Anda di halaman 1dari 24

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wireless LAN
Teknologi Wireless LAN menjadi sangat popular saat ini di banyak
applikasi. Setelah evaluasi terhadap teknologi tersebut dilakukan, menjadikan para
pengguna merasa puas dan meyakini realiability teknologi ini dan siap untuk
digunakan dalam skala luas dan komplek pada jaringan tanpa kabel.
Wireless LAN bekerja dengan menggunakan gelombang radio. Sinyal
radio menjalar dari pengirim ke penerima melalui free space, pantulan, difraksi,
Line of Sight dan Obstructed LOS. Ini berarti sinyal radio tiba di penerima
melalui banyak jalur (Multipath), dimana tiap sinyal (pada jalur yang berbeda-
beda) memiliki level kekuatan, delay dan fasa yang berbeda-beda.
Awalnya teknologi ini didesain untuk aplikasi perkantoran dalam ruangan,
namun sekarang Wireless LAN dapat digunakan pada jaringan peer to peer dalam
ruangan dan juga point to point diluar ruangan maupun point to multipoint pada
aplikasi bridge .
Wireless LAN di desain sangat modular dan fleksibel. Jaringan ini juga
bisa di optimalkan pada lingkungan yang berbeda. Dapat mengatasi kendala
geografis dan rumitnya instalasi kabel.Frekuensi yang dipakai adalah 2.4 Ghz atau
5 Ghz yakni frekuensi yang tergolong pada ISM (Industrial, Scientific, dan
Medial) [16].


7

WLAN memiliki berbagai kemudahan bagi pengguna dalam
penerapannya, antara lain [14] :
1. Mobilitas yang tinggi : Pengguna dapat mengakses informasi dimanapun
sepanjang masih dalam coverage jaringan WLAN.
2. Kemudahan dan kecepatan instalasi : Instalasi jaringan WLAN lebih cepat
dibandingkan jaringan dengan menggunakan kabel karena perangkat yang
digunakan tidak terlalu banyak dan mudah untuk dikonfigurasikan.
3. Fleksibel dalam instalasi : Instalasi jaringan dapat dilakukan ditempat
dimana jaringan LAN (Local Area Network) tidak dapat dipasang karena
kendala kondisi geografis.
4. Skalabilitas : Jaringan WLAN dapat dikonfigurasikan dengan beberapa
bentuk topologi tergantung kebutuhan pengguna seperti bentuk topologi
IBSS (Independent Service Set), BSS (Based Service Set), maupun ESS
(Extended Service Set).
2.2 Komponen- Komponen Wireless LAN [16]
Ada empat komponen utama dalam membangun WLAN yaitu:
1. Accesss Point, merupakan perangkat yang menjadi sentral koneksi
dari pengguna (user) ke ISP, atau dari kantor cabang ke kantor
pusat jika jaringannya adalah milik sebuah perusahaan. Accesss-
Point berfungsi mengkonversikan sinyal frekuensi radio (RF)
menjadi sinyal digital yang akan disalurkan melalui kabel, atau
disalurkan ke perangkat WLAN yang lain dengan dikonversikan
ulang menjadi sinyal frekuensi radio.

8


Gambar 2.1 Access Point [16]
2. Wireless LAN Interface, merupakan peralatan yang dipasang di
Mobile/Desktop PC, peralatan yang dikembangkan secara massal
adalah dalam bentuk PCMCIA (Personal Computer Memory Card
International Association) card, PCI card maupun melalui port
USB (Universal Serial Bus)

Gambar 2.2 Wireless LAN card [16]
3. Mobile/Desktop PC, merupakan perangkat akses untuk pengguna,
mobile PC pada umumnya sudah terpasang port PCMCIA
sedangkan desktop PC harus ditambahkan wireless adapter
melalui PCI (Peripheral Component Interconnect) card atau USB
(Universal Serial Bus).

9

4. Antena external (optional) digunakan untuk memperkuat daya
pancar. Antena ini dapat dirakit sendiri oleh user. Contoh: Antena
indoor ceiling type.

Gambar 2.3 Antenna indoor ceiling type [17]
Jenis-jenis pola radiasi antenna:[7]
Omnidirectional, yaitu pola radiasi yang sama ke segala arah.
Pola radiasi ini dihasilkan oleh antena isotropis yang hanya ada
secara teori, yaitu sumber titik yang memancarkan radiasi serba
sama ke segala arah. Dengan bentuk polaradiasi seperti ini
memungkinkan pengguna menangkap sinyal disetiap penjuru
antena pemancar. Kekurangan dari bentuk pola radiasi
omnidirectional mempunyai jarak pancaran yang pendek
sehingga daerah cakupannya kecil.
Unidirectional, yaitu pola radiasi antena yang pancaran dan
penerimaannya hanya ke satu tempat atau satu arah. Contoh
antena yang mempunyai polaradiasi satu arah adalah antena yagi
(antena yang biasa digunakan pada pesawat televisi), antena
array, dan antena helix. Dengan bentuk pola radiasi seperti ini,

10

pancaran antena mampu mempunyai jarak yang lebih jauh
dibandingkan antena polaradiasi omnidirectional (daya pancar
kedua antena sama).
Bidirectional, memiliki polaradiasi dua arah, yaitu arah depan
dan arah belakang antena. Contoh pada antena dipole (antena dua
kutub).
2.3 Wi-Fi (Wireless Fidelity) [15]
WiFi (sering ditulis dengan Wi-fi, WiFi, Wifi, wifi) adalah singkatan dari
Wireless Fidelity. WiFi adalah standar IEEE 802.11x, yaitu teknologi
wireless/nirkabel yang mampu menyediakan akses internet dengan bandwidth
besar, mencapai 11 Mbps (untuk standar 802.11b). Hotspot adalah lokasi yang
dilengkapi dengan perangkat WiFi sehingga dapat digunakan oleh orang-orang
yang berada di lokasi tersebut untuk mengakses internet dengan menggunakan
notebook/PDA yang sudah memiliki card WiFi.
Wi-Fi (Wireless Fidelity) merupakan koneksi tanpa kabel seperti
handphone dengan mempergunakan teknologi radio sehingga pemakainya dapat
mentransfer data dengan cepat dan aman. Wi-Fi tidak hanya dapat digunakan
untuk mengakses internet, Wi-Fi juga dapat digunakan untuk membuat jaringan
tanpa kabel di perusahaan. Karena itu banyak orang mengasosiasikan Wi-Fi
dengan Kebebasan karena teknologi Wi-Fi memberikan kebebasan kepada
pemakainya untuk mengakses internet atau mentransfer data dari ruang meeting,
kamar hotel, kampus, dan caf-caf yang bertanda Wi-Fi Hot Spot. Juga salah
satu kelebihan dari Wi-Fi adalah kecepatannya yang beberapa kali lebih cepat dari

11

modem kabel yang tercepat. Jadi pemakai Wi-Fi tidak lagi harus berada di dalam
ruang kantor untuk bekerja.
Tapi Wi-Fi hanya dapat di akses dengan komputer, laptop, PDA atau
Cellphone yang telah dikonfigurasi dengan Wi-Fi certified Radio. Untuk Laptop,
pemakai dapat menginstall Wi-Fi PC Cards yang berbentuk kartu di PCMCIA
Slot yang telah tersedia. Untuk PDA, pemakai dapat menginstall Compact Flash
format Wi-Fi radio di slot yang telah tersedia. Bagi pengguna yang komputer atau
PDA - nya menggunakan Window XP, hanya dengan memasangkan kartu ke slot
yang tersedia, Window XP akan dengan sendirinya mendeteksi area disekitar
Anda dan mencari jaringan Wi-Fi yang terdekat dengan Anda. Amatlah mudah
menemukan tanda apakah peranti tersebut memiliki fasilitas Wi-Fi, yaitu dengan
mencermati logo Wi-Fi CERTIFIED pada kemasannya.
2.4 Standar Wireless Local Area Network (WLAN) [14]
Standar WLAN mengacu pada IEEE 802.11 yang pertama kali
dipublikasikan pada tahun 1997. IEEE (Institute of Electrical and Electronics
Engineers) merupakan lembaga independen yang berfokus pada pengembangan
inovasi teknologi dan perbaikan untuk kebaikan manusia [4].
Tabel 2.1 menunjukkan perkembangan standar IEEE 802.11 dimana
perkembangan WLAN berawal pada penetapan standar 802.11 pada tahun 1997
yang bekerja pada frekuensi 2,4 GHz dan data rate maksimum hingga 2 Mbps,
kemudian pada tahun 1999 kembali dipublikasikan standar IEEE 802.11b dan
802.11a. Standar 802.11b bekerja pada frekuensi 2,4 GHz dengan data rate
hingga 11 Mbps, namun memiliki kekurangan berupa pengaruh interferensi akibat

12

penggunaan peralatan dengan frekuensi yang sama. Standar 802.11a yang
menggunakan frekuensi 5 GHz memiliki data rate hingga 54 Mbps, namun
memiliki kelemahan pada coverage area dimana jangkauannya lebih rendah
dibandingkan standar 802.11b. Pada tahun 2002, IEEE mempublikasikan standar
802.11g yang menggabungkan kelebihan antara standar 802.11a dengan 802.11b.
Standar 802.11g bekerja pada frekuensi 2,4 GHz dan memiliki data rate hingga
54 Mbps dengan coverage area mendekati jangkauan 802.11b. Penggunaan
frekuensi yang sama antara 802.11g dengan 802.11b menjadikan kedua standar
tersebut kompatibel apabila diimplementasikan dalam perangkat komunikasi
wireless. Pengembangan WLAN berikutnya ditandai dengan publikasi standar
802.11n yang menggabungkan teknologi 802.11b dengan 802.11g. Teknologi
yang digunakan dikenal dengan istilah MIMO (Multiple Input Multiple Output)
yang menawarkan peningkatan throughput, keunggulan reliabilitas, dan
peningkatan client yang terkoneksi.
Tabel 2.1 Perkembangan Standar IEEE 802.11 [14]
Standard Fungsi
802.11
Standar dasar WLAN yang mendukung transmisi data 1 Mbps
hingga 2 Mbps
802.11a
Standar High Speed WLAN untuk 5 GHz band yang mendukung
transfer data hingga 54 Mbps.
802.11b
Standar WLAN untuk 2,4 GHz yang mendukung transmisi data
hingga 11 Mbps.

13

802.11e
Perbaikan dari QoS (Quality of Service) pada semua 802.11
interface radio IEEE WLAN.
802.11f
Mendefinisikan komunikasi inter-accesss point untuk memfasilitasi
beberapa vendor yang mendistribusikan WLAN.
802.11g
Menetapkan teknik modulasi tambahan untuk 2,4 GHz band, untuk
kecepatan transfer data hingga 54 Mbps.
802.11h
Mendefinisikan pengaturan spektrum 5 GHz band yang digunakan
di Eropa dan Asia Pasifik.
802.11i
Menyediakan keamanan yang lebih baik. Penentuan alamat untuk
mengantisipasi kelemahan keamanan pada protokol autenfikasi dan
enkripsi.
802.11j
Penambahan pengalamatan pada kanal 4,9 GHz hingga 5 GHz untuk
standar 802.11a di Jepang.

2.5 Propagasi Gelombang Radio [2]
Pada komunikasi tanpa kabel (wireless) dibutuhkan adanya media
transmisi yaitu gelombang radio. Gelombang radio akan melakukan propagasi
untuk mentransmisikan suatu informasi. Propagasi gelombang radio didefinisikan
sebagai perambatan gelombang radio di suatu medium (umumnya udara). Pada
sistem komunikasi wireless telah umum dikenal kondisi LOS dan NLOS. Hal ini
berkaitan dengan daerah pancar antara pengirim dan penerima yang dikenal

14

dengan Fresnel Zone. Gambar 2.4 menunjukkan daerah Fresnel clearance yang
dipengaruhi oleh pada frekuensi kerja dan jarak antara pengirim dan penerima.

Gambar 2.4 Fresnel Zone[18]
Pada kondisi LOS, antara pengirim dan penerima tampak tembus pandang
secara langsung tanpa ada rintangan (first Fresnel Zone). Apabila kriteria ini tidak
terpenuhi, maka penerimaan sinyal akan menurun secara drastis. Pada kondisi
NLOS, sinyal yang sampai pada penerima telah melalui pemantulan (reflections),
pemencaran (scattering) dan pembiasan (diffractions). Sinyal yang akan diterima
merupakan gabungan dari direct path, multiple reflected paths, scattered energy
dan diffracted propagation paths. Kondisi multipath ini akan memberikan
perbedaan polarisasi, redaman, delay pancaran dan ketidakstabilan dibandingkan
dengan sinyal yang diterima secara langsung melalui direct path (ilustrasi gambar
2.5). Oleh sebab itu pemodelan perambatan gelombang radio merupakan bagian
yang paling rumit dari suatu perancangan sistem konunikasi bergerak.
Jika antara pengirim (T
x
) dengan penerima (R
x
) terletak dalam suatu garis
pandang, maka pemodelan perambatan gelombang yang digunakan adalah Free
Space Propagation Models yang ditunjukkan pada persamaan (2.1).

15

( )
2 2
2
t r t
d 4
G G P
Pr(d)= (2.1)
Dimana:
P
r
(d) : daya yang diterima pada penerima (watt)
P
t
: daya yang dikirim. (watt)
G
t
: gain dari antena pengirim (watt)
G
r
: gain dari antena penerima (watt)
: panjang gelombang (meter)
d : jarak antara pengirim dan penerima (meter)

Gambar 2.5 Ilustrasi LOS dan NLOS [20]
2.6 Mekanisme Perambatan Gelombang
Pada kenyataannya sistem komunikasi bergerak beroperasi di daerah luar
ruangan (indoor) umumnya bersifat NLOS, karena terdapat banyak penghalang
antara pengirim dan penerima seperti gedung-gedung dan pepohonan, sehingga
permodelan perambatan gelombang radio akan semakin rumit. Demikian pula
untuk sistem komunikasi di dalam ruangan (indoor), bahkan memiliki tingkat
kesulitan yang lebih tinggi karena memiliki variable yang lebih banyak, seperti :

16

adanya sekat antar ruang, pengaruh tubuh manusia, kondisi ruangan, jumlah
jendela dan pintu yang terbuka dan lain-lain.
Secara umum, mekanisme perambatan gelombang radio ketika menemui
penghalang dibedakan menjadi tiga yaitu pemantulan (reflection), pembelokan
(diffraction) dan penghamburan (scattering).
a. Pemantulan (Reflection)
Pemantulan terjadi ketika gelombang elektromagnetik yang merambat
mengenai sebuah objek yang memiliki dimensi yang lebih besar daripada panjang
gelombang radio tersebut. Contohnya ketika gelombang radio mengenai
permukaan bumi, gedung ataupun dinding. Ketika gelombang radio mengenai
objek yang memiliki sifat elektrik yang berbeda, maka sebagina gelombang akan
dipantulkan dan sebagian gelombang akan diteruskan.
Pemodelan pemantulan gelombang radio dalam komunikasi bergerak
menggunakan 2-Ray model, digambarkan pada gambar 2.6, dimana pada
pemodelan ini diasumsikan permukaan bumi datar.

Gambar 2.6 Two Ray Ground Reflected Model [19]

17

Rugi-rugi lintasan untuk pemodelan ini seperti pada persamaan (2.2) dan (2.3).

4
2 2
d
h h
G G P P
r t
t r t r


(2.2)
PL(dB) = 40logd (10logG
t
+ 10logG
r
+ 20logh
t
+ 20logh
r
) (2.3)
Dimana :
d : Jarak Transmiter dan receiver (meter)
P
t
: daya yang dikirim. (watt)
G
t
: gain dari antena pengirim (watt)
G
r
: gain dari antena penerima (watt)
h
t
: Tinggi transmitter (meter)
h
r
: Tinggi receiver (meter)
b. Pembelokan (Difraksi)
Pembelokkan terjadi ketika rambatan gelombang radio menabrak suatu
permukaan tajam, maka gelombang radio akan dilewatkan pada permukaan yang
tajam tersebut. Dengan adanya pembelokan gelombang maka gelombang akan
dapat merambat melalui kurva permukaan bumi, melewati horizon dan perambat
dibelakang penghalang. Berdasarkan prinsip Huygens, maka terdapat sumber
gelombang kedua yang dibentuk dibelakang penghalang meskipun tidak ada jalur.
Pada gambar 2.7 terlihat ketika gelombang yang dipancarkan oleh transmitter
menemui penghalang, maka gelombang tersebut akan dilewatkan ujung
penghalang yang tajam untuk dibelokkan, sedangkan sumber gelombang kedua
dibentuk di belakangnya.

18







(a) (b)
Gambar 2.7 Knife-edge diffraction geometry pada Tx dan Rx dengan:
(a) tinggi yang sama, dan (b) tinggi yang berbeda [20]
Seperti pada pemantulan gelombang, pada pembelokan gelombang
terdapat suatu parameter yang akan mempengaruhi penerimaan gelombang pada
receiver yaitu parameter fresnel kirchoff diffraction yang dipresentasikan pada
persamaan :


2 1
2 1
2
d d
d d
h v


(2.4)
Dimana :
h = Tinggi penghalang (meter)
d
1
= Jarak transmitter dengan penghalang (meter)
d
2
= Jarak receiver dengan penghalang (meter)
Pada pembelokan gelombang rugi-rugi pembelokan gelombang
merupakan fungsi dari selisih lintasan disekitar penghalang dipresentasikan
dengan fresnel zone, yaitu daerah dimana gelombang kedua sukses mendapatkan
lintasan, dimana lintasan tersebut lebih besar n/2 dari lintasan total line of sight.
Mekanisme difraksi didalam ruangan banyak terjadi pada pintu, jendela yang
terbuka maupun pada sekat-sekat ruangan.

19

c. Penghamburan (Scattering)
Penghamburan gelombang terjadi ketika gelombang radio melalui media
yang mempunyai dimensi yang lebih kecil dibandingkan panjang dari gelombang
radio tersebut. Scattering dihasilkan oleh permukaan yang kasar dan benda
berukuran kecil, misalnya daun-daunan. Pada gambar 2.8 ditunjukkan mekanisme
penghamburan gelombang ketika menemui penghalang yang mempunyai
permukaan kasar

Gambar 2.8 Mekanisme Scattering [20]
Perhitungan rugi-rugi yang diakibatkan oleh hamburan digunakan Radar
Cross Section Model () yang didefinisikan sebagai perbandingan antara besarnya
daya hamburan dengan rapat daya yang mengenai benda penghambur, dalam
[meter
2
] . Daya terima [dB] dapat dirumuskan pada persamaan :
( ) [ ]
s s G dBm P dBm P
t r
20 + 20 + 4 30 - 10 + 20 + 20 + = log log ) log( ) log( log log ) ( ) (

(2.5)
d. Refraksi (Pembiasan)
Refraksi digambarkan sebagai pembelokan gelombang radio yang
melewati medium yang memiliki kepadatan yang berbeda. Dalam ruang hampa
udara, gelombang elektromagnetik merambat pada kecepatan sekitar 300.000

20

km/detik. Ini adalah nilai konstan c, yang umum disebut dengan kecepatan cahaya
tetapi sebenarnya merujuk kepada kecepatan cahaya dalam ruang hampa. Dalam
udara, air, gelas, dan media transparan, gelombang elektromagnetik merambat
pada kecepatan yang lebih rendah dari c.
Ketika suatu gelombang elektromagnetik merambat dari satu medium ke
medium lain dengan kepadatan berbeda maka kecepatannya akan berubah.
Akibatnya adalah pembelokan arah gelombang pada batas kedua medium
tersebut. Jika merambat dari medium yang kurang padat ke medium yang lebih
padat, maka gelombang akan membelok ke arah medium yang lebih padat seperti
yang diilustrasikan pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Mekanisme Refraksi [20]
2.7 Perambatan Gelombang Di Dalam Ruangan [2]
Dari penjelasan sebelumnya telah diketahui bahwa mekanisme-mekanisme
perambatan gelombang radio di luar dan di dalam ruangan adalah sama, namun
terdapat perbedaan mendasar pada propagasi di dalam ruangan, jarak yang
ditempuh jauh lebih kecil. Dalam rentang pemisahan Tx-Rx yang lebih kecil,
dijumpai variasi lingkungan yang lebih banyak, antara lain : layout bangunan,
material konstruksi bangunan, tipe bangunan, peletakan antena, sekat dalam

21

ruangan, dan jumlah pintu atau jendela yang terbuka. Berikut ini akan dijelaskan
beberapa pemodelan indoor propagation.
a. Model Perambatan Gelombang Terpisah Sekat
Pada sebuah bangunan terdapat berbagai interior dan bermacam-macam
jenis sekat penyusun gedung yang akan mejadi penghalang bagi rambatan
gelombang. Sekat dalam ruangan memegang peranan penting karena sekat dapat
menyebabkan pelemahan sinyal radio ketika melewati sekat-sekat tersebut. Sekat-
sekat dalam bangunan tersebut dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Hard partition merupakan bagian dari struktur bangunan dan tidak
dapat dipindahkan seperti dinding internal tetap, lantai beton antar
lantai. Ilustrasi ditunjukkan pada gambar 2.10 (a)
2. Soft partition merupakan sekat sementara yang dapat dipindahkan dan
tingginya tidak mencapai atap bangunan, misalnya sekat dalam
kantor yang mudah dipindahkan ( gambar 2.10 (b) )
Pada pemodelan ini diasumsikan pengirim dan penerima berada dalam
satu gedung di lantai yang sama dan antara pengirim dan penerima terpisah suatu
sekat. Akan sangat menyulitkan untuk menerapkan model general untuk instalasi
indoor yang spesifik karena material penyusun sekat bermacam-macam dan
memiliki karakteristik listrik serta fisik yang beragam. Tetapi dari berbagai
macam penelitian yang dilakukan berulang-ulang pada beberapa gedung yang
berbeda oleh para peneliti didapatkan rata-rata karakteristik rugi-rugi yang
diakibatkan oleh sekat.

22





(a) (b)
Gambar 2.10 Jenis sekat dalam ruangan: (a) Hard Partition, dan
(b) Soft Partition [20]
Pada pemodelan ini diasumsikan pengirim dan penerima berada dalam
satu gedung di lantai yang sama dan antara pengirim dan penerima terpisah suatu
sekat. Akan sangat menyulitkan untuk menerapkan model general untuk instalasi
indoor yang spesifik karena material penyusun sekat bermacam-macam dan
memiliki karakteristik listrik serta fisik yang beragam. Tetapi dari berbagai
macam penelitian yang dilakukan berulang-ulang pada beberapa gedung yang
berbeda oleh para peneliti didapatkan rata-rata karakteristik rugi-rugi yang
diakibatkan oleh sekat.
Tabel 2.2 menunjukkan Loss (dB) ketika melewati partisi (sekat) yang
terbuat dari materi tertentu. Misalnya antara penerima dan pengirim terhalang oleh
sekat yang terbuat dari metal, maka loss yang terjadi sebesar 26 dB. Dari tabel
juga terlihat frekuensi carrier akan berpengaruh pada pemodelan ini, untuk jenis
material yang sama dilewatkan pada frekuensi yang berbeda diperoleh rugi-rugi

23

yang berbeda pula, semakin tinggi frekuensi, maka semakin besar daya yang
berkurang.
Tabel 2.2 Rata Rata Rugi-Rugi Sinyal [2]
Material Type Loss (dB) Frequency (MHz) Reference
All metal 26 815 MHz [Cox83b]
Aluminium siding 20,4 815 MHz [Cox83b]
Concrete block wall 13 1300 MHz [Rap91c]
Loss from one floor 20-30 1300 MHz [Rap91c]
Loss from one floor an one wall 40-50 1300 MHz [Rap91c]
Light textile inventory 3-5 1300 MHz [Rap91c]
Metal blanket - 12 sq ft 4-7 1300 MHz [Rap91c]
small metal pole - 6 diameter 3 1300 MHz [Rap91c]
Metallic inventory 4-7 1300 MHz [Rap91c]
Large 1-beam 16 20 8-10 1300 MHz [Rap91c]
Metallic inventory racks -8 sq ft 4-9 1300 MHz [Rap91c]
Empty cardboard inventory boxes 3-6 1300 MHz [Rap91c]
Concrete block wall 13-20 1300 MHz [Rap91c]
ceiling duct 1-8 1300 MHz [Rap91c]
semi- automated assembly line 5-7 1300 MHz [Rap91c]
0.6 m square reinforced concrete pillar 12-14 1300 MHz [Rap91c]
Stainless steel piping for cook-cool 15 1300 MHz [Rap91c]
Process
concrete wall 8-15 1300 MHz [Rap91c]
concrete floor 10 1300 MHz [Rap91c]
commercial absorber 38 9.6 GHz [Vio88]
Sheetrock (3/8 in)-2 sheets 2 9.6 GHz [Vio88]
Dry plywood (3/4 in) - 1 sheet 1 9.6 GHz [Vio88]
Dry plywood (3/4 in) - 2 sheets 4 9.6 GHz [Vio88]
Wet plywood (3/4 in) - 1 sheet 19 9.6 GHz [Vio88]
Wet plywood (3/4 in) - 1 sheet 32 28.8 GHz [Vio88]
Wet plywood (3/4 in) - 1 sheet 59 57.6 GHz [Vio88]
Wet plywood (3/4 in) - 2 sheets 39 9.6 GHz [Vio88]
Wet plywood (3/4 in) - 2 sheets 46 28.8 GHz [Vio88]
Wet plywood (3/4 in) - 2 sheets 57 57.6 GHz [Vio88]
Aluminium (1/8 in)1 sheet 47 9.6 GHz [Vio88]
Aluminium (1/8 in)1 sheet 46 28.8 GHz [Vio88]
Aluminium (1/8 in)1 sheet 53 57.6 GHz [Vio88]


24

b. Model Perambatan Gelombang Antar Lantai
Pada pemodelan ini diasumsikan bahwa antara pengirim dan penerima
berada dalam satu gedung namun terpisah lantai atau berada di lantai yang
berbeda. Melemahnya sinyal antar tingkat dalam gedung ditentukan oleh beberapa
faktor, seperti: dimensi eksternal gedung, material bangunan, konstruksi bangunan
dan keadaan sekitar bangunan.
Pada pemodelan ini terdapat suatu koefisien yang mempengaruhi
penerimaan sinyal ketika gelombang merambat melewati satu atau lebih dari satu
lantai, yaitu floor attenuation factor (FAF). Koefisien ini seperti pada pemodelan
sebelumnya didasarkan atas beberapa percobaan yang dilakukan berulang-ulang
pada beberapa gedung yang berbeda.
Dari tabel 2.3 dapat diamati karakteristik perambatan gelombang dalam
suatu gedung. Jika antara pengirim dan penerima terpisah satu lantai maka sinyal
akan mengalami pelemahan kira-kira sebesar 12.9 dB kemudian meningkat
kurang lebih 6 dB untuk setiap penambahan lantai.
Tabel 2.3 Rata-rata FAF Pada Dua Gedung yang Berbeda [2]
Building FAF (dB) (dB) Number of Locations
Office Building 1:
Through One Floor 12,9 7 52
Through Two Floor 18,7 2,8 9
Through Three Floor 24,4 1,7 9
Through Four Floor 27 1,5 9
Office Building 2:
Through One Floor 16,2 2,9 21
Through Two Floor 27,5 5,4 21
Through Three Floor 31,6 7,2 21


25



c. Log-distance Path Loss Model
Pemodelan ini mengindikasikan bahwa daya yang dikirim oleh suatu
transmitter akan menurun secara logaritma berbanding dengan jarak, sesuai
persamaan (2.6)



X
d
d
n db d P dB d P
P P P
l l
l t r

0
0
log 10 ] )[ ( ] )[ (
-
(2.6)
Dimana :
P
l
(d
0
) : rugi lintasan pada free space dengan jarak referensi sebesar d
0

n : faktor lingkungan
X

: variable normal acak yang mempunyai satandar deviasi
Pemodelan ini merupakan hasil percobaan yang dilakukan pada beberapa
gedung yang mempunyai lingkungan berbeda-beda. Dari hasil percobaan yang
dilakukan secara acak (penerima dan pengirim diletakkan berbeda-beda tetapi
tetap dalam satu gedung ) maka akan didapatkan koefisien n yang merupakan
karakteristik gedung yang diamati. Beberapa nilai n ditampilkan dalam tabel 2.4.
Dari tabel 2.4 dapat diamati, misalnya pengirim dan penerima berada
dalam pabrik Metalworking maka akan mempunyai n sebesar 1.6, yang kemudian
digunakan untuk perhitungan penerimaan daya pada persamaan (2.6). Dari tabel
2.4 juga terlihat bahwa suatu kantor yang mempunyai hard partition akan
mempunyai n lebih besar daripada kantor yang mempunyai soft partition. Hal ini
disebabkan karena untuk soft partition terdapat ruang bebas di atas sekat yang

26

dapat dilalui gelombang, dimana suatu gelombang mempunyai sifat lebih memilih
merambat melalui ruang bebas.
Tabel 2.4 Beberapa Nilai n dari Beberapa Bangunan [2]
Building Frequency (MHz) N (dB)
Retail Stores 914 2,2 8,7
Grocery Strore 914 1,8 5,2
Office, hard partition 1500 3 7
Office, soft partition 900 2,4 9,6
Office, soft partition 1900 2,6 14,1
Factory LOS

Textile/Chemical 1300 2 3
Textile/Chemical 4000 2,1 7
Paper/Cereals 1300 1,8 6
Metalworking 1300 1,6 5,8
Suburban Home

Indoor Street 900 3 7
Factory OBS

Textile/Chemical 4000 2,1 9,7
Metalworking 1300 3,3 6,8

d. Ericsson Multiple Breakpoint Model
Model ini menganggap bahwa ada pelemahan sebesar 30 dB pada d
0
=1m,
yang akurat pada frekuensi 900 Mhz dan unity gain antenna.

Gambar 2.11 Ericsson In-Building Path Loss Model [2]

27

Pemodelan ini memberikan batas deterministik pada kisaran path loss
untuk jarak tertentu. Untuk keperluan simulasi, peneliti menggunakan distribusi
uniform untuk menghasilkan nilai path loss dalam jangkauan maksimum dan
minimum sebagai fungsi jarak.
e. Attenuation Factor Model
Pemodelan ini memperhitungkan tipe bangunan dan berbagai variasi
lainnya yang disebabkan oleh berbagai macam rintangan. Pemodelan ini
memperbaiki Log-distance Path Loss Model dan menunjukkan hasil yang lebih
akurat. Variable acak yang digunakan pada persamaan (2.6) diganti dengan suatu
variabel yang menunjukkan letak lantai antara pengirim dan penerima, factor yang
digunakan yaitu FAF sehingga persamaannya menjadi
( )
] [ log ] )[ ( ] )[ ( dB FAF
d
d
n dB d P dB d P
SF l l
+ 10 + =
0
0

(2.7)
dimana n
SF
merepresentasikan nilai eksponen untuk pengukuran "lantai
sama". Nilai FAF bisa digantikan dengan sebuah nilai eksponen yang sudah
diperhitungkan dengan efek-efek pemisahan multi lantai yaitu n
MF
, sehingga
persamaan (2.7) dapat disederhanakan menjadi
( )
0
0
10 + =
d
d
n dB d P dB d P
MF l l
log ] )[ ( ] )[ ( (2.8)
Tabel 2.5 Beberapa Nilai n
MF
dari Beberapa Bangunan [2]

N (dB) Number of Locations
All Buildings:


All Location 3,14 16,3 634
Same Floor 2,76 12,9 501
Through One Floor 4,19 5,1 73

28

Through Two Floor 5,04 6,5 30
Through Three Floor 5,22 6,7 30
Grocery Store 1,81 5,2 89
Retail Store 2,18 8,7 137
Office Building 1:


Entire Building 3,54 12,8 320
Same Floor 3,27 11,2 238
West Wing 5th Floor 2,68 8,1 104
Central wwing 5th Foor 4,01 4,3 116
West Wing 4th Floor 3,18 4,3 120
Office Building 2:


Entire Building 4,33 13,3 100
Same Floor 3,25 5,2 37

f. Ray Tracing Model
Metode terbaru untuk memprediksi cakupan sinyal adalah dengan
menggunakan SIte SPecific (SISP) propagation models dan graphical information
system (GIS). SISP model dengan menggunakan prinsip ray tracing dapat
memodelkan arah rambatan gelombang baik outdoor maupun indoor. Dengan
menggunakan data dari bangunan yang digambar secara digital menggunakan
dengan paket software, perancang sistem wireless bisa mendapatkan gambaran
cakupan sinyal yang akurat dari bangunan atau daerah yang diinginkan.
Pada pemodelan ini, karakteristik sebuah bangunan harus diketahui secara
pasti, karakteristiknya terdiri atas : material penyusun, properti dalam ruang,
lokasi, tinggi bangunan, letak antena, tinggi antena, serta jarak antara antena
pengirim dan pemancar. Hal ini penting dalam penentuan jalur antara pengirim
dan penerima. Selain karakteristik bangunan, karakteristik ruangan juga harus
diketahui misalnya properti yang ada didalam ruangan, jumlah kaca atau jendela,
jumlah pintu dan sebagainya.

29

Setelah semua terdefinisikan maka dengan metode penyelusuran cahaya,
banyaknya reflection, diffraction dan scattering yang terjadi dalam ruangan akibat
adanya halangan berupa properti dalam ruangan tersebut dapat diperkirakan.
Suatu gelombang radio mempunyai sifat dualisme yaitu mempunyai sifat
sebagai gelombang dan bersifat sebagai foton cahaya, sehingga dari antenna
pengirim dapat diperkirakan arah rambatan gelombang radio menuju penerima
dengan penelusuran berkas foton cahaya dari gelombang radio tersebut, seperti
tampak pada gambar 2.12.

Gambar 2.12 Perkiraan arah rambatan gelombang dari Tx ke Rx [20]

Anda mungkin juga menyukai