+
+ +
+
+
+
+
+ +
+
+
+
=
n
n
1
1
0
0
n
n
1
1
0
0
i 1
C
. . .
i 1
C
i 1
C
i 1
B
. . . . .
i 1
B
i 1
B
N P V
atau dapat ditulis secara singkat menjadi:
( ) ( ) ( )
= = =
+
=
+
+
=
n
0 t
t
t t
n
0 t
t
t
n
0 t
t
t
i 1
C B
i 1
C
i 1
B
N P V
Kriteria penilaian kelayakan proyek dengan NPV adalah:
- NPV >0 : Artinya proyek tersebut dapat menghasilkan lebih besar dari biaya yang
dikeluarkan, jadi proyek layak dilaksanakan
- NPV =0 : Artinya proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost
faktor-faktor produksi modal yang dipergunakan.
- NPV <0 : Artinya tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan, oleh
sebab itu proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
2. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah untuk mengetahui prosentase keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun
dan IRR juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga
pinjaman.
IRR adalah nilai discount rate sosial yang membuat NPV proyek sama dengan nol.
Atau dengan kata lain IRR menunjukkan bahwa Present Value Benefit sama dengan Present
Value Cost.
Agar supaya NPV proyek sama dengan nol, atau PV benefit sama dengan PV biaya,
tidak dapat ditentukan secara langsung berapa discount rate yang memberikan NPV sama
dengan nol tersebut. Namun pemecahannya dapat dicari dengan cara coba-coba, yaitu dengan
cara sebagai berikut:
- Pilih discount rate ( 1
i
) yang kira-kira mendekati nilai NPV =0. J ika hasil NPV
positif, berarti nilai discount rate ( 1
i
) masih terlalu rendah. Sebaliknya jika NPV yang
diperoleh negatif, maka 1
i
masih terlalu tinggi.
- J ika NPV pada percobaan pertama positif, maka untuk percobaan kedua pilih discount
rate yang lebih tinggi ( 2
i
) sedemikian rupa supaya menghasilkan NPV yang
UKL/UPL PENGAMAN PANTAI TALAKE UNTUK CHRISTIAN CENTRE, KOTA AMBON
LAPORAN PENDAHULUAN
III-18
mendekati nol. Sebaliknya jika NPV hasil percobaan pertama negatif, harus dipilih 2
i
yang lebih rendah sedemikian rupa sehingga diperoleh NPV mendekati nol.
- Perkiraan IRR diperoleh dengan cara interpolasi atau ekstrapolasi, yaitu dengan
menghitung discount rate baru berdasarkan kedua perhitungan 1
i
dan 2
i
. Perkiraan
IRR dapat dihitung dengan rumus:
( )
|
|
.
|
\
|
+ =
1 2
2 1
1
1
i i
NPV NPV
NPV
i IRR
3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C ratio merupakan perbandingan antara NPV positif dengan NPV negatif. Net
B/C ratio ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan diperoleh dari biaya yang
dikeluarkan. Net B/C ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
( )
( )
=
=
=
=
=
+
=
n
n
0 t
a t a u
0 t
n
0 t
t
t t
n
0 t
t
t t
n e N P V
p o N P V
i 1
B C
i 1
C B
C / B N e t
Kriteria penilaian:
- Net B/C =1 : Artinya proyek tersebut dapat menghasilkan lebih besar dari biaya yang
dikeluarkan, jadi proyek layak dilaksanakan
- Net B/C =1 : Artinya proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost
faktor-faktor produksi modal yang dipergunakan.
- Net B/C =1: Artinya tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan, oleh
sebab itu proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
- Profitability Ratio (PV/K)
- Kriteria ini dipergunakan untuk mengukur rentabilitas suatu proyek. PV/K
dipergunakan untuk menghitung perbandingan present value benefit dikurangi biaya
rutin dengan present value biaya modal (biaya investasi). PV/K dapat dihitung dengan
rumus:
( )
( )
=
=
+
+
=
n
0 t
t
t
n
0 t
t
t t
i 1
K
i 1
E P B
K / P V
dimana:
UKL/UPL PENGAMAN PANTAI TALAKE UNTUK CHRISTIAN CENTRE, KOTA AMBON
LAPORAN PENDAHULUAN
III-19
t
B
: adalah benefit bruto pada periode t
t
EP
: adalah biaya eksploitasi atau pemeliharan, biaya rutin atau
biaya operasional pada periode t
t
K
: adalah biaya modal atau biaya investasi pada periode t
4. Payback Period
Metode payback adalah metode penilaian investasi berdasarkan kepada perbandingan
lamanya periode payback dengan periode payback yang disyaratkan. Biasanya periode
payback yang disyaratkan disebut sebagai payback maksimum. Periode payback maksimum
ditetapkan atas dasar periode payback rata-rata industri atau jenis investasi yang sama.
Kriteria penilaian dengan metode payback ini adalah:
- Periode Payback <Periode payback maksimum : Artinya proyek layak dilaksanakan.
- Periode Payback > Periode payback maksimum: Artinya proyek tidak layak
dilaksakan.
3.3.3 Analisa Kapasitas Pelayanan Fasilitas Perdagangan/Kawasan Bisnis
Sarana perniagaan dan industri merupakan unsur karya dalam perencanaan kota. Di
samping sebagai fasilitas kerja bagi kelompok yang lain (sebagai mata pencaharian). Sarana
perniagaan dan industri ini meliputi:
3.3.3.1 Warung
Fungsi utama warung adalah menjual barang-barang keperluan sehari-hari. Lokasinya
terletak di tempat pusat lingkungan yang mudah dicapai dan mempunyai radius maksimum
500 m. Minimum penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 250 penduduk.
Luas lantai yang dibutuhkan 50 m
2
termasuk gudang kecil. Luas tanah yang
dibutuhkan bila terletak sendiri (tidak bersatu dengan rumah tinggal) =100 m
2
.
3.3.3.2 Pertokoan
Fungsi utama sarana ini adalah menjual barang-barang keperluan sehari-hari berupa
toko-toko PD. Lokasinya terletak di pusat dan tidak menyeberang jalan lingkungan dekat
dengan taman kanak-kanak dan tempat bermain. Minimum penduduk yang dapat mendukung
sarana ini adalah 2.500 penduduk. Luas tanah yang dibutuhkan adalah 1.200 m
2
dengan
building coverage =40%.
Sarana-sarana pelengkap yang seharusnya ada:
UKL/UPL PENGAMAN PANTAI TALAKE UNTUK CHRISTIAN CENTRE, KOTA AMBON
LAPORAN PENDAHULUAN
III-20
- Tempat parkir kendaraan umum yang dapat dipakai bersama kegiatan lain pada pusat
lingkungan
- Sarana-sarana lain yang erat kaitannya dengan aktifitas ibu, Balai Pengobatan, Balai
Pertemuan RW
- Pos hansip
3.3.3.3 Pusat Perbelanjaan Kawasan 30.000 Penduduk
Fungsi utama sebagai pusat perbelanjaan di lingkungan yang menjual keperluan
sehari-hari. Terdiri dari Kawasan Bisnis dan toko-toko dan bengkel-bengkel. Lokasinya pada
jalan utama lingkungan dan mengelompok dengan pusatlingkungan.
Mempunyai terminal kecil untuk pemberhentian kendaraan. Minimum penduduk yang
dapat mendukung sarana ini adalah 30.000 penduduk. Luas tanah yang dibuituhkan adalah
13.500 m
2
. Persentasi terhadap area permukiman yang dilayani adalah 0,93% (0,9 1%).
Sarana-sarana pelengkap yang seharusnya ada:
- Tempat parkir umum, sudah termasuk kebutuhan luas tanah
- Pos polisi
- Pos pemadam kebakaran
- Kantor pos pembantu
- Tempat ibadah
3.3.3.4 Pusat Perbelanjaan dan Niaga Kawasan 120.000 Penduduk
Fungsi utama sama dengan pusat perbelanjaan lingkungan lain, hanya dilengkapi
sarana-sarana niaga lainnya. Toko-toko tidak hanya menjual kebutuhan sehari-hari tapi juga
untuk toko-toko lainnya dan tempat hiburan. Lokasinya mengelompok dengan pusat kota dan
mempunyai pangkalan transpor untuk kendaraan-kendaraan jenis angkutan penumpang kecil.
Minimum penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 120.000 penduduk.
Luas tanah yang dibutuhkan adalah 36.000 m
2
. Persentasi terhadap area permukiman yang
dilayani: 0,625% (0,6 %) luas tanah per penduduk menjadi 0,3 m
2
/ penduduk. Sarana-sarana
pelengkap yang seharusnya ada:
- Tempat parkir umum, sudah termasuk kebutuhan luas tanah
- Pos polisi
- Pos pemadam kebakaran
- Kantor pos pembantu
- Tempat ibadah
UKL/UPL PENGAMAN PANTAI TALAKE UNTUK CHRISTIAN CENTRE, KOTA AMBON
LAPORAN PENDAHULUAN
III-21
3.3.3.5 Pusat Perbelanjaan dan Niaga Kawasan 480.000 Penduduk
Fungsi utama sama dengan pusat perbelanjaan dan niaga yang lebih kecil dengan skala
usaha yang lebih besar dan lengkap. Terdiri dari Kawasan Bisnis, toko-toko, bengkel reparasi
service, produksi dan tempat-tempat hiburan. Lokasinya dikelompokkan dengan pusat
wilayah dan mempunyai terminal bis dan kendaraan-kendaraan jenis angkutan penumpang
kecil lainnya. Minimum penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 480.000
penduduk. Luas yang dibutuhkan adalah 96.000 m
2
. Luas tanah per penduduk menjadi 0,2 m
2
/
penduduk. Presentasi terhadap area permukiman yang dilayani 0,4%.
Sarana-sarana pelengkap:
- Tempat parkir umum =1 (sudah termasuk kebutuhan luas tanah)
- Pos polisi
- Pos pemadam kebakaran
- Kantor pos pembantu
- Tempat ibadah
UKL/UPL PENGAMAN PANTAI TALAKE UNTUK CHRISTIAN CENTRE, KOTA AMBON
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-1
4.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH KOTA AMBON
4.1.1 Historis
Kota Ambon adalah ibukota Provinsi Maluku, salah satu dari Provinsi di Bagian
Timur Indonesia. Kota Ambon terletak pada pulau dengan nama yang sama dan berada di
bagian tengah dari Provinsi Maluku ini dan seakan-akan di lindungi oleh Pulau Seram yang
berada di bagian utara, Pulau tempat Kota Ambon berada terdiri dari dua buah jazirah yaitu
jazirah Leihitu yang sebagian daratan bagian utaranya termasuk dalam wilayah Kabupaten
Maluku Tengah sedangkan daratan bagian selatannya adalah masuk dalam wilayah Kota
Ambon; sedangkan jazirah lainnya yang ada di bagian selatan pulau adalah jazirah Leitimur
yang secara keseluruhan termasuk dalam wilayah Kota Ambon. Sejak berabad-abad yang lalu
Kota Ambon sudah dikenal dalam sejarah dunia sebagai pusat penghasil dan perdagangan
rempah-rempah dan sejak saat itu juga Ambon sudah menjadi salah satu daerah tujuan bagi
bangsa-bangsa di dunia. Dalam sejarah berdirinya Kota Ambon tidak lepas dari peran bangsa-
bangsa Eropa yang melakukan pendudukan serta memegang hak monopoli perdagangan
cengkeh dan pala di Maluku sekitar tahun 1500-an, seperti bangsa Portugis, Spanyol, Inggris,
Perancis dan Belanda. Bangsa Portugis adalah yang pertama membangun benteng dengan
konstruksi kayu di sekitar rawa dan hutan sagu Honipopu untuk memperkuat kedudukannya
di Maluku dalam hal monopoli perdagangan cengkeh dan pala, yang selesai dibangun pada
sekitar tahun 1588 dan diberi nama Nuestra Senhora da Anunciada tempat berdirinya
benteng ini adalah disekitar kompleks Kodam Patimura yang ada sekarang. Berawal dari
berdirinya benteng ini orang-orang pribumi yang melakukan hubungan dagang dengan bangsa
Portugis, tinggal dan bermukim di sekitar benteng yang merupakan cikal bakal dari kota
Ambon.
Pada tahun 1605 Bangsa Belanda berhasil merebut Ambon dari kekuasaan Portugis
dan menduduki benteng yang dibangunnya, benteng ini kemudian dirubah konstruksinya dan
diperbesar serta diganti namanya menjadi Kasteel Niuew Victoria. Saat ini sisa-sisa dari
peninggalan benteng tersebut adalah sebuah gerbang laut serta sebuah taman yang menghadap
ke laut di pusat Kota Ambon berdekatan dengan Pelabuhan Yos Sudarso dan Terminal
UKL/UPL PENGAMAN PANTAI TALAKE UNTUK CHRISTIAN CENTRE, KOTA AMBON
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-2
Mardika. Sampai dengan saat terjadinya Perang Dunia II, Kota Ambon masih menjadi
pusat perebutan kekuasaan antara pihak Sekutu dengan J epang untuk menduduki Asia
Tenggara. Saat ini Kota Ambon telah berkembang menjadi kota yang besar seiring dengan
denyut nadi perekonomian masyarakatnya, serta perkembangan fisik kota yang semakin besar
untuk memenuhi segala kebutuhan penduduknya.
Gambar 4.1 Gerbang Laut Fort Victoria dan Kantor Walikota Ambon
4.1.2 Posisi Strategis Ambon
Kota Ambon sebagai ibukota Propinsi Maluku, maka perkembangan Kota Ambon
tidak terlepas dari predikat dan status yang disandangnya tersebut. Sebagai ibukota propinsi
dengan sendirinya Kota Ambon menjadi pusat administrasi serta pusat aktivitas perdagangan
dan jasa yang membawa Ambon sebagai kota dengan nilai strategis yang tinggi, terutama
terhadap aksesibilitas pencapaian ke Kota Ambon dan sebaliknya.
4.1.3 Morfologi Kota
Sebagai kota yang berada di pesisir pantai, Kota Ambon berkembang sama seperti
pada umumnya kota pantai yang dimulai dari kawasan pesisir terutama pada kawasan-
kawasan yang berada disekitar pelabuhan-pelabuhan utama, kemudian merambah wilayah
daratan yang selanjutnya meluas sampai ke wilayah perbukitan. Dengan kondisi
perkembangan yang seperti itu maka tingkat kepadatan bangunan dikawasan pesisir pantai
pada umumnya menjadi sangat padat dan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan
penggunaan lahan yang begitu cepat.
Gambar 4.2 Kedudukan Kawasan Kota Pantai
UKL/UPL PENGAMAN PANTAI TALAKE UNTUK CHRISTIAN CENTRE, KOTA AMBON
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-3
Keterangan :
A. Laut
B. Daratan
C. Kawasan Kota Pantai
D. Kawasan Pelabuhan
E Kawasan-kawasan lain disekitar kawasan pelabuhan
(Perdagangan, J asa, Pendidikan, Kesehatan, dll)
Dengan pertumbuhan dan perkembangan kota yang berasal dari adanya aktivitas
kelautan serta kondisi geografis yang menunjukkan Kota Ambon yang berada di Pulau
Ambon merupakan salah satu bagian dari gugusan kepulauan yang ada di wilayah Propinsi
Maluku, maka dengan sendirinya orientasi aktivitas masyarakat akan banyak berhubungan
dengan kawasan pesisir pantai. Dampak dari aktivitas tersebut adalah pelaksanaan
pembangunan kondisi fisik yang berkembang kemudian akan turut berorientasi ke arah laut.
Kondisi saat inipun menunjukkan pada kawasan sekitar Pelabuhan Laut utama di Kota
Ambon (Pelabuhan Yos Sudarso) telah berkembang dengan sangat cepat yang kemudian
menjadi kawasan pusat kota Ambon. Hal ini berdampak pada tertumpuknya segala aktivitas
kota disekitar kawasan pusat kota terutama aktivitas perdagangan dan jasa yang kemudian
berimbas pada tingkat kepadatan bangunan dan penduduk menjadi sangat tinggi.
B
D E
A
E E
E
E E
E
E
Orientasi kegiatan ke darat
Orientasi kegiatan ke air
UKL/UPL PENGAMAN PANTAI TALAKE UNTUK CHRISTIAN CENTRE, KOTA AMBON
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-4
4.1.4 Adminsitrasi
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1979 luas wilayah Kota Ambon
seluruhnya 377 Km dan berdasarkan hasil Survey Tata Guna Tanah tahun 1980 luas daratan
Kota Ambon tercatat 359,45 km . Sesuai Perda Kota Ambon Nomor 2 Tahun 2006, Kota
Ambon memiliki lima kecamatan dengan luas masing-masing: Kecamatan Nusaniwe
8.834,30 Ha, Kecamatan Sirimau 8.681,32 Ha, Kecamatan Teluk Ambon 9.368,00 Ha,
Kecamatan Teluk Ambon Baguala 4.011,00 Ha dan Kecamatan Leitimur Selatan dengan luas
5.050 Ha
J umlah penduduk Kota Ambon pada pertengahan tahun 2010 berdasarkan hasil Sensus
Penduduk SP2010 berjumlah 331.254 jiwa. J ika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada
tahun 2009 meningkat sangat tajam, yaitu sebesar 16,31 persen. Hal tersebut bisa dijelaskan
karena angka pada tahun-tahun sebelumnya merupakan hasil proyeksi penduduk dengan
menggunakan angka Sensus Penduduk SP2000 dimana angka tersebut kurang dapat
mencerminkan keadaan sesunggguhnya mengingat konflik sosial yang terjadi di Kota Ambon
pada tahun 1999 serta angka Survei Penduduk Antar Sensus SUPAS 2005.
Penduduk masih terkonsentrasi di Kecamatan Sirimau dengan tingkat kepadatan
penduduk sebesar 1.613 jiwa per Km2. Sementara itu Kecamatan yang paling jarang
penduduknya adalah Kecamatan Leitimur Selatan dengan tingkat kepadatan penduduk yang
hanya sebesar 186 jiwa per Km2.
Gambar 4.3 Taman Kota Ambon
UKL/UPL PENGAMAN PANTAI TALAKE UNTUK CHRISTIAN CENTRE, KOTA AMBON
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-5
Tabel 4.1 Luas Desa dan Kelurahan di Kota Ambon
Kecamatan Desa/ Kelurahan Luas (Ha) Kecamatan Desa/
Kelurahan
Luas (Ha)
NUSANIWE Desa Latuhalat 1.300,00 LEITIMUR
SELATAN
Desa Leahari 500,00
Desa Seilale 241,22 Desa Rutong 500,00
Desa Nusaniwe 1.600,00 Desa Hutumuri 1.500,00
Desa Amahusu 800,00 Desa Naku 500,00
Kel. Nusaniwe 16,00 Desa Kilang 500,00
Kel. Benteng 86,64 Desa Hukurila 750,00
Desa Urimessing 4.616,00 Desa Ema 300,00
Kel. Kudamati 66,50 Desa Hatalai 500,00
Kel. Wainitu 29,84 Total Luas 5.050,00
Kel. Manggadua 18,40 TELUK AMBON
BAGUALA
Desa Latta 10,00
Kel. Urimessing 26,90 Kel. Lateri 201,00
Kel. Waihaong 15,00 Desa Halong 1.600,00
Kel. Silale 18,02 Desa Passo 1.138,00
Total Luas 8.834,52 Desa Negeri
Lama
450,00
SIRIMAU Desa Soya 5.965,00 Desa Nania 12,00
Kel. Waihoka 75,00 Desa Waiheru 600,00
Kel. Karang
Panjang
43,00 Desa Hunuth 200,00
Kel. Batu Meja 85,00 Desa Poka 278,00
Kel. Batu Gajah 45,00 Kel. Tihu 33,00
Kel. Ahusen 24,00 Desa Rumah
Tiga
2.839,00
Kel. Honipopu 34,00 Total Luas 7.361,00
Kel. Uritetu 35,00 TELUK AMBON Desa Wayame 750,00
Kel. Rijali 28,00 Desa Hative
Besar
3.000,00
Kel. Amantelu 115,00 Desa Tawiri 568,00
Desa Batu Merah 1.667,00 Desa Laha 1.700,00
Kel. Pandan
Kasturi
400,00
Desa Hative
Kecil
153,00
Desa Galala 12,00
Total Luas 8.681,00
Total Luas 6.018,00
Total Luas 35.944,52 Ha
4.2 KONDISI FISIK ALAMI
4.2.1 Letak dan Geografis
Kota Ambon terletak pada posisi geografis 3
0
4
0
LS dan 128
0
129
0
Bujur Timur. Secara
geografis, Kota Ambon memiliki batas-batas sebagai berikut :
Utara : Petuanan Desa Hitu, Hila, Kaitetu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten
Maluku Tengah
Selatan : Laut Banda
UKL/UPL PENGAMAN PANTAI TALAKE UNTUK CHRISTIAN CENTRE, KOTA AMBON
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-6
Timur : Petuanan Desa Suli, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah
Barat : Petuanan Desa Hatu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah.
Tabel 4.2 Letak dan Batas Wilayah Kota Ambon
Kota Letak Posisi Batas Wilayah
Ambon
3 4 (lintang Selatan)
Sebelah Utara dengan:
Petuanan desa
Hitu,Hila,Kaitetu,Kecamatan Leihitu
Kabupaten Maluku Tengah
128 129 BT( Bujur Timur)
Sebelah Selatan dengan Laut Banda.
Sebelah Timur dengan;
Petuanan Desa Suli, Kecamatan
Salahatu Kabupaten Maluku Tengah.
Sebelah Barat, dengan Petuanan desa
Hatu, Kecamatan Leihitu Kabupaten
Maluku Tengah
Sumber : Rencana Teknik Ruang Kota 2006. BAPPEDA Kota Ambon
4.2.2 Curah Hujan dan Klimatologi
Iklim di Kota Ambon adalah iklim laut tropis dan iklim musim. Iklim laut tropis
dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim Barat atau musim
Utara dan musim Timur atau musim Tenggara, yang diselilingi oleh musim Pancaroba atau
musim Peralihan. Musim Barat umumnya berlangsung dari bulan Desember hingga Maret
yang ditandai dengan curah hujan yang rendah, dan musim Timur berlangsung dari bulan Mei
sampai dengan bulan Oktober yang ditandai dengan curah hujan yang tinggi, dan diselingi
oleh musim pancaroba pada bulan Nopember yang merupakan transisi ke musim Barat.
Sedangkan curah hujan di Kota Ambon selalu bergantian dan berubah setiap tahunnya. Untuk
lebih jelas mengenai iklim dan curah hujan dapat dilihat pada tabel berikut.
UKL/UPL PENGAMAN PANTAI TALAKE UNTUK CHRISTIAN CENTRE, KOTA AMBON
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-7
Tabel 4.3 Curah Hujan Dan Hari Hujan Di Kota Ambon Tahun 2006 10
Sumber : Kota Ambon Dalam Angka, BPS 2011
Keterangan: CH = Curah Hujan HH : Hari Hujan Mm = Milimeter
Berkenan dengan curah hujan, data yang tercatat di stasiun Meterologi Ambon sesuai
dengan tabel tersebut, terlihat bahwa pada tahun 2006 curah hujan mencapai 2.853 mm dari
231 hari hujan selama setahun, dan pada tahun 2010 curah hujan mencapai 3.907 mm dari 238
hari hujan, berarti dalam lima tahun terakhir terjadi peningkatan curah hujan sebesar 36,94%
dan penambahan 6 hari hujan. Kondisi selama tahun 2010 jika ditinjau perbulan, curah hujan
dan hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Agustus sebesar 848,9 mm dengan hari hujan
sebanyak 28 hari. Dan terendah pada bulan Februari dengan curah hujan sekitar 30.8 mm dari
7 hari hujan.
Berdasarkan data akhir tahun 2010, kondisi temperatur rata-rata di kota Ambon
tercatat adalah 26.5 C dengan kisaran suhu minimum sebesar 24,4 C dan suhu maksimum
mencapai 30,5 C dengan kelembaban nisbi sekitar 81% dan lamanya penyinaran matahari
UKL/UPL PENGAMAN PANTAI TALAKE UNTUK CHRISTIAN CENTRE, KOTA AMBON
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-8
rata-rata 40%. Kecepatan angin rata-rata 4 knot dan sebagian besar bertiup dari arah Barat
Laut dan Tenggara dengan kecepatan terbesar adalah 17 knot.
4.2.3 Hidrologi dan Geologi
4.2.3.1 Hidrologi
Gambaran hidrologi di Kota Ambon meliputi kondisi air permukaan, air tanah dan
oceanografi.
1. Air Permukaan
Air permukaan dalam hal ini adalah air sungai dan mata air. Di Kota Ambon terdapat
beberapa aliran sungai (wai) yang cukup panjang, diantaranya Wai Ruhu (9,10 Km),
Wai Batu merah (4,25 (Km), Wai Tomu (4,20 Km), Wai batu gajah (3,10 km), Wai
Tonahitu ( 6 km), Wai Lela ( 7,8 km), Wai Pia besar ( 6 km), Wai Lawa (9,5 km) dan
Wai Sikula di desa Laha yang merupakan aliran sungai terpanjang 15,5 Km. Sungai
sungai tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku untuk mencuci dan
mandi, khususnya untuk sungai yang berada di wilayah pedesaan, sedangkan sungai-
sungai yang berada di wilayah perkotaan kondisinya sudah tercemar karena
dimanfaatkan sebagai saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Selain sungai
sumber air baku lainnya adalah mata air (ada 8 lokasi), dua diantaranya sudah
dimanfaatkan oleh PDAM Kota Ambon sebagai sumber air baku, yaitu mata air
Wainitu dan Wai Pompa. Wainitu terletak di Kelurahan Wainitu Kecamatan Nusaniwe
untuk daerah pelayanan sekitar Pusat Kota. Sedangkan Wai pompa terletak di Desa
Halong Kecamatan Teluk Ambon Baguala, untuk daerah pelayanan sekitar desa
Halong dan desa Hative kecil. Selain itu terdapat beberapa mata air dengan kualitas
fisik yang relatif bagus. Debit sungai dan mata air tersebut sangat fluktuatif anatara
musim hujan dan musim kemarau, pada musim kemarau debitnya hanya sekitar 60 %
dari debit pada musim hujan.
2. Air Tanah
Penduduk yang bermukim pada daerah-daerah yang relatif rendah, untuk kebutuhan
sehari-harinya sebagian besar menggunakan air tanah dangkal berupa sumur gali,
sumur pompa tangan atau pompa listrik. Air tanah dangkal pada daerah datar tersebut
memiliki kedalaman muka air tanah yang bervariasi namun relatif rendah yaitu 1 5
meter. Namun kualitas air tanah dangkal tersebut pada umumnya kurang baik karena
letaknya sangat dekat dengan pantai, maka air tanah dangkal tersebut kemungkinan
terkena intruisi air laut, bahkan sebagian tercemari bakteri Coli. Sementara untuk air
UKL/UPL PENGAMAN PANTAI TALAKE UNTUK CHRISTIAN CENTRE, KOTA AMBON
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-9
tanah dalam banyak terdapat pada kedalam lebih dari 50 meter dengan kualitas yang
cukup baik.
Secara umum kualitas air tanah dangkal sangat bervariasi, dari kurang baik (payau) di
sumber dekat pantai sampai cukup memuaskan di daerah yang lebih jauh dari pantai,
seperti kondisi yang ada di beberapa tempat berikut :
a. Kawasan Poka diperkirakan terdapat 2 akuifer, masing masing pada kedalam
10 meter dan 25 30 meter. Kualitas air ini baik, memenuhi satandar WHO dan
Depkes, kecuali air daeri daerah rawa yang ada di Rumah Tiga yang bersifat
payau.
b. Di kawasan Passo, mengacu pada hasil penelitian lapangan oleh Pemda Kota
Ambon diindikasikan terdapat hubungan yang menjari antara air tawar dan air
payau. Lapisan pertama pada kedalaman 1 1,4 meter beruapa air tawar, lapisan
kedua 2 2,2 meter air payau asam (ph 5,9), dan lapisan ketiga kedalaman 2,7
19 meter berupa air tawar.
c. Kawasan Hunut, kualitas air tawar sangat bervariasi. Pengaruh air asin terasa
sampai kedalaman 1,5 meter. Kualitas air yang baik pada daerah ini berada pada
di kedalaman 5 meter. Di daerah Batu koneng air tanah dengan kualitas baik
berda pada kedalam 60 meter.
3. Oceanografi
Seperti diketahui bahwa Kota Ambon terletak pada Pulau Ambon yang dikelilingi dan
atau beriorentasi pada perairan laut, baik yang berupa teluk (Teluk Ambon), perairan
pesisir selatan Pulau Ambon dan Perairan Teluk Baguala disisi Timur yang
berhubungan dengan Laut Banda dan Teluk Haruku. Teluk Ambon merupakan
perairan Estuari yang besar dan dialiri oleh sungai-sungai kecil yang bermuara ke
teluk tersebut. Teluk ambon terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Teluk Ambon Luar (TAL)
dan Teluk Ambon Dalam (TAD). TAL berbatasan langsung dengan laut Baguala,
luasnya sekitar 100 Km
2
dengan kedalaman mencapai 500, yang dimanfaatkan untuk
jalur transportasi kapal-kapal besar. TAD luasnya sekitar 60 Km
2
dengan kedalaman
mencapai 40 meter. Hubungan anatara kedua teluk ini melalui celah yang relatif
sempit (terletak antara Tanjung Marthafons Poka dengan Desa galala Hative
kecil). Kondisi fisik dan hidrologi perairan Teluk Ambon dan Teluk Baguala cukup
optimum untuk mendukung kehidupan biota laut seperti ikan, kerang-kerangan,
teripang, micro algae, bakau dan terumbu karang. Selain itu pesisir Teluk Ambon dan
Teluk Baguala digunakan pula untuk aktivitas masyarakat dan area terbangun (build
UKL/UPL PENGAMAN PANTAI TALAKE UNTUK CHRISTIAN CENTRE, KOTA AMBON
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-10
area), sehingga cukup membebani perairan teluk tersebut, seperti limbah, sedimentasi,
pengeringan pantai oleh masyarakat maupun pengambilan bahan galian pasir atau batu
di pesisir.
4.2.3.2 Geologi
Menurut Peta Geologi Pulau Ambon yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi
Depertemen Pertambangan dan Energi. Kondisi geologi Kota Ambon dan Pulau Ambon pada
umumnya dibentuk oleh 3 (tiga) formasi batuan, yaitu;
1. Batuan Aluvium (Qa) yang terdiri dari aluvial pantai, sungai dan rawa yang berbentuk
pasir, lempung, lanau, kerikil, kerakal dan sisa tumbuhan. J enis ini pada dasarnya
merupakan lapisan yang subur bagi tanaman pertanian.
2. Batuan Gunung Api Ambon (Tpav) yang berupa material lepas yang terdiri dari lava
andesit, dasit, breksi tuf dan tuf secara fisik lava andesit berwarna kelabu kehitaman
dengan ukuran sangat halus, afanitik dan menunjukan struktur aliran, dan Breksi Tuf
dan Tuf pada umumnya telah lapuk, mengandung komponen Andesit dan Desit. Pada
Umumnya tanah jenis ini digunakan sebagai kebun campuran, permukiman dan
tegalan, sedangkan jenis tanah batuan gamping, dasit dan metafir banyak terdapat di
daerah dengan kemiringan >30 % yang biasanya digunakan sebagai kawasan lindung.
3. Batuan Gamping Koral (Q1) yang terdiri dari koloni koral, ganggang dan Bryozoa
yang secara fisik berwarna putih kotor, keras, berongga-rongga yang terisi kalsit dan
pecahan koral.
Dengan memperhatikan faktor geodinamik ketiga jenis batuan yang membentuk
kawasan perencanaan tersebut, dapat dikatakan bahwa tanah dan batuan permukaan mudah
terbawa erosi dan pada daerah lereng perbukitan di bagian utara kawasan perencanaan
terdapat gerakan tanah yang rawan gempa. Pada beberapa bagian kawasan berbukit yang
didatarkan (cutting) terlihat singkapan struktur tanah yang menunjukkan bahwa di bawah
lapisan tanah permukaan yang berupa lempung terdapat lapisan pasir halus yang sangat labil
sehingga dapat terjadi erosi yang cukup mengkhawatirkan berupa tanah dan pasir yang
dihanyutkan air ke lokasi permukiman yang lebih rendah.
4.2.4 Topografi dan Jenis Tanah
Pulau Ambon dimana Kota Ambon berada, adalah bagian dari Kepulauan Maluku
yang merupakan pulau-pulau vulkanis, sehingga secara umum Kota Ambon memiliki wilayah
yang sebagian besar terdiri dari daerah berbukit dan berlereng terjal. Sebesar 73% dari luas
UKL/UPL PENGAMAN PANTAI TALAKE UNTUK CHRISTIAN CENTRE, KOTA AMBON
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-11
wilayahnya dapat dikatagorikan berlereng terjal. Dengan kemiringan diatas 20%. Hanya 17%
dari wilayah daratannya yang dapat diklasifikasikan datar atau landai dengan kemiringan
kurang dari 20%. Keadaan topografi Kota Ambon secara umum dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Topografi relatif datar dengan ketinggian 0 20 meter dan kemiringan 0 10%
terdapat di kawasan sepanjang pantai dengan radius amntara 0 300 meter dari garis
pantai.
2. Topografi landai sampai miring dengan ketinggian 20 30 meter dan kemiringan 10
20% terdapat pada kawasan yang lebih jauh dari garis pantai (100 meter keatas).
3. Topografi bergelombang dan berbukit terjal dengan ketinggian 20 50 meter dan
kemiringan 20 30% terdapat pada kawasan perbukitan.
4. Topografi terjal dengan ketinggian >50 meter dan kemiringan >30 % terdapat pada
kawasan pegunungan.
Dengan melihat kondisi topografi tersebut dapat dikatakan bahwa daerah yang paling
potensial untuk dikembangkan sebagai lahan budi daya non pertanian adalah daerah di
sepanjang pantai yang luasnya pada setiap kawasan berbeda dapat dilihat pada berikut ini.
Tabel 4.4 Sebaran Wilayah Dataran Di Kota Ambon
No Daerah Ketinggian Kemiringan
Luas
(KM
2
)
%
1 Pusat Kota dan Sekitarnya 0 -50 3,36 13,50 5,44
2. Rumah Tiga dan sekitarnya 0 -50 3,18 4,50 5,57
3. Passo dan sekitarnya 0 -50 3,00 14,75 4,74
4. Laha dan sekitarnya 0 - 50 3,93 4,25 6,18
5. Hutumuri dan sekitarnya 0 - 50 6,16 4,25 9,70
6. Kilang dan sekitarnya
0 - 50 5,66 3,50 9,91
50 - 250 6,56 3,25 10,30
Di Pulau Ambon pada umumnya terdapat 3 jenis tanah yaitu Tropohemist,
Dystropepts dan Haplorthox.
1. J enis Tanah Tropohemist merupakan tanah berawa, setengah terurai, masam kadang-
kadang asin merupakan tanah organik di daerah beriklim panas termasuk tanah pada
rawa gambut. Tanah jenis ini biasanya terdapat pada daerah cekungan rawa dan payau
pada dataran aluvium, bakau atau di antara dua dataran tinggi dan di antara gigir. J enis
tanah ini terdapat di bagian Timur Pulau Ambon, sekitar Batu Gong dan Passo.
2. J enis tanah Dystroprpta memiliki fisiologi yang agak terlapuk, berwarna kecoklatan,
bertektur halus sampai sedang. Bersifat masam, mengandung batuan basalt dan
andesit, batuan pasir, campuran batu dan lumpur dengan Tuf masam. Tipe ini
UKL/UPL PENGAMAN PANTAI TALAKE UNTUK CHRISTIAN CENTRE, KOTA AMBON
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-12
merupakan tanah dengan tingkat kesuburan sedang pada lapisan atas yang harus
dilindungi. J enis tanah ini terdapat di sebagian besar wilayah Pulau Ambon dan Pulau-
pulau lain di Maluku.
3. J enis tanah Haplorthox merupakan tanah yang mengalami pelapukan dan pelindian
berat. Berwarna kemerahan dengan tingkat kejenuhan basa rendah. Tipe tanah ini
merupakan tipe tanah sulit jika berada diatas batuan ultrabasah, jika kadar besi terlalu
tinggi atau jika terlalu masam. J enis tanah ini terdpat di Pulau Ambon bagian Selatan
atau di sekitar Kecamatan Nusaniwe dan Sirimau.
4.2.5 Arus Laut, Gelombang dan Pasang Surut
Daerah perencanaan adalah daerah pantai Pada Teluk Ambon Luar (TAL), yakni
daerah Airsalobar sampai Galala dan daerah Teluk Ambon Dalam (TAD) yakni daerah Galala
sampai Poka maka kondisi arus laut, pasang surut dan gelombang laut dijabarkan sebagai
berikut.
4.2.5.1 Arus Laut
Karakteristik arus di perairan Teluk Ambon Dalam (TAD) merupakan arus pasang
surut yang sedikit dipengaruhi arus dari laut Banda. Arus non-pasut yang terdeteksi juga
mempengaruhi pola arus pasut di perairan TAD, tetapi kecepatannya cukup kecil yakni 11,02
cm/detik pada tepi luar ambang. Galala-Poka dan 3,58 cm/detik di perairan Teluk Dalam yang
mengarah ke Selatan. Di sekitar perairan Galala kecepatan arus berkisar antara 10 50 cm/det
dan di sekitar ambang galala poka berkisar dari 30,5 cm/detik saat surut hingga 31,8 cm/det
saat pasang. Di sekitar Waiheru dan Lateri 3, kecepatan arus permukaan dan dekat dasar
sangat kecil (<2 cm/det) dan arahnya sangat bervariasi.
Arus yang berkembang di perairan Teluk Ambon Luar (TAL) bukan arus pasut murni
tetapi sedikit dipengaruhi oleh arus yang terjadi akibat pertukaran massa air antara Teluk
Ambon dengan massa air Laut Banda atau disebut dengan arus kiriman dari Laut Banda.
Lokasi pertukaran massa air ini tampak terjadi pada ambang Galala-Poka. Kecepatan arus
kiriman berkisar 11.02 11,73 cm/det pada tepi luar Ambang dan 3,58 cm/det di Teluk
Dalam. Kecepatan arus di perairan sekitar Ambang Galala Poka sangat bervariasi.
Kecepatan rata-rata arus mencapai 30,5 cm/det saat periode surut dan 31,8 cm/det saat periode
pasang. Pada kolom perairan 0 30 meter terjadi variasi kecepatan yang sangat besar pada
perairan desa Eri, desa Amahusu, desa Wayame dan Tawiri.
UKL/UPL PENGAMAN PANTAI TALAKE UNTUK CHRISTIAN CENTRE, KOTA AMBON
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-13
Berdasarkan kondisi fisiografi Teluk Baguala, dapat diduga bahwa ada pengaruh arus
pasut dan non pasut dari laut Banda yang sama-sama berkembang di perairan ini selama satu
siklus pasut. Kecepatan pada arus permukaan laut dan kedalaman 20 30 meter cukup
bervariasi. Di dekat pantai Passo - Batugong kecepatan arus lebih kecil dan arahnya tidak
menentu. Kecepatan arus permukaan di daerah pantai Toisapu hingga Tanjung Hutumuri
umumnya tinggi saat surut dusuk hingga pasang. Dengan kecepatan terbesar 42 cm/det dan
pada kedalaman 10 meter kecepatannya mencapai 14 cm/det.
Kecepatan arus terbesar di perairan Selatan Kota Ambon ditemukan di depan pantai
Rupang Mahia yakni 31 cm.detik (arah 200
60
(Timur Laut) .
4.2.5.2 Pasang Surut
Type pasang surut (pasut) di perairan Kota Ambon adalah pasut harian ganda, karena
terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari dengan tinggi pasng dan surut
bervariasi dalam 1 siklus pasut. Tinggi air pasang terbesar yang dapat terjadi saat pasang
purnama setiap bulan yang bervariasi 19 22 dm. Pola ini terjadi dalam bulan April J uni
dan Nopember Desember, dengan jangkauan pasang 1 2 meter. Berdasarkan data pasang
surut yang diperoleh dari Dishidros AL tahun 1995 2005 menunjukan dinamika beda
pasang surut. Misalnya dalam tahun 1996 surut terendah tercatat tepat 11 dm dan pasang
tertinggi 9 dm dari nilai rata-rata permukaan air laut (MSL) sebesar 11 dm. Tahun 2001 nilai
surut terendah mencapai > 11 dm, dan pasang terbesar mencapai 10 dm dari MSL. Pada tahun
2005 nilai surut terendah mencapai 12 dm dan pasang tertinggi 10 dm dari MSL.
4.2.5.3 Gelombang
Gelombang di perairan Teluk Ambon Dalam (TAD) adalah merupakan gelombang
yang terutama disebabkan oleh angin (variasi antara Sea dan Swell) dimana angin sebagai
pembangkit utama, terutama angin Barat - Barat daya dan Utara. Gelombang pecah menyebar
kemana-mana (spilling) dengan pergerakan gelombang yang naik turun (surging). Gelombang
yang memasuki perairan TAD dan TAL telah mengalami reduksi akibat refraksi pada dasar
perairan sekitar ambang Galala-Poka yang relatif dangkal sehingga kekuatan energi
gelombang yang mencapai TAD cukup kecil. Pereduksian nilai energi gelombang dipengaruhi
juga oleh bentuk topografi dasar perairan dan bentuk wilayah teluk semi tertutup. Hal tersebut
menyebabkan perairan ini relatif tenang dan selalu terlindung dari pengaruh gelombang badai.
UKL/UPL PENGAMAN PANTAI TALAKE UNTUK CHRISTIAN CENTRE, KOTA AMBON
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-14
Suatu keunikan pada perairan TAD adalah sangat dinamik ketika bertiup angin Utara Barat
Laut terutama dalam musim Barat (Desember Pebruari). Kuatnya angin dari utara akan
mempengaruhi perairan TAD sehingga dapat menyebabkan perairan sangat berombak dengan
banyak turbulensi.
Pada Perairan Teluk Ambon Luar (TAL), energi gelombang rata- rata dalam bulan J uli
Agustus (musim Timur) berkisar dari 0.014 J oule - 0.035 J oule (Tinggi gelombang 0.317
m 0.515 m). Pada musim Pancaroba 2 (Oktober Nopember), energi gelombang berkisar
dari 0 0.026 J oule (tinggi gelombang 0 0.445 meter) sedangkan pada musim Barat (
Desember) energi gelombang berkisar dari 0 0.027 J oule ( tinggi gelombang 0 0.446
meter). Lokasi-lokasi sebagai pusat konsentrasi gelombang adalah pantai Tantui, Galala,
Rumah Tiga, Hative kecil, Benteng hingga pantai Silale. Faktor penyebabnya adalah letak
lokasi yang relatif terbuka terhadap arah angin dan rambatan gelombang dari Laut Banda.
Gelombang yang mendominasi perairan Teluk Baguala adalah tipe gelombang angin.
Gelombang pecah type spilling mendominasi lokasi-lokasi perairan sepanjang pantai
Batugong Waitatiri karena lereng pantai lebih datar (terjadi proses deposisi sedimen) dan
zona pasang surutnya lebih lebar. Sedangkan pada lokasi lainnya didominasi oleh gelombang
plunging dan surging yang memiliki energi tinggi yang mampu menghancurkan material
penahan pantai. Tinggi gelombang signifikan maksimum dapat diprediksi berdasarkan
kekuatan angin yang bertiup di periran ini untuk musim Barat, bulan DesemberPebruari
berkisar 0,9 1,1 m. Dalam musim pancaroba pertama (Maret Mei) berkisar antara 1,0
1.4. Sedangkan dalam musim Timur (J uniAgustus) 0,9 1,1 meter. Musim pancaroba kedua
(September Nopember ) 0.6 1.0 meter.
4.2.6 Bathimetri
Kondisi Bathimetri juga dijabarkan untuk daerah Teluk Ambon Dalam (TAD) dan
Teluk Ambon Luar (TAL) sebagai berikut : kedalam laut maksimum pada zona ambang
sekitar 12,8 meter dengan lebar antar alur pada kedalaman 10 m pada dua sisi semenanjung
sekitar Tanjung Martafons dan Galala 74,5 meter. Dimensi ini cukup kecil, sehingga diduga
akan mengalami penyempitan dan pendangkalan akibat sedimentasi sejalan dengan dinamika
penggunaan lahan daratan pesisir untuk berbagai tujuan pengembangan. Kedalaman
maksimum Teluk Ambon Dalam (TAD) adalah 41 meter dengan posisi sekitar 444,44 meter
(300 310