivasi untuk sembuh
Tidak menolak
Aspek
fungsional
Menyarankan pasien untuk latihan jasmani seperti
:jalan kaki, senam diabetes , bersepeda santai,
joging dan berenang.
Pasien dan keluarga Pada saat kunjungan ke rumah Kondisi tubuh pasien lebih sehat
dan kuat
Tidak menolak
20

F. Prognosis
1. Ad vitam : dubia ad bonam
2. Ad sanasionam : dubia ad bonam
3. Ad fungsionam : dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai