Anda di halaman 1dari 84

FLUI D MECHANI CS

LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N


1

BAB I
FLUID MECHANICS

1.1 Dasar Teori
1.1.1 Definisi Fluida
Fluida didefinisikan sebagai zat yang terdeformasi terus menerus ketika
mengalami tegangan geser tanpa memperhatikan betapa kecilnya tegangan geser
tersebut.Hal ini berarti ketika fluida mengalir, menunjukkan bahwa ada tegangan
geser yang bekerja.

Gambar1.1 Aliran fluida
Sumber:Anonymous 1, 2011

1.1.2 Macam-macam Fluida
a. Berdasarkan Laju Deformasi dan Tegangan Geser
1. Newtonian Fluid
Newtonian fluid adalah jenis fluida yang memiliki nilai viskositas
yang sama walaupun dikenai shear rate yang berbeda-beda pada temperatur
dan tekanan lingkungan yang sama. Pada newtonian fluid ini, tegangan
geser merupakan hasil perkalian viskositas dengan shear rate. Contoh fluida
yang merupakan newtonian fluid adalah gula, teh, kopi.

FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
2


=


Dimana : = Tegangan geser pada fluida
= Viskositas fluida

= Gradient kecepatan fluida



Gambar 1.2 Diagram Newton fluida
Sumber: Anonymous 2, 2011

2. Non-Newtonian Fluid
Fluidanon-newtonian adalah fluida yang tegangan gesernya tidak
berhubungan secara linier terhadap laju regangan geser. Fluida jenis ini
memiliki viskositas dinamis yang dapat berubah-ubah ketika terdapat gaya
yang bekerja pada fluida tersebut dan waktu. Contoh fluida non-newtonian
adalah plastik.


FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
3


Gambar 1.3 Variasi linier dari tegangan geser terhadap laju regangan geser
beberapa fluida termasuk fluida non-newtonian
Sumber: Muson, et al., 2012


b. Berdasarkan Mampu Mampat
1. Compressible Fluid (fluida termampatkan)
Artinya jika fluida mendapatkan tekanan, volume dan massa
jenisnya berubah. Contoh fluida jenis gas.
2. Incompressible Fluid (fluida tak-termampatkan)
Artinya jika fluida mendapatkan tekanan, volume dan massa
jenisnya tetap. Contoh fluida jenis cair Aliran fluida yang dicirikan dengan
tidak berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di
sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida tak-termampatkan adalah: air,
berbagai jenis minyak, emulsi,udara.
Bilangan Mach
Bilangan mach adalah suatu parameter untuk menentukan jenis
kecepatan aliran subsonik atau supersonik,yang dapat dirumuskan secara
matematik sebagai:
M =



FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
4

Dimana: M = bilangan mach
v = kecepatan aliran (m/s)
c = kecepatan suara lokal (Mach)

Hal ini dapat dilihat pada rancangan airfoil superkritis.
1. Aliran incompressible Ma < 0,3
2. Aliran subsonik 0,3 < Ma > 0,8
3. Aliran transonik 0,8 < Ma < 1,2
4. Aliran supersonik 1,2 < Ma < 3,0
5. Aliran hipersonik 3,0 < Ma

c. Berdasarkan Bentuk Aliran
1. Aliran Laminar
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan lapisan, atau
lamina lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar.Dalam aliran
laminar ini viskositas berfungsi untuk meredam.
Distribusi Kecepatan Pada Aliran Laminer
Distribusi kecepatan adalah distribusi aliran dalam pipa terhadap
jarak aliran terhadap permukaan pipa.Distribusi aliran ini berbeda antara
laminar dan turbulen distribusi aliran digunakan untuk melihat profil aliran
kecepatan dalam pipa.

Gambar 1.4 Aliran Laminar
Sumber: Anonymous 3, 2011

Untuk aliran laminar maka kecepatan berlaku :

vc
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
5

(

) (
( )

)
Dimana :
V = kecepatan rata-rata aliran (m/s)
vc = kecepatan aliran pada titik pusat pipa(m/s)
v = kecepatan aliran dalam jarak r atau y (m/s)
r = kecepatan aliran v dari titik pusat diameter dalam pipa (m)
y = jarak kecepatan aliran v dari permukaan dalam pipa (m)
R = jari-jari pipa (m)


2. Aliran Turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel partikel fluida sangat
tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar
lapisan,yangmengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida
kebagian fluida yang lain dalam skala yang besar.Dalam keadaan aliran
turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang
merata diseluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian-kerugian aliran.

Gambar 1.5 Aliran Turbulen
Sumber: Anonymous 4, 2011

Untuk aliran turbulen,maka berlaku persamaan :


Dimana :
V = kecepatan rata-rata aliran (m/s)
vc = kecepatan aliran pada titik pusat pipa(m/s)
v = kecepatan aliran dalam jarak r atau y (m/s)
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
6

r = kecepatan aliran v dari titik pusat diameter dalam pipa (m)
y = jarak kecepatan aliran v dari permukaan dalam pipa (m)
R = jari-jari pipa (m)
3. Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke
aliranturbulen.

Gambar 1.6 Bentuk aliran transisi dari laminar dan turbulen
Sumber :Anonymous 5, 2011

1.1.3 Hukum Bernoulli
Hukum ini diterapkan pada zat cair yang mengalir dengan kecepatan
berbeda dalam suatu pipa. Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam
mekanika fluida yang menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan
pada kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut.
Prinsip ini sebenarnya merupakan penyederhanaan dari persamaan Bernoulli yang
menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu aliran tertutup
sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang sama.
Syarat hukum Bernoulli adalah:
1. Steady state
2. Densitasnya relatif konstan
3. Gesekan diabaikan
4. Diacu pada titik yang terletak di 1 streamline
Secara umum terdapat dua bentuk persamaan Bernoulli, yang pertama
berlaku untuk aliran tak termampatkan (incompressible flow) dan yang lain untuk
fluida termampatkan (compressible flow).

FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
7

a) Aliran Tak Termampatkan
Aliran tak termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan
tidak berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang
aliran tersebut. Contohnya: air, minyak, emulsi, dll.
Asal mula Bernoulli:


Gambar 1.7 Prinsip Bernoulli
Sumber: Anonymous 6, 2013

Besarnya tekanan akibat gerakan fluida dapat dihitung dengan
menggunakan konsep kekelan energi atau prinsip usaha-energi.
Energi Potensial + Energi Kinetik + Energi Tekanan = Konstan
mgh + mv
2
+ PV = Konstan

Diasumsikan volume pada fluida konstan:


Dimana:
= Kecepatan fluida (m/s)
V = Volume fluida (m
3
)
g = Percepatan gravitasi bumi (m/s
2
)
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
8

h = Ketinggian relatif terhadap suatu referensi (m)
P = Tekanan fluida (Pa)
= Massa jenis fluida (kg/m
3
)
= Berat jenis fluida (N/m
3
)

b) Aliran Termampatkan
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan
berubahnya besaran kerapatan masa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran
tersebut.Contohnya udara, gas alam, dll.
c) Aplikasi Hukum Bernoulli
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan aplikasi hukum
Bernoulli yang sudah banyak diterapkan pada sarana dan prasarana yang
menunjang kehidupan manusia masa kini. Berikut ini beberapa contoh aplikasi
hukum Bernoulli tersebut:
1. Hukum Bernoulli digunakan untuk menentukan gaya angkat pada sayap
dan badan pesawat terbang sehingga diperoleh ukuran presisi yang sesuai.
2. Hukum Bernoulli digunakan untuk mesin karburator yang berfungsi untuk
mengalirkan bahan bakar dan mencampurnya dengan aliran udara yang
masuk. Salahsatu pemakaian karburator adalah dalam kendaraan bermotor,
seperti mobil.
3. Hukum Bernoulli berlaku pada aliran air melalui pipa dari tangki
penampung menuju bak-bak penampung. Biasanya digunakan di rumah-
rumah pemukiman.
4. Hukum Bernoulli juga digunakan pada mesin yang mempercepat laju
kapal layar.

1.1.4 Bilangan Reynold
Bilangan Reynold adalah rasio antara gaya inersia terhadap gaya viskos
yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi
aliran tertentu. Bilangan Reynold digunakan untuk membedakan aliran apakah
turbulen atau laminer, terdapat suatu angka tidak bersatuan yang disebut Angka
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
9

Reynold (Reynolds Number). Angka ini dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:

Re =

=




Dimana:
Re = Angka Reynold (tanpa satuan)
V = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
L =Panjang aliran dalam pipa (ft atau m)
= Viskositas kinematis, = / (ft
2
/s atau m
2
/s)

1.1.5 Head
Head adalah energi per satuan berat, yang disediakan untuk mengalirkan
sejumlah zat cair untuk dikonversikan menjadi bentuk lain. Head mempunyai
satuan meter (m). Menurut Bernoulli ada 3 macam head fluida yaitu :
1. Head Tekanan
Head tekanan adalah perbedaan head tekanan yang bekerja pada
permukaan zat cair pada sisi tekan dengan head tekanan yang bekerja pada
permukaan zat cair pada sisi isap.


Dimana:

= Head tekanan(m)

= Head tekanan pada permukaan zat cair pada sisi tekan(m)

= Head tekanan pada permukaan zat cair pada sisi isap(m)



2. Head kinetik
Head kinetik adalah head yang diperlukan untuk menggerakkan suatu zat
dari keadaan diam sampai tempat dan kecepatan tertentu.



FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
10

Dimana:
= Head kecepatan atau head kinetik(m)

= Kecepatan zat cair pada saluran tekan(m)

= Kecepatan zat cair pada saluran isap(m)



3. Head potensial
Didasarkan pada ketinggian fluida di atas bidang banding (datum
plane).Jadi suatu kolom air setinggi Z mengandung sejumlah energi yang
disebabkan oleh posisinya atau disebut fluida mempunyai head sebesar Z
kolom air.

Dimana:
= Head statis total atau head potensial(m)
= Head statis pada sisi tekan(m)
= Head statis pada sisi isap(m)

1.1.6 Losses
Kerugian energi atau istilah umumnya dalam mekanika fluida kerugian head
(head losses) tergantung pada:
1. Bentuk, ukuran dan kekasaran saluran.
2. Kecepatan fluida.
3. Kekentalan.
Losses umumnya digolongkan sebagai berikut:
a) Minor Losses
MinorLosses disebabkan oleh alat-alat pelengkap lokal atau yang diberi
istilah tahanan hidrolis seperti misalnya, perubahan bentuk saluran atau
perubahanukurannya.Contoh dari beberapa alat-alat pelengkap-lokal adalah
sebagai berikut:

FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
11


Gambar 1.8 Minor Losses (a) gate, (b) orifice, (c) elbow dan (d) valve
Sumber:Anonymous 7, 2011




Dimana:
h = Kerugian aliran akibat valve, elbow, orifice, dan perubahan penampang
(m)
k = Koefisien hambatan valve, elbow, orifice, dan perubahan penampang
v = Kecepatan aliran (m/s)
g = Gravitasi (m/s
2
)

b) Major Losses
Major losses adalah suatu kerugian yang dialami oleh aliran fluida
dalam pipa yang disebabkan oleh koefisien gesekan pipa yang besarnya
tergantung kekasaran pipa, diameter pipa dan bilangan Reynold. Koefisien
gesek dipengaruhi juga oleh kecepatan, karena distribusi kecepatan pada aliran
laminar dan aliran turbulen berbeda. Secara matematik dapat ditunjukkan
sebagai berikut:



Dimana:
hf = Major losses (m)
f = Koefisien gesekan
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
V = Kecepatan aliran (m/s)
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
12

g = Gravitasi (m/s
2
)


Gambar 1.9 Moody Diagram
Sumber: Anonymous 8, 2014

Untuk mendapatkan harga f dapat digunakan grafik Moody (Moody
Diagram). Misalnya akan mencari koefisien gesekan dari suatu pipa, harga
bilangan Reynold dapat dicari terlebih dahulu dengan menggunakan:
Re =


Dimana:
Re = Angka Reynold
V = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
L = Panjang aliran dalam pipa (ft atau m)
= Viskositas kinematis, tersedia dalam tabel sifat-sifat cairan (ft
2
/s atau
m
2
/s)

Kemudian angka kekasaran () dibagi dengan diameter pipa didapat
suatu harga /d. Dari bilangan Reynold ditarik garis keatas sampai pada garis
/d. Kemudian ditarik ke kiri sejajar garis bilangan Reynold, maka akan
didapat harga f.
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
13

1.1.7 Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar
kecilnya gesekan di dalam fluida.Makin besar viskositas suatu fluida, maka makin
sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida
tersebut.Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran
yang disebut koefisien viskositas.Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah
Ns/m2 atau pascal sekon (Pa.s).
Rumus viskositas adalah:


Dimana :
= tegangan geser
= viskositas dinamik

= perubahan sudut atau kecepatan sudut dari garis



Dimana :
v = viskositas kinematik m
2
/s
= viskositas dinamik Ns.m
-2

=densitas atau massa jenis kgm

Macam-macam viskositas
1. Viskositas dinamik, yaitu rasio antara shear, stress, dan shear rate.
Viskositas dinamik disebut juga koefisien viskositas



FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
14


Gambar 1.10 Grafik Viskositas Dinamik
Sumber:Frank M White (1991: 686)

2. Viskositas kinematik, yaitu viskositas dinamik dibagi dengan densitasnya.
Viskositas ini dinyatakan dalam satuan stoke (St) pada cgs dan m/s pada SI.

Gambar 1.11Grafik Viskositas Kinematik
Sumber:Frank M White(1991: 687)

FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
15


Viskositas suatu bahan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a) Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka
viskositas akan turun, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena
adanya gerakan partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu
ditingkatkan dan menurun kekentalannya.

Tabel 1.1 Kerapatan dan kekentalan air dan udara pada 1 atm

Sumber :Frank M White(1991 : 688)

Tabel 1.2 Kerapatan dan kekentalan air pada 1 atm

Sumber :Frank M White(1991 : 689)

b) Konsentrasi Larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu
larutan dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula,
karena konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut
tiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar
partikel semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
16

c) Tekanan
Viskositas berbanding lurus dengan tekanan, karena semakin besar
tekanannya, cairan akan semakin sulit mengalir akibat dari beban yang
dikenakannya.

1.1.8 Macam-Macam Katup
Katup atau valve, adalah sebuah alat untuk mengatur aliran suatu fluida
dengan menutup, membuka atau menghambat sebagian dari jalannya
aliran.Katup-katup secara garis besar dibagi menjadi 5 (lima) kelompok menurut
fungsinya, yaitu:
1. Katup pengarah (direction way valve)
Katup pengarah adalah perlengkapan yang menggunakan lubang-
lubang saluran kecil yang akan dilewati oleh aliran udara bertekanan, terutama
untuk memulai (start) dan berhenti (stop) serta mengarahkan aliran itu.

Gambar 1.12 Way Valve
Sumber:Anonymous 9, 2011

2. Katup pengontrol aliran ( flow control valve)
Katup pengontrol aliran adalah peralatan pneumatic yang berfungsi
sebagai pengatur dan pengendali aliran udara bertekanan (pengendali angin)
khususnya udara yang harus masuk kedalam silinder-silinder pneumatik.Ada
juga aliran angin tersebut harus di kontrol untuk peralatan pengendali katup-
katup pneumatik.
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
17


Gambar 1.13 Flow ControlValve
Sumber: Anonymous 10, 2011

3. Katup pengontrol dan pengatur tekanan (pressure control valve)
Katup pengontrol dan pengtur tekanan adalah bagian dari komponen
pneumatik yang mempengaruhi tekanan atau dikontrol oleh besarnya tekanan.

Macam-macam katup ini ada 3 kategori, yaitu:
a. Katup pengatur tekanan (pressure regulating valve)
Katup ini berfungsi untuk menjaga tekanan supaya terjadi tekanan
yang tetap (konstan). Aplikasi dari katup ini misalnya tekanan yang telah
diaturpada manometerharus dipindahkan pada batas konstan terhadap
elemen kerja atau penggerak walaupun tekanan yang disuplai berubah.

Gambar 1.14 Pressure RegulatingValve
Sumber: Anonymous 10, 2011

b. Katup pembatas tekanan (pressure limiting valve)
Katup ini digunakan utamanya sebagai katup pengaman. Kerja
utamanya adalah mencegah tekanan udara yang berlebihan dari sistem
pneumatik yang ada. Jika tekanan maksimum sudah tercapai pada bagian
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
18

masuk dari katup, maka bagian keluar dari katup terbuka sehingga udara
bertekanan akan keluar ke atmosfer.

Gambar 1.15 Pressure Limiting Valve
Sumber:Anonymous 11, 2011

c. Katup rentetan atau katup rangkai (sequence valve)
Prinsip kerja katup ini hampir sama dengan katup pembatas.

Gambar 1.16 Sequence Valve
Sumber: Anonymous 11, 2011

d. Katup penutup (shut-off valve)
Katup ini berfungsi sebagai pemberi atau pencegah aliran udara yang
takterbatas.Artinya, jika aliran udara harus dihentikan, maka katup akan
bertindak. Tetapi jika di butuhkan aliran kecil, maka katup akan membuka
sedikit saja. Pemakain sederhana adalah pada keran air.


FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
19




Gambar 1.17 Shut Off Valve
Sumber : Anonymous 12, 2011

4. Katup-katup kombinasi/gabungan (combination valve)
Katup kombinasi merupakan katup pneumatik yang tersusun
sedemikian rupa hingga kerjanya menjadi sangat spesifik. Keberadaan katup-
katup ini memang dirancang untuk maksud-maksud tertentu yang tentunya
disesuaikan dengan kebutuhan operasi di segi otomatisasi.

Gambar 1.18 Combination Valve
Sumber: Anonymous 12, 2011

1.1.9 Jenis Jenis Flowmeter
Flowmeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur debit fluida,
ada 4 jenis Flowmeter yaitu :
a) Rotameter
Alat yan digunakan untuk mengukur tingkat aliran fluida dalam tabung
tertutup. Tersusun dari tabung dengan pelampung didalamnya yang kemudian
didorong oleh aliran lalu ditarik ke bawah oleh gravitasi.
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
20


Gambar 1.19 Rotameter
Sumber: R.K. Rajput, A (2008 : 308)


b) Venturi
Alat yang digunakan untuk mengetahui beda tekanan. Efek venturi terjadi
ketika fluida tersebut bergerak melalui pipa yang menyempit.

Gambar 1.20 Venturi
Sumber: Anonymous 13, 2014

c) Nozzle
Alat yang digunakan untuk mengetahui laju aliran,kecepatan sutu fluida.
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
21


Gambar 1.21 Nozzle
Sumber: Faith A. Morrison (2013 : 14)

d) Orifice
Alat untuk mengukur besar arus aliran. Terdapat 3 jenis orifice, yaitu :
1. Concentric orifice
Digunakan untuk semua jenis fluida yang tidak mengandung
partikel padat.

Gambar 1.22 Concentric orifice
Sumber: Anonymous 14, 2014

2. Eccentric orifice
Digunakan untuk fluida yang mengandung partikel padat.

Gambar 1.23 Eccentric orifice
Sumber: Anonymous 14, 2014
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
22


3. Segmental orifice
Digunakan untuk fluida khusus.


Gambar 1.24 Segmental orifice
Sumber: Anonymous 15, 2014

1.1.10 Pengertian dan Macam Macam Manometer
Manometer adalah suatu alat pengukur tekanan yang menggunakan kolom
cairan untuk mengukur perbedaan tekanan antara suatu titik tertentu dengan
tekanan atmosfer (tekanan terukur),atau perbedaan tekanan antara duatitik.
Contoh pembacaan menggunakan jenis manometer pipa U yang diisi cairan
setengahnya (biasanya berisi minyak, air atau air raksa) dimana pengukuran
dilakukan pada satu sisi pipa, sementara tekanan (yang mungkin terjadi karena
atmosfir) diterapkan pada tabung yang lainnya. Perbedaan ketinggian cairan
memperlihatkan tekanan yang diterapkan.
Manometer yang paling sederhana adalah piezometer, kemudian
manometer pipa U,manometer pipa miring, dan yang lebih rumit adalah
manometerdeferensial.

1. Piezometer
Alat ini tidak dapat digunakan untuk mengukur tekanan negatif,oleh
karena itu dikembangkan manometer dengan menggunakan pipa U agar
tekanan positif atau negatif dapat terukur.

FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
23


Gambar 1.25 Piezometer
Sumber: Anonymous 16, 2011

Berdasarkan gambar diatas, Tekanan pada titik A dapat dihitung dengan
mengukur ketinggian cairan pada tabung kaca. Rumusnya adalah :
P = w.h
Dimana,
P = Tekanan di titik A
w = berat jenis dari cairan
h = tinggi tabung kaca

2. Manometer berbentuk pipa U (simplemanometer)
Manometer ini berbentukpipa U (U tube) dimana ujung yang satu
melekat pada titik yang diukur tekanannya sedang ujung yang lain
berhubungan langsungdengan udaraluar (atmosfer). Pipa U tersebut
diisidengan cairan yang berbeda dengan cairan yang mengalir di dalam pipa
yang akan diukur tekanannya. Misalnya berat jenis cairan di dalam pipa adalah
1 dan berat jenis cairan di dalam manometer adalah
2
dimana
2
>
1
.
Perbedaan tinggi cairan di dalam manometer adalah h
2
. Untuk
menghitung besarnya tekanan di dalam pipa A ditarik garis horizontal z-z.
Tekanan pada bidang z-z dari dua kali pipa U adalah sama besar, yaitu:


Atau


Dimana:
P
atm
= tekanan atmosfer(atm)
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
24

PA = tekanan pada titik A (Pa)

= tinggi relatif dari titik referensi 1(m)

= berat jenis cairan 1(kg/m


3
)

= tinggi relatif dari titik referensi 2(m)

= berat jenis cairan 2(kg/m


3
)


Gambar 1.26 Manometer Pipa U
Sumber: Anonymous 17, 2011

Pada gambar (a) diatas tampak bahwa tekanan di dalam pipa A lebih
besar dari pada tekanan atmosfer dimana kondisi ini tekanan di dalam adalah
positif. Sebalikanya pada gambar (b) tekanan di dalam pipa lebih kecil
daripada tekanan atmosfer, dalam hal ini tekanan di dalam pipa adalah negatif.

3. Manometer Pipa Miring
Manometer pipa-U kurang peka untuk mendeteksi perbedaan tekanan
yang sangat kecil, karena perbedaan ketinggian pada kedua kaki juga sangat
kecil. Maka manometer ini dimodifikasi dengan cara memiringkan salah satu
kaki pipa U agar kenaikan tinggi cairan yang kecil tetap dapat terlihat. Cairan
yang digunakan pada manometer ini adalah 90 97% propilen glycol dan 3
10% air, dengan tambahan zat pewarna.

Gambar 1.27 Manometer Pipa Miring
Sumber : Anonymous 17, 2011
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
25


Prinsip kerja manometerpipa miring sama dengan prinsip kerja
manometerpipa-U. Manometerpipa miring diisi cairan, dimana pengukuran
dilakukan pada satu sisi pipa, sementara tekanan diterapkan pada tabung yang
lainnya.Perbedaan ketinggian cairan memperlihatkan tekanan yang diterapkan.

4. Manometer Diferensial
Alat ukur ini digunakan untuk mengukur tekanan antara dua tempat
pada satu pipa atau antara dua pipa.Manometerdiferensialterdiri dari pipa U
dimana kedua ujungnya terletak pada tempat yang diukur, seperti pada gambar
di bawah.

Gambar 1.28 Manometer Diferensial
Sumber : Anonymous 18, 2011

Dengan mengikuti prosedur yang diuraikan untuk manometersederhana
persamaan untuk perbedaan tekanan antara pipa A dan pipa B adalah :


Atau


Dimana :

= tinggi relatif dari titik referensi 3(m)

= berat jenis cairan 3(kg/m


3
)
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
26

Manometer deferensial tersebut juga dapat dipasang diantara dua
penampang pada satu aliran saluran tertutup seperti tampak pada gambar.

1.1.11 Hukum Kontinuitas


Gambar 1.29 Aliran Fluida
Sumber:Anonymous 19, 2011

Gambar diatas menunjukkan aliran fluida dari kiri ke kanan (fluida
mengalir dari pipa yang berdiameter besar menuju pipa diameter kecil .Garis
putus-putus merupakan garis arus.
Keterangan gambar :
A1 = luas penampang bagian pipa berdiameter besar
A2 = luas penampang pipa berdiameter kecil
V1 = kecepatan aliran fluida pada bagian diameter besar
V2 = kecepatana aliran fluida pada bagian pipa berdiameter kecil
Jadi inti dari hukum kontinuitas adalah debit di luas penampang I sama dengan di
luas penampang II
Q
1
= Q
2

Sedangkan untuk mencari debit adalah dengan mengalikan luas
penampang dengan kecepatan fluida Q = A.V , jadi jika Q
1
=Q
2
, maka menjadi
A
1
.V
1
= A
2
.V
2

Intinya adalah jika luas penampang yang dialiri fluida besar maka
kecepatannya menjadi lebih kecil sebaliknya ketika luas penampang pipa lebih
kecil maka kecepatan fluida menjadi besar.
Persamaan kontinuitas dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
27

1. Persamaan kontinuitas untuk fluida tak termampatkan (incompressible)
Pada fluida tak termampatkan, kerapatan alias massa jenis fluida selalu
sama disetiap titik yang dilaluinya.Mengingat dalam aliran tunak , massa fluida
yang masuk sama dengan massa fluida yang keluar , maka :
A
1
.V
1
= A
2
.V
2

Ini menunjukkan bahwa aliran volume/debit selalu sama pada setiap
titik sepanjang pipa / tabung. Ketika penampang pipa mengecil, maka laju
aliran fluida meningkat, sebaliknya ketika penampang pipa menjadi besar,
maka laju alir fluida menjadi kecil .
2. Persamaan kontinuitas untuk fluida termampatkan (compressible)
Untuk kasus fluida termampatkan massa jenis fluida tidak selalu
sama.Dengan kata lain,massa jenis fluida berubah ketika dimampatkan.Maka
pada kasus massa jenis fluida disertakan.Maka persamaannya menjadi

1
.A
1
.V
1
=
2
.A
2
.V
2
Perbedaannya hanya terletak pada massa jenis
fluida.Apabila fluida termampatkan, maka massa jenisnya berubah.


1.1.12 Nosel dan venturi
Nosel adalah alat untuk mengekspansikan fluida sehingga kecepatannya
bertambah. Fungsi Nosel adalah untuk memberikan dorongan pada bagian yang
terjadi proses pembakaran antara bahan bakar dengan fluida yang berupa udara
bertekanan tinggi dan suhu tinggi.

Gambar 1.30 Nosel
Sumber :Anonymous 20, 2011
Venturi adalah sebuah pipa yang berfungsi menurunkan tekanan fluida
yang terjadi ketika fluida tersebut bergerak melalui pipa yang
menyempit. Kecepatan fluidadipaksa meningkat untuk mempertahankan debi
tfluida yang sedang bergerak tersebut, sementara tekanan pada bagian sempit
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
28

iniharus turun akibat pemindahan energi potensial tekanan menjadi energi kinetik.
Biasanya digunakan pada Carburator dan Venturi Meter.


Gambar 1.31 Venturi
Sumber :Anonymous 21, 2008

Macam-macam Venturi :
1. Venturi tetap, pada tipe ini ukuran venturi selalu tetap. Pedal gas mengatur
katup udara yang menentukan besarnya aliran udara yang melewati venturi
sehigga menentukan besarnya tekanan untuk menarik bahan bakar.
2. Venturi bergerak, pada tipe ini pedal gas mengatur besarnya venturi dengan
menggunakan piston yang dapat naik-turun sehingga membentuk celah venturi
yang dapat berubah-ubah. Naik-turunnya piston venturi ini disertai dengan
naik-turunnya needle jet yang mengatur besarnya bahan bakar yang dapat
tertarik serta dengan aliran udara. Tipe ini disebut juga "tekanan tetap" karena
tekanan udara sebelum memasuki venturi selalu sama.
Pada dasarnya prinsip kerja dari venturi dan nosel adalah sama, yaitu bila
aliran fluida yang mengalir melalui alat ukur ini mengalir, maka akan terjadi
perbedaan tekanan sebelum dan sesudah alat tersebut. Beda tekanan menjadi besar
apabila laju aliran yang diberikan kepada alat ini bertambah.
Efek venture merupakan penurunan tekanan fluida yang terjadi ketika fluida
tersebut bergerak melalui pipa yang menyempit. Kecepatan fluida dipaksa
meningkat untuk mempertahankan debit fluida yang sedang bergerak tersebut,
sementara tekanan pada bagian sempit ini harus turun akibat pemindahan energi
potensial tekanan menjadi energi kinetik.
Rumus Aliran Volume
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
29

V = x . . d .


Keterangan :
V = aliran volume (m
3
/s)
= koefisien kecepatan aliran
d = diameter (m)
p = selisih tekanan (kpa)
y = berat jenis udara
x = koefisien gerak
m
1
= m
2

m
1
laju alir massa masuk = laju alir massa keluar.

1.2 Tujuan Pengujian
1.2.1 Fluid Circuit Friction Experiment Apparatus
1. Mengetahui pengaruh factor gesekan aliran dalam berbagai bagian pipa
pada bilangan reynold tertentu.
2. Mengetahui pengaruh koefisien head dalam belokan 90
0
, reducer used
pipe, sudden enlargement & contraction pipe, glove valve, gate valve dan
cock pada bilangan reynold tertentu.
3. Mengetahui koefisien aliran untuk orifice, nozzle dan pipa venture.

1.2.2 Bernoulli Theorem Apparatus
Agar dapat mengetahui penggunaan teorema Bernoulli dan tentang
perubahan yang terjadi pada tabung pitot dan juga yang terjadi pada tabung
venturi.

1.3 Spesifikasi alat
1.3.1 Fluid Circuit Friction Experiment Apparatus
Model : FLEA-200AL
Pompa air
Laju aliran x head : 73 liter/ menit x 15 m
Motor penggerak
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
30

Daya : 0,75 kW
Tangki penyimpanan air
Kapasitas : 50-100 liter
Pengaturan kerugian gesek
Jaringan pipa, nominal (in) : B, B, 1 B, 1 B
Perubahan penampang : Pembesaran dan pengecilan
langsung, pembesaran dan
pengecilan secara berangsur-ansgsur.
Peralatan pipa : Katup pintu air (gerbang), katup
bola, kran.
Belokan : 90
0
C- Radius kecil dengan
penghubung ulir (sekrup) dan radius
besar yang dismbung dengan las
Peralatan
Flow meter : Orifice meter, nozzle, venturimeter,
rotameter.
Manometer pipa U (air raksa) : 550 mm (air raksa tidak disuplai)
Manometer pipa U (air) : 550 mm
Penunjuk tekanan : 32 point


1.3.2 Bernoulli Theorem Apparatus
Fan
Tipe : Centrifugal
Kecepatan (flow rate) : 50 m/menit
Drive Motor (output) : 200 Watt
Tabung manometer U
Total head : 0-400 mm
Static head : 0-400 mm
Velocity head : 0-400 mm
Duct (saluran) dan tabung venturi dengan ukuran
Inlet : 50 mm
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
31

Outlet :50 mm
Throat :50 mm

1.4 Cara Pengambilan Data
1.4.1 Fluid Circuit Friction Experiment Apparatus
1. Tutup semua katup ventilasi udara, katup pressure tapping selection dan
katup pembungan (kontrol aliran).
2. Buka semua katup pengatur aliran, katup bola, katup gerbang (gate valve),
drank ram (cock) agar air dapat mengalir.
3. Tekan switch motor penggerak pada posisi ON agar pompa dapat bekerja
mensirkulasi air.
4. Buka katup ventilasi udara untuk mengeluarkan udara dari jaringan pipa.
5. Putar katup kontrol aliran untuk mengubah debit aliran yang diinginkan,
debit aliran dapat dilihat pada Rotameter.
6. Buka katup water inverse U-TUBE manometer
7. Buka katup ventilasi manometer air.
8. Buka katup pada pressure tapping selection untuk mengetahui perbedaan
tekanan antara dua titik (hanya dua katup yang terbuka); apabila ingin
mengetahui perbedaan tekanan dititik yang lain tutup katup, dan buka
katup yang diinginkan dan begitu seterusnya.
9. Amati perbedaan tekanan yang terjadi pada manometer air, apabila
manometer air sudah idk mampu maka gunakan manometer merkuri.

1.4.2 Bernoulli Theorem Apparatus
Pertama kali buka kontrol kecepatan aliran untuk mendapatkan kecepatan
aliran yang didapatkan, kemudian hidupkan motor. Setelah itu dilakukan
pengukuran Lo, ht, hs, hv dari pipa pitot, h
1
, h
2
, h dari tabung venturi pada
manometer air tabung U.

FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
32

1.5. Hasil Pengujian
1.5.1 Fluid Circuit Friction Experiment Apparatus
1.5.1.1. Data Hasil Pengujian
Tabel 1.3 Data Hasil Percobaan Katup 23-24 (Mayor)
No
Q Katup: 23-24
(l/jam)
H1
(mmH
2
O)
H2
(mmH
2
O)
H (mH
2
O)
1 500 164 140 0,024
2 700 198 152 0,046
3 900 242 173 0,069
4 1100 300 186 0,114
5 1300 357 196 0,161
6 1500 409 211 0,198
7 1700 469 219 0,25
8 1900 534 214 0,32
9 2100 585 227 0,358
10 2300 2515,09054 2963,728312 0,448637772
14000 5773,09054 4681,728312 1,988637772

Tabel 1.4 Data Perhitungan untuk Mengukur Kerugian Gesek pada Pipa
Q Q1 V
Red
m
3
/s m
3
/s m/s
0,5 0,000138889 0,379219223 0,035352528 9650,253565
0,7 0,000194444 0,530906913 0,034570925 13510,35499
0,9 0,00025 0,682594602 0,031369913 17370,45642
1,1 0,000305556 0,834282292 0,034695147 21230,55784
1,3 0,000361111 0,985969981 0,035082329 25090,65927
1,5 0,000416667 1,13765767 0,032406484 28950,76069
1,7 0,000472222 1,28934536 0,031856012 32810,86212
1,9 0,000527778 1,441033049 0,032643147 36670,96355
2,1 0,000583333 1,592720738 0,029894664 40531,06497
2,3 0,000638889 1,744408428 0,031231253 44391,1664
14 0,003888889 10,61813826 0,329102403 270207,0998




FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
33


Tabel 1.5 Data Hasil Percobaan pada Glove Valve
No
Q Katup: 9-10
(l/jam)
H1
(mmH
2
O)
H2
(mmH
2
O)
H (mH
2
O)
1 500 185 150 0,035
2 700 235 169 0,066
3 900 308 198 0,11
4 1100 383 218 0,165
5 1300 458 232 0,226
6 1500 537 233 0,304
7 1700 2542,280708 2950,133228 0,40785252
8 1900 2487,900372 3004,513564 0,516613192
9 2100 2419,924952 3045,298816 0,625373864
10 2300 2365,544616 3140,464404 0,774919788
14000 11921,65065 13340,41001 3,230759364

Tabel 1.6 Hasil Perhitungan untuk Mengukur Kerugian Head pada Glove Valve
Q Q1 V
Red
m
3
/jam m
3
/s m/s
0,5 0,000138889 0,138822997 35,62143297 5838,80888
0,7 0,000194444 0,194352195 34,2713495 8174,332431
0,9 0,00025 0,249881394 34,55341822 10509,85598
1,1 0,000305556 0,305410592 34,69620094 12845,37954
1,3 0,000361111 0,360939791 34,02554459 15180,90309
1,5 0,000416667 0,41646899 34,37750991 17516,42664
1,7 0,000472222 0,471998188 35,90778844 19851,95019
1,9 0,000527778 0,527527387 36,4117574 22187,47374
2,1 0,000583333 0,583056586 36,08149202 24522,99729
2,3 0,000638889 0,638585784 37,27214864 26858,52085
14 0,003888889 3,887043904 353,2186426 163486,6486






FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
34


Tabel 1.7 Data Hasil Percobaan pada Cock Valve
No
Q Katup: 11-12
(l/jam) H1(mmH
2
O)
H2
(mmH
2
O)
H (mH
2
O)
1 500 269 212 0,057
2 700 319 215 0,104
3 900 399 216 0,183
4 1100 486 217 0,269
5 1300 594 189 0,405
6 1500 2474,305288 3018,108648 0,54380336
7 1700 2392,734784 3099,679152 0,706944368
8 1900 2311,16428 3181,249656 0,870085376
9 2100 2215,998692 3276,415244 1,060416552
10 2300 2107,23802 3385,175916 1,277937896
14000 13568,44106 17009,62862 5,477187552


Tabel 1.8 Perhitungan untuk Mengukur Kerugian Head pada Cock Valve
Q Q1 V
Red
m3/s m3/s m/s
0,5 0,000139 0,138823 58,01205 5838,809
0,7 0,000194 0,194352 54,00334 8174,332
0,9 0,00025 0,249881 57,48432 10509,86
1,1 0,000306 0,305411 56,56532 12845,38
1,3 0,000361 0,36094 60,97498 15180,9
1,5 0,000417 0,416469 61,49541 17516,43
1,7 0,000472 0,471998 62,24017 19851,95
1,9 0,000528 0,527527 61,32507 22187,47
2,1 0,000583 0,583057 61,18166 24523
2,3 0,000639 0,638586 61,46635 26858,52
14 0,003889 3,887044 594,7487 163486,6





FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
35


Tabel 1.9 Data Hasil Percobaan pada Gate Valve
No
Q Katup: 7-8
(l/jam)
H1
(mmH
2
O)
H2
(mmH
2
O)
H
(mH
2
O)
1 500 248 244 0,004
2 700 285 278 0,007
3 900 325 314 0,011
4 1100 365 350 0,015
5 1300 411 387 0,024
6 1500 448 416 0,032
7 1700 486 445 0,041
8 1900 519 467 0,052
9 2100 548 486 0,062
10 2300 576 502 0,074
14000 4211 3889 0,322

Tabel 1.10 Perhitungan untuk Mengukur Kerugian Head pada Gate Valve
Q Q1 V
Red
m3/s m3/s m/s
0,5 0,000138889 0,138823 4,071021 5838,809
0,7 0,000194444 0,194352 3,63484 8174,332
0,9 0,00025 0,249881 3,455342 10509,86
1,1 0,000305556 0,305411 3,1542 12845,38
1,3 0,000361111 0,36094 3,613332 15180,9
1,5 0,000416667 0,416469 3,618685 17516,43
1,7 0,000472222 0,471998 3,609685 19851,95
1,9 0,000527778 0,527527 3,665047 22187,47
2,1 0,000583333 0,583057 3,577144 24523
2,3 0,000638889 0,638586 3,559257 26858,52
14 0,003888889 3,887044 35,95855 163486,6






FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
36


Tabel 1.11 Data Hasil Percobaan pada Venturi
No Q Katup: 15-16

(l/jam) H1 (mmH
2
O) H2(mmH
2
O) H (mH
2
O)
1 500 143 237 0,094
2 700 130 311 0,181
3 900 108 408 0,3
4 1100 74 514 0,44
5 1300 3086,084068 2406,329868 0,6797542
6 1500 3208,439824 2283,974112 0,924465712
7 1700 3330,79558 2175,21344 1,15558214
8 1900 3480,341504 2039,2626 1,441078904
9 2100 3643,482512 1876,121592 1,76736092
10 2300 3793,028436 1726,575668 2,066452768
14000 20997,17192 13977,47728 9,049694644

Tabel 1.12 Perhitungan untuk Pengukuran dengan Venturi
Q Q1 Qv
Cv
V
Red
m
3
/jam m
3
/s m
3
/s m/s
0,5 0,000138889 0,000138524 1,002631008 1,361407517 18284,69096
0,7 0,000194444 0,000192221 1,011565029 1,905970523 25598,56735
0,9 0,00025 0,00024747 1,010222266 2,45053353 32912,44374
1,1 0,000305556 0,000299701 1,019533267 2,995096537 40226,32012
1,3 0,000361111 0,00037251 0,969398753 3,539659544 47540,19651
1,5 0,000416667 0,000434418 0,959137584 4,08422255 54854,07289
1,7 0,000472222 0,000485694 0,972262567 4,628785557 62167,94928
1,9 0,000527778 0,000542383 0,97307155 5,173348564 69481,82567
2,1 0,000583333 0,000600655 0,971162099 5,71791157 76795,70205
2,3 0,000638889 0,000649494 0,983671636 6,262474577 84109,57844
14 0,003888889 0,003963072 9,87265576 38,11941047 511971,347






FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
37


Tabel 1.13 Data Hasil Percobaan pada Orrifice
No Q Katup: 17-18

(l/jam)
H1
(mmH
2
O)
H2
(mmH
2
O)
H (mH
2
O)
1 500 280 165 0,115
2 700 348 145 0,203
3 900 449 110 0,339
4 1100 2447,11512 3058,8939 0,61177878
5 1300 2270,379028 3154,059488 0,88368046
6 1500 2080,047852 3412,366084 1,332318232
7 1700 1889,716676 3616,292344 1,726575668
8 1900 1617,814996 3874,59894 2,256783944
9 2100 1345,913316 4146,50062 2,800587304
10 2300 1060,416552 4418,4023 3,357985748
14000 13788,40354 26101,11368 13,62671014

Tabel 1.14 Perhitungan untuk Pengukuran dengan Orrifice
Q Q1 Qo
Co
V
Red
m
3
/s m
3
/s m
3
/s m/s
0,5 0,000139 0,000153 0,906476 1,36140752 18284,69
0,7 0,000194 0,000204 0,95518 1,90597052 25598,57
0,9 0,00025 0,000263 0,950337 2,45053353 32912,44
1,1 0,000306 0,000353 0,86463 2,99509654 40226,32
1,3 0,000361 0,000425 0,850219 3,53965954 47540,2
1,5 0,000417 0,000522 0,798955 4,08422255 54854,07
1,7 0,000472 0,000594 0,79541 4,62878556 62167,95
1,9 0,000528 0,000679 0,777577 5,17334856 69481,83
2,1 0,000583 0,000756 0,771489 5,71791157 76795,7
2,3 0,000639 0,000828 0,771656 6,26247458 84109,58
14 0,003889 0,004776 8,441929 38,1194105 511971,3






FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
38


Tabel 1.15 Data Hasil Percobaan pada Nozzle
No Q Katup: 13-14
(l/jam) H1 (mmH
2
O) H2 (mmH
2
O) H (mH
2
O)
1 500 285 188 0,097
2 700 384 159 0,225
3 900 482 133 0,349
4 1100 2474,305288 3031,703732 0,557398444
5 1300 2338,354448 3154,059488 0,81570504
6 1500 2215,998692 3290,010328 1,074011636
7 1700 2025,667516 3453,151336 1,42748382
8 1900 1876,121592 3602,69726 1,726575668
9 2100 1658,600248 3820,218604 2,161618356
10 2300 1454,673988 4010,54978 2,555875792
14000 15194,72177 24842,39053 10,98966876

Tabel 1.16 Perhitungan untuk Pengukuran dengan Nozzle
Q Q1 Qn
Cn
V
Red
m
3
/s m
3
/s m
3
/s m/s
0,5 0,000139 0,000156 0,890772 1,361408 18284,69
0,7 0,000194 0,000237 0,818821 1,905971 25598,57
0,9 0,00025 0,000296 0,845302 2,450534 32912,44
1,1 0,000306 0,000374 0,817508 2,995097 40226,32
1,3 0,000361 0,000452 0,798655 3,53966 47540,2
1,5 0,000417 0,000519 0,803099 4,084223 54854,07
1,7 0,000472 0,000598 0,789488 4,628786 62167,95
1,9 0,000528 0,000658 0,802312 5,173349 69481,83
2,1 0,000583 0,000736 0,792523 5,717912 76795,7
2,3 0,000639 0,0008 0,798252 6,262475 84109,58
14 0,003889 0,004826 8,156732 38,11941 511971,3
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
39

1.5.1.2. Contoh Perhitungan
1. Viskositas kinematik air pada 27 Celcius
T (C) V (m2/s)
25 0,00844.10
-4

27 x
30 0,00769.10
-4





( )
( ) ( )

x = 0,008488.10
-4
Jadi viskositas kinematik air pada suhu 27 C, v = 0,008488.10
-4
m2/s
2. Perubahan satuan manometer dari mmHg ke mmH2O
H1 = 185 mmHg
= 185 . 10
-3
mHg
= 185 . 10
-3
. 13,6 mH2O
= 2515,0905 mH2O

H2 = 218 mmHg
= 218 . 10
-3
mHg
= 218 . 10
-3
. 13,6 mH2O
= 2963,7283 mH2O
3. Perhitungan Laju alir
Q
1
=


= 0,0001389 m3/s
4. Perhitungan Kecepatan alir
Vi =


= 0,379219 m/detik



FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
40

5. Reynold Number
Red =


= 9650,2535
6. Faktor gesekan aliran air
=



= 0,03535
7. Koefesien kerugian head pada bend
=

)



=




= 35,6214
8. Laju aliran teoritis pada pipa venturi
Qv =


= 0,00013852 m3/s
9. Koefisien aliran pada venturi
Cv =


= 1,00263101
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
41

1.5.1.3. Grafik dan Pembahasan
1.5.1.3.1 Grafik Hubungan Faktor Gesekan terhadap Bilangan Reynold

Gambar 1.32 Grafik Hubungan Faktor Gesekan terhadap Bilangan Reynold

y = -1E-12x
2
- 5E-08x + 0.0353
R = 0.5284
0.029
0.03
0.031
0.032
0.033
0.034
0.035
0.036
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000
F
a
k
t
o
r

G
e
s
e
k

Reynold Number
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
42

Analisa grafik:
Pada grafik hubungan antara faktor gesekan dan bilangan reynold terlihat
bahwa bentuk grafik cenderung menurun seiring bertambah besarnya bilangan
reynold. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin besar bilangan reynold,
maka faktor gesekan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan rumus bilangan reynold


Dimana:
d = diameter pipa (m)
V = kecepatan fluida (m/s)
v = viskositas kinematik air (m
2
/s)

dan faktor gesekan:



Dimana:
g = percepatan gravitasi (m/s
2
)
h = tekanan diferensial (mH2O)
d = diameter pipa (m)
V = kecepatan fluida (m/s)
l = panjang pipa (m)
Dari rumus tersebut, dengan diketahui bahwa nilai dari d, v, g, h dan l
konstan maka dapat disimpulkan bahwa besarnya Red dan sangat tergantung
pada V. Besarnya bilangan reynold sebanding dengan kecepatan aliran (V)
sedangkan besarnya faktor gesekan berbanding terbalik dengan kecepatan aliran
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
43

(V). Jadi, semakin besar bilangan reynold, maka kecepatan aliran yang
ditimbulkan semakin besar yang menimbulkan bidang kontak antara fluida dan
pipa semakin kecil sehingga mengakibatkan faktor gesekan juga semakin kecil.
Pada grafik diatas terlihat adanya penyimpangan. Pada bilangan reynold
tertentu bentuk grafik terlihat ada kenaikan. Hal ini disebabkan karena adanya
fluktuasi perbedaan tekanan pada manometer sehingga data yang diambil kurang
tepat.

FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
44

1.5.1.3.2 Grafik Hubungan Koefisien Kerugian Head terhadap Bilangan Reynold

Gambar 1.33 Grafik Hubungan Koefisien Kerugian Head terhadap Bilangan Reynold
0
10
20
30
40
50
60
70
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
K
e
r
u
g
i
a
n

H
e
a
d

Reynold Number
Glove Valve
Cock Valve
Gate Valve
Poly. (Glove Valve)
Poly. (Cock Valve)
Poly. (Gate Valve)
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
45

Analisa Grafik:
Grafik di atas membandingkan besar bilangan Reynold denga koefisien
kerugian head yang dialami fluida dengan jenis valve yang berbeda. Koefisien
kerugian head menunjukan kehilangan (minor) energy yang disebabkan karena
seluruh perlengkapan dan valve dalam sistem perpipaan (Adrien, N. G. 2004.
Computational Hydralics and Hydrology: An Illustrated Dictionary. CRC Press)
Dari grafik dapat kita lihat bahwa semakin tinggi bilangan Reynold maka
kerugian head yang terjadi cenderung meningkat, hal ini sesuai dengan dasar teori
yang menyatakan :
Re =
(

)(


Semakin tinggi kecepatan aliran (V) maka akan meningkatkan bilangan Reynold
(Re) dan membuat nilai koefisien kerugian headnya cenderung meningkat
dikarenakan peningkatan besaran V diimbangi dengan peningkatan perbedaan
tekanan. Namun, pada graik diatas terlihat adanya sedikit penyimpangan pada
nilai koefisien kerugian head pada cock valve yang cenderung menurun. Hal ini
disebabkan karena adanya fluktuasi perbedaan tekanan pada manometer sehingga
data yang diambil kurang tepat.
Selain itu antara glove, cock, dan gate valve memiliki luas penampang
yang berbeda. Semakin besar perbedaan luas penampang maka menyebabkan
perbedaan tekanannya meningkat. Pada gate valve penampang bukaan tidak
terlalu signifikan dibanding cockdan glove valve. Hal ini menyebabkan nilai
koefisien kerugian head pada gate valve yang lebih rendah dari yang lainnya. Pada
grafik diatas juga dapat dilihat bahwa nilai pada cock valve adalah yang
tertinggi karena pada saat praktikum berlangsung bukaan pada cock valve tidak
terbuka sepenuhnya sehingga menyebabkan luas penampang disk cock valve
besar maka fluida yang bertumbukan dengan dinding disc valve yang
mempengaruhi nilai pada cock valve.

FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
46



Gambar 1.34 Jenis-jenis Valve dan Arah Aliran Fluida didalam Valve, (a) Globe
Valve, (b) Gate Valve, (c) Cock Valve
Sumber : Anononymous 22. 2013



(c) (b) (a)
FLUI D MECHANI CS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N
47

1.5.1.3.2 Grafik Hubungan Koefisien Aliran terhadap Bilangan Reynold

Gambar 1.35 Grafik Hubungan Koefisien Aliran terhadap Bilangan Reynold
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000
K
o
e
f
e
s
i
e
n

A
l
i
r
a
n

Reynold Number
Venturi
Orrifice
Nozzle
Poly. (Venturi)
Poly. (Orrifice)
Poly. (Nozzle)

FLUI D MECHANI CS
48

Analisa grafik:
Pada grafik hubungan antara bilangan reynold dan koefesien aliran terlihat
bahwa bentuk grafik cenderung naik (konstan) seiring bertambahnya bilangan reynold.
Dari grafik dapat dilihat bahwa semakin besar bilangan reynold, maka semakin besar
pula koefesien alirannya. Secara matematis dapat dirumuskan, untuk bilangan reynold:


Dimana:
d = diameter pipa (m)
V = kecepatan fluida (m/s)
v = viskositas kinematik air (m
2
/s)

dan koefesien aliran:


Dimana:
Q = Qv atau Qo atau Qn =


Q1= laju aliran per detik (m3/s)
Q = laju aliran teoritis pada venturi atau orrifice atau nozzle (m3/s)
dv = diameter venturi (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
hv = perbedaan tekanan pada venturi (mH2O)
Dari rumus tersebut menyatakan bahwa Red dan Cv sebanding dengan besarnya
kecepatan aliran (V). Secara teoritis, pada aliran fluida didalam pipa berlaku hukum
kekekalan energi dan hukum kontinuitas. Hal ini berarti bahwa debitnya selalu konstan,
tetapi pada kondisi aktualnya tidak demikian. Kejadian ini disebabkan karena koefiensi

FLUI D MECHANI CS
49

aliran yang meliputi loses karena perubahan penampang dan ketidakseragaman aliran
yang berpengaruh pada kecepatan fluida.
Dari grafik ini didapatkan hasil lain bahwa koefesien aliran paling besar adalah
venturi, hal ini disebabkan karena tekanan balik yang ada pada venturi paling kecil
daripada nozzle dan orrifice. Luas bidang benturan dapat digambarkan dengan gambar
berikut:

Gambar 1.36 Jenis-jenis Flowmeter
Sumber : Anonymous 23. 2013

Pada flow meter venturi aliran mengalami penyempitan luas area saja, tetapi pada
nozzle dan orrifice mengalami hambatan yang lebih besar karena ada tekanan balik
yang disebabkan oleh dinding yang tegak lurus terhadap pipa. Tekanan balik ini akan
menyebabkan laju aliran melambat dan memperkecil koefisien aliran. Pada gambar
diatas terlihat bahwa koefesien aliran nozzle lebih besar dari pada orrifice, hal ini
dikarenakan hambatan yang disebabkan dinding plat pada aliran masuk orrifice lebih
besar dari pada nozzle.
Pada percobaan ini urutan nilai koefesien aliran sudah sesuai dengan teori, akan
tetapi terjadi penyimpangan pada orrifice dan nozzle pada beberapa titik awal. Hal ini
dikarenakan pembacaan tekanan pada manometer pipa U yang fluktuatif dan berubah-
rubah sehingga didapatkan hasil yang tidak akurat.


FLUI D MECHANI CS
50

1.5.2 Bernoulli Theorem Apparatus
1.5.2.1 Data Hasil Pengujian
Bukaan 1 : Terbuka Penuh (1)
Bukaan 2 : Terbuka bagian
Bukaan 3 : Terbuka bagian
Tabel 1.17 Hubungan antara bukaan damper dengan perbedaan tekanan pada venturi
Bukaan h1 h h2
10 44 -34
15 83 -68
1 28 168 -140

Tabel 1.18 Hubungan bukaan damper dengan perbedaan tekakan pitot tube.









Bukaan
Tekanan Statis
(hs)
Tekanan
Dinamis (Pv)
Tekanan Total
(ht)

-25 44 19
-68 99 31
1 -123 173 50

FLUI D MECHANI CS
51


Tabel 1.19 Hubungan antara jarak venturi dengan tekanan pitot.
No.

Jarak pitot tube(Lo) Tekanan
Statis (hs)
Tekanan
Dinamis (Pv)
Tekanan Total
(ht)
(cm)
1 4.7 +24 25 +49
2 6.7 +24 26 +50
3 8.2 +24 26 +50
4 9.7 +22 29 +51
5 11.2 +17 33 +50
6 12.7 +2 48 +50
7 14.2 -29 81 +52
8 15.7 -86 137 +51
9 17.2 -119 169 +50
10 18.7 -121 172 +51
11 20.2 -92 142 +50
12 21.7 -50 100 +50
13 23.2 -27 76 +49
14 24.7 -14 63 +49
15 26.2 -7 56 +49
16 26.7 -5 54 +49
17 28.2 +1 48 +49

1.5.2.2Contoh Perhitungaan
A. Rumus perhitunggan pada pengukuran pipa venturi
Perhitungan Perbedaan tekanan aliran atas dan aliran bawah (h) pada
bukaan 2.


mmH2O
Perhitungan Tekanan Dinamis (Pv) pada bukaan 2.



FLUI D MECHANI CS
52

()
mmH2O
Kecepatan udara yang melalui pipa venturi pada bukaan 2.


Kecepatan Aliran (debit) berdasarkan Kecepatan udara yang melalui pipa
venturi pada bukaan 2.


m
3
/s
Keterangan : = Koefisien aliran (1,06)
= koefisien ekspansi (0,987)
d = diameter pipa venture (0,03 m)
Reynold Number pada bagian dalam venturi (Rd)





Reynold Number pada bagian masuk venture (Rd)

FLUI D MECHANI CS
53


(



Keterangan : D = Diameter ujung pipa bagian masuk (inlet) tabung
venture (0,05 m)

B. Rumus perhitunggan pada pengukuran pipa pitot
Lokasi kedudukan pipa pitot (Ls).



Keterangan : Lp = panjang total tabung pitot (38.2 cm)
Lo = Panjang over hgang pada sisi masuk pipa venture (cm)
Kecepatan udara melewati throat pipa venture (Vd) pada bukaan 1
dengan Lo = 4,7 cm









FLUI D MECHANI CS
54

Tabel 1.20 Data Vd dengan jarak pitot tube (Lo)






Kecepatan udara pada ujung masuk (inlet) pipa venture.


Keterangan : Pv = tekanan dinamik luar (76 kg/m
2
)
Berat Jenis udara (1.225 kg/m
3
)
No.

Jarak pitot tube (Lo)
(cm)
Vd
1 4.7
400
2 6.7
416
3 8.2
416
4 9.7
464
5 11.2
528
6 12.7
768
7 14.2
1296
8 15.7
2192
9 17.2
2704
10 18.7
2752
11 20.2
2272
12 21.7
1600
13 23.2
1216
14 24.7
1008
15 26.2
896
16 26.7
864
17 28.2
768

FLUI D MECHANI CS
55


Kecepatan aliran berdasarkan Vd (Qd, m
3
/s)


m
3
/s
Keterangan : d = diameter pipa venture ( 0,03 m)
Kapasitas aliran berdasarkan VD (QD, m
3
/s)\


m
3
/s

FLUI D MECHANI CS
56

1.5.2.3 Grafik dan Pembahasan
1.5.2.3.1 Grafik Hubungan Bukaan Dumper dengan Beda Tekanan pada Pipa Venturi













Gambar 1.37 Grafik Hubungan Bukaan Dumper dengan Beda Tekanan pada Pipa Venturi
y = 4x
2
- 7x + 13
R = 1
y = 23x
2
- 30x + 51
R = 1
y = -19x
2
+ 23x - 38
R = 1
-200
-150
-100
-50
0
50
100
150
200
1/2 3/4 1
P
e
r
b
e
d
a
a
n

T
e
k
a
n
a
n

(
m
m
H
2
O
)

Bukaan Damper
h1
h
h2
Poly. (h1)
Poly. (h)
Poly. (h2)

FLUI D MECHANI CS
57

Grafik diatas menggambarkan hubungan antara bukaan damper dengan
beda tekanan pada pipa venturi. Bukaan damper di variasi menjadi tiga macam
bukaan berdasarkan lebar bukaan damper : terbuka, terbuka, dan terbuka
penuh. Karena bukaan damper bervariasi maka kecepatan dan tekanan udara juga
akan bervariasi, sesuai perhitungan didapatkan bahwa kecepatan udara yang
melewati pipa venturi pada bukaan terbuka, terbuka, dan terbuka penuh
adalah 44 m/s, 83 m/s , 168 m/s.
Pada grafik hubungan damper dengan perbedaan tekanan pada venturi
tersebut terdapat tiga garis yang masing-masing garis menjelaskan statistic head,
total head, dan dynamic head. Garis ketiga menjelaskan hubungan statistic head
(h
2
). Garis tersebut cenderung mengalami penurunan dengan semakin besarnya
bukaan damper. Hal tersebut dikarenakan tekanan atmosfer lebih besar dari pada
statistic head pada pipa venturi.
Garis kedua menunjukan perbedaan total head (h
1
). Garis tersebut
cenderung mengalami kenaikan dengan semakin lebarnya bukaan damper. Hal
tersebut terjadi karena, semakin lebarnya bukaan damper maka akan semakin
banyak udara yang dapat dihisap oleh pompa dan dialirkan kepipa venturi sehingga
terjadi peningkatan kecepatan. Kecepatan fluida berbanding terbalik dengan
tekanan statis. Tekanan dalam pipa akan semakin besar dengan meningkatnya
bukaan damper, dan sebaliknya apabila bukaan daperkecil, maka udara yang
dihisap dan dialirkan kepipa akan sedikit dan tekanan yang ditimbulkan juga akan
lebih kecil.
Garis yang paling atas merupakan grafik perbedaan dynamic head (h).
Perbedaan tekanan dinamis didapat dari pengurangan tekanan total dengan tekanan
statis. Tekanan dinamis menyatakan tekanan dalam pipa pada suatu titik tertentu.
Tekanan dinamis berbanding lurus dengan tekanan total. Karena tekakan total
cenderung naik maka dapat dilihat pada grafik bahwa tekanan dinamis juga
mengalami kenaikan dengan semakin meningkatnya bukaan damper.

FLUI D MECHANI CS
58

1.5.2.3.2 Grafik Hubungan Bukaan Dumper dengan Beda Tekanan pada Pipa Pitot







\






1.38 Grafik Hubungan Bukaan Dumper dengan Beda Tekanan pada Pipa Pitot
y = -6x
2
- 25x + 6
R = 1
y = 9.5x
2
+ 26.5x + 8
R = 1
y = 3.5x
2
+ 1.5x + 14
R = 1
-150
-100
-50
0
50
100
150
200
1/2 3/4 1
P
e
r
b
e
d
a
a
n

T
e
k
a
n
a
n

(
m
m
H
2
O
)

Bukaan Dumper
Tekanan Statis
Tekanan Dinamis
Tekanan Total
Poly. (Tekanan Statis)
Poly. (Tekanan Dinamis)
Poly. (Tekanan Total)

FLUI D MECHANI CS
59

Dari grafik hubungan bukaan damper dengan perbedaan tekanan pitot tube,
dapat dilihat bahwa perbedaan tekanan statis (hs) yang ditunjukan oleh garif
berwarna biru mengalami penurunan. Penurunannya bernilai negatif karena
tekanan statis pada pipa venturi lebih kecil dari pada tekanan atmosfer
. Sedangkan tekanan total (ht) yang ditunjukan dengan garis berwarna hitam
cenderung mengalami kenaikan. Penyebabnya sama dengan tekanan total pada
pipa venturi, dengan semakin lebarnya bukaan damper maka akan semakin banyak
udara yang dapat dihisap oleh pompa dan dialirkan ke dalam tube sehingga tekanan
dalam pitot tube juga akan semakin besar, dan sebaliknya apabila bukaan
daperkecil, maka udara yang dihisap dan dialirkan ke pitot tube akan sedikit dan
tekanan yang ditimbulkan juga akan lebih kecil. Tekanan dinamis (Pv) yang
dinyatakan dengan garis merah menunjukan peningkatan dengan semakin
meningkatnya tekanan total. Selain itu, nilainya yang positif menandakan bahwa
tekanan pada atmosfer lebih besar dari pada tekanan dalam tube.


FLUI D MECHANI CS
60

1.5.2.3.2 Hubungan antara jarak venturi dengan tekanan pitot.











1.39 Hubungan antara jarak venturi dengan tekanan pitot.
y = 0.7358x
2
- 29.37x + 228.03
R = 0.5802
y = -0.7485x
2
+ 29.965x - 184.32
R = 0.5849
y = -0.0127x
2
+ 0.5945x + 43.711
R = 0.6106
-150
-100
-50
0
50
100
150
200
0 5 10 15 20 25 30 35 40
P
e
r
b
e
d
a
a
n

t
e
k
a
n
a
n

(
m
m
H
2
O
)

Jarak venturi (cm)
Tekanan Statis
Tekanan Dinamis
Tekanan Total
Poly. (Tekanan Statis)
Poly. (Tekanan Dinamis)
Poly. (Tekanan Total)

FLUI D MECHANI CS
61

Untuk mengetahui hubungan antara jarak venturi dengan tekanan pitot
bukaan damper dibuat konstan dengan bukaan penuh. Data yang diambil dari
percobaan ini adalah beda ketinggian antara tekanan atmosfer dan tekanan
dalam venturi. Tekanan yang diukur antara lain adalah tekanan statis,
tekanan dinamis, dan tekanan total. Dari data yang telah didapatkan selama
praktikum didapatkan data bahwa tekanan statis (garis ke tiga) pada titik
tertentu dalam venturi memiliki nilai yang lebih kecil dari tekanan atmosfer,
hal ini dapat dilihat dalam grafik dimana grafik berbentuk parabola yang
berarti pada titik tertentu keadaan tekanan akan kembali ke posisi semula.
Dari pengamatan yang telah dilakukan, penurunan takanan statis terjadi
ketika pitot berada pada venturi yang memiliki luas permukaan lebih kecil.
Seperti hasil perhitungan Vd dimana kecepatan kecil saat berada pada pipa
besar berubah menjadi besar dalam pipa kecil dan mengecil lagi setelah
berada pada pipa besar ke dua. Hal ini berhubungan dengan kecepatan fluida
yang ada didalamnya, dimana kecepatan fluida akan meningkat dengan
mengecilnya luas penampang. Hukum Kontinuitas menyatakan bahwa debit
di luas penampang I sama dengan di luas penampang II.
Q
1
= Q
2
Fluida yang digunakan adalah gas, dimana gas merupakan compressible fluid,
sehingga :

1
. A
1
.V
1
=
2
.A
2
.V
2

Intinya adalah jika luas penampang yang dialiri fluida besar maka
kecepatannya menjadi lebih kecil sebaliknya ketika luas penampang pipa
lebih kecil maka kecepatan fluida menjadi besar.
Ketika pitot berada pada pipa yang memiliki luas permukaan sama
dengan luas permukaan pipa sebelum venturi tekanan statis menunjukan
kenaikan menuju ke tekanan semula. Kecepatan suatu fluida sangat
mempengaruhi tekanan, seperti yang dijelaskan dengan Hukum Bernoulli
yang menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan
fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut.
Data tekanan dinamis (garis pertama) memiliki kecenderungan untuk
naik sampai jarak tertentu dan turun karena total headnya (garis kedua) lebih
besar dari atmosfer. Tekanan dinamis tertinggi berada saat jarak pitot tube
dengan venturi (Ls) adalah 19,5cm dengan nilai tekanannya adalah 172

FLUI D MECHANI CS
62

mmH
2
O. Tekanan dinamis juga dipengaruhi oleh kecepatan udara yang
melewati venturi. Sedangkan tekanan totalnya cenderung konstan, hal ini
terjadi karena banyaknya udara atau total udara yang masuk dalam pitot tube
konstan sehingga tekanan total yang dihasilkan juga konstan.
1.5.3 Kesimpulan dan Saran
1.5.3.1 Fluid Circuit Friction Experimental Apparatus
Semakin besar bilangan reynold maka faktor gesekan akan semakin kecil.
Semakin kecil bukaan pada katup maka semakin besar koefisien kerugian
headnya.
Semakin besar bilangan reynold maka koefisien aliran cenderung naik
(konstan).
Besarnya Red dan sangat tergantung pada V. Besarnya bilangan reynold
sebanding dengan kecepatan aliran (V) sedangkan besarnya faktor gesekan
berbanding terbalik dengan kecepatan aliran (V).
Pada aliran fluida didalam pipa berlaku hukum kekekalan energi dan hukum
kontinuitas. Hal ini berarti bahwa debitnya selalu konstan, tetapi pada
kondisi aktualnya tidak demikian.
Penyimpangan data disebabkan oleh perbedaan tekanan pada manometer
yang fluktuatif.

1.5.3.2 Bernoulli Theorem Apparatus
Tekanan statis berbanding terbalik dengan tekanan dinamis dan tekanan total
adalah penjumlahan dari tekanan statis dan dinamis.
Besar kecilnya bukaan damper mempengaruhi kecepatan dalam venturi.
Semakin besar bukaan damper makan kecepatan udara masuk akan semakin
besar dan tekanan statis akan semakin kecil.
Besar kecilnya bukaan damper mempengaruhi tekanan pada pipa pitot.
Semakin besar bukaan damper maka tekanan dinamis, total, dan statis akan
semakin meningkat.
Pitot tube digunakan untuk mengukur tekanan pada setiap titik pada pipa
venturi.
Jarak pitot terhadap venturi mempengaruhi tekanan didalam pipa.
Jarak pitot terhadap venturi mempengaruhi kecepatan didalam pipa.

FLUI D MECHANI CS
63

Semakin kecil luas penampang pipa, maka kecepatan akan semakin besar
dan tekanan akan semakin kecil.
Tekanan total pada pipa venturi dengan bukaan yang sama memiliki nilai
yang konstan.

1.5.3.3. Saran
Praktikan diharapkan mempelajari alat-alat praktikum sebelum melalui
percobaan sehingga meminimalisir kesalahan pada saat praktikum
Praktikan diharapkan mempelajari modul praktikum sebelum memulai
percobaan sehingga mengetahui prosedur pengujian yang benar
Praktikan disarankan untuk menstabilkan ketinggian tekanan pada
manometer pipa U mencapai kesetabilan fluida agar data lebih akurat.
Praktikan memahami apa definisi tekanan statis, tekanan dinamis, dan
tekanan total untuk mempermudah proses praktikum dan pembahasan data.





















HEAT EXCHANGER
64

BAB II
PERPINDAHAN PANAS

2.1 Dasar Teori
2.1.1 Mekanisme Perpindahan Panas
Energi panas dapat ditransfer dari satu sistem ke sistem yang lain, sebagai hasil
dari perbedaan temperatur. Analisis termodinamika hanya mengangkat hasil dari
perpindahan panas sebagai sistem yang mengalami proses dari satu keadaan setimbang
yang lain. Ilmu yang berhubungan dengan penentuan tingkat perpindahan energi adalah
perindahan panas. Adapun transfer energi panas selalu terjadi dari medium suhu yang
lebih tinggi ke suhu yang lebih rendah, dan perpindahan panas berhenti ketika dua
medium mencapai suhu yang sama.
Proses perpindahan panas dapat berpindah dengan tiga cara, yaitu kondusi,
konveksi dan radiasi. Semua cara dari perpindahan panas memerlukan adanya
perbedaan suhu, dan semua cara berasal dari medium suhu yang lebih tinggi ke suhu
yang lebih rendah. Di bawah ini akan diberikan gambaran singkat dari setiap cara.
2.1.2 Konduksi
Konduksi adalah perpindahan energi dari partikel yang lebih energik dari suatu
zat dengan yang kurang energik yang berdekatan sebagai akibat dari interaksi antara
partikel. Konduksi dapat terjadi pada zat padat, cair dan gas. Pada gas dan cair,
konduksi ini disebabkan oleh tabrakan dan pembauran dari gerakan molekul selama
gerakan acak mereka. Pada benda padat, gerakan ini disebabkan akibat kombinasi
getaran dari molekul di dalam kisi dan berpindahnya energi yang disebabkan oleh
elektron bebas. Laju konduksi panas melalui media tergantung pada geometri dari
medium, ketebalan, dan bahan dari medium, serta beda suhu di medium terdebut.
Pada penjelasan berikut, dapat dilihat proses perpindahan panas melalui dinding
yang tebalnya x = L dan luasnya A, seperti pada gambar berikut :



HEAT EXCHANGER
65


Gambar 2.1 Perpindahan Panas Konduksi Melalui Dinding
Sumber: Cengel (2003:21)

Perbedaan temperatur pada dinding adalah T = T
2
-T
1.
Melalui percobaan dapat
dihasilkan bahwa laju perpindahan panas Q melalui dinding sebesar dua kali lipat ketika
perbedaan suhu sebesar dua kali lipat pada seluruh dinding atau area A normal terhadap
arah perpindahan panas, tapi dibagi dua ketika ketebalan dinding L dua kali lipat.
Dengan demikian kita menyimpulkan bahwa laju konduksi panas melalui lapisan
dinding sebanding dengan perbedaan suhu di seluruh lapisan dan area perpindahan
panas, namun berbanding terbalik dengan ketebalan lapisan, sehingga dapat dirumuskan
dengan:

()( )


Atau,


Dimana konstanta k adalah konduktivitas termal material, yang merupakan
ukuran kemampuan suatu material untuk menghantarkan panas. Jika x = 0, persamaan
di atas tereduksi menjadi bentuk diferensial


Tanda negatif di dalam rumus memastikan bahwa perpindahan panas dalam
arah x positif adalah jumlah yang positif.



HEAT EXCHANGER
66

2.1.3 Konveksi
Konveksi adalah proses transport energi dengan kerja gabungan dari konduksi
panas, penyimpanan dan gerakan mencampur. Konveksi sangat penting sebagai
mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat dan cairan atau gas.
Perpindahan energi dengan cara konveksi dari suatu permukaan yang suhunya di
atas suhu fluida sekitarnya berlangsung dalam beberapa tahap. Pertama, panas akan
mengalir dengan cara konduksi dari permukaan ke partikel-partikel fluida yang
berbatasan. Energi yang berpindah dengan cara demikian akan menaikkan suhu dan
energi dalam partikel-partikel fluida ini. Kemudian partikel-partikel fluida tersebut
akan bergerak ke daerah yang bersuhu rendah didalam fluida di mana mereka akan
bercampur dengan, dan memindahkan sebagian energinya kepada, partikel-partikel
fluida lainnya. Dalam hal ini alirannya adalah aliran fluida maupun energi. Energi
sebenarnya disimpan di dalam partikel-partikel fluida dan diangkut sebagai akibat
gerakan massa partikel-partikel tersebut. Mekanisme ini untuk operasinya tidak
tergantung hanya pada beda suhu dan oleh karena itu tidak secara tepat memenuhi
definisi perpindahan panas. Tetapi hasil bersihnya adalah angkutan energi, dan karena
terjadinya dalam arah gradien suhu, maka juga digolongkan dalam suatu cara
perpindahan panas dan ditunjuk dengan sebutan aliran panas dengan cara konveksi.
Laju perpindahan panas dengan cara konveksi antara suatu permukaan dan suatu
fluida dapat dihitung dengan hubungan

)
Di mana :
q = laju perpindahan panas dengan cara konveksi, (Watt)
A
s
= luas perpindahan panas, (m
2
)

T
s
= Temperarur permukaan benda padat, (
0
K)
T

= Temperatur fluida mengalir, (
0
K)
h = koefisien perpindahan panas konveksi, (W/m
2 0
K)

Perpindahan panas konveksi diklasifikasikan dalam konveksi bebas (free
convection) dan konveksi paksa (forced convection) menurut cara menggerakkan
alirannya. Konveksi alami adalah perpindahan panas yang disebabkan oleh beda suhu
dan beda rapat saja dan tidak ada tenaga dari luar yang mendorongnya. Konveksi
alamiah dapat terjadi karena ada arus yang mengalir akibat gaya apung,
sedangkan gaya apung terjadi karena ada perbedaan densitas fluida tanpa dipengaruhi


HEAT EXCHANGER
67

gaya dari luar sistem. Perbedaan densitas fluida terjadi karena adanya gradien suhu
pada fluida.
Konveksi paksa adalah perpindahan panas aliran gas atau cairan yang
disebabkan adanya tenaga dari luar. Konveksi paksa dapat pula terjadi karena arus
fluida yang terjadi digerakkan oleh suatu peralatan mekanik (contoh : pompa dan
pengaduk), jadi arus fluida tidak hanya tergantung pada perbedaan densitas. Contoh
perpindahan panas secara konveksi paksa adalah pelat panas dihembus udara dengan
kipas/blower.
Secara umum aliran fluida dapat diklasifikasikan sebagai aliran eksternal dan
aliran internal. Aliran eksternal terjadi saat fluida mengenai suatu permukaan benda.
Contohnya adalah aliran fluida melintasi plat atau melintang pipa. Aliran internal
adalah aliran fluida yang dibatasi oleh permukaan zat padat, misalnya aliran dalam
pipa/saluran. Perbedaan antara aliran eksternal dan aliran internal pada suatu
pipa/saluran ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Secara umum aliran fluida dapat diklasifikasikan sebagai aliran eksternal dan
aliran internal. Aliran eksternal terjadi saat fluida mengenai suatu permukaan benda.
Contohnya adalah aliran fluida melintasi plat atau melintang pipa. Aliran internal
adalah aliran fluida yang dibatasi oleh permukaan zat padat, misalnya aliran dalam
pipa/saluran. Perbedaan antara aliran eksternal dan aliran internal pada suatu
pipa/saluran ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Aliran eksternal udara dan aliran internal air pada suatu pipa/saluran
Sumber: Cengel (2003:21)

2.1.4 Radiasi
Radiasi adalah energi yang dipancarkan oleh materi dalam bentuk gelombang
elektromagnetik sebagai akibat dari perubahan konfigurasi elektronik dari atom atau


HEAT EXCHANGER
68

molekul. Tingkat maksimum radiasi yang dapat dipancarkan permukaan pada suhu T
s
mutlak diberikan oleh hukum stefaan-Boltzmann yaitu


Dimana = 5,67 x 10
-8
W/m
2
K
4
merupakan konstanta Stefen-Boltzmann.
Permukaan ideal yang memancarkan radiasi pada tingkat maksimum ini disebut benda
hitam, dan radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam disebut Radiasi benda hitam.
Radiasi yang dipancarkan oleh semua permukaan nyata lebih kecil dari radiasi yang
dipancarkan oleh benda hitam pada suhu yang sama, dan dinyatakan sebagai


Dimana adalah emisivitas permukaan yang besarnya adalah diantara 0 1.
A
s
adalah luas permukaan dan T
s
adalah temperatur absolut.

2.1.5 Konduktivitas Termal
Konduktivitas termal adalah kemampuan suatu material untuk
menghantarkan panas. Persamaan untuk laju perpindahan panas konduksi dalam kondisi
stabil juga dapat dilihat sebagai persamaan penentu bagi konduktivitas termal. Sehingga
konduktivitas termal dari material dapat didefinisikan sebagai laju perpindahan panas
melalui ketebalan unit bahan per satuan luas per perbedaan suhu. Konduktivitas termal
material adalah ukuran kemampuan bahan untuk menghantarkan panas. Harga tertinggi
untuk konduktivitas termal menunjukkan bahwa material adalah konduktor panas yang
baik, dan harga terendah untuk konduktivitas termal menunjukan bahwa material adalah
bukan pengahantar panas yang baik atau disebut isolator. Konduktivitas termal beberapa
bahan umum pada suhu kamar diberikan dalam tabel di bawah ini.
Suhu adalah ukuran energi kinetik dari partikel seperti molekul atau atom dari
suatu zat. Pada cairan dan gas, energi kinetik dari partikel terjadi karena gerak translasi
acak mereka serta gerakan getaran dan rotasi mereka. Ketika dua molekul yang
memiliki energi kinetik yang berbeda berbenturan, bagian dari energi kinetik dari
molekul lebih bertenaga ditransfer ke molekul kurang bertenaga, sama seperti ketika
dua bola elastis dari massa yang sama dengan kecepatan yang berbeda berbenturan,
bagian dari energi kinetik dengan bola kecepatan tinggi ditransfer ke bola yang
kecepatanya lebih lambat. Makin tinggi suhu, semakin cepat molekul bergerak, semakin
tinggi jumlah molekul tabrakan, dan semakin baik perpindahan panasnya.




HEAT EXCHANGER
69

2.1.6 Difusivitas Termal
Cp sering dijumpai dalam analisis perpindahan panas, disebut kapasitas panas
material. Baik dari Cp panas spesifik dan kapasitas panas Cp mewakili kemampuan
penyimpanan panas dari suatu material. Tapi Cp mengungkapkan itu per satuan massa
sedangkan Cp mengungkapkan itu per satuan volume, dapat melihat dari satuan
mereka masing-masing.
Sifat bahan lain yang muncul dalam analisis konduksi panas transien adalah
difusivitas termal, yang mewakili bagaimana cepat panas berdifusi melalui materi dan
dirumuskan dengan


(m
2
/s)
Harap diingat bahwa Konduktivitas termal k merupakan seberapa baik suatu
bahan menghantarkan panas, dan kapasitas panas Cp mewakili berapa banyak
menyimpan sebuah energi bahan per satuan volume. Oleh karena itu, difusivitas termal
dari material dapat dipandang sebagai rasio panas yang dilakukan melalui bentuk
material panas yang tersimpan per satuan volume. Bahan yang memiliki konduktivitas
panas yang tinggi atau kapasitas panas yang rendah jelas akan memiliki difusivitas
termal besar. Semakin besar difusivitas termal, semakin cepat penyebaran panas ke
medium. Nilai diffusivitas termal yang kecil berarti panas yang sebagian besar diserap
oleh material.

2.1.7 Resistansi Termal
Resistansi termal merupakan salah satu properti panas dan memiliki definisi
ukuran perbedaan temperatur dari material yang tahan terhadap aliran panas. Resistansi
termal sendiri berbanding terbalik dengan Konduktivitas termal. Resistansi termal
memiliki satuan yaitu (m
2
K)/W. Aliran panas dapat dimodelkan dengan analogi
rangkaian listrik di mana aliran panas diwakili oleh arus, suhu diwakili oleh tegangan,
sumber panas yang diwakili oleh sumber arus konstan, resistensi termal mutlak diwakili
oleh resistor dan kapasitansi termal dengan kapasitor. Diagram menunjukkan rangkaian
termal setara untuk perangkat semikonduktor dengan heat sink.

2.1.8 Heat Exchanger
Heat Exchanger adalah perangkat yang memfasilitasi pertukaran panas antara
dua cairan pada temperatur yang berbeda, sekaligus menjaga mereka dari pencampuran
satu sama lain. Dalam radiator mobil, misalnya, panas dipindahkan dari air panas yang


HEAT EXCHANGER
70

mengalir melalui tabung radiator ke udara mengalir melalui pelat tipis berjarak dekat
dinding luar yang melekat pada tabung. Perpindahan panas pada Heat Exchanger
biasanya melibatkan konveksi di setiap cairan dan konduksi melalui dinding yang
memisahkan dua cairan. Dalam analisis penukar panas, akan lebih mudah untuk bekerja
dengan koefisien perpindahan panas keseluruhan U yang menyumbang kontribusi dari
semua efek transfer panas ini. Laju perpindahan panas antara dua cairan pada lokasi di
penukar panas tergantung pada besarnya perbedaan suhu di bahwa lokasi, yang
bervariasi sepanjang penukar panas. Jenis paling sederhana dari penukar panas terdiri
dari dua pipa konsentris yang berbeda diameter, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.3, yang disebut double pipa panas exchanger.
Gambar 2.3 Aliran sistem Heat Exchanger double pipe
Sumber: Cengel (2003:21)

Salah satu cairan dalam penukar panas double-pipa mengalir melalui pipa yang
lebih kecil, sementara cairan lainnya mengalir melalui ruang annular antara dua pipa.
Dua jenis pengaturan aliran yang mungkin dalam double-pipa penukar panas yaitu
dalam aliran paralel, baik cairan panas dan dingin memasuki panas penukar pada akhir
yang sama dan bergerak ke arah yang sama. Dalam aliran counter, di sisi lain, cairan
panas dan dingin memasuki penukar panas di seberang berakhir dan aliran dalam arah
yang berlawanan. Tipe lain dari penukar panas, yang dirancang khusus untuk
mewujudkan besar luas permukaan perpindahan panas per satuan volume, adalah
penukar panas kompak. Panas Compact Exchanger memungkinkan kita untuk mencapai
kecepatan transfer panas tinggi antara dua cairan dalam volume kecil, dan mereka
biasanya digunakan dalam aplikasi dengan keterbatasan yang ketat pada berat dan
volume penukar panas.
Sebuah penukar panas biasanya melibatkan dua cairan mengalir dipisahkan oleh
dinding yang padat. Panas pertama ditransfer dari fluida panas ke dinding oleh


HEAT EXCHANGER
71

konveksi, melalui dinding dengan konduksi, dan dari dinding ke fluida dingin lagi
dengan konveksi. Jaringan tahan panas yang terkait dengan proses perpindahan panas
ini melibatkan dua konveksi dan konduksi satu resistensi.

Gambar 2.4 Perpindahan panas pada double pipa
Sumber: Cengel (2003:21)

Variabel i dan o mewakili permukaan dalam dan luar dari tabung bagian dalam.
Untuk heat exchanger double pipa kita memiliki

dan

dan
tahanan panas tabung dalam situasi ini adalah

Dimana k adalah konduktivitas termal dari material dinding dan L adalah
panjang tabung. Kemudian tahan panas keseluruhan menjadi


A
i
adalah luas permukaan dalam dari dinding yang memisahkan dua cairan, dan
A
o
adalah luas permukaan luar dinding. Dengan kata lain, A
i
dan A
0
adalah luas
permukaan dinding yang memisahkan dan dibasahi oleh cairan dalam dan cairan luar,
masing-masing.

2.1.9 Counter-flow Heat Exchanger
Variasi suhu cairan panas dan dingin dalam heat exchanger counter-flow
diberikan pada Gambar 2.5. Perhatikan bahwa cairan panas dan dingin dimasukkan
pada ujung-ujung pipa, dan suhu keluar cairan dingin pada keadaan ini dapat melebihi
suhu keluar panas cairan. Dalam kasus ini, cairan dingin akan dipanaskan sampai suhu
inlet dari fluida panas. Namun, suhu outlet fluida dingin tidak pernah bisa melebihi inlet


HEAT EXCHANGER
72

suhu dari fluida panas, karena ini akan menjadi pelanggaran hukum kedua dari
termodinamika. Hubungan di atas untuk log berarti perbedaan suhu dikembangkan
menggunakan penukar panas aliran paralel, tetapi kita dapat menunjukkan dengan
mengulangi analisis atas untuk counter-flow penukar panas yang juga berlaku untuk
counterflow penukar panas. Untuk inlet dan outlet suhu yang ditentukan, log rata-rata
suhu perbedaan bagi penukar panas counter-flow selalu lebih besar dari itu untuk
parallel-flow. Artinya, T counter-flow lebih besar dari pada T parallelflow dan
dengan demikian lebih kecil luas permukaan yang dibutuhkan untuk mencapai laju
perpindahan panas tertentu dalam counter-flow.
.

Gambar 2.5 : Aliran (a) parallel flow, (b) counter flow, dan grafik temperatur in, out.
Sumber : Cengel (2003:21)

2.2 Tujuan Pengujian
Agar dapat mengerti perpindahan panas formulasi dasar dari heat exchanger.
Selain itu agar mampu menghitung keseimbangan panas pada heat exchanger dan
mampu mengukur koefisien perpindahan panas berdasarkan kuantitas aliran fluida





HEAT EXCHANGER
73

2.3 Spesifikasi Alat
Hot water source
Head tank with square weir
Flow rate meter (rotameter)
Termometer pada inlet & outlet
Electrically immersion heater
Cold water source
Head tank with square weir
Flow rate meter (rotameter)
Termometer pada inlet & outlet
Heat exchanger
Double tubes water to water heat exchanger
Katup pengatur aliran
Controller Unit
Hot water temperature control unit

2.4 Cara pengambilan data
Pertama air dipanaskan terlebih dahulu sesuai dengan suhu yang diinginkan.
Ketika suhu air panas telah sesuai dengan yang diinginkan kemudian air panas tersebut
dan air dingin dialirkan secara turbulen atau laminar atau secara counter current atau
parallel flow. Mengatur aliran tersebut untuk menjadi laminar atau turbulen dapat
dilakukan dengan mengatur debit air panas atau dingin tersebut. Untuk air panas bila
debitnya dibawah 30 l/h maka alirannya laminar, diatas 100 l/h menjadi turbulen.
Sedangan untuk air dingin bila ingin alirannya laminar maka debitnya dibawah 150 l/h ,
bila ingin turbulen maka debit airnya diatur hingga sama dengan 500 l/h atau lebih.
Setelah mengatur aliran fluida panas dan fluida dingi tersebut maka niai T
1
,T
2
, t
1
, t
2
, W
dan w yang kemudian digunakan dalam perhitungan.









HEAT EXCHANGER
74

2.5 Hasil Pengujian
2.5.1 Data Hasil Pengujian
Tabel 2.1 Data Hasil Praktikum Water to Water Heat Exchanger Bench


Tabel 2.2 Data Hasil Perhitungan Viskositas Kinematik Fluida







INLET OUTLET INLET OUTLET
A 81 61 20 33 45 100
B 86 85 150 33 55 100
C 81 51 20 33 36 500
D 86 79 150 33 40 500
E 80 59 20 33 46 100
F 86 85 150 33 57 100
G 81 50 20 32 37 500
H 86 77 150 33 41 500
w W
FLOW
R.
THERMOMETER FLOW
R.
LOW TEMP. FLUID (COLD
WATER)
HIGH TEMP. FLUID (HOT
WATER)
INSTRU.
(EQUATION
)
UNIT
SYMBOLS
P
A
R
A
L
E
L
C
O
U
N
T
E
R
MEASUREMENT
THERMOMETER
(

) (

) (

) (

() ()
A 71 4.102E-07 39 6.753E-07
B 85.5 3.4555E-07 44 6.19E-07
C 66 4.398E-07 34.5 7.3965E-07
D 82.5 3.5725E-07 36.5 7.1105E-07
E 69.5 4.181E-07 39.5 6.6815E-07
F 85.5 3.4555E-07 45 6.085E-07
G 65.5 4.429E-07 34.5 7.3965E-07
H 81.5 3.6115E-07 37 7.039E-07 C
O
U
N
T
E
R
HIGH TEMP. FLUID
(HOT WATER)
LOW TEMP. FLUID
(COLD WATER)
KINEMATIC VISCOSITY OF WATER
Vh Vl
INSTRU.
(EQUATION
)
TABLE
UNIT
SYMBOLS
P
A
R
A
L
E
L
(

) (

) (

) (

)
(

) (

)


HEAT EXCHANGER
75

Tabel 2.3 Data Hasil Perhitungan LMTD, Q
w
, q
w
dan Reynold Number


Tabel 2.4 Data Hasil Perhitungan Efisiensi Heat Exchanger dan Koefisien
Perpindahan Panas



Rew Rew
- -
A 48 16 29.128 400 1014.139 1200 1123.056
B 53 30 40.415 150 9029.084 2200 1225.202
C 48 15 28.371 600 945.8845 1500 5126.749
D 53 39 45.643 1050 8733.38 3500 5332.958
E 34 26 29.821 420 994.9773 1300 1135.074
F 29 52 39.387 150 9029.084 2400 1246.343
G 44 18 29.089 620 939.2639 2500 5126.749
H 45 44 44.498 1350 8639.07 4000 5387.129
13
REY'S
NO.
REY'S
NO. Qw qw
PARALEL
COUNTER
8 1 12 2
UNIT
SYMBOLS
INSTRU.
(EQUATION
)
P
A
R
A
L
E
L
C
O
U
N
T
E
R
CALCULATION (Cp, cp = 1 kcal / kg deg)
LOG-MEAN-
TEMPERATURE
HIGH TEMP.
FLUID (HOT
LOW TEMP. FLUID
(COLD WATER)

) (

) () ()
A 0.41666667 800 120992.543
B 0.01886792 1175 128076.245
C 0.625 1050 163036.757
D 0.13207547 2275 219575.632
E 0.44680851 860 127041.315
F 0.01886792 1275 142603.631
G 0.63265306 1560 236251.421
H 0.16981132 2675 264823.301
(%)
q
PARALEL COUNTER
U
6 9
PARALEL COUNTER
h
INSTRU.
(EQUATION
)
SYMBOL
(UNIT)
P
A
R
A
L
E
L
C
O
U
N
T
E
R
CALCULATION
EFFICIENCY OF HET
EXCHANGER
COEFFICIENT OF OVERALL
HEAT TRANS
10 11
(

.h .deg)
()


HEAT EXCHANGER
76

2.5.2 Contoh Perhitungan
1. Menghitung Kalor yang dilepas (Q
w
) dan Kalor yang diterima (q
w
)
Persamaan untuk kalor yang dilepas dari fluida panas :

)



Persamaan untuk kalor yang diterima fluida dingin :

)

Untuk nilai W dan w pada perhitungan di atas digunakan tabel berikut:
LAMINAR TURBULENT
Flow Rate Meter
(Hot Water)
30 l/h 100 l/h
Flow Rate Meter
(Cold Water)
150 l/h 500 l/h

Kalor yang dilepaskan oleh fluida panas, (pada regime aliran A):

( )



Kalor yang diterima oleh fluida dingin, (pada regime aliran A):

( )











HEAT EXCHANGER
77


2. Menghitung Logarithmic-Mean-Temperature Difference (tm)
Persamaan untuk Logarithmic-Mean-Temperature Difference pada parallel flow:

) (



Persamaan untuk Logarithmic-Mean-Temperature Difference pada counter flow:

) (



Logarithmic-Mean-Temperature Difference pada parallel flow, (pada regime
aliran A):


( ) ( )



Logarithmic-Mean-Temperature Difference pada counter flow, (pada regime
aliran E):


( ) ( )



3. Menghitung Efisiensi Heat Exchanger (
h
)
Persamaan untuk Efisiensi Heat Exchanger:

)

Efisiensi Heat Exchanger pada jenis aliran paralel, (pada regime aliran A):


( )
( )

0,4167





HEAT EXCHANGER
78


Efisiensi Heat Exchanger pada jenis aliran counter, (pada regime aliran E):


( )
( )

0,4468

4. Menghitung Koefisien Perpindahan Kalor (U)
Persamaan untuk Koefisien Perpindahan Kalor:


Dimana,



Area permukaan perpindahan kalor (A) yang digunakan merupakan Are
permukaan perpindahan kalor dari fluida panas. Hal ini disebabkan karena
perpindahan panas berlangsung dari fluida panas ke fluida dingin.
Dengan nilai A pada fluida panas, seperti berikut:


Koefisien Perpindahan Kalor pada jenis aliran parallel, (pada regime aliran A):





Koefisien Perpindahan Kalor pada jenis aliran counter, (pada regime aliran E):












HEAT EXCHANGER
79

2.5.3 Grafik Dan Pembahasan
2.5.3.1 Grafik Hubungan Koefisien Perpindahan Panas dengan Regime Aliran

Gambar 2.6 Grafik Hubungan Koefisien Perpindahan Panas dengan Regime Aliran
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
K
o
e
f
i
s
i
e
n

P
e
r
p
i
n
d
a
h
a
n

P
a
n
a
s

Regime Aliran
Parallel Flow
Counter Flow
A
E
B
F
C
G
H
D


HEAT EXCHANGER
80

Koefisien perpindahan panas merupakan koefisien hambatan termal total menuju
perpindahan panas di antara dua fluida. Persamaan untuk menghitung koefisien
perpindahan panas, dijabarkan melalui persamaan berikut:


Berdasarkan rumus di atas, dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi
besarnya koefisien perpindahan panas adalah Logarithmic-Mean-Temperatur Difference
(LMTD) dan jumlah panas yang ditukarkan (q). Nilai A pada rumus di atas merupakan
area permukaan perpindahan panas dari fluida panas. Hal ini dikarenakan perpindahan
panas berlangsung dari fluida panas ke fluida dingin.
Pada grafik di atas menunjukkan hubungan koefisien perpindahan panas dengan
regime aliran. Secara umum, koefisien perpindahan panas antara parallel flow dan
counter flow memiliki nilai yang berbeda dimana nilai pada counter flow lebih tinggi.
Hal ini dikarenakan pada aliran counter flow fluida mengalami kontak secara
berlawanan sehingga antara fluida panas dan fluida dingin mengalami tumbukan.
Sedangkan pada aliran laminar, kedua fluida yang berbeda temperatur hanya mengalami
kontak secara searah. Selain itu, nilai q dipengaruhi oleh perbedaan suhu antar fluida
panas masuk (T
1
) dengan fluida panas keluar (T
2
) dan fluida dingin masuk (t
2
) dengan
fluida panas keluar (t
1
). Dimana persamaanya dijabarkan seperti berikut:

)

dan

)
Pada aliran regime D dan H dengan aliran fluida panas turbulent dan aliran
fluida dingin turbulent, nilai koefisien perpindahan panasnya paling besar. Hal ini
dikarenakan pada aliran turbulent-turbulent, nilai q memiliki nilai yang besar. Nilai q ini
mempengaruhi nilai U karena berbanding lurus. Selain itu, kecenderungan fluida panas
dengan aliran turbulent akan melepas panasnya dan fluida dingin dengan aliran
turbulent akan menerima panas, sehingga nilai koefisiennya akan menjadi lebih tinggi
jika dibandingkan dengan regime aliran lain.




HEAT EXCHANGER
81

2.5.3.2. Grafik Hubungan Efisiensi Heat Exchanger Dengan Regime Aliran


















Gambar 2.7 Grafik Hubungan Efisiensi Heat Exchanger Dengan Regime Aliran
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
E
f
i
s
i
e
n
s
i

H
e
a
t

E
x
c
h
a
n
g
e
r

Regime Aliran
Parallel Flow
Counter Flow
F B
H
D
C G
A
E


HEAT EXCHANGER
82

Effisiensi perpindahan panas pada heat exchanger merupakan kemampuan heat
exchanger untuk mentransfer sejumlah panas dari fluida panas ke fluida dingin. Secara
teoritis, efisiensi heat exchanger (h) dapat diperoleh melalui perbandingan kuatitas
aktual panas yang ditukar dengan kuantitas ideal panas yang ditukar. Persamaan untuk
menghitung efisiensi heat exchanger, dijabarkan melalui persamaan berikut:




( )
( )

Grafik di atas menunjukkan hubungan antara efisiensi perpindahan panas
dengan regime aliran. Pada grafik ini, pada berbagai macam jenis aliran memuktikan
bahwa secara praktisnya, tidak ada perpindahan panas yang dapat berlangsung secara
maksimal. Hal ini dibuktikan dengan perpindahan panas yang tidak sempurna (atau Q
w

q
w
).
Pada grafik, ditunjukkan bahwa efisiensi heat exchanger pada aliran counter
memiliki nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan aliran parallel. Fenomena ini
dapat terjadi karena pada aliran counter flow, kontak panas dari fluida panas ke fluida
dingin lebih merata dan memiliki beda suhu (T) yang konstan di setiap titik di heat
exchanger. Hal ini menyebabkan nilai efisiensinya menjadi lebih tinggi jika
dibandingkan dengan aliran parallel flow.
Pada data di atas nilai pada regime C dan G dengan jenis aliran hot fluid laminar
dan jenis aliran cold fluid turbulent memiliki nilai efisiensi terbesar. Fenomena ini dapat
terjadi karena pada fluida panas yang merupakan fluida yang mentransferkan sejumlah
panas dialirkan secara konstan dengan aliran laminar, sedangkan fluida dingin dialirkan
secara turbulent. Aliran turbulent menyebabkan laju aliran menjadi lebih cepat sehingga
sesaat setelah perpindahan panas telah terjadi akibat kontak antar fluida, fluida dingin
segera digantikan. Hal ini terjadi terus menerus sehingga fluida dingin yang dipanaskan
lebih merata.
Pada regime A dan E dengan jenis aliran hot fluid laminar dan jenis aliran cold
fluid laminar memiliki nilai efisiensi terbesar kedua. Fenomena ini terjadi disebabkan
karena pada aliran fluida dingin dialirkan secara laminar yang berarti memiliki laju alir
yang lebih lambat jika dibandingkan dengan aliran cold fluid pada regime aliran C dan


HEAT EXCHANGER
83

G. Laju aliran yang lebih lambat ini menyebabkan perpindahan panas merata namun
fluida dingin yang dipanaskan tidak segera digantikan oleh fluida dingin yang lain.
Pada regime D dan H dengan jenis aliran hot fluid turbulent dan jenis aliran cold
fluid turbulent memiliki nilai efisiensi yang cukup kecil. Fenomena ini terjadi
disebabkan karena aliran fluida panas dan fluida dingin mengalir terlalu cepat, sehingga
kontak diantara keduanya saat perpindahan panas terjadi tidak berlangsung secara
merata.
Pada regime B dan F dengan jenis aliran hot fluid turbulent dan jenis aliran cold
fluid laminar memiliki nilai efisiensi yang paling rendah. Fenomena ini terjadi karena
fluida panas dengan aliran yang tinggi tidak dapat mentrasnferkan panas secara merata,
sedangkan aliran fluida dingin yang harus dipanaskan berjalan lambat. Hal ini juga
menyebabkan fluida dingin yang mengalir tidak banyak menyerap kalor dari fluida
panas.

2.5.4 Kesimpulan dan Saran
2.5.4.1 Kesimpulan
a. Heat Exchanger merupakan alat yang digunakan untuk pertukaran panas
diantara dua fluida dengan temperatur yang berbeda tanpa mengkontakkannya
secara langsung.
b. Perpindahan panas selalu berlangsung dari fluida dengan suhu yang lebih tinggi
ke fluida dengan suhu yang lebih rendah.
c. Perpindahan panas dengan aliran counter flow memiliki efisiensi dan efektifitas
yang lebih baik jika dibandingkan dengan parallel flow.
d. Efisiensi perpindahan panas pada heat exchanger (
h
) berlangsung paling baik
dengan fluida panas yang mengalir secara konstan (laminar) dan fluida dingin
yang mengalir secara cepat (turbulent).
e. Nilai koefisien perpindahan panas dipengaruhi oleh jenis aliran, laju aliran dan
LMTD. Aliran turbulent-turbulent memiliki nilai koefisien yang paling tinggi






HEAT EXCHANGER
84

2.5.4.2 Saran .
Praktikan diharapkan mempelajari alat-alat praktikum sebelum melalui
percobaan sehingga meminimalisir kesalahan pada saat praktikum
Praktikan diharapkan mempelajari modul praktikum sebelum memulai
percobaan sehingga mengetahui prosedur pengujian yang benar

Anda mungkin juga menyukai