2
n
n
.
Keterangan:
V = volume yang terhisap(m
3
)
Q
1
= kecepatanaliranudaraawal (m
3
/mnt)
Q
2
= kecepatanudaraakhir(m
3
/mnt)
T = waktu sampling (mnt)
n = jumlah data pengukuran
1. Volume STP
s s
s
stp stp
stp
Keterangan:
Pstp = tekananstandar(1 atm/760mmHg)
Vstp = volume standar
Tstp = suhustandar (25o C/298 K)
2. Konsentrasi partikel tersuspensi
(s o) 10
stp
Keterangan:
C = konsentrasipartikeltersuspensi(g/m3)
Ws = berat filter fiber glasssetelahsampling(g)
Wo = berat filter fiber glasssebelumsampling(g)
106 = konversidari g menjadi (g)
3 Konversi canter untukpartikulat 24 jam
2
(
t
2
t
1
)
p
Keterangan:
C = konsentrasipartikeltersuspensi 24 jam
C2 =konsentrasipartikeltersuspensi 1 jam
t2 =1 jam
t1 =2 jam
P = konversi Canter = 0,18
2.9.2 PERHITUNGAN KONSENTRASI PM 10
Partikulat yang berukuran < 10 m (diameter aerodinamik)
1. Volume udara yang dihisap:
V =
n
)xT Q ... Q (Q
n 2 1
+ + +
Dimana:
V = Volume udara yang terhisap (m
3
)
Q
1
= Kecepatan udara awal (m
3
/mnt)
Q
2
= Kecepatan udara akhir (m
3
/mnt)
T = Waktu sampling (mnt)
N = Jumlah data pengukuran
1. Volume STP
s s
s
stp stp
stp
Dimana:
Pstp = tekanan standar (1 atm/760mmHg)
Vstp = volume standar
Tstp = suhu standar (25
o
C/298 K)
2. Konsentrasi partikel tersuspensi
(so) 10
stp
Dimana:
C = Konsentrasi partikel tersuspensi (g/m3)
Ws = Berat filter fiber glass setelah sampling (g)
Wo = Berat filter fiber glass sebelum sampling (g)
10
6
= Konversi dari g menjadi g
Konversi Counter
p
|
|
.
|
\
|
=
1
2
1 24
t
t
C C
Keterangan:
C
1
= Konsentrasi udara rata-rata dengan lama pencuplikan g/m3
t
1
= lama pencuplikan contoh 1 (24 jam)
t
2
= lama pencuplikan contoh 2 dari hasil pengukuran contoh udara (jam)
p = faktor konversi dengan nilai antara 0,17 dan 0,2
BAB III
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA OLEH PARTIKULAT
Pengendalian Pencemaran
Pengendalian pencemaran akan membawa dampak positif bagi lingkungan
karena hal tersebut akan menyebabkan kesehatan masyarakat yang lebih baik,
kenyamanan hidup lingkungan sekitar yang lebih tinggi, resiko yang lebih rendah,
kerusakan materi yang rendah, dan yang paling penting ialah kerusakan lingkungan
yang rendah. Faktor utama yang harus diperhatikan dalam pengendalian pencemaran
ialah karakteristik dari pencemar dan hal tersebut bergantung pada jenis dan
konsentrasi senyawa yang dibebaskan ke lingkungan, kondisi geografik sumber
pencemar, dan kondisi meteorologis lingkungan.
Pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
pengendalian pada sumber pencemar dan pengenceran limbah gas. Pengendalian pada
sumber pencemar merupakan metode yang lebih efektif karena hal tersebut dapat
mengurangi keseluruhan limbah gas yang akan diproses dan yang pada akhirnya
dibuang ke lingkungan. Di dalam sebuah pabrik kimia, pengendalian pencemaran
udara terdiri dari dua bagian yaitu penanggulangan emisi debu dan penanggulangan
emisi senyawa pencemar.
Alat-alat pemisah debu bertujuan untuk memisahkan debu dari alirah gas
buang. Debu dapat ditemui dalam berbagai ukuran, bentuk, komposisi kimia, densitas,
daya kohesi, dan sifat higroskopik yang berbeda. Maka dari itu, pemilihan alat
pemisah debu yang tepat berkaitan dengan tujuan akhir pengolahan dan juga aspek
ekonomis Debu/partikulat seperti telah diketahui memiliki berbagai macam variasi
baik dalam segi bentuk dan ukuran, yang bisa juga terkandung dalam larutan ataupun
berwujud debu kering, dengan rentang yang sangat besar baik dalam segi fisik dan
kimiawi. Debu dan asap yang tersuspensi di udara dapat dihilangkan dari aliran udara
dengan menggunakan beberapa alat pengendali. Terdapat tiga buah alat yang dapat
menyisihkan partikulat dari udara, yaitu :
- Cyclone
- Electrostatic Precipitator
- Baghouse Filter
Ketiga alat diatas memiliki spesifikasi dan efisiensi yang berbeda-beda, sehingga
digunakan untuk keperluan dan keadaan yang berbeda-beda disesuaikan dengan
karakteristik alat tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan alat
pengendali pencemaran partikulat adalah sebagai berikut :
- Konsep dasar pengendalian partikulat
- Distribusi ukuran partikulat
- Efisiensi pengendalian
1. CYCLONES
Cyclone merupakan alat mekanis sederhana yang digunakan untuk
menyisihkan partikulat dari aliran gas. Cyclone cukup efektif untuk menyisihkan
partikulat kasar dengan diameter >10mm. Prinsip penyisihan partikulat dari aliran gas
pada alat ini adalah dengan memanfaatkan gaya sentrifugal sehingga jika gaya
sentrifugalnya besar maka efisiensi penyisihan partikulat juga akan tinggi. Pada
umumnya cyclone dirancang dengan kesamaan geometris dimana perbandingan
dimensinya bersifat konstan untuk berbagai diameter (Diameter body = Do). Nilai
perbandingan ini akan menentukan apakah cyclone tersebut termasuk jenis
konvensional, efisiensi tinggi atau high throughput . Jenis-jenis cyclone secara garis
besar terbagi menjadi tiga, yaitu konvensional, efisiensi tinggi dan high throughput.
Dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut ini perbandingan dimensi untuk cyclone.
Gambar. 2.1 Cyclone
Tipe Cyclone
Efisiensi Tinggi Konvensional High Throughput
1 2 3 4 5 6
Diameter casing (D/D) 1 1 1 1 1 1
Tinggi saluran inlet (H/D) 0.5 0.44 0.5 0.5 0.75 0.8
Lebar saluran inlet (W/D) 0.2 0.21 0.25 0.25 0.375 0.35
Diameter keluaran gas (D
e
/D) 0.5 0.4 0.5 0.5 0.75 0.75
Tinggi vortex (S/D) 0.5 0.5 0.625 0.6 0.875 0.85
Tinggi casing (L
b
/D) 1.5 1.4 2 1.75 1.5 1.7
Tinggi kerucut (L
c
/D) 2.5 2.5 2 2 2.5 2
Diameter keluaran debu (D
d
/D) 0.375 0.4 0.25 0.4 0.375 0.4
Efisiensi dari alat cyclone dipengaruhi oleh viskositas gas, lebar saluran inlet, kecepatan gas
inlet, densitas antara partikel dan gas, dan diameter partikel.
Efisiensi dari alat cyclone dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut
dimana :
j
= efisiensi penyisihan untuk rentang partikel j
d
p
= karakteristik partikel pada rentang j
d
pc
= diameter yang dapat tersisihkan sebesar 50 %
Diameter yang dapat tersisihkan sebesar 50% (d
pc
) memiliki hubungan erat dengan dimensi
dari cyclone, d
pc
dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut ini,
Dan efisiensi keseluruhan dari alat cyclone merupakan rerata untuk seluruh rentang ukuran
partikel yaitu,
o
=
j
m
j
2. Electrostatic Precipitator
Prinsip dari alat ini merupakan penyisihan partikel dari udara dengan pemberian
muatan gaya pada partikel dengan gaya elektrostatik.
Gambar. 2.2 Electrostatic precipitator
Gaya elektrostatik yang diberikan pada partikel berasal dari korona (muatan listrik
yang sangat tinggi), sehingga partikel menjadi bermuatan listrik. Kemudian pada plat
pengumpul diberi muatan yang berbeda dari muatan yang diberikan pada partikel, sehingga
partikel akan menempel pada plat, yang selanjutnya akan meluruh menuju hopper.
Dalam menyisihkan debu pada alat elektrostatic precipitator dipengaruhi oleh kecepatan
udara, luas area pengumpulan, dan debit dari udara, yang dapat dilihat pada persamaan
berikut ini,
= 1 e
(-wA/Q
3. Baghouse Filter
Baghouse filter merupakan alat pengendali yang sangat baik untuk diapikasikan dalam
penyisihan debu yang memiliki ukuran kecil dimana diinginkan efesiensi penyisihan yang
cukup tinggi. Bahan yang digunakan pada baghouse filter biasanya berbentuk tabung atau
kantung.
Baghouse filter beroperasi dengan prinsip kerja yang hampir sama dengan vacuum cleaner.
Udara yang membawa debu partikulat yang ditekan melewati kantung-kantung yang terbuat
dari bahan yang spesifik. Sehingga ketika udara melewati bahan tersebut, debu akan
terakumulasi pada permukaan bahan tersebut, menghasilkan udara yang bersih. Bahan yang
digunakan berguna untuk menahan debu. Namun lapisan debu yang terakumulasi di
permukaan juga memiliki keuntungan dalam menciptakan efisiensi yang tinggi dalam proses
filtrasi partikel yang lebih kecil. ( Lapisan debu ini memiliki efek yang sangat penting bagi
bahan yang dirajut dibandingkan dengan bahan bulu kempa).
Dalam penggunaan baghouse filter terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan yang perlu
dicermati, sehingga penggunaan alat baghouse filter dalam menanggulangi partikulat di udara
akan efektif. Berikut ini adalah keuntungan dan kekurangan dari baghouse filter:
Keuntungan dari baghouse filter:
- Memiliki efisiensi yang tinggi walau untuk partikel yang sangat kecil
- Dapat dioperasikan pada berbagai jenis debu
- Dapat dioperasikan melebihi rentang volumetrik flow rate yang ada.
- Membutuhkan kehilangan tekan yang cukup
Kerugian dari baghouse filter:
- Membutuhkan area yang besar.
- Bahan yang digunakan dapat rusak akibat temperatur yang tinggi atau bahan yang
dapat menyebabkan korosif.
- Tidak dapat diaplikasikan pada daerah yang memiliki kelembaban tinggi: karena
dapat menyebabkan pori-pori bahan tertutup.
- Memiliki kemungkinan yang sangat tinggi terhadap terjadinya kebakaran.
Baghouse filter biasanya digunakan untuk menghilangkan debu dan asap dari aliran
udara dengan menggunakan bahan yang memiliki serat dengan diameter 100-150 , dan
ruang terbuka yang berada diantara serat tersebut antara 50-75. Ruang ini dapat dilewati
oleh debu yang sangat kecil. Sehingga ketika pada saat awal alat baghouse filter
diaplikasikan umunya debu yang kecil akan lolos dari bahan yg digunakan. Namun setelah
terjadinya impaksi, intersepsi dan difusi, maka partikel-partikel debu tersebut yang akan
menutup celah-celah kecil tersebut. Ketika celah tersebut telah dipenuhi partikulat dan
lapisan partikulat dipermukaan bahan telah terbentuk maka efisiensi baghouse filter akan
semakin meningkat.
Gambar 2.3 Bahan yang digunakan untuk baghouse filter
Efisiensi pengumpulan partikel debu dengan penggunaan baghouse filter pada partikulat yang
memiliki ukuran 1mm atau kurang bisa mencapai 90%, proses filtrasi secara jelas tidak
hanya dengan mekanisme penyaringan biasa saja. Partikel yang kecil pada awalnya akan
tertangkap dan tertahan pada serat dari bahan karena adanya intersepsi, impingement, difusi,
pengendapan secara gravitasi, dan gaya tarik elektrostatik. Setelah debu terkumpul,
pengumpulan selanjutnya dilakukan dengan metode penyaringan seperti telah disebutkan
sebelumnya. Berikut ini adalah penjelasan detail tentang mekanisme filtrasi yang terjadi pada
Baghouse filter.
Gambar 2.4 Mekanisme Proses Filtrasi pada baghouse filter
Intersepsi langsung
Dalam kondisi normal aliran pada udara filtrasi yang ada biasanya bersifat laminer (11). Pada
kondisi laminer ini, partikel yang memiliki gaya inersia yang kecil akan bertahan pada suatu
streamline. Apabila streamline tersebut melewati suatu halangan, seperti serat dari bahan
filter, dalam jarak yang sama dengan radius dari partikel, partikel akan melakukan kontak
dengan penghalang tersebut dan akan melekat karena adanya gaya Van der Walls.
I mpingement
Pada partikel yang memiliki kelembaman yang cukup besar, partikel ini tidak akan mengikuti
arah arus aliran ketika arah arus aliran membelok dari arah garis edar ketika mendekati suatu
halangan. Kemungkinan dari partikel untuk melakukan kontak dengan permukaan
penghalang yang ada bergantung pada ukuran penghalang tersebut serta ukuran dan inersia
dari partikel. Seperti yang juga terjadi pada keadaan intersepsi langsung, penghalang yang
kecil cenderung lebih efektif sebagai pengumpul maka hal ini juga berlaku pada mekanisme
impingement atau impaksi.
Kelembaman dari suatu partikel dapat diukur dengan stopping distance. Stopping distance
merupakan jarak yang ditempuh oleh suatu partikel sebelum partikel sampai pada penghalang
ketika arah arus aliran berpindah cepat sebesar 90. Impaksi bukan merupakan faktor yang
penting dalam pengumpulan partikel yang memiliki ukuran lebih kecil dari 1 mikron.
Sedangkan impaksi merupakan hal yang perlu untuk dipertimbangkan dalam pengumpulan
partikel yang memiliki ukuran 2 mikron dan yang lebih besar
Untuk mengumpulkan partikel secara efektif dengan memanfaatkan gaya inersia, arah aliran
aerosol harus berubah cepat terhadap suatu jarak tertentu dari kolektor atau penghalang, yang
diperkirakan akan berukuran sama atau kurang dari stopping distance . Sehingga untuk
mengumpulkan partikulat secara efektif perlu untuk mendesain kolektor dengan dimensi
tegak lurus dengan arah aliran aerosol dengan ukuran yang sama dengan stopping distance
Pertimbangan teoritis menyatakan bahwa efisiensi pengumpulan untuk ukuran partikel
tertentu akan menurun apabila ukuran alat pengumpul meningkat.
Kecepatan arah aliran sangat penting dalam proses impaksi. Efisiensi pengumpulan akan
meningkat sejalan dengan meningkatnya kecepatan, dengan pertimbangan stopping distance
juga akan meningkat seiring dengan meningkatnya kecepatan. Asumsi yang dinyatakan pada
hal ini adalah kecepatan partikel sama dengan kecepatan arah aliran udara, dimana hampir
pada kenyataannya benar. Ketika kecepatan udara sudah mulai berlebihan, bagaimanapun
juga kecepatan isapan akan meningkat secara bertahap, hal ini menyebabkan gaya rekat
menjadi berlebihan dan menyebabkan partikel yang terkumpul akan terbang kembali dan
efisiensi pengumpulan akan menurun.
Ukuran serat atau bahan filter pada umumnya dibandingkan dengan ukuran partikel yang
akan dikumpulkan. Contohnya serat pada katun dan wool memiliki ukuran diameter bukaan
antara 10 sampai 20 mm .Serat semacam ini cenderung terlalu besar untuk digunakan
menjadi instrumen pengumpul yang efektif untuk menyisihkan partikel yang memiliki ukuran
kecil sekali.
Efisiensi penyisihan untuk debu halus dan asap pada awal pengaplikasian memiliki efisiensi
yang rendah sampai pada saat lapisan telah terbentuk dipermukaan filter. Hal ini dinyatakan
berdasarkan beberapa eksperimen sebelumnya. Untuk waktu yang pendek ketika kantung
baru dipasang, atau seketika saat baru digunakan untuk pembersihan terdapat partikel yang
lolos dari bahan.
Difusi
Pada partikel yang berukuran sangat kecil, dengan ukuran yang hampir sama dengan ukuran
intermolecular, atau dapat dikatakan memiliki diameter kurang atau sekitar 0.1 sampai 0.2
mikron, difusi menjadi mekanisme yang paling dominan terjadi pada proses deposisi. Partikel
yang memiliki ukuran sekecil ini akan mengikuti arah aliran akibat timbulnya kolisi dengan
molekul gas, hasil dari gerak random Brown yang meningkatkan kemungkinan kontak antara
partikel dan permukaan pengumpul. Ketika beberapa partikel telah terkumpul, konsentrasi
gradien akan menjadi lebih sempurna yang akan menjadi gaya pendorong peningkatan
kecepatan deposisi . Kecepatan udara yang rendah dapat meningkatkan efisiensi dengan
meningkatkan waktu kontak dan menghasilkan kemungkinan kontak yang lebih lama dengan
permukaan kantung filter. Pengumpul atau halangan yang lebih kecil juga dapat
meningkatkan efisiensi pengumpulan
Elektrostatik.
Selama elektrostatik dengan tidak ragukan lagi memegang peranan dalam penangkapan dan
menyimpan partikel debu oleh baghouse filter, bukti ini tidak cukup untuk menyatakan
mekanisme ini secara kuantitatif. Berdasarkan Frederick (1961), elektrostatik tidak hanya
akan membatu proses filtrasi dengan menyediakan gaya tarik antara debu dan bahan, tetapi
juga memiliki efek dalam aglomerasi partikel, kemampuan pembesihan bahan, dan efisiensi
pengumpulan. Gaya ini memiliki sifat memberikan dorongan muatan menjadi efek friksi,
menyatakan polaritas, intensitas muatan, dan kecepatan disipasi muatan baik pada debu dan
media filter, dan hubungan antara keduanya dapat meningkatkan atau menghalangi proses
filtrasi. Gaya ini hanya menyatakan perbedan kualitatif saja. Sebagai contoh, bahan A
mungkin lebih baik daripada bahan B pada debu X, dimana bahan B lebih baik daripada
bahan A untuk debu Y. Gaya ini memberikan beberapa triboelektrik bahan filter yang akan
berguna untuk menjadi penduan dalam pemilihan bahan dengan sifat elektrostatiknya.
Mekanisme Pembersihan
Debu yang terakumulasi di media filter, akan menyebabkan meningkatnya kehilangan
tekan sampai batas tertentu. Setelah batas tersebut tercapai maka perlu dilakukan
pembersihan untuk mengurangi kehilangan tekan yang ada. Siklus pembersihan ini bisa
dilakukan secara manual, semi otomatis, ataupun sepenuhnya otomatis. Siklus secara
otomatis dapat dilakukan berdasarkan waktu tertentu atau ketika tekanan tertentu telah
tercapai. Pada beberapa alat pengendali seperti reverse-jet baghouse , alat ini beroperasi
dengan pembersihan yang kontinu. Ketika proses pembersihan telah dimulai, harus dilakukan
sampai selesai dengan intensitas pembersihan yang cukup dan durasi waktu yang cukup
untuk memastikan pembersihan yang menyeluruh. Ketika pembersihan berlangsung
direkomendasikan blower dihentikan .
Dari seluruh metode yang ada terdapat dua metode pembersihan pada baghouse filter
yang telah digunakan secara luas yaitu reverse air, dan shaker baghouse filter. Pada kedua
alat ini terdapat kriteria dalam mendesain yaitu kecepatan maksimum filtrasi yang sangat
berhubungan dengan jenis industri apa yang akan ditangani.
Menurut dr.drh. Mangku Sitepoe (1997), ada lima dasar dalam mencegah atau memperbaiki
pencemaran udara berbentuk gas.
1. Absorbsi.
Melakukan solven yang baik untuk memisahkan polutan gas dengan
konsentrasi yang cukup tinggi. Biasanya absorbennya air, tetapi kadang-
kadang dapat juga tidak menggunakan air (dry absorben).
2. Adsorbsi.
Mempergunakan kekuatan tarik-menarik antara molekul polutan dan zat
adsorben. Dalam proses adsorbsi dipergunakan bahan padat yang dapat
menyerap polutan. Berbagai tipe adsorben antara lain Karbon Aktif dan
Silikat.
3. Kondensasi.
Dengan kondensasi dimaksudkan agar polutan gas diarahkan mencapai titik
kondensasi, terutama dikerjakan pada polutan gas yang bertitik kondensasi
tinggi dan penguapan yang rendah (Hidrokarbon dan gas organik lain).
4. Pembakaran.
Mempergunakan proses oksidasi panas untuk menghancurkan gas
Hidrokarbon yang terdapat di dalam polutan. Hasil pembakaran berupa
Karbon Dioksida dan air. Adapun proses pemisahannya secara fisik dikerjakan
bersama-sama dengan proses pembakaran secara kimia.
5. Reaksi kimia.
Banyak dipergunakan pada emisi golongan Nitrogen dan Belerang.
Membersihkan gas golongan Nitrogen, caranya dengan diinjeksikan Amoniak
yang akan bereaksi kimia dengan NOx dan membentuk bahan padat yang
mengendap. Untuk menjernihkan golongan Belerang dipergunakan copper
oksid atau kapur dicampur arang.
Sementara itu, pencegahan pencemaran udara berbentuk partikel dapat dilakukan
melalui enam konsep.
1. Membersihkan (Scrubbing).
Mempergunakan cairan untuk memisahkan polutan. Alat scrubbing ada berbagai
jenis, yaitu berbentuk plat, masif, fibrous, dan spray.
2. Menggunakan filter.
Dimaksudkan untuk menangkap polutan partikel pada permukaan filter. Filter yang
dipergunakan berukuran sekecil mungkin. Filter bersifat semipermeable yang dapat
dibersihkan, kadang-kadang dikombinasikan dengan pembersihan gas dan filter
polutan partikel.
3. Mempergunakan presipitasi elektrostatik.
Cara ini berbeda dengan cara mekanis lainnya, sebab langsung ke butir-butir partikel.
Polutan dialirkan di antara pelat yang diberi aliran listrik sehingga presipitator yang
akan mempresipitasikan polutan partikel dan ditampung di dalam kolektor. Pada
bagian lain akan keluar udara yang telah dibersihkan.
4. Mempergunakan kolektor mekanis.
Dengan menggunakan tenaga gravitasi dan tenaga kinetis atau kombinasi keduanya
untuk mengendapkan partikel. Sebagai kolektor dipergunakan gaya sentripetal yang
memakai siklon.
5. Program langit biru.
Yaitu program untuk mengurangi pencemaran udara, baik pencemaran udara yang
bergerak maupun stasioner. Dalam hal ini, ada tiga tindakan yang dilakukan terhadap
pencemaran udara akibat transportasi (baca: kendaraan bermotor), yaitu: Pertama,
mengganti bahan bakar kendaraan. Bahan bakar disel dan premium pembakarannya
kurang sempurna sehingga terjadi polutan yang berbahaya. Dalam program lagit biru,
hal ini dikaitkan dengan penggantian bahan bakar ke arah bahan bakar gas yang
memberikan hasil pembakaran lebih baik. Kedua, mengubah mesin kendaraan. Mesin
dengan bahan bakar disel diganti dengan mesin bahan bakar gas. Ketiga, memasang
alat-alat pembersihan polutan pada kendaraan bermotor.
6. Menggalakan penanaman pohon.
Mempertahankan paru-paru kota dengan memperluas pertamanan dan penanaman
berbagai jenis pohon sebagai penangkal pencemaran. Sebab tumbuhan akan menyerap
hasil pencemaran udara (CO2) dan melepaskan oksigen sehingga mengisap polutan
dan mengurangi polutan dengan kehadiran oksigen.
Bentuk pencegahan yang lain adalah membiasakan diri untuk mengkonsumsi
makanan mengandung serat tinggi. Serat makanan dapat menetralkan zat pencemar
udara dan mengurangi penyerapan logam berat melalui sistem pencernaan kita. Dan
yang paling penting pemerintah hendaknya komitmen terhadap mengganti bensin
bertimbal dengan bensin tanpa Timbal.
BAB IV
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
1. Pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
pengendalian pada sumber pencemar dan pengenceran limbah gas. Pengendalian
pada sumber pencemar merupakan metode yang lebih efektif karena hal tersebut
dapat mengurangi keseluruhan limbah gas yang akan diproses dan yang pada
akhirnya dibuang ke lingkungan.
2. Teknologi yang digunakan dalam pengendalian pencemaran partikulat diudara
adalah dengan Cyclone ,Electrostatic Precipitator,Baghouse Filter.
3. Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan alat pengendali pencemaran
partikulat adalah sebagai berikut :
- Konsep dasar pengendalian partikulat
- Distribusi ukuran partikulat
- Efisiensi pengendalian