Anda di halaman 1dari 3

ARINDA CALVINE SANTOSO

0907101010038

Kategori Penyakit : 4A
EPISKLERITIS
Definisi
Episkleritis didefinisikan sebagai edema dan injeksi terbatas pada jaringan
episclera. Episkleritis tergolong jinak, dalam hal ini peradangan adalah sektoral,
atau nodular (Jabs, et al., 2000).

Insidensi
1. Episkleritis
a. Simple
Biasanya jinak, sering bilateral, reaksi inflamasi terjadi pada usia muda
yang berpotensi mengalami rekurensi. Gejala klinis yang muncul berupa
rasa tidak nyaman pada mata, disertai berbagai derajat inflamasi dan
fotofobia. Terdapat pelebaran pembuluh darah baik difus maupun
segmental. Wanita lebih banyak terkena daripada pria dan sering mengenai
usia dekade 40-an.
b. Nodular
Baik bentuk maupun insidensinya hampir sama dengan bentuk simple
scleritis. Sekitar 30% penyebab skleritis nodular dihubungkan dengan
dengan penyakit sistemik, 5% dihubungkan dengan penyakit kolagen
vaskular seperti artritis rematoid, 7% dihubungkan dengan herpes zoster
oftalmikus dan 3% dihubungkan dengan gout (Jabs, et al., 2000).

Patofisiologi
Degradasi enzim dari serat kolagen dan invasi dari sel-sel radang meliputi
sel T dan makrofag pada sklera memegang peranan penting terjadinya skleritis.
Inflamasi dari sklera bisa berkembang menjadi iskemia dan nekrosis yang akan
menyebabkan penipisan pada sklera dan perforasi dari bola mata (Maza, 2009).
Inflamasi yang mempengaruhi sklera berhubungan erat dengan penyakit
imun sistemik dan penyakit kolagen pada vaskular. Disregulasi pada penyakit auto
imun secara umum merupakan faktor predisposisi dari skleritis. Proses inflamasi
bisa disebabkan oleh kompleks imun yang berhubungan dengan kerusakan
vaskular (reaksi hipersensitivitas tipe III dan respon kronik granulomatous (reaksi
hipersensitivitas tipe IV). Interaksi tersebut adalah bagian dari sistem imun aktif
dimana dapat menyebabkan kerusakan sklera akibat deposisi kompleks imun
pada pembuluh di episklera dan sklera yang menyebabkan perforasi kapiler dan
venula post kapiler dan respon imun sel perantara (Maza, 2009).

Gambaran Klinis
Radang episklera, umumnya jinak, kondisi diri terbatas, muncul sebagai
kemerahan akut, merobek, gatal-gatal, dan sensasi benda asing (grittiness),
dengan rasa sakit yang minimal sampai sedang pada satu atau kedua mata. Ini
biasanya terjadi pada orang dewasa muda dan mungkin berulang (Muller &
McStay, 2008).

Pemeriksaan Penunjang
Untuk membedakan episkleritis dari konjungtivitis, anestesi topikal harus
diterapkan dan, di bawah lampu celah, permukaan okular diselidiki dengan
aplikator kapas. Pembuluh daarah konjungtiva akan sangat bermobilitas tinggi,
sedangkan pembuluh darah episklera relatif tetap. Berbeda dengan konjungtivitis,
temuan umumnya terbatas pada satu segmen permukaan bulbar. Keterlibatan
konjungtiva juga dapat terjadi pada episkleritis tetapi terjadi fokal (Ilyas, 2008).
Pembuluh darah episklera juga harus diberikan vasokonstriktor topikal, yang akan
membantu dokter membedakan antara episkleritis dan scleritis (Muller & McStay,
2008).

Diagnosa Banding
Diagnosa banding termasuk adalah konjungtivitis, skleritis, keratitis dan
glukoma (Muller & McStay, 2008).

Penanganan
Biasanya sembuh sendiri. Namun karena gejala mengganggu, dapat
diberikan terapi antiinflamasi topikal. Pada penyakit berat yang jarang terjadi,
terapi inflamasi non-steroid sistemik dapat membantu (James, et al., 2006)

Komplikasi
Sebagian besar pasien (86,5%) dengan episkleritis tidak memiliki
komplikasi okular. Lima pasien mengalami komplikasi okular: tiga memiliki
uveitis anterior ringan, salah satu memiliki uveitis dan keratitis interstisial, dan
satu memiliki tekanan intraokular tinggi (Jabs, et al., 2000)

Prognosis
Pasien dengan episkleritis biasanya tidak mengalami evaluasi laboratorium
yang luas, kecuali berulang dan / atau penyakit yang persisten meskipun terapi
kortikosteroid topikal (Jabs, et al., 2000)

Daftar Pustaka
Ilyas, S., 2008. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Jabs, D. A., Mudun, A., Dunn, J. & Marsh, M. J., 2000. Episcleritis and Scleritis :
Clinical Features and Treatment Results. Elsevier Science Inc., Volume 130,
pp. 469-476.
James, B., Chew, C. & Bron, A., 2006. Oftalmologi. 9th ed. Jakarta: Erlangga.
Maza, M., 2009. MedScape Reference : Drugs, Diseases and Procedurs. [Online]
Available at: http://emedicine.medscape.com/
[Accessed 10 April 2013].
Muller, J. B. & McStay, C. M., 2008. Ocular Infection and Inflammation.
Emergency Medicine Clinics of North America, Volume 26, pp. 58-71.

Anda mungkin juga menyukai