Oleh : Hotmianna M.M. (Mahasiswa Magister Manajemen dan Kepemimpinan Keperawatan
FIK UI) Abstrak Dalam rangka menghasilkan pelayanan kesehatan berkualitas tinggi perlu juga adanya tenaga kerja keperawatan dengan keterampilan klinis yang berkualitas. Ketrampilan klinis merupakan aspek penting dari praktek keperawatan dan telah dilakukan diskusi secara internasional tentang cara yang paling efektif untuk mengajarkannya. Pembelajaran dengan bantuan komputer telah digunakan sebagai alternatif metode pembelajaran konvensional dan perlu dilakukannya penelitian secara terus menerus untuk mengevaluasi efektivitasnya. Selama beberapa tahun terakhir, metode baru pengajaran dan pembelajaran telah diperkenalkan bagi mahasiswa keperawatan di samping teknik pengajaran tradisional. Pembelajaran dengan bantuan komputer adalah salah satu metode yang memiliki hasil yang menjanjikan. Artikel ini merupakan telaah jurnal tentang pembelajaran ketrampilan klinis keperawatan dengan bantuan komputer. Keyword: Pembelajaran, Keterampilan klinik, Perawat, Komputer 1. LATAR BELAKANG Era globalisai menimbulkan kekhawatiran bahwa perawat baru tidak kompeten dan tidak percaya diri dalam pemberian asuhan keperawatan, serta menyatakan keprihatinan terhadap kemampuan dalam ketrampilan klinis terhadap kurikulum yang ada (Bloomfield, While, Roberts, 2008 dalam Hilton & Pollard 2005, Farrand et al 2006.) Metode konvensional berupa ceramah dan demonstrasi telah digunakan untuk mengajarkan keterampilan perawatan klinis, sepertinya metode ini tidak selalu memenuhi kebutuhan belajar (Bloomfield, While, Roberts, 2008 dalam Jeffries 2001). Selain itu, perubahan di lingkungan kesehatan, termasuk peningkatan keparahan penyakit pasien yang dirawat di rumah sakit, kekurangan staf dan sumber daya, berkurangnya ketersediaan mentor latihan dapat mengurangi pendidikan praktek keterampilan klinis. (Bloomfield, While, Roberts, 2008 dalam Oermann & Gaberson 2006). Metode terbaik untuk mengajarkan keterampilan perawatan klinis belum diketahui, namun laporan dalam literatur mendukung kebutuhan untuk strategi inovatif (Bloomfield, While, Roberts, 2008 dalam Jeffries 2001, Salyers 2007). Dengan pengembangan interaktif, teknologi multimedia, dan pembelajaran dengan bantuan komputer dapat memberikan alternatif cara pembelajaran keterampilan klinis (Bloomfield, While, Roberts, 2008). Dunia kesehatan memerlukan inovasi program pembelajaran yang dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek serta mampu membantu perawat mencapai tingkatan yang kompeten. Pembelajaran tutorial interaktif dengan program komputer dapat digunakan sebagai alternatif metode pembelajaran bagi para mahasiswa perawat (Suroso, 2010). Mahasiswa keperawatan saat ini membutuhkan metode pembelajaran yang berbeda, yaitu dengan metode pembelajaran yang mudah diakses dan bersifat aplikatif sehingga dapat meningkatkan kemampuan praktek keperawatan. Pada masa lalu, program pendidikan perawat dilakukan dengan metode tradisional untuk membekali perawat tentang pengalaman medis dasar untuk memenuhi kebutuhan RNS (Suroso, 2010). Pembelajaran dengan memanfatkan teknologi informasi menjadi alat yang penting dalam pelayanan keperawatan, yang mengintegrasikan praktek keperawatan ke dalam dunia komputer. Penelitian tentang penggunaan komputer untuk proses pembelajaran bagi perawat diperoleh hasil bahwa kepuasan diperoleh pada mahasiswa yang menggunakan berbagai bentuk teknologi komputer, baik yang dilakukan sendiri atau bersama dibandingkan dengan metode ceramah/gaya mengajar tradisional, bahkan lebih unggul dibanding model intruksional (Suroso dalam Ayoub et al, 1998;. DeAmicis, 1997; Jeffries, Rew, & Cramer, 2002; Maag, 2004). Dengan demikian, penggunaan teknologi komputer untuk memandu mahasiswa perawat dalam pelaksanaan ketrampilan klinis merupakan suatu inovasi metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menjawab kebutuhan peserta didik. Peserta didik akan mendapat pengalaman belajar baru, yang memungkinkan dirinya berinteraksi dengan sumber pengetahuan tanpa harus terikat waktu dan tempat (Suroso, 2010). 2. KAJIAN LITERATUR DAN PEMBAHASAN 2.1. Keperawatan Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan, dimana pelayanan keperawatan menurut Suroso, (2010 dalam Gillies (1996), sangat menentukan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit secara keseluruhan, hal ini terkait erat dengan tugas perawat yang selama 24 jam melayani pasien dan jumlah perawat yang mendominasi tenaga kesehatan di rumah sakit yaitu sekitar 40 60 % Suroso (2010 dalam Swanburg, 2000). Perawat, menurut Suroso (2010 dalam Bener, 1984), dibagi dalam 5 tingkat/tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi meliputi: (1) Novice, (2) Advance Beginner, (3) competent, (4) proficient, dan (5) expert. Perawat pada tahap novice merupakan perawat pemula yang belum memiliki pengalaman cukup pada area dan situasi klinis yang ditempatinya. Perawat pada tahap ini memerlukan perintah yang jelas dan atribut yang nyata untuk memandu penampilannya dalam pemberian pelayanan keperawatan. Perawat novice masih sulit untuk menganalisis situasi yang relevan dan irrelevan. Secara umum level ini diaplikasikan untuk mahasiswa keperawatan dan lulusan baru pendidikan keperawatan. Tenaga keperawatan pada level apapun tetap bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan yang berkualitas terhadap pasien. Pelayanan kesehatan yang berkualitas antara lain tercermin dari keamanan pasien selaku penerima pelayanan. Perawat memiliki kewajiban meningkatkan kompetensi dirinya terkait dengan tiap tahapan / kualifikasi perawat, menurut Marquis (2000) perawat mempunyai tanggung jawab utama terhadap karirnya sendiri dengan cara; mengenali kekuatan, kelemahan, dan bakatnya, merencanakan karir pribadi; mengelola reputasi diri sendiri dan melakukan pekerjaan dan berprestasi; mengembangkan network dan kerja tim agar dapat mengakses perkembangan IPTEK yang mutakhir; mengikuti perkembangan terbaru tentang pengetahuan dan ketrampilan; menjaga keseimbangan antara kompetensi spesialis dan generalis agar mampu beradaptasi terhadap lingkungan kerja yang terus berubah; mendokumentasikan prestasi diri, mencari pekerjaan dan penugasan yang akan memberi tantangan yang semakin meningkat (Suroso, 2010). Klasifikasi dari tantangan layanan keperawatan antara lain : 1. Terjadi pergeseran pola masyarakat Indonesia a) Pergeseran pola masyarakat agrikultural ke masyarakat industri dan masyarakat tradisional berkembang menjadi masyarakat maju. b) Pergeseran pola kesehatan yaitu adanya penyakit dengan kemiskinan seperti infeksi, penyakit yang disebabkan oleh kurang gizi dan pemukiman yang tidak sehat, adanya penyakit atau kelainan kesehatan akibat pola hidup modern. c) Pergerakan umur harapan hidup juga mengakibatkan masalah kesehatan yang terkait dengan masyarakat lanjut usia seperti penyakit generatif. 2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Perkembangan IPTEK menuntut kemampuan spesifikasi dan penelitian bukan saja dapat memanfaatkan IPTEK, tetapi juga untuk menapis dan memastikan IPTEK sesuai dengan kebutuhan dan sosial budaya masyarakat Indonesia yang akan diadopsi. IPTEK juga berdampak pada biaya kesehatan yang makin tinggi dan pilihan tindakan penanggulangan masalah kesehatan yang makin banyak dan kompleks selain itu dapat menurunkan jumlah hari rawat. Penurunan jumlah hari rawat mempengaruhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang lebih berfokus kepada kualitas bukan hanya kuantitas, serta meningkatkankebutuhan untuk pelayanan / asuhan keperawatan di rumah dengan mengikutsetakan klien dan keluarganya. 3. Globalisasi dalam pelayanan kesehatan Globalisasi yang akan berpengaruh terhadp perkembangan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan ada 2 yaitu ; a) Tersedianya alternatif pelayanan b) Persaingan penyelenggaraan pelayanan untuk menarik minat pemakai jasa pemakai kualitas untuk memberikan jasa pelayanan kesehatan yang terbaik. 4. Tuntutan profesi keperawatan Keyakinan bahwa keperawatan merupakan profesi harus disertai dengan realisasi pemenuhan karakteristik keperawatan sebagai profesi yang disebut dengan professional. Pimpinan sarana kesehatan juga harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pengembangan kompetensi perawat, sehingga dapat dijamin kepuasan pasien serta kepuasan perawat dalam pelayanan keperawatan. Peningkatan kompetensi perawat dapat dilakukan melalui pengembangan karir perawat, yang merupakan bagian dari manajemen personal, dan menjadi hal utama untuk setiap organisasi keperawatan (Suroso, 2010 dalam Gillies, 2000). 2.2. Program pembelajaran ketrampilan klinis keperawatan berbasis komputer 2.2.1.Pembelajaran Berbasis Komputer Teknologi komputer telah digunakan untuk berbagai tujuan pendidikan dalam keperawatan, baik untuk melengkapi atau mengganti metode pengajaran konvensional. Bloomfield, While, Roberts, (2008 dalam Adam, 2004 dan Glen, 2005) telah mencatat berbaga istilah yang digunakan untuk menggambarkan penggunaan komputer dalam pendidikan keperawatan, termasuk computer assisted instruction, computer based learning, programmed instruction, computer-mediated education,computer facilitated teaching, web-based learning, Internet learning, e-learning, interactive multimedia learning and online learnin. Pembelajaran dengan bantuan komputer (computer-assisted learning [CAL]) merupakan salah satu penggunaan teknologi komputer untuk menfasilitasi proses pendidikan. Istilah pembelajaran dengan bantuan komputer (CAL) mencakup berbagai pembelajaran yang berbasis komputer, yang bertujuan untuk memberikan instruksi secara interaktif terhadap topik-topik tertentu dan biasanya melalui internet. Pembelajaran dengan bantuan komputer bukan merupakan hal yang baru dalam pendidikan keperawatan (Christian, 2003 dalam Bitzer, 1966), namun dalam sepuluh tahun terakhir terjadi perkembangan secara cepat dan teknologi komputer telah memperluas kesempatan untuk penggunaannya. Keterbatasan sumber daya, meningkatnya heterogenitas mahasiswa telah meningkatkan tekanan untuk mengitegrasikan CAL ke dalam proses belajar mengajar. Kebijakan, seperti di Inggris (National Committee of Inquiry into Higher Education, 1997; National Health Service; Department of Health, 1997, 1998, 2004) dan Amerika Serikat (American Association of Colleges of Nursing, 1999), dan pengakuan terhadap manfaat teknologi informasi dalam pendidikan kesehatan, mendorong penggunaan CAL lebih luas dalam pendidikan perawat. Banyak manfaat yang dihubungkan dengan CAL dalam konteks pendidikan keperawatan. CAL sesuai dengan dengan prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa. CAL dikenal karena kemampuannya dalam proses pengajaran dan menfasilitasi kemandirian dalam proses pembelajaran (Hartley, 2010 dalam Napholz & McCanse, 1994; Conrick, 1998). CAL dapat mengakomodasi gaya belajar yang berbeda (Bloomfield, While, Roberts, 2008 dalam Jeffries, 2001), dapat meningkatkan pengembangan belajar dengan menfasilitasi keterlibatan aktif dan memiliki lingkungan belajar yang interaktif. (Bloomfield, Tofts, 2006 dalam Adams, 2004). Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa CAL konsisten dalam proses pendidikan (Bloomfield, While, Roberts, 2008 dalam Jeffries, 2001), mengurangi penggunaan waktu (Jahanbani, Mirlashari, Fahimi, 2010 dalam Napholz & McCanse, 1994, Jeffries, 2001), dan meningkatkan motivasi, kepuasan dan kenyamanan mahasiswa dalam pembelajaran (Arsham, 2009 dalam Gleydura el al, 1995). CAL memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan komputer sebagai persiapan di masa yang akan datang dalam tatanan praktik (Arsham, 2009 dalam Gleydura et al, 1995)
2.2.2. Desain Pembelajaran dengan sistem komputer Sebuah tinjauan literatur yang berisi simulasi berbasis komputer menunjukkan bahwa 75% dari studi menunjukkan efek positif pada ketrampilan atau akuisisi pengetahuan (Ravert, 2002). Kilmon (1996) menyatakan bahwa penggabungan teknologi ke dalam pendidikan keterampilan keperawatan dapat meningkatkan tingkat pemahaman dan kemampuan pengambilan keputusan klinis. 2.2.3. Teknik operasional sistem pembelajaran Pendidikan dengan menggunakan teknologi informasi, seperti program komputer interaktif, memungkinkan mahasiswa untuk mengakses informasi sesuai dengan kesempatan yang ada tanpa harus terikat oleh waktu dan tempat. Program komputer dapat dimasukan kedalam jaringan sistem informasi. Prosesnya diawali dengan penyusunan materi tutorial kemudian dimasukan kedalam jaringan sitem informasi untuk selanjutnya dapat diakses oleh komunitas keperawatan atau bidang lain yang memerlukan informasi tersebut. Dampak pembelajaran tutorial dengan menggunakan sistem komputer dapat terlihat dalam pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat terhadap pasien. Teknologi komputer kemungkinan akan efektif digunakan pada pelayanan keperawatan dalam upaya meningkatkan proses, standar dan prosedur pelayanan hingga diperoleh hasil perawatan pasien yang berkualitas dan memperhatikan keselamatan pasien / patient safety (Mason, Leavitt, & Chaffee, 2007) Terkait dengan hal tersebut, para pengajar dapat mengevaluasi program pembelajaran serta melakukan upaya perbaikan data/ materi pembelajaran jika diperlukan. Materi pembelajaran interaktif juga dapat disimpan ke dalam CD-ROM portable, sehingga bisa dipinjam oleh mahasiswa untuk dibawa dan dipelajari di rumah atau dimuat ke komputer pribadi untuk digunakan dalam praktek klinis. Selain itu, program komputer dengan strategi mengajar menggunakan skenario kasus interaktif dapat membawa mahasiswa seolah olah pada pengalaman nyata. Bagi mahasiswa keperawatan, metode pembelajaran ini dapat membantu penerapan pengetahuan dalam pelayanan keperawatan. Berdasarkan hal tersebut maka materi pembelajaran yang diberikan dalam tutorial interaktif dengan bantuan komputer menggunakan bentuk skenario kasus dalam praktek keperawatan yang memungkinkan mahasiswa aktif dan tertarik untuk mempelajarinya, seperti kasus skenario perdarahan pascaoperasi, penggantian volume, dan terbuka dada resusitasi; perioperatif infark miokard yang membutuhkan dukungan inotropi. Peranan Multimedia Pada Kegiatan Pengajaran dan Pembelajaran Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wharton Business School, University Pennsylvania U.S.A, bahwa dengan menggunakan aplikasi multimedia sebagai alat bantu pembelajaran, seorang pelajar akan dapat mengingat : 10% apa yang dibaca 20% apa yang didengar 40% apa yang didengar dan dilihat 70% apa yang didengar, dilihat dan dilakukan. 2.2.4. Kelebihan dan kekurangan sistem komputer dalam proses pembelajaran. Pembelajaran menggunakan sistem komputer memiliki banyak kelebihan dan manfaat yang bisa diambil oleh perawat secara pribadi maupun oleh rumah sakit. 1. Sehubungan dengan perannya sebagai alat instruksional untuk keterampilan klinis, CAL memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih di tempat yang nyaman dan dapat melihat ulang demonstrasi sesering mungkin sesuai dengan yang diinginkan (Bauer & Huynh, 2001). 2. Multimedia teknologi dalam bentuk video klip, foto dan grafik interaktif dapat membantu dalam menyampaikan langkah-langkah prosedur dengan cara yang konsisten dan mudah terlihat dan fitur ini membuat CAL cocok untuk berbagai prosedur keterampilan keperawatan. 3. Program interaktif dengan sistem komputer dapat lebih dinikmati dan menimbulkan kepuasan belajar bagi peserta didik, hal ini dikarenakan peserta didik bebas memilih waktu, tempat dan pengetahuan yang diperlukan yang semuanya ada di materi pembelajaran. Sesuai dengan yang dikemukakan Suroso ( dalam DeAmicis, 1997; Harrington & Walker, 2003; Rouse, 1999), bahwa orang dewasa menyukai pembelajaran yang fleksibel. 4. CAL dapat menghemat waktu, karena dengan metode ini peserta didik cukup masuk dalam aplikasi sistem, selanjutnya dapat langsung memilih materi yang diperlukan. 5. Sumber CAL dapat dengan mudah diperbaharui sehingga selalu bersifat up to date. 6. CAL sangat efisien dan dapat digunakan secara mandiri tidak tergantung pada sumber daya manusia untuk memberikan pendidikan. Beberapa kekurangan atau hambatan dalam penggunaan CAL antara lain adalah; 1) Teknologi sendiri bisa menjadi penghalang untuk belajar (Kenny, 2002). 2) Biaya dan sarana awal yang dibutuhkan untuk membangun sistem yang terkadang dirasa berat oleh managemen pendidikan. 3. PENUTUP 3.1. Kesimpulan Seiring engan kemajuan teknologi, memungkinkan bagi mahasiswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Peluang untuk menggunakan komputer dan pengetahuan yang dimiliki dapat memperkuat keterampilan mahasiswa. Sumber pembelajaran yang sesuai bagi mahasiswa keperawatan diperlukan agar dapat tercapai tujuan pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran interaktif dengan bantuan komputer atau computer assisted learning ( CAL ) dapat dipergunakan untuk membantu mahasiswa keperawatan dalam mencapai kompetensi klinik dengan cara yang progresif sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa. Pembelajaran dengan bantuan komputer telah digunakan dalam pendidikan keperawatan sejak awal 1960-an, namun hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan manfaatnya dalam pembelajaran keterampilan klinis. Pembelajaran dengan bantuan komputer sifatnya fleksibel serta efisien dalam hal waktu dan biaya. Materi pembelajaran disajikan dalam bentuk pasien simulasi atau pembelajaran berbasis skenario yang didukung oleh teknologi komputer. Meskipun ada hambatan dalam penggunaan teknologi komputer bagi mahasiswa keperawatan, namun teknologi ini kemungkinan besar akan membuat perubahan yang cepat sehingga membuat mahasiswa keperawatan siap bekerja di sarana pelayanan kesehatan. 3.2. Rekomendasi Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk dapat terbangun sistem pembelajaran interaktif dengan teknologi komputer adalah 3.2.1. Institusi pendidikan menyediakan jaringan sistem informasi online yang nantinya akan menjadi sarana informasi pembelajaran 3.2.2, Perlu dilaksanakan program pelatihan penggunaan komputer dan pemanfaatan sistem pembelajaran interaktif dengan teknologi komputer bagi mahasiswa keperawatan 3.2.3. Institusi pendidikan dituntut untuk membuat aplikasi CAL yang dapat mengundang perhatian mahasiswa 3.2.4. Pengelolaan Institusi Pendidikan menyusun dan mengeluarkan kebijakan tentang prosedur pemanfaatan sistem informasi dan menjadikan kebijakan peningkatan kompetensi mahasiswa keperawatan menjadi bagian yang integral dengan sistem lain. 3.2.5. Mahasiswa keperawatan meningkatkan kemampuan teknologi informasi dan memilik sarana komunikasi yang di perlukan, misalnya komputer atau laptop yang compatable dengan sistem pembelajaran berbasis komputer.