Rencana Penerbitan Obligasi Jimmy Randiatmoko jimmy@aaasecurities.com (62-21) 515 2640 Jakarta - INDONESIA INDUSTRI PERBANKAN Sumber : Bank BTN Obligasi XI Bank BTN Tahun 2005 Jumlah Rp 750 miliar Jatuh Tempo 5 dan 7 tahun Pembayaran Kupon Kuartalan Peringkat idA- Lembaga Pemeringkat PEFINDO 22 Maret 2005 Pemegang Saham Sumber : Bank BTN Pemerintah RI 100% Penawaran Obligasi Kinerja keuangan selama tahun 2004 menunjukkan bahwa profitabilitas Bank BTN terus mengalami perbaikan, kualitas aktivanya tetap terjaga baik dengan Non Perfoming Loan (NPL) yang menurun, profil pendanaan dan likuiditas yang stabil serta struktur permodalan yang terus membaik. Sebagai bank yang memfokuskan kegiatannya pada penyaluran kredit perumahan, portofolio kredit Bank BTN didominasi oleh kredit KPR maupun non-KPR (kredit dengan agunan properti). Namun porsi kredit bersubsidi terus mengalami penurunan seiring dengan peningkatan kredit komersial. Hal ini menunjukkan bahwa Bank BTN telah mampu bersaing di industri perbankan nasional. Kualitas aktiva produktif Bank BTN dinilai cukup baik. Kredit perumahan merupakan kredit dengan tingkat resiko yang moderat karena sumber pengembalian kreditnya lebih pasti yaitu dari pendapatan tetap nasabah, sementara nilai agunannya cenderung meningkat. Sekitar 99,9% kredit yang disalurkan oleh Bank BTN didukung oleh jaminan. Dengan kualitas kredit yang cukup baik ini, NPL Bank BTN termasuk yang terendah dibandingkan dengan bank-bank lain di Indonesia yang tergabung di dalam 10 bank terbesar berdasarkan aktiva. Strategi perubahan profil funding mix dan struktur aktiva produktif Bank BTN telah berdampak pada meningkatnya Net Interest Margin di tahun 2004, meski suku bunga Sertifikat Bank Indonesia berada pada level yang relatif rendah. Di tengah kondisi indikator keuangan yang terus membaik, profil neraca Bank BTN masih tertekan oleh concentration risk yang cukup besar akibat penguasaan DPK oleh beberapa nasabah besar saja. Selain itu, Bank BTN juga menghadapi tingkat resiko maturity mismatch yang masih tinggi dimana sekitar 40% aktiva Bank terdiri dari obligasi pemerintah yang akan jatuh tempo antara tahun 2012 2020 dan 81,9% kredit yang disalurkan oleh Bank BTN akan jatuh tempo lebih dari 5 tahun. Sedangkan hanya 10% dari DPK Bank yang memiliki umur lebih dari 1 tahun. Sebagai usaha untuk mengurangi resiko ini, Bank BTN berencana akan menerbitkan kembali obligasi jangka panjang dengan nilai Rp 750 miliar di awal kuartal kedua tahun ini dengan umur jatuh tempo 5 dan 7 tahun. Prospek pembiayaan perumahan dinilai sangat baik didukung oleh kebutuhan perumahan yang tinggi. Di tengah persaingan yang semakin ketat, Bank BTN masih memimpin dengan memegang sekitar 24,6% pangsa KPR sampai dengan tahun 2004. Ke depan, dengan didukung oleh pengalaman yang panjang, brand image yang kuat, dan perbaikan struktur biaya dan operasi, Bank BTN diperkirakan semakin kompetitif dalam menyalurkan KPR secara komersial. (dalam Rp miliar) 2001 2002 2003 2004 Alat Likuid 1.099,5 1.130,8 1.233,6 1.576,9 Obligasi Pemerintah 13.775,1 14.190,7 13.197,5 10.959,3 Kredit-Bersih 8.100,9 9.538,7 10.781,5 11.981,4 Total Aktiva 26.509,2 27.071,6 26.805,8 26.743,1 Dana Pihak Ketiga 18.452,9 19.912,1 19.152,7 18.570,0 Total Kewajiban 25.678,7 26.178,3 25.902,5 25.530,9 Modal Tier I 397,6 526,8 673,3 986,0 Modal Tier II 137,8 132,3 126,5 349,0 Total Ekuitas 830,5 893,3 903,4 1.212,2 Pendapatan Bunga 2.883,1 3.660,1 3.293,0 2.841,5 Pendapatan Bunga Bersih 223,8 548,8 798,3 1.277,1 Laba Operasional 119,2 307,6 213,3 477,7 Laba Bersih 124,7 150,5 128,5 370,1 CAR (%) 10,8 11,4 12,1 16,6 NPL (%) 4,8 4,8 3,8 3,2 NIM (%) 0,9 2,2 3,4 5,3 LDR (%) 46,3 51,3 58,3 67,9 ROAA (%) 0,5 1,2 0,8 1,8 ROAE (%) 25,1 31,1 18,1 40,9 IKHTISAR KEUANGAN Sumber: Bank BTN PT Bank Tabungan Negara (Persero) INDONESIA Fixed Income Research Perkembangan Peringkat Sumber : PEFINDO Periode Peringkat Maret 2005 idA- April 2004 idBBB+ Agustus 2003 idBBB Posisi Obligasi Rupiah Bank BTN Sumber : Bank BTN Seri Jumlah Jatuh Tempo (Rp miliar) BTN X/2004 750 25-Mei-09 BTN IX/2003 750 3-Okt-08 Subordinasi BTN I/2004 250 25-Mei-2014 PT Bank Tabungan Negara (Persero) 22 Maret 2005 2 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas Pertimbangan Investasi Bank terbesar untuk sektor kredit perumahan Didukung oleh sejarah yang panjang dalam menyalurkan kredit perumahan sejak tahun 1974, Bank BTN merupakan bank dengan pangsa pasar terbesar dalam penyaluran kredit perumahan. Sampai dengan tahun 2004, tercatat Bank BTN telah menyalurkan kredit perumahan senilai Rp 34,0 triliun untuk 2,2 juta unit rumah. Meski dalam beberapa tahun terakhir tingkat persaingan antar bank di sektor kredit perumahan cenderung meningkat, pangsa pasar Bank BTN masih yang terbesar yaitu mencapai 24,6% dari total kredit KPR (termasuk Kredit Pemilikan Apartemen/KPA) yang belum jatuh tempo sampai dengan akhir tahun 2004. Kualitas aktiva yang baik dengan NPL yang berangsur turun Kualitas aktiva produktif Bank BTN dinilai cukup baik. Hal ini disebabkan karena sumber pengembalian kredit yang disalurkan lebih pasti yaitu dari pendapatan tetap nasabah, sementara nilai agunannya cenderung meningkat. Hampir seluruh kredit yang disalurkan oleh Bank BTN didukung oleh jaminan. Dalam 2 tahun terakhir, Non Performing Loan (NPL) Bank BTN cenderung menurun. Kualitas pendapatan yang terus meningkat Seiring dengan strategi perubahan funding mix dan struktur aktiva produktif, NIM Bank BTN masih mampu ditingkatkan meski tingkat persaingan cukup tinggi dan tingkat suku bunga relatif rendah. Ketergantungan terhadap pendapatan bunga dari obligasi pemerintah sudah jauh berkurang berkat kredit ekspansi yang dilakukan Bank. Penyaluran kredit perumahan memiliki prospek yang cerah Kredit KPR, yang mendominasi kredit properti perbankan nasional, tumbuh pada CAGR 26,8% selama tahun 1999 2004 relatif lebih tinggi dibandingkan dengan total kredit perbankan nasional yang tumbuh pada CAGR 21,3%. Selain itu permintaan akan perumahan masih tinggi dengan akumulasi permintaan mencapai 5,9 juta. Hal ini mengindikasikan prospek pembiayaan KPR masih cerah. Kondisi ekonomi yang terus membaik mendorong pertumbuhan kredit perumahan Selain tingginya tingkat permintaan rumah, bisnis KPR juga akan tumbuh menyusul membaiknya kondisi ekonomi Indonesia yang ditunjukkan oleh stabilnya nilai tukar rupiah, relatif terkendalinya inflasi dan relatif rendahnya suku bunga perbankan. Dengan rendahnya suku bunga perbankan maka permintaan masyarakat akan kredit perumahan dengan bunga yang rendah akan semakin meningkat pula. 22 Maret 2005 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 3 Potensi Resiko Tingkat persaingan yang meningkat Dengan permintaan KPR yang besar dan suku bunga pinjaman perbankan yang cenderung turun, tingkat persaingan antar bank dalam penyaluran KPR semakin tinggi. Hal ini dapat mempengaruhi kinerja keuangan Bank BTN di masa mendatang. Namun dengan keunggulan yang dimiliki berupa brand image yang baik, saluran distribusi yang luas, dan penurunan cost of fund, Bank BTN akan semakin kompetitif dalam menyalurkan KPR komersial. Resiko maturity mismatch Dengan besarnya komposisi pendanaan jangka pendek sementara kredit yang disalurkan sebagian besar merupakan kredit jangka panjang, Bank BTN menghadapi resiko maturity mismatch sebagaimana halnya perbankan umum nasional lainnya sehingga likuiditas bank dapat terganggu. Untuk itu, Bank BTN terus berusaha memperbaiki profil pendanaannya dengan cara menerbitkan surat berharga dengan umur jatuh tempo lebih panjang. Concentration risk di dalam DPK masih cukup tinggi Bank BTN masih menghadapi concentration risk yang cukup besar akibat penguasaan DPK oleh beberapa nasabah besar saja. Rasio perbandingan antara dana simpanan 50 besar nasabah terhadap total DPK mencapai 52,1%, dimana hampir seluruhnya berupa deposito. Resiko penurunan kualitas aktiva Kredit dengan klasifikasi Dalam Perhatian Khusus cenderung mengalami kenaikan dalam 3 tahun terakhir. Di tahun 2004, kredit dengan katagori ini meningkat sebesar 11,7% dari Rp 1,7 triliun di tahun 2003 menjadi 1,9 triliun. Penurunan kualitas kredit untuk katagori ini akan berdampak pada meningkatnya NPL. Meski terjadi peningkatan, secara rasio terhadap total kredit bruto, kredit dengan katagori ini masih relatif stabil dan dapat terjaga dengan baik. Terbukti rasio NPL Bank BTN masih dapat turun dari 4,8% di tahun 2001 menjadi 3,2% di tahun 2004. PT Bank Tabungan Negara (Persero) 22 Maret 2005 4 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas Profil Bisnis Bank penyalur kredit perumahan terbesar di Indonesia PT Bank Tabungan Negara (Persero) (Bank BTN) adalah bank milik Pemerintah Indonesia yang memfokuskan kegiataan usahanya pada penyaluran kredit perumahan baik Kredit Pemilikan Rumah (KPR) maupun kredit non KPR (kredit dengan agunan properti). Didukung oleh sejarah yang panjang dalam menyalurkan kredit perumahan sejak tahun 1974, Bank BTN merupakan bank dengan pangsa pasar terbesar dalam penyaluran kredit perumahan sampai dengan saat ini. Sampai dengan tahun 2004, tercatat Bank BTN telah menyalurkan kredit perumahan senilai Rp 34,0 triliun untuk 2,2 juta unit rumah. Meski dalam beberapa tahun terakhir tingkat persaingan antar bank di sektor kredit perumahan cenderung meningkat, pangsa pasar Bank BTN untuk kredit perumahan masih yang terbesar yaitu mencapai 24,6% dari total kredit yang belum jatuh tempo sampai dengan akhir tahun 2004. Termasuk 10 bank umum dengan kepemilikan aktiva terbesar di Indonesia Dengan aktiva sebesar Rp 26,7 triliun sampai dengan akhir tahun 2004, Bank BTN menempati posisi ke-10 sebagai bank umum terbesar di Indonesia dengan pangsa mencapai 2,1% terhadap total aktiva perbankan. Sementara posisi kredit bersih Bank BTN yang mencapai Rp 12,0 triliun mencerminkan 2,1% pangsa kredit. Bank BTN berhasil menghimpun Rp 18,6 triliun dana pihak ketiga atau 1,9% dari DPK yang dikumpulkan bank umum. Hal juga ini didukung oleh jaringan distribusi perbankan yang luas yang dimiliki oleh Bank BTN yaitu 44 kantor cabang, 78 cabang pembantu, 78 kantor kas dan 177 unit ATM milik sendiri serta akses terhadap 5.695 unit ATM Link yang tersebar di seluruh Indonesia. Posisi (Rp triliun) Pangsa (%) Aktiva Kredit DPK Aktiva Kredit DPK Sumber : Bank Indonesia *) per 30 Sept 04 Mandiri 248,2 94,4 175,8 19,5 16,9 18,3 BCA 149,2 40,4 131,6 11,7 7,2 13,7 BNI* 130,2 51,2 102,5 10,2 9,1 10,6 BRI* 100,1 58,1 78,5 7,9 10,4 8,2 Danamon 58,8 28,9 40,3 4,6 5,2 4,2 BII 36,1 13,2 29,6 2,8 2,4 3,1 Permata 31,8 14,9 26,0 2,5 2,7 2,7 Niaga 30,8 21,1 24,7 2,4 3,8 2,6 Lippo 27,8 5,6 24,9 2,2 1,0 2,6 BTN 26,7 12,0 18,6 2,1 2,1 1,9 Total perbankan 1.272,1 559,5 963,1 100,0 100,0 100,0 Pangsa 10 Bank 66,0% 60,7% 67,8% Tabel 1. Posisi dan Pangsa Pasar 10 Besar Bank Umum 22 Maret 2005 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 5 Kualitas Aktiva Terjaga baik berkat komitmen pada kredit beresiko rendah dan manajemen resiko yang terus membaik Kualitas aktiva Bank BTN dinilai cukup baik berkat komitmen bank yang tetap fokus pada penyaluran kredit konsumsi untuk perumahan (KPR dan non KPR) bagi nasabah ritel yang beresiko rendah dan penerapan manajemen resiko yang lebih baik. Rasio NPL terhadap nilai kredit bruto terus menunjukkan tren penurunan. Sementara, penerapan manajemen resiko yang cenderung konservatif dengan pemenuhan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) lebih dari 100% memungkinkan NPL bersih Bank BTN mencapai nol persen. Meskipun demikian, kualitas aktiva Bank BTN sampai dengan akhir tahun 2004 masih terpengaruh oleh resiko kredit Negara Indonesia mengingat porsi obligasi pemerintah di dalam struktur aktiva produktif Bank BTN masih cukup besar meski porsinya telah mengalami penurunan. Porsi kepemilikan obligasi Pemerintah di dalam portofolio aktiva produktif ini ke depan diperkirakan terus menurun seiring dengan strategi bank yang akan terus meningkatan kredit produktifnya dan menjual sebagian obligasi tersebut ke pasar sekunder. Ekspansi kredit dorong perbaikan LDR Selama tahun 2004, Bank BTN mencatatkan kenaikan posisi kredit bruto sebesar 13,0% dari Rp 11,2 triliun di tahun 2003 menjadi Rp 12,6 triliun. Kenaikan ini didorong oleh penyaluran kredit baru selama tahun 2004 yang mencapai Rp 4,0 triliun, meningkat 19,5% dari nilai kredit baru selama tahun 2003 yang mencapai Rp 3,3 triliun. Dari penambahan kredit baru tersebut, 65,5% disalurkan untuk kredit KPR. Terus berlanjutnya ekspansi kredit ini menyebabkan Loan Deposit Ratio (LDR) Bank BTN meningkat menjadi 67,9% dari 58,3% di tahun 2003. Level LDR ini termasuk yang tertinggi di antara kelompok 10 bank besar di Indonesia berdasarkan kepemilikan aktiva. Profil Keuangan 2002 2003 2004 2002 2003 2004 Nilai (Rp miliar) Komposisi (%) Sumber : Bank BTN KPR Subsidi 438 722 1.268 14,7 21,7 31,8 KPR Non Subsidi (KGU) 1.290 1.433 1.342 43,3 43,0 33,7 Non KPR, Konstruksi & Umum 1.248 1.178 1.374 41,9 35,3 34,5 Total 2.976 3.333 3.984 100,0 100,0 100,0 Pertumbuhan (%) 26,9 12,0 19,5 Tabel 2. Perkembangan Kredit Yang Disalurkan Gambar 1. Perbandingan LDR Kelompok 10 Bank Terbesar di Indonesia Sumber : Bank BTN, Bank Indonesia *) per 30 Sept 04 85,4% 74,3% 72,5% 67,9% 57,2% 51,8% 50,5% 43,6% 30,6% 22,6% N i a g a B R I * D a n a m o n B T N P e r m a t a M a n d i r i B N I * B I I B C A L i p p o PT Bank Tabungan Negara (Persero) 22 Maret 2005 6 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas Peningkatan pada surat berharga didominasi oleh SBI Selain kredit, komponen aktiva produktif Bank BTN yang juga menunjukkan peningkatan adalah surat berharga (efek-efek). Selama tahun 2004, nilai surat berharga yang dimiliki Bank BTN mencapai Rp 1,5 triliun, meningkat 3 kali lipat dari posisi tahun sebelumnya yang mencapai Rp 356,2 miliar. Surat berharga ini dinilai memiliki kualitas yang sangat baik dimana 87,6%-nya merupakan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), sedangkan 12,4%-nya merupakan surat utang obligasi. Kualitas obligasi yang dimiliki Bank BTN dinilai cukup baik dengan sebagian besar merupakan obligasi berperingkat investment grade dan aktif diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin besarnya porsi SBI di dalam portofolio aktiva produktif Bank BTN ini bertujuan untuk meningkatkan kondisi likuiditas Bank. 2002 2003 2004 2002 2003 2004 Nilai (Rp miliar) Komposisi (%) Sumber : Bank BTN Penempatan pada Bank Lain 789,7 263,4 30,1 3,1 1,1 0,1 Efek-efek 298,3 356,2 1.470,4 1,2 1,4 5,9 Obligasi Pemerintah 14.190,7 13.197,5 10.959,3 55,7 52,8 43,7 Kredit yang diberikan 10.211,0 11.161,0 12.609,0 40,1 44,7 50,3 Total aktiva produktif (gross) 25.489,7 24.978,1 25.068,8 100,0 100,0 100,0 Tabel 3. Komposisi Aktiva Produktif Sesuai dengan fokus usaha, kredit perumahan masih mendominasi portofolio kredit Sesuai dengan fokus usaha pada pembiayaan perumahan, portofolio kredit Bank BTN masih didominasi oleh kredit perumahan, baik KPR maupun non KPR (kredit personal dengan agunan rumah, ruko, apartemen). Sampai dengan akhir tahun 2004, kredit perumahan mencapai Rp 12,5 triliun atau 98,8% dari total kredit bruto. Jumlah ini meningkat 12,6% dari posisi akhir tahun sebelumnya. Peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok KPR yang naik 14,9% dari Rp 9,0 triliun menjadi Rp 10,4 triliun di tahun 2004. 2002 2003 2004 2002 2003 2004 Nilai (Rp miliar) Komposisi (%) Sumber : Bank BTN Perumahan 9.998,7 11.067,7 12.460,3 97,9 99,2 98,8 - KPR 8.295,4 9.022,3 10.368,4 81,2 80,8 82,2 - Non-KPR 1.703,3 2.045,5 2.092,0 16,7 18,3 16,6 Konstruksi 91,8 3,0 21,1 0,9 0,0 0,2 Pertambangan - - 1,5 - - 0,0 Industri 71,6 70,2 75,3 0,7 0,6 0,6 Perdagangan, restoran dan hotel 3,2 0,0 10,3 0,0 0,0 0,1 Lain-lain 45,7 20,1 40,4 0,4 0,2 0,3 Jumlah 10.211,0 11.161,0 12.609,0 100,0 100,0 100,0 Tabel 4. Portofolio Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi Porsi kredit bersubsidi berangsur turun seiring strategi untuk menjadi bank komersial Seiring dengan strategi Bank BTN untuk menjadi bank yang lebih bersifat komersial, kegiatan penyaluran kelompok kredit yang terdiri dari KPR non subsidi, kredit non KPR, kredit perusahaan dan kredit non perumahan terus menunjukkan peningkatan. Dalam 5 tahun terakhir, kredit komersial tumbuh dengan Compounded Annual Growth Rate (CAGR) 39,5%. Sedangkan KPR bersubsidi relatif tidak ada pertumbuhan. Hal ini menyebabkan porsi kredit bersubsidi di dalam portofolio kredit Bank BTN terus menurun dari 76,7% di tahun 2000 menjadi 46,3% di tahun 2004. Umumnya kredit komersial memberikan marjin yang lebih tinggi dibanding kredit bersubsidi. 22 Maret 2005 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 7 Gambar 2. Kredit Bersubsidi dan Non Bersubsidi Sumber : Bank BTN 5,9 5,6 5,4 5,4 5,8 1,8 2,8 4,8 6,8 5,8 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 2000 2001 2002 2003 2004 Rp triliun Subsidi Komersial Kredit perumahan dinilai aman karena memiliki agunan yang jelas Dengan tetap fokus pada penyaluran kredit perumahan, resiko kredit yang dihadapi oleh Bank BTN dinilai cukup moderat. Hal ini tidak terlepas dari sifat kredit perumahan sendiri yang relatif aman karena yang menjadi sumber pengembalian kredit sebagian besar adalah penghasilan nasabah sesuai dengan pekerjaannya yang relatif tetap dan tidak fluktuatif. Sedangkan aktiva yang menjadi agunannya memiliki nilai yang terus meningkat. Hampir seluruh kredit yang diberikan Bank BTN atau sekitar 99,9% dari portofolio kredit mempunyai jaminan. Resiko kredit yang cukup moderat ini juga tercermin pada tingkat NPL kredit Bank BTN yang mencapai 3,2% di tahun 2004, dimana rasio ini relatif kecil jika dibandingkan dengan kelompok 10 bank terbesar di Indonesia. Rasio ini membaik dibandingkan dengan tahun 2002 yang mencapai 4,8% di tahun 2002 dan tahun 2003 yang mencapai 3,8%. Terhadap NPL tersebut, Bank BTN telah membentuk pencadangan sebesar Rp 627,6 miliar yang mencerminkan coverage sebesar 155,3%. Porsi kredit kolektibilitas 2 masih relatif besar di dalam portofolio kredit Bank BTN Namun perlu mendapat perhatian kredit non performing yang merupakan kredit dengan kolektibilitas 2 atau Dalam Perhatian Khusus cenderung mengalami kenaikan dalam beberapa tahun terakhir. Di tahun 2004, kredit katagori ini kembali meningkat sebesar 11,7% dari Rp 1,7 triliun di tahun 2003 menjadi 1,9 triliun. Kredit kolektibilitas 2 ini adalah kredit dengan tingkat keterlambatan 1 hingga 90 hari. Penurunan kualitas kredit katagori ini akan berdampak pada meningkatnya NPL. Meski cenderung meningkat, namun secara rasio terhadap total kredit bruto, kredit katagori ini masih relatif stabil dan dapat terjaga dengan baik. Terbukti rasio NPL Bank BTN masih dapat turun dalam 2 tahun terakhir. Sumber : Bank BTN (Rp miliar) 2000 2001 2002 2003 2004 Kredit yang disalurkan bruto 7.673,7 8.411,9 10.211,0 11.161,0 12.609,0 Performing loan (klas. 1 dan 2) 7.422,9 8.012,7 9.724,6 10.736,5 12.204,8 Non Performing Loan (klas. 3, 4 dan 5) 250,8 399,2 486,4 424,4 404,1 NPL/kredit yang disalurkan - bruto (%) 3,3 4,7 4,8 3,8 3,2 Pencadangan kredit 343,7 311,0 672,3 379,5 627,6 Pencadangan kredit/NPL (%) 137,0 77,9 138,2 89,4 155,3 Tabel 5. Kualitas Kredit Berdasarkan Kolektibilitas PT Bank Tabungan Negara (Persero) 22 Maret 2005 8 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas Gambar 3. Perbandingan NPL Kelompok 10 Bank Umum Terbesar di Indonesia Sumber : Bank BTN, Bank Indonesia *) per 30 Sept 04 1,3% 3,2% 3,2% 3,6% 4,0% 4,0% 5,8% 6,1% 6,8% 7,4% B C A N i a g a B T N P e r m a t a B I I D a n a m o n B R I * B N I * L i p p o M a n d i r i Profitabilitas Kualitas pendapatan Bank BTN terus menunjukkan perbaikan Strategi pembiayaan yang tepat dengan terus meningkatkan porsi aktiva produktif guna menghasilkan yield lebih besar dan strategi funding mix yang berusaha mengurangi porsi dana mahal telah memberikan dampak positif pada terus meningkatnya marjin pendapatan bunga bersih (Net interest Margin/NIM) Bank BTN. Pendapatan bunga bersih tahun 2004 meningkat 60,7% dari tahun sebelumnya dan melampaui proyeksi kami sebesar 39,0%. Hal ini menyebabkan kenaikan yang cukup tajam pada laba operasi yang mencapai 129,3% dari tahun sebelumnya, meski beban PPAP mengalami kenaikan 5 kali lipat dari tahun sebelumnya. Demikian juga dengan laba bersih yang meningkat sebesar 197,9%, menyebabkan imbal hasil atas rata-rata aktiva (ROAA) dan imbal hasil atas rata-rata ekuitas (ROAE) meningkat masing-masing dari 0,8% menjadi 1,8% dan dari 18,1% menjadi 40,9% dalam periode yang sama. 2002 2003 2004 Rp miliar YoY (%) Rp miliar YoY (%) Rp miliar YoY (%) Sumber : Bank BTN Pendapatan bunga 3.660,1 27,0 3.293,0 (10,0) 2.841,5 (13,7) Beban bunga (3.111,4) 17,0 (2.494,7) (19,8) (1.564,4) (37,3) Pendapatan bunga bersih 548,8 145,2 798,3 45,5 1.277,1 60,0 Pendapatan operasional lainnya 318,3 56,1 188,8 (40,7) 138,2 (26,8) Pendapatan operasi 867,0 102,7 987,1 13,9 1.415,3 43,4 Beban PPAP 78,1 (62,3) (35,8) (145,8) (218,6) 511,2 Beban operasional lainnya (637,5) 23,6 (738,0) 15,8 (719,0) (2,6) Laba operasi 307,6 158,1 213,3 (30,7) 477,7 123,9 Pendapatan/(beban) non operasional bersih 4,7 125,3 4,4 (6,6) 3,1 (29,3) Laba sebelum pajak 312,3 157,5 217,7 (30,3) 480,8 120,9 Laba bersih 150,5 20,7 128,5 (14,6) 370,1 188,0 Tabel 6. Ikhtisar Laba Rugi NIM tahun 2004 mengalami lonjakan yang cukup tinggi di tengah kondisi suku bunga yang menurun ... Di tengah kondisi tingkat suku bunga SBI yang menurun, Bank BTN berhasil menurunkan cost of fund-nya lebih cepat dari penurunan asset yield. Jika pada tahun 2003, rata-rata cost of fund Bank BTN mencapai 10,0%, maka di tahun 2004 turun menjadi sekitar 6,4% atau turun sekitar 360 basis poin. Sedangkan penurunan asset yield dari aktiva produktif relatif lambat yaitu sekitar 160 bps dari 13,0% di tahun 2003 menjadi 11,4%. Hal ini menyebabkan NIM Bank BTN mengalami peningkatan yang cukup tajam yaitu dari 3,1% di tahun 2003 menjadi 5,3% di tahun 2004 atau naik 220 bps. 22 Maret 2005 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 9 2002 2003 2004 2002 2003 2004 Sumber : Bank BTN, AAA Sekuritas Tabel 7. Perkembangan Asset Yield dan Cost Of Fund Pendapatan Bunga Nilai (Rp miliar) Asset Yield (%) Obligasi Rekapitalitasi 2.001,2 1.533,9 985,4 14,3 11,2 8,2 Kredit yang diberikan 1.352,2 1.684,9 1.719,9 14,5 15,8 14,5 Efek-efek 250,1 36,8 85,8 23,1 11,2 9,4 Penempatan pada bank lain 24,7 7,7 9,1 4,8 1,5 6,2 Lain-lain (termasuk provisi) 55,8 30,1 41,2 n.a. n.a. n.a. Total Pendapatan Bunga 3.660,1 3.293,0 2.841,5 14,7 13,0 11,4 Beban Bunga Nilai (Rp miliar) Cost of Fund (%) Giro 48,4 50,7 54,6 4,3 4,3 4,1 Tabungan 346,5 334,0 313,7 9,8 7,7 5,6 Deposito 2.395,8 1.830,4 823,0 16,5 13,1 6,9 Total DPK 2.790,7 2.215,1 1.191,3 14,5 11,3 6,3 Simpanan pada bank lain 56,1 44,3 11,1 10,6 12,2 7,1 Pinjaman dan Surat Berharga 194,7 174,3 284,4 4,1 3,7 5,6 Lain-lain (termasuk provisi) 59,0 52,6 52,7 n.a. n.a. n.a. Total Beban Bunga 3.111,4 2.494,7 1.564,4 12,6% 10,0% 6,4% Selisih bunga (%) 2,1 3,0 5,0 Net Interest Margin (%) 2,2 3,1 5,3 ... berkat strategi perubahan funding mix dan struktur aktiva produktif Penurunan yang relatif cepat pada cost of fund ini tidak terlepas dari perubahan funding mix Bank BTN dimana Bank berusaha mengurangi porsi dana mahal yang berasal dari deposito dan meningkatkan porsi dana murah yang berasal dari tabungan. Selain itu, strategi perubahan funding mix ini juga bertujuan untuk mengurangi concentration risk yang disebabkan oleh terpusatnya porsi Dana Pihak Ketiga (DPK) terbesar pada beberapa nasabah deposito yang umumnya merupakan nasabah korporasi. Strategi pendanaan ini diwujudkan dengan mengembangkan produk tabungan yang inovatif dengan memberikan hadiah-hadiah menarik bagi nasabah tabungan yang bersedia untuk tidak menarik dananya dalam jangka waktu tertentu. Selain itu, strategi penurunan porsi deposito dilakukan dengan cara menurunkan suku bunga simpanan yang lebih cepat dibandingkan dengan industri. Hal ini memicu penurunan cost of fund deposito secara tajam dari 13,1% di tahun 2003 menjadi 6,9% di tahun 2004. Ketergantungan pada bunga obligasi pemerintah sudah jauh berkurang Selain merubah funding mix untuk menurunkan cost of fund, Bank BTN juga melakukan perubahan pada komposisi aktiva produktifnya dimana kredit yang memberikan yield lebih besar ditambah porsinya, sedangkan obligasi pemerintah yang sebagian besar (91,8%) merupakan obligasi berbunga mengambang dikurangi porsinya. Dengan adanya perubahan komposisi aktiva produktif ini menyebabkan ketergantungan pendapatan bunga Bank BTN dari obligasi pemerintah di tahun 2004 telah jauh berkurang dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2002, pendapatan bunga yang diperoleh dari obligasi pemerintah masih mencapai 54,7%, maka pada tahun 2004 turun menjadi sekitar 34,7%. Sedangkan pendapatan bunga dari kredit meningkat dari 37,0% menjadi 60,5% di periode yang sama. (dalam persentase) 2002 2003 2004 Sumber : Bank BTN Tabel 8. Komposisi Pendapatan Bunga Obligasi Rekapitalitasi 54,7 46,6 34,7 Kredit yang diberikan 36,9 51,2 60,5 Efek-efek 6,2 1,1 3,0 Penempatan pada bank lain 0,7 0,2 0,3 Efek-efek repo 0,7 0,0 - Tagihan derivatif - 0,0 0,3 Provisi dan komisi 0,9 0,9 1,2 Total pendapatan bunga 100,0 100,0 100,0 PT Bank Tabungan Negara (Persero) 22 Maret 2005 10 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas Pendanaan dan Likuiditas Profil pendanaan dinilai stabil meski resiko konsentrasi dan resiko maturity mismatch masih cukup besar Profil pendanaan Bank BTN dinilai cukup stabil. Meski terjadi penurunan nilai deposito di dalam struktur DPK yang mencapai 13,6% sebagai dampak dari strategi perubahan funding mix, namun penurunan ini masih dapat dikompensasi dengan kenaikan tabungan dan giro yang masing-masing mencapai 16,6% dan 25,4%. Hal ini menyebakan posisi DPK Bank BTN di tahun 2004 hanya turun sebesar 3,0% dari posisi tahun sebelumnya. Masih stabilnya profil pendanaan Bank BTN ini dapat dilihat pada stabilnya rasio perbandingan antara DPK terhadap total aktiva yang mencapai sekitar 69,4% (vs rata-rata 4 tahun sebelumnya yang mencapai 71,4%). Meski profil pendanaan masih stabil, Bank BTN masih menghadapi concentration risk yang cukup besar akibat penguasaan DPK oleh beberapa nasabah besar saja. Rasio perbandingan antara dana simpanan 50 nasabah terhadap total DPK mencapai 52,1%, dimana hampir seluruhnya berupa deposito. Selain itu, resiko maturity mismatch juga masih membayangi profil neraca Bank BTN dimana sekitar 40% aktiva Bank BTN terdiri dari obligasi pemerintah yang akan jatuh tempo antara tahun 2012 2020 dan 81,9% kredit yang disalurkan oleh Bank BTN akan jatuh tempo lebih dari 5 tahun. Sedangkan hanya 10% dari DPK Bank BTN yang memiliki umur lebih dari 1 tahun. Sebagai usaha untuk mengurangi resiko maturity mismatch ini, Bank BTN kembali berencana menerbitkan obligasi jangka panjang senilai Rp 750 miliar dengan umur jatuh tempo 5 dan 7 tahun di awal kuartal kedua tahun 2004. Selain penerbitan obligasi, resiko maturity mismatch ini dapat dikurangi dengan mengalihkan/menjual portofolio kredit perumahan kepada peihak ketiga. Diharapkan dengan hadirnya lembaga seperti Secondary Mortgage Facilities (SMF) dapat mengatasi permasalahan ini. 2002 2003 2004 2002 2003 2004 Nilai (Rp miliar) Komposisi (%) Sumber : Bank BTN Giro 1.175,3 1.186,2 1.488,0 4,7 4,8 6,1 Tabungan 3.496,7 5.174,9 6.035,8 14,0 21,0 24,7 Deposito 15.240,1 12.791,6 11.046,1 60,9 51,8 45,2 Total DPK 19.912,1 19.152,7 18.570,0 79,6 77,5 75,9 Simpanan bank lain 410,1 313,7 0,2 1,6 1,3 0,0 Pinjaman + Surat Berharga 4.697,9 5.234,6 5.890,8 18,8 21,2 24,1 Total Pendanaan 25.020,0 24.701,0 24.460,9 100,0 100,0 100,0 Tabel 9. Komposisi Sumber Pendanaan 2002 2003 2004 2002 2003 2004 Nilai (Rp miliar) Komposisi (%) Sumber : Bank BTN Kurang dari 1 tahun 422,8 350,7 463,5 4,1 3,1 3,7 1 - 2 tahun 164,7 185,7 280,6 1,6 1,7 2,2 2 - 5 tahun 1.399,1 1.543,6 1.535,1 13,7 13,8 12,2 Lebih dari 5 tahun 8.224,4 9.081,0 10.329,8 80,5 81,4 81,9 Total 10.211,0 11.161,0 12.609,0 100,0 100,0 100,0 Tabel 10. Komposisi Kredit Berdasarkan Sisa Umur Jatuh Tempo Maturity gap telah menunjukkan perbaikan Analisa jatuh tempo antara aktiva dan kewajiban menurut kelompok umur yang tersisa menunjukkan bahwa maturity gap Bank BTN telah mengalami perbaikan. Hal ini terjadi khususnya untuk periode jatuh tempo kurang dari 1 bulan, dimana selisih kewajiban terhadap aktiva semakin mengecil dari 35,6% di akhir tahun 2003 menjadi 31,8% di akhir tahun 2004. Demikian juga untuk waktu jatuh tempo lebih dari 12 bulan yang turun dari 69,2% menjadi 50,5% di periode yang sama. Perbaikan 22 Maret 2005 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 11 pada maturity gap jangka pendek terjadi setelah Bank BTN mengurangi komposisi obligasi pemerintahnya di dalam struktur aktiva produktif dan meningkatkan kepemilikan SBI untuk meningkatkan likuiditasnya. Sedangkan perbaikan maturity gap untuk jatuh tempo lebih dari 1 tahun terjadi setelah Bank BTN menerbitkan obligasi jangka panjang. <1 bln 1 - 6 bln 6 - 12 bln >12 bln Sumber : Bank BTN * ) Persentase dihitung dari jumlah aktiva, kewajiban dan selisihnya untuk tiap-tiap klasifikasi jatuh tempo dibagi total aktiva masing-masing tahun Tabel 11. Aktiva dan Kewajiban Berdasarkan Sisa Umur* 2004 Jumlah Aktiva 16,5% 0,6% 5,9% 77,0% Jumlah Kewajiban 48,3% 14,0% 2,8% 26,5% Selisih -31,8% -13,4% 3,1% 50,5% 2003 Jumlah Aktiva 10,9% 0,6% 0,9% 87,6% Jumlah Kewajiban 46,5% 17,4% 11,5% 18,4% Selisih -35,6% -16,8% -10,5% 69,2% Likuiditas masih terjaga Meski maturity mismatch masih cukup besar, likuiditas Bank BTN dinilai cukup terjaga sebagaimana dicerminkan oleh rasio aktiva likuid terhadap DPK yang tetap tinggi sebesar 75,6% untuk akhir tahun 2004. Untuk keperluan analisa likuiditas, obligasi pemerintah (termasuk yang diklasifikasikan Dimiliki hingga jatuh tempo) digolongkan sebagai aktiva likuid karena dapat dijual ke pasar sekunder dalam kondisi kebutuhan likuiditas. 2002 2003 2004 Sumber : Bank BTN *) Aktiva likuid = kas + giro dan penempatan + surat berharga + obligasi pemerintah Tabel 12. Aktiva Likuid* Aktiva Likuid (Rp miliar) 16.322 15.045 14.035 Aktiva Likuid /Total Aktiva (%) 60,3 56,1 52,5 Aktiva Likuid/Dana Pihak Ketiga (%) 82,0 78,6 75,6 Permodalan CAR secara bertahap meningkat Dengan kinerja profitabilitas yang membaik dan kualitas aktiva yang tetap terjaga, Bank BTN dapat meningkatkan permodalannya melalui akumulasi laba ditahan. Capital Adequacy Ratio (CAR) secara bertahap terus menunjukkan peningkatan dari 12,1% di tahun 2003 menjadi 16,6% di tahun 2004. Kredit KPR dinilai lebih hemat dari segi kebutuhan modal Menarik untuk diperhatikan bahwa dengan fokus penyaluran kredit untuk KPR, Bank BTN mencatatkan nilai Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) yang relatif rendah karena penerapan bobot resiko yang hanya sebesar 50% dari nilai KPR yang disalurkan. Dalam hal ini perbandingan ATMR terhadap total aktiva Bank BTN yang sebesar 21,4% jauh lebih lebih rendah dibanding dari rata-rata rasio yang sama untuk 9 bank lainnya yang tergabung ke dalam kelompok 10 besar bank dengan aktiva terbesar yang sebesar 50,6%. Karenanya penyaluran kredit untuk KPR dapat dipandang lebih hemat dalam hal kebutuhan modal dibandingkan dengan penyaluran kredit komersial lainnya. PT Bank Tabungan Negara (Persero) 22 Maret 2005 12 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas (dalam Rp miliar) 2002 2003 2004 Sumber : Bank BTN Tabel 13. Perhitungan Modal Minimum dan Rasio Penting Modal Tier I 526,8 673,3 986,3 Modal Tier II 132,3 126,0 349,2 Total modal 659,1 799,4 1.335,5 ATMR 5.781,7 6.560,2 8.023,7 CAR (%) 11,4% 12,2% 16,6% ATMR/Total aktiva (%) 21,4% 24,5% 30,0% ATMR Aktiva Rasio (Rp miliar) (Rp miliar) (%) Sumber : Bank BTN, Bank Indonesia *) per 30 Sept 04 Tabel 14. Perhitungan Modal Minimum dan Rasio Penting Niaga 22.203,6 30.637,6 72,5 Danamon 33.541,9 57.637,3 58,2 BRI* 55.949,9 100.086,6 55,9 BNI* 72.650,9 129.972,2 55,9 Permata 16.658,6 31.597,9 52,7 BII 17.143,5 35.794,5 47,9 Mandiri 108.934,8 240.436,5 45,3 BCA 51.715,4 149.168,8 34,7 Lippo 9.382,8 27.832,1 33,7 BTN 8.023,7 26.743,1 30,0 Sekilas Industri Perbankan Nasional Sering perkembangan ekonomi yang membaik, industri perbankan juga menunjukkan peningkatan ... Seiring perkembangan ekonomi yang semakin baik, sektor perbankan Indonesia hingga tahun 2004 juga menunjukkan peningkatan. Kondisi ini tercermin dari perkembangan beberapa indikator perbankan nasional yang terus mengalami perbaikan. Beberapa indikator tersebut diantaranya adalah perbaikan komposisi aktiva dan pasiva perbankan, peningkatan DPK dan permodalan, serta meningkatnya kinerja perbankan yang tercermin dari beberapa rasio seperti LDR, NPL, CAR, NIM serta ROAA perbankan yang terus mengalami perbaikan. Seiring dengan peningkatan DPK, dalam 5 tahun terakhir (2000-2004) kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit ke masyarakat juga terus mengalami perbaikan meski masih di bawah kondisi periode sebelum krisis. DPK perbankan tumbuh sebesar 8,4% selama tahun 2004 atau meningkat dengan CAGR 8,3% sejak tahun 2000. Peningkatan DPK ini juga diikuti oleh pertumbuhan kredit sebesar 27,0% atau meningkat dengan CAGR 18,6% sejak tahun 2000. CAGR (dalam Rp triliun) Dec-00 Dec-01 Dec-02 Dec-03 Dec-04 2000-2004 (%) Sumber : Data Perbankan Indonesia dari Bank Indonesia Aktiva 1.039,9 1.099,7 1.112,2 1.213,5 1.272,1 5,2 Kredit 283,1 316,1 371,1 440,5 559,5 18,6 Dana Pihak Ketiga 699,9 797,4 835,8 888,6 963,1 8,3 Permodalan 55,3 62,9 90,8 106,6 127,9 23,3 LDR (%) 33,4 33,0 38,2 43,5 50,0 NPL Gross (%) 20,1 12,2 7,5 6,8 4,5 CAR (%) 12,5 19,9 22,4 19,4 19,4 NIM (%) 2,4 3,6 4,1 4,6 6,4 ROA (%) 1,6 1,5 2,0 2,6 3,5 Tabel 15. Indikator Perbankan Umum 22 Maret 2005 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 13 Kualitas kredit dan permodalan terus mengalami perbaikan Peningkatan kredit perbankan di atas juga didukung oleh perbaikan kualitas kredit yang tersalurkan, dimana tercermin dari terus turunnya tingkat kredit macet sebagaimana diukur dari tingkat NPL yang terus mengalami perbaikan. Selama 5 tahun terakhir NPL perbankan menunjukkan perbaikan dari posisi 20,1% (2000) menjadi 4,5% (2004). Turunnya rasio NPL ini mencerminkan kinerja penyaluran kredit yang terus meningkat melalui perbankan tanpa meninggalkan prinsip kehati- hatian yang harus dijalankan oleh perbankan. Sementara itu jika dilihat dari sisi permodalan, perbankan nasional juga terus mengalami perbaikan tercermin dari semakin meningkatnya permodalan perbankan sebesar 19,9% dari posisi Rp 106,6 triliun tahun 2003 menjadi Rp 127,9 triliun pada akhir tahun 2004. Hal ini mendorong rasio kecukupan modal (CAR) perbankan terus bertumbuh hingga mencapai 19,4% di tahun 2004, sehingga masih cukup jauh dibanding persyaratan CAR minimum Bank Indonesia sebesar 8%. Seiring perkembangan di atas, indikator kinerja rentabilitas bank umum juga menunjukkan perbaikan tercermin dari peningkatan rasio NIM dan ROA menjadi 6,4% dan 3,5% di tahun 2004. Perbaikan kedua indikator ini menunjukkan prospek usaha bank umum yang makin meningkat dikarenakan indiaktor ini mencerminkan peningkatan pendapatan bunga dan laba bersih perusahaan relatif terhadap total aktiva. Peningkatan ROA di atas juga mencerminkan tingkat profitabilitas dan atau efisiensi penggunaan aktiva yang makin meningkat. Gambar 4. Komposisi Aktiva dan Kredit Bank Umum Sumber : Data Perbankan Indonesia Bank Indonesia, di olah AAA Sekuritas Aktiva Kredit 0% 20% 40% 60% 80% 100% 2000 2001 2002 2003 2004 Kredit SBI Obligasi Pemerintah Antar Bank Surat Berharga dan Lainnya Kualitas kredit dan permodalan terus mengalami perbaikan Perbaikan berbagai rasio keuangan di atas juga ditunjang oleh perbaikan struktur komposisi aktiva dan pasiva bank umum secara keseluruhan. Dari komposisi aktiva bank umum, terlihat komposisi kredit dalam struktur aktiva terus mengalami peningkatan dari posisi 28,6% (2000) menjadi 45,7% (2004). Pada saat bersamaan, komposisi obligasi pemerintah dapat diturunkan dari posisi 43,4% (2000) dari keseluruhan total aktiva menjadi hanya 23,7% di tahun 2004. Kondisi ini mencerminkan ketergantungan kinerja pendapatan bank umum terhadap pendapatan bunga obligasi (rekap) pemerintah yang semakin berkurang. Pada saat bersamaan, pendapatan perusahaan secara bertahap mulai digantikan oleh pendapatan bunga kredit yang disalurkan perbankan. Hal ini berarti fungsi intermediasi ke sektor riil terus mengalami perbaikan dan perbankan kembali pada core business- nya sebagai lembaga perantara penyalur dana masyarakat. Sementara itu, hingga tahun 2004, dari komposisi kredit perbankan menunjukkan Kredit Modal Kerja masih menempati porsi terbesar dikuti oleh Kredit Konsumsi dan Kredit Investasi berturut- turut sebesar 51,8%, 27,0% dan 21,2%. Lebih lanjut, jika dilihat dari pertumbuhan ketiga jenis kredit di atas, terjadi peningkatan yang cukup signifikan terhadap porsi kredit konsumsi dari 14,2% (2000) menjadi 27%. Pola ini diperkirakan tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebagian besar masih ditopang oleh sektor konsumsi, sedangkan kegiatan investasi relatif masih mengalami kelesuan. Namun demikian, seiring membaiknya kondisi perekonomian Indonesia serta stabilitas politik-keamanan yang tercipta diperkirakan kredit investasi akan terus meningkat pada tahun-tahun yang akan datang. 0% 20% 40% 60% 80% 100% 2000 2001 2002 2003 2004 Modal Kerja Investasi Konsumsi PT Bank Tabungan Negara (Persero) 22 Maret 2005 14 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas Dilihat dari perkembangan berbagai indikator perbankan di atas serta ditambah dengan semakin membaiknya kondisi makroekonomi secara keseluruhan industri perbankan nasional untuk tahun 2005 kedepan diperkirakan terus mengalami perbaikan dan dapat menjalankan fungsi utamanya sebagai intermediasi keuangan dalam menggerakkan sektor riil nasional. Perkembangan Kredit Perumahan Nilai kredit properti tahun 2004 telah melampaui level sebelum krisis ... Kredit properti terus menunjukkan pertumbuhan positif sejak penurunannya yang tajam di masa krisis (1999). Setelah tumbuh sebesar 34,2% di tahun 2003 menjadi Rp 47,0 triliun, kredit properti kembali menunjukkan pertumbuhan 2 digit yaitu 43,2% di tahun 2004, sehingga posisi total kredit properti mencapai Rp 67,3 triliun. Sementara itu pada periode yang sama, total kredit perbankan hanya tumbuh sebesar 26,4% di tahun 2004. Nilai kredit properti ini merupakan yang tertinggi sejak krisis. Bahkan jika dibandingkan dengan masa sebelum krisis, posisi kredit properti di Indonesia mencapai Rp 64 triliun. Jika dibandingkan dengan total kredit perbankan pada tahun 1997, porsi kredit properti sudah mencapai 17,1%. Sedangkan di tahun 2004, porsi kredit properti ini baru mencapai 12,2%. ... didukung oleh pemulihan di kondisi ekonomi makro Kembali tumbuhnya industri properti sangat didukung oleh pemulihan perekonomian yang ditandai dengan tingkat inflasi yang terkendali, nilai mata uang rupiah yang stabil dan tingkat suku bunga yang cenderung turun. Suku bunga KPR mengalami penurunan dari kisaran 13% - 16% pada tahun 2003 menjadi 10% - 13% di tahun 2004. Selain faktor ekonomi, perkembangan sektor properti ini juga dipengaruhi oleh selesainya sebagian proses restrukturisasi hutang pengembang lama yang ditangani BPPN sehingga mereka dapat melanjutkan kembali proyeknya. KPR mengalami pertumbuhan relatif tinggi dan mendominasi portofolio kredit properti Membandingkan kondisi saat ini dengan pra krisis, komposisi kredit properti yang terdiri dari KPR, kredit konstruksi dan kredit real estate, telah berubah secara signifikan. Jika pada tahun 1997 perbandingan kredit konstruksi dan real estate terhadap total kredit porperti dan KPR terhadap total kredit properti mencapai 70% dan 30%, maka pada tahun 2004 perbandingannya berbalik menjadi 37% dan 64%. Lebih jauh posisi KPR saat ini yang sebesar Rp 42,1 triliun telah melampaui posisi tahun 1997 sebesar Rp 19,5 triliun. Kredit KPR dinilai memiliki resiko yang relatif rendah dibandingkan dengan kredit konstruksi dan real estat Perkembangan KPR tersebut sejalan dengan kecenderungan perbankan nasional yang agresif dalam menyalurkan consumer loan yang dianggap memiliki resiko relatif rendah. Sedangkan untuk kredit konstruksi dan real estate yang digolongkan sebagai kredit korporasi, perbankan nasional memandang tingkat resiko yang dimiliki sektor bisnis ini masih relatif lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena KPR memiliki agunan yang jelas. Nilai rumah atau properti yang dijaminkan cenderung mengalami kenaikan, sementara pokok hutang terus berkurang dan sumber pengembalian hutangnya berasal dari pendapatan tetap nasabah yang tidak berfluktuasi. Sedangkan jika kredit KPR tersebut macet, kredti tersebut dengan mudah dapat dialihkan ke pihak ketiga dan nilai agunannya jauh lebih tinggi dibandingkan posisi hutangnya. Itulah sebabnya ketika krisis ekonomi memuncak beberapa tahun terakhir, NPL KPR tidak pernah lebih dari 8%. Sedangkan NPL kredit konstruksi dan real estat pernah mencapai 85%. Selain itu dari sisi peraturan sampai saat ini masih berlaku Surat Keputusan (SK) gubernur BI tahun 1997 No. 30/46/KEP/DIR yang membatasi penyaluran kredit konstruksi dan real estate kecuali untuk pengembang RS/RSS. Karenanya dalam hal pembiayaan proyek perumahan, bank memilih menyalurkan kreditnya kepada pembeli rumah daripada kepada kontraktor ataupun pengembangnya. 22 Maret 2005 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 15 Gambar 5. Perkembangan Kredit Properti Nasional Sumber : Data Perbankan Indonesia Bank Indonesia, di olah AAA Sekuritas Posisi Kredit Pertumbuhan Kredit 27,7 32,0 35,0 47,0 67,3 - 10 20 30 40 50 60 70 80 2000 2001 2002 2003 2004 R p
t r i l i u n - 10 20 30 40 50 60 70 80 Konstruksi Real estate KPR dan KPA Total 14,3% 19,5% 26,4% 19,8% 18,8% 15,6% 8,2% 43,2% 34,2% 9,2% 0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 2000 2001 2002 2003 2004 Total kredit Kredit properti Prospek Usaha Kebutuhan terhadap perumahan dan KPR masih cukup tinggi ... Kinerja keuangan Bank BTN yang secara konsisten menunjukkan peningkatan, berpotensi untuk terus tumbuh di tahun-tahun mendatang. Selain karena masih besarnya kebutuhan masyarakat terhadap pembiayaan perumahan, turunnya tingkat suku bunga SBI yang diikuti dengan penurunan suku bunga perbankan menjadi pemicu bergairahnya kembali sektor properti khususnya perumahan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI), pada tahun 2004 lalu terjual sekitar 159.140 unit rumah melalui pembiayaan KPR dimana jumlah ini meningkat 18,3% dibanding tahun sebelumnya. ... terutama untuk segmen rumah paling bawah Peningkatan penjualan yang cukup tinggi tersebut didorong oleh meningkatnya penjualan rumah segmen paling bawah yaitu RS Subsidi dengan harga jual mencapai Rp 24,5 38,5 juta yang tumbuh sebesar 69,6% (naik 55.200 unit) dari tahun 2003. Pertumbuhan ini melampaui pertumbuhan rumah segmen lainnya seperti RS Non Subsidi-BTN (Rp 41,6 61,6 juta) 41.500 unit, RS Non Subsidi-Swasta (Rp 67,8 150,2 juta) sebesar 46.800 unit, dan rumah menengah (Rp 173,6 240,3 juta) 10.200 unit. Hal ini menyebabkan penjualan rumah segmen RS Subsidi mendominasi penjualan dengan porsi mencapai 34,7%. Porsi ini meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 24,2%. Unit Penjualan Nilai Penjualan (Rp miliar) 2002 2003 2004 2005P 2002 2003 2004 2005P Sumber : Pusat Studi Properti Indonesia, Januari 2005 RS Subsidi 25,9 32,5 55,2 82,5 630,0 921,0 1.753,0 2.943,0 RS Non Subsidi-BTN 48,1 47,0 41,5 43,9 2.002,0 2.040,0 2.141,0 2.513,0 RS Non Subsidi-Swasta 35,0 42,2 46,8 48,5 2.361,0 3.168,0 4.046,0 4.775,0 Rumah menengah 9,4 10,2 12,5 14,8 1.233,0 1.673,0 2.344,0 3.218,0 Rumah besar 2,9 2,6 3,2 3,5 902,0 907,0 1.288,0 1.630,0 Total 121,3 134,5 159,1 193,2 7.128,0 8.709,0 11.572,0 15.079,0 Tabel 16. Volume dan Nilai Penjualan Rumah Nasional PT Bank Tabungan Negara (Persero) 22 Maret 2005 16 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas Proyeksi penjualan masih lebih rendah dari kebutuhan aktual perumahan Untuk tahun 2005 ini PSPI memproyeksikan pertumbuhan penjualan rumah sebesar 21,4% menjadi 193.190 unit dengan peningkatan nilai transaksi 30,3% mencapai Rp 15,1 triliun. Namun pertumbuhan penjualan rumah ini nampak kecil jika melihat dari sisi permintaan, dimana pertumbuhan kebutuhan akan perumahan mencapai 800 ribu unit tiap tahun. Bahkan pada akhir tahun 2003 lalu berdasarkan data Biro Pusat Statistik, akumulasi permintaan perumahan mencapai 5,9 juta unit. Tingkat persaingan masih cukup tinggi Dari sisi pembiayaan, dengan potensi pertumbuhan sektor perumahan semakin banyak bank yang mengucurkan kredit untuk KPR. Posisi kredit KPR (termasuk KPA atau Kredit Kepemilikan Apartemen) pada akhir tahun 2004 mencapai Rp 42,1 triliun yang berarti tumbuh pada CAGR 26,8% jika dibandingkan posisi akhir tahun 1999 yang baru sebesar Rp 12,8 triliun. Sementara KPR Bank BTN untuk periode yang sama tumbuh pada CAGR 10,3% menjadi Rp 10,4 triliun. Karenanya pangsa pasar KPR Bank BTN mengalami penurunan dari 49,4% di tahun 1999 menjadi 24,6% pada tahun 2003. Dalam penyaluran KPR, bank-bank saling bersaing untuk menurunkan suku bunga. Jika pada tahun 2003 suku bunga KPR masih berada pada kisaran 13% - 16%, maka pada tahun 2004 telah turun menjadi 10% - 13%. Dalam hal ini Bank BTN tidak mengikuti tren pasar yang melakukan penurunan secara agresif tersebut. Jika pada tahun 2003 suku bunga KPR yang diberikan Bank BTN adalah sebesar 16,0% maka pada tahun 2004 Bank BTN menurunkannya menjadi 13,5% - 14,5%. Sementara pesaing-pesaing Bank BTN ada yang menurunkan suku bunga hingga 9% (sumber : PSPI). Gambar 6. Pangsa Pasar KPR Bank BTN Terhadap KPR Nasional* Sumber : Bank BTN, Bank Indonesia *) termasuk KPA 6 , 3 6 , 9 7 , 2 8 , 3 9 , 0 1 0 , 4 49,4% 43,2% 36,4% 38,1% 30,0% 24,6% 4 6 8 10 12 14 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Rp triliun 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% KPR Bank BTN % Thd KPR Nasional 22 Maret 2005 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 17 Proyeksi Keuangan Peningkatan kinerja didorong tingginya kebutuhan kredit perumahan dan Kinerja keuangan Bank BTN ke depan berpotensi untuk terus meningkat seiring dengan masih tingginya kebutuhan terhadap pembiayaan perumahan ditambah lagi dengan relatif rendahnya suku bunga bank. Selain itu peningkatan kinerja juga akan dipacu oleh strategi Bank BTN dalam melaksanakan proses restrukturisasi internal guna memperbaiki struktur pendanaan dan efisiensi operasi agar lebih kompetitif dalam penyaluran kredit dan meningkatkan profitabiltas. Strategi penggalangan DPK lebih difokuskan pada perubahan funding mix Selama periode 2005-2012, DPK Bank diproyeksikan tidak mengalami perubahan secara signifikan dari sisi total nilai. Kegiatan usaha Bank akan difokuskan kepada perubahan deposit mix untuk menurunkan konsentrasi dana mahal deposito dan sebaliknya menaikkan penghimpunan dana murah giro dan tabungan. Jika pada akhir tahun 2004, porsi giro dan tabungan adalah sekitar 40,5% maka di akhir 2012 ditargetkan mencapai 62,0% terhadap total DPK. Memanfaatkan pasar modal guna memperoleh dana jangka panjang Lebih jauh, Bank BTN memanfaatkan akses pendanaan pasar modal yang dimilikinya untuk penerbitan obligasi. Selain untuk diversifikasi sumber pendanaan bagi penyaluran kredit, hal ini dapat mengurangi resiko maturity mismatch sehubungan dengan profil umur aktiva KPR yang berjangka panjang. Penerbitan obligasi subordinasi juga dilakukan membantu bank untuk menjaga kecukupan modalnya. Kredit akan terus mengambil porsi yang signifikan di dalam aktiva produktif Aktiva produktif juga diproyeksikan akan tumbuh secara moderat hingga tahun 2012. Namun komposisinya diharapkan akan berubah secara signifikan melalui peningkatan kredit yang disalurkan yang secara bertahap akan menggantikan obligasi pemerintah yang jatuh tempo ataupun dijual ke pasar sekunder. Total kredit yang disalurkan secara bruto diproyeksikan tumbuh pada CAGR 12,8% dengan kualitas yang terjaga melalui manajemen resiko yang baik dan pembentukan pencadangan kredit yang mencukupi. Secara khusus kredit KPR masih akan mendominasi penyaluran kredit, namun porsi KPR bersubsidi diharapkan turun. Pendapatan bunga bersih diproyeksikan tumbuh dengan CAGR 6,5% sampai dengan tahun 2012 Di tahun-tahun selanjutnya hingga 2012, asset yield diperkirakan relatif stabil dikarenakan ketatnya persaingan dalam penyaluran kredit di antara perbankan khususnya untuk KPR. Namun melalui perubahan deposit mix, Bank BTN diharapkan dapat mengendalikan kenaikan cost of fund. Cost of fund sampai dengan tahun 2012 diproyeksikan berkisar antara 6,4 - 6,6%. Karenanya, NIM Bank BTN diproyeksikan meningkat secara konsisten dari 5,1% di tahun 2005 menjadi 5,8% di tahun 2012. Seiring dengannya, pendapatan bunga bersih diproyeksikan meningkat pada CAGR 6,5%. PT Bank Tabungan Negara (Persero) 22 Maret 2005 18 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tabel Proyeksi Neraca (dalam Rp miliar) 2004A 2005P 2006P 2007P 2008P 2009P 2010P 2011P 2012P Sumber : Estimasi AAA Sekuritas Kas 66,7 76,9 81,5 87,1 93,9 105,4 113,7 122,3 131,4 Giro pada Bank Indonesia 1.499,9 1.461,1 1.409,6 1.460,1 1.502,8 1.611,0 1.732,0 1.856,9 1.989,7 Penempatan Antar Bank - Bersih 40,1 493,3 566,2 588,4 585,7 558,8 523,6 418,5 268,5 Surat Berharga - Bersih 1.468,6 1.542,5 1.744,2 1.588,4 1.111,7 1.054,0 986,7 998,2 1.083,6 Obligasi Pemerintah 10.959,3 9.959,3 9.059,3 8.559,3 8.109,3 7.259,3 6.859,3 5.909,3 3.609,3 Kredit - Bersih 11.981,4 13.349,2 14.831,2 16.564,2 18.770,7 21.309,3 23.934,2 27.142,5 31.874,0 Kredit KPR 10.368,4 10.759,7 11.450,8 12.754,2 14.451,3 16.487,3 18.519,4 20.996,4 24.622,8 Kredit Non KPR 2.240,6 3.094,9 3.957,3 4.464,1 5.058,1 5.653,5 6.350,3 7.199,7 8.443,1 Pencadangan Kredit (627,6) (505,4) (576,9) (654,1) (738,7) (831,4) (935,5) (1.053,5) (1.192,0) Aktiva Tetap - Bersih 339,7 342,6 342,2 344,3 349,8 362,8 376,0 389,1 401,8 Aktiva Lain-lain 387,4 352,5 311,9 255,5 259,2 262,1 266,0 269,9 274,2 Total Aktiva 26.743,1 27.577,4 28.346,1 29.447,4 30.783,0 32.522,8 34.791,5 37.106,6 39.632,6 Dana Pihak Ketiga 18.570,0 18.922,8 19.085,5 19.476,8 20.076,7 21.602,5 23.306,9 25.066,6 26.936,6 Giro 1.488,0 1.018,2 1.042,0 1.077,7 1.102,1 1.131,6 1.161,6 1.191,8 1.222,1 Tabungan 6.035,8 8.241,7 8.688,5 9.250,3 9.930,6 11.110,9 12.446,6 13.880,1 15.446,2 Deposito 11.046,1 9.662,9 9.355,1 9.148,8 9.044,0 9.360,0 9.698,7 9.994,7 10.268,3 Pinjaman Diterima 4.400,9 3.198,1 2.917,9 2.700,1 2.484,8 2.152,6 2.152,6 2.152,6 2.152,6 Surat Berharga 1.490,1 2.240,1 2.990,1 3.740,1 4.490,1 4.740,1 4.990,1 5.190,1 5.390,1 Kewajiban lain-lain 1.070,0 2.094,5 2.156,5 2.294,7 2.420,6 2.606,3 2.775,2 2.955,2 3.174,3 Total Kewajiban 25.530,9 26.455,5 27.150,0 28.211,7 29.472,2 31.101,5 33.224,8 35.364,4 37.653,5 Total Ekuitas 1.212,2 1.121,9 1.196,1 1.235,7 1.310,8 1.421,4 1.566,7 1.742,2 1.979,1 Total Pasiva 26.743,1 27.577,4 28.346,1 29.447,4 30.783,0 32.522,8 34.791,5 37.106,6 39.632,6 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tabel Proyeksi Laba Rugi (dalam Rp miliar) 2004A 2005P 2006P 2007P 2008P 2009P 2010P 2011P 2012P Sumber : Estimasi AAA Sekuritas Pendapatan Bunga 2.841,5 2.921,3 2.991,1 3.049,6 3.225,2 3.429,3 3.664,8 3.923,9 4.244,4 Beban Bunga (1.564,4) (1.610,3) (1.600,0) (1.639,9) (1.737,3) (1.827,5) (1.921,4) (2.025,4) (2.129,2) Pendapatan Bunga Bersih 1.277,1 1.311,0 1.391,1 1.409,7 1.487,9 1.601,8 1.743,5 1.898,4 2.115,2 Pendapatan Operasional Lainnya 138,2 133,9 138,3 141,6 148,1 160,0 172,2 184,9 199,0 Penyisihan Aktiva Produktif 117,4 (98,0) (110,3) (123,1) (139,6) (157,6) (178,1) (201,9) (236,7) Beban Operasional Lainnya (1.055,0) (1.164,7) (1.193,5) (1.223,4) (1.254,5) (1.287,2) (1.321,1) (1.356,1) (1.392,3) Beban Operasional Bersih (799,4) (1.128,8) (1.165,5) (1.204,8) (1.246,0) (1.284,8) (1.327,0) (1.373,1) (1.430,0) Laba Operasional 477,7 182,2 225,6 204,9 241,9 317,0 416,5 525,4 685,2 Pendapatan Non Operasional Bersih 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1 Laba Sebelum Pajak 480,8 185,3 228,7 208,0 245,0 320,1 419,6 528,5 688,2 Taksiran Pajak Penghasilan (110,7) (55,6) (68,6) (62,4) (73,5) (96,0) (125,9) (158,5) (206,5) Laba Bersih 370,1 129,7 160,1 145,6 171,5 224,1 293,7 369,9 481,8 22 Maret 2005 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 19 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Rasio Keuangan (dalam %) 2004A 2005P 2006P 2007P 2008P 2009P 2010P 2011P 2012P Sumber : Estimasi AAA Sekuritas CAR 16,6% 13,1% 11,9% 12,0% 11,7% 11,8% 12,1% 12,5% 12,7% NIM 5,3% 5,1% 5,3% 5,2% 5,2% 5,3% 5,4% 5,5% 5,8% LDR 67,9% 73,2% 80,7% 88,4% 97,2% 102,5% 106,7% 112,5% 122,8% ROAA 1,8% 0,5% 0,6% 0,5% 0,6% 0,7% 0,9% 1,0% 1,3% ROAE 40,9% 11,1% 13,8% 12,0% 13,5% 16,4% 19,7% 22,4% 25,9% PT Bank Tabungan Negara (Persero) Asumsi Penting 2004A 2005P 2006P 2007P 2008P 2009P 2010P 2011P 2012P Sumber : Estimasi AAA Sekuritas Pertumbuhan DPK (%) -3,0% 1,9% 0,9% 2,1% 3,1% 7,6% 7,9% 7,5% 7,5% Pertumbuhan Kredit (%) 13,0% 9,9% 11,2% 11,7% 13,3% 13,5% 12,3% 13,4% 17,3% NPL/Total Kredit (%) 3,2% 4,3% 4,4% 4,4% 4,5% 4,5% 4,5% 4,5% 4,5%
Rata-rata Assets Yield (%) 11,4% 11,5% 11,4% 11,1% 11,3% 11,4% 11,4% 11,4% 11,5% Rata-rata Cost of Fund (%) 6,4% 6,6% 6,5% 6,4% 6,6% 6,6% 6,5% 6,4% 6,4% Spread Bunga (%) 5,0% 4,9% 4,9% 4,7% 4,7% 4,8% 4,9% 5,0% 5,2% PT Bank Tabungan Negara (Persero) 22 Maret 2005 20 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas Disclaimer : The information contained herein has been compiled from sources that we believe to be reliable.No warranty (express or implied) is made to the accuracy or completeness of the information.All opinions and estimates included in this report constitute our judgement as of this date, without regards to its fairness, and are subject to change without notice.This document has been prepared for general information only, without regards to the specific objectives, financial situation and needs of any particular person who may receive it. No responsibility or liability whatsoever or howsoever arising is accepted in relation to the contents hereof by any company mentioned herein, or any their respective directors, officers or employees.This document is not an offer to sell or a solicitation to buy any securities.This firms and its affiliates and their officers and employees may have a position, make markets, act as principal or engage in transaction in securities or related investments of any company mentioned herein, may perform services for or solicit business from any company mentioned herein, and may have acted upon or used any of the recommendations herein before they have been provided to you. Available only to person having professional experience in matters relating to investments. PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 2005. General :+62-21-5152640 Fixed Income Dealing :+62-21-5153747 Investment Banking : +62-21-5155415 26/F Artha Graha Building Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190, Indonesia Facsimile:+62-21-5152644 E-mail: all_research@aaasecurities.com PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas (Member of Jakarta Stock Exchange and Surabaya Stock Exchange)