Anda di halaman 1dari 127

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROFESI GEISHA DALAM FILM

MEMOIRS OF A GEISHA
(Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara
Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha)



Disusun oleh
JUITA E J PURBA
050904037



DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSTAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
Nama : J uita E J Purba
NIM : 050904037
Departemen : Ilmu Komunikasi
J udul : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film
Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi
Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi
Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha)

Medan, Maret 2009

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,


(Dra. Fatma Wardy Lubis,M.A) (Drs.Amir Purba, M.A)
NIP. 131654103 NIP. 131654104


Dekan FISIP USU,



Prof.Dr.M.Arif Nasution,M.A
NIP. 1315757010
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008


ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara
Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of a Geisha. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui gambaran secara umum tentang profesi geisha dalam
film Memoirs Of a Geisha serta untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap
profesi geisha yang mencakup status, tugas, tanggung jawab, peranan, ritual
geisha dalam film Memoirs Of a Geisha.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan
menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-
fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Perancangan alat ukur adalah
kuesioner, yaitu setiap responden diberikan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab
dengan cara memilih. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa USU uang
berjumlah 8500 orang. Untuk menghitung jumlah sampel dari populasi yang ada
digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10%sehingga diperoleh sampel
sebanyak 99 orang. Dan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah
stratified proportional random sampling dan purposive sampling.
Teknik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan, dengan
mempelajari dan mengumpulkan data dari buku-buku serta sumber yang relevan
dan mendukung. Serta penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi
penelitian melalui kuesioner dan tanya jawab secara mendalam dengan beberapa
responden untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam tentang persepsi
mahasiswa terhadap profesi geisha dalam film. Data yang diperoleh dari hasil
penelitian dianalisa dengan menggunakan analisa table tunggal dan kemudian
diinterpretasikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa film memoirs of a geisha adalah film
yang memberikan manfaat kepada mahasiswa, selain memberi hiburan juga
memberi informasi tentang budaya J epang yang unik yaitu profesi geisha.
Mayoritas mahasiswa memberikan tanggapan yang negatif terhadap profesi
tersebut. Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa ada sebuah proses dari peranan
media dalam pembentukan persepsi mahasiswa terhadap budaya J epang.













J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
DAFTAR ISI


ABSTRAKSI...i
KATA PENGANTARii
DAFTAR ISI...............................................iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................vi
DAFTAR TABEL.......................................vii

BAB I PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang Masalah...............................................................1
I. 2. Perumusan Masalah......................................................................10
I. 3. Pembatasan Masalah.....................................................................11
I. 4. Tujuan Penelitian.......................................................................... 11
I. 5. Manfaat Penelitian .......................................................................12
I. 6. Kerangka Teori.............................................................................12
I. 7. Kerangka Konsep.........................................................................22
I.8 Model Teoritis...............................................................................24
I.9 Operasional Variabel....................................................................24
1.10 Defenisi Variabel Operasional......................................................25

BAB II URAIAN TEORITIS
II. 1 Komunikasi Massa......................................................................28
II. 1 1. Karakteristik Komunikasi Massa...................................29
II. 1. 2. Komponen Komunikasi Massa......................................33
II. 1. 3. Fungsi Komunikasi Massa.............................................34
II. 2. Media Massa...............................................................................36
II. 2. 1. Pengertian Media Massa................................................36
II. 2. 2. Fungsi Media Massa......................................................38
II 3. Film.............................................................................................39
II. 3. 1. Sejarah Film...................................................................39
II. 3 2. J enis-J enis Film..............................................................42
II. 4. Komunikasi Antar Budaya.........................................................43
II. 5. S-O-R........................................................................................49
II. 6 Persepsi.......................................................................................51
II. 5. 1. Pengertian Persepsi.......................................................51
II. 5. 2. Proses Pembentukan Persepsi.......................................53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III. 1. Deskripsi Lokasi Penelitian dan Deskripsi Film.........................57
III. 1. 1. Universitas Sumatera Utara..........................................57
III. 1. 2. Deskripsi Film Memoirs Of A Geisha..........................73
III. 2. Metode Penelitian.......................................................................78
III. 3. Populasi dan Sampel...................................................................78
III. 4. Teknik Penarikan Sampel............................................................81
III. 5. Teknik Pengumpulan Data...........................................................83
III.6. Teknik Analisa Data......................................................................83

J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1. Analisa Tabel Tunggal....................................................................85
IV. 2. Pembahasan.....................................................................................107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V. 1. Kesimpulan.....................................................................................117
V. 1. Saran...............................................................................................118

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


















J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah
Film sebagai salah satu bentuk media massa, merupaka salah satu
representasi realitas yang ada dalam masyarakat. Film merupakan media
komunikasi yang memiliki kekuatan tersendiri dalam menyampaikan makna.
Melalui film, berbagai pesan dapat disampaikan kepada audiens yang diinginkan.
Kebudayaan, nilai-nilai sosial, adat-istiadat, teknologi, dan bahasa, dapat
disampaikan secara holistik. Proses penyampaian pesan yang dilakukanpun efektif
dan efesien kerena melibatkan semua panca indra baik audio maupun visual
layaknya medium televisi dan memerlukan waktu yang lebih singkat
dibandingkan membaca buku
Pesan yang disampaikan melalui film pun melibatkan banyak faktor dan
unsur yang saling melengkapi. Mulai dari proses pra sampai pasca produksi.
Proses kreatif dan riset yang panjang sudah barang tentu menjadi suatu kewajiban.
Hal ini untuk menunjang kevalidan dan kesesuaian dengan realitas yang ada
didalam masyarakat. Proses kerja keras dan riset yang panjang itu tidak lain untuk
mendukung terciptanya sebuah mahakarya yang sempurna, dan akhirnya
memenuhi tuntutan pasar.
Film merupakan sebuah gambar bergerak yang bisa memberikan kita
banyak sekali gambaran masa lalu, budaya dan peraturan yang tidak pernah
terpikirkan oleh kita sebelumnya. Memoirs of Geisha, merupakan salah satu film
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
yang memberikan semua gambaran tersebut. Sebuah film yang membawa kita
melihat perkembangan yang terjadi di suatu negara yaitu J epang.
Banyak hal menarik yang bisa menjadi bahan kajian dari masyarakat
J epang. Kecuali perkembangan ilmu dan teknologinya yang semakin
sophisticated, juga hal-hal yang menyangkut budaya dan tradisi. Berbeda dengan
negara-negara lain yang melakukan modernisasi dengan menyingkirkan tradisi,
J epang adalah sedikit negara yang bisa melakukan keduanya secara bersama-
sama, salah satunya adalah tentang Geisha. Nama ini amat identik dengan J epang,
bahkan dalam beberapa segi telah menjadi ikon yang sangat populer. Geisha
sangat menarik untuk dikaji karena memiliki kandungan yang kompleks
menyangkut perspektif gender, potret kelas sosial masyarakat, tradisi dan seni
budaya, serta sisi gelap lainnya berupa prostitusi, bahkan belakangan berkaitan
dengan fenomena trafficking atau perdagangan manusia.
Tradisi dan status sosial geisha sangat menarik tatkala ditarik kedalam
sebuah media film dengan plot yang romantis. Apalagi mengingat adanya distorsi
pemahaman dan kerancuan antara geisha dan pelacur di kalangan masyarakat
umum. Pilikan artistik dan bahasa visul menjadi penting tatkala hendak
menggambarkan sebuah status sosial dan peran sosail dalam masyarakat. Apalagi
posisi tersebut sulit untuk dieksploitasi secara umum. Geisha merupakan salah
satu bentuk filosofi dari jutaan kebudayaan jepang yang unik dan berkarakter.
Sebenarnya menurut pengertian dari karakter huruf kanjinya, geisha
berarti seniman, dimana huruf Gei berarti seni dan huruf Sha berarti pelaku atau
orang. Geisha adalah seniwati profesional yang bertugas menghibur tamu yang
berkunjung ke tempat dimana ia bekerja. Geisha biasanya bekerja di Ochaya atau
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
kedai teh. Menghibur bukan berarti memberikan hiburan tapi menunjukkan
berbagai kesenian tradisional J epang dan bercengkerama dengan tamu tersebut.
Geisha muncul untuk pertama kalinya pada sekitar tahun 1600an. Pada masa
tersebut yang bekerja sebagai geisha adalah pria, mereka lebih dikenal sebagai
Hokan atau pelawak, tugas mereka adalah membuat tamu terhibur dengan
lawakan atau tabuhan gendangnya. Lalu pada tahun 1751 muncul geisha wanita
untuk pertama kalinya, dia disebut Geiko. Pada tahun 1780 jumlah geisha pria
menurun dan sebaliknya jumlah geisha wanita bertambah dan akhirnya pada
tanun 1800an, semua geisha adalah wanita.
Ada beberapa analisis tentang sebab-sebab munculnya geisha. Salah
satunya adalah karena masyarakat J epang tidak menerima kehidupan poligami.
Sebagai kompensasinya, para laki-laki J epang memiliki wanita simpanan. Geisha
inilah yang dijadikan sebagai wanita simpanan karena memiliki sejumlah
kelebihan seperti usianya yang lebih muda daripada isteri di rumah, berparas
cantik karena secara otomatis telah melalui seleksi di antara para calon geisha,
serta memiliki kemampuan aneka seni yang tidak dimiliki oleh isteri di rumah.
Geisha mengeksklusifkan diri dengan tinggal di lingkungan yang berbeda
dengan lingkungan masyarakat umum. Selain menghibur, geisha juga memiliki
banyak andil dalam pegolakan-pergolakan politik di J epang, hal itu karena
sebagian besar perundingan-perundingan politik mengambil tempat di kedai teh
dimana geisha bekerja. Mereka banyak mengetahui rahasia-rahasia politik dan ada
juga yang turut andil dalam mempengaruhi keputusan seorang politikus pada
masa itu. Dikatakan bahwa geisha adalah satu-satunya profesi di J epang yang
menempatkan wanita pada posisi teratas. Profesi ini juga menjadikan wanita
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
sebagai sosok yang dihargai dalam masyarakat J epang yang konon menempatkan
wanita selalu di bawah pria.
Film Memoirs Of a Geisha menampilkan sebuah cerita tentang dunia
geisha yang penuh rahasia, dunia dimana penampilan sangatlah penting, dimana
keperawanan seorang gadis dilelang kepada penawaran yang paling tinggi,
dimana perempuan-perempuan dilatih untuk memikat laki-laki yang paling
berkuasa, dan dimana cinta dicemooh sebagai ilusi belaka. Kisah Sayuri bermula
di desa nelayan miskin pada tahun 1929, ketika ia berusia sembilan tahun ia dijual
ke sebuah rumah geisha yang terkenal. Tidak tahan dengan kehidupan dirumah
itu, dia mencoba melarikan diri, tindakan itu membuat dia terancam menjadi
pelayan seumur hidup. Saat meratapi nasibnya di tepi sungai dia bertemu
Mr.Chairman, diluar kebiasaan pria terhormat ini mendekati dan menghiburnya
dan saat itu Sayuri bertekad akan menjadi geisha, hanya demi mendapat
kesempatan bisa bertemu lagi dengan pri itu suatu hari nanti.
Melalui sayuri kita menyaksikan suka duka wanita yang mempelajari seni
geisha yang berat bahkan bersaing denga sesama geisha memperebutkan pria-pria
dan kekayaan mereka. Namun ketika Perang Dunia II meletus, rumah-rumah
geisha terpaksa ditutup. Sayuri denga sedikit uang dan dengan sedikit lagi
makanan harus mulai lagi dari awal untuk menemukan kebebasan yang langka
dengan cara-caranya sendiri. Film ini diperankan oleh bintang-bintang terkenal
seperi Zhang Ziyi, Ken Watanabe, Michelle Yeoh, dan Gong Li.
Dalam film tersebut dapat dilihat bagaimana kehidupan geisha
dipresentasikan melalui sebuah film, dan bagaimana film dapat memperkenalkan
salah satu budaya J epang yang unik dan berkarakter kepada orang banyak,
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
mengingat peneliti sendiri pertama sekali mengetahui geisha dari film Memoirss
of geisha. Dalam film tersebut digambarkan potret kehidupan geisha sebagai
produk budaya J epang yang memiliki banyak keahlian dalam bidang seni
diantaranya seperti menari, menyanyi, memainkan musik, bermain teater,
memakai kimono, merias wajah dengan makeup tebal dan dandanan rambut yang
rumit, menuang sake dengan cara yang anggun dan sesensual bercerita tentang
banyak hal dari sastera hingga sejarah, memakaikan jas dan sepatu tamu, dan
banyak lagi. Dan sebagai agen seni geisha bukan hanya wanita J epang yang
berkemampuan lebih dalam bidang seni tetapi juga memiliki intelektual dengan
aktivitas yang terpola dan terkonsep, hal itulah yang membuat geisha menjadi
menarik untuk di jadikan teman berbicara oleh klien-kliennya yang pada
umumnya adalah pria yang berpengaruh dan memiliki kekuasaan, mereka bukan
saja wanita yang cantik, lembut, memiliki ketrampilan seni atau skill tetapi juga
merupakan wanita yang cerdas yang memiliki daya tarik, memiliki etika bergaul,
berjalan dan berbicara halus., wanita yang glamour, anggun dan menawan.
Seorang geisha sejati juga tidak akan mengotori reputasinya dengan membuat diri
bisa disewa laki-laki dengan tarif per malam.
Film itu juga bercerita bahwa menjadi geisha bukanlah hal yang mudah
karena harus melalui sekolah khusus atau kejuruan, mendapat pelatihan dari dini
dan tinggal diruma geisha selama bertahun-tahun, dan yang menjadi geisha
bukanlah orang yang sembarangan tetapi hanya wanita-wanita yang memiliki
kecerdasan, paras mempesona dan keterampilan seni. Wanita yang pandai
berbicara, menjaga rahasia bahkan menciptakan suasana dramatis hanya dengan
menggerakkan kipas atau menggoda seseorang dengan hanya menampilkan
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
sedikit belakang lehernya atau sekilas pergelangan tangannya. Dalam film
dikatakan bahwa geisha adalah artis dan menjadi geisha adalah menjadi sebuah
karya seni yang bergerak dan menciptakan sebuah dunia rahasia tempat dimana
yang ada hanyalah keindahan.
Sebenarnya dunia geisha adalah sebuah wilayah yang kompleks dan penuh
teka-teki terutama bagi masyarakat luar. Sebagian orang melihat geisha
merupakan sisi gelap masyarakat modern J epang, tetapi masyarakat, negara dan
pemerintah J epang sendiri tidak pernah mempersoalkannya. Geisha yang sulit
dilacak secara pasti tahun-tahun kemunculannya, sampai sekarang tetap eksis
dengan perlindungan hukum penuh. Dalam banyak hal negara bahkan
memanfaatkannya.
Salah satu contoh yaitu yang dialami oleh salah seorang geisha yang
bernama Mineko ketika dia diundang menghadiri jamuan makan resmi bersama
Ratu Elizabeth di J epang. Ketika itu ia adalah penari Mai terbaik di Kyoto dan
untuk menghormati Ratu Elizabeth, pemerintah J epang mendudukan ia disebela
ratu tetapi kenyataannya Ratu Elizabeth tidak ingin berbicara dengannya bahkan
melihatnyapun tidak. Tampaknya Ratu Elizabeth mengiranya adalah pelacur
tingkat tinggi (http://wrm-indonesia.org/content/view/228/66/)
Hal itu bisa dipahami karena dalam perilaku dan kejadian tertentu, banyak
hal yang menghubungkan geisha dengan dunia pelacuran, melalui film Memoirs
Of a Geisha kita dapat melihat bagaimana rekruitmen geisha tidak terbuka, calon
Geisha di peroleh melalui proses perdagangan manusia. Kita dapat melihatnya
saat tokoh utama Sayuri dan kakaknya dijual oleh orangtuanya kepada makelar
yang nantinya akan dijual lagi kepada pemilik rumah geisha. Selain itu geisha
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
selama masa persiapan, masa sekolah, hingga menjadi seorang geisha tinggal di
sebuah gion atau semacam rumah penampungan . di dalam gion itu, ada induk
semang yang disebut ibu, yang berkuasa penuh atas gion seisinya, termasuk para
geisha, geisha magang, dan para pembantunya. Ibu inilah yang mengurus segala
keperluan geisha termasuk mengatur pemasukan dan pengeluaran . Semua biaya
hidup dan pendidikan geisha, bahkan mungkin pelanggaran-pelanggaran yang
bisa dinilai dengan uang ditanggung oleh ibu, tetapi itu semua dihitung sebagai
hutang. Bila nanti geisha sudah mengahsilkan uang, mula-mula digunakan untuk
mengembalikan hutang yang dimiliki oleh seorang geisha kepada ibu tersebut
(http://id.wikipedia.org/wiki/geisha).
Kemudian dalam dunia geisha dikenal sebuah peristiwa yang disebut
sebagai mizuage, yaitu peristiwa memerawani. Ini dilakukan oleh seorang
geisha magang yang dianggap sudah layak menjadi geisha sesungguhnya. Orang
yang berhak melakukan mizuage adalah siapa yang berani membayar harga paling
tinggi. Dalam film ini kita dapat melihat bagaimana keperawanan Sayuri dilelang
seharga 15.000 yen, harga mizuage termahal yang pernah ada saat itu. Tetapi
setelah mizuage antara geisha dan pembayar tertinggi tidak ada ikatan apapun,
dan sebelum peristiwa mizuage diadakan upacara terlebih dahulu. Kemudian
seorang geisha dalam menekuni pekerjaan sehari-hari memang sebatas
memberikan pelayanan jasa hiburan melalui keterampilan yang ia miliki.
Sedangkan dalam konteks sex seorang geisha akan dianggap sukses jika memiliki
seorang danna, yaitu lelaki yang memberi perlindungan baik secara mental
maupun materil. Seorang geisha akan dianggap gagal bila ia tidak memiliki
seorang pria yang bertindak sebagai pelindungnya dan membiayai
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
pengeluarannya. Pria ini akan menjamin hidupnya tetap elegan, dan sebagai
gantinya si geisha akan memberi pelayanan seksual. Dan pelayanan itu hanya
untuk satu pria yaitu dannanya.
Keunikan budaya J epang yang dilihat dari profesi geisha ternyata
memperoleh tanggapan yang berbeda-beda bagi orang Indonesia yang
diperepsikan dalam bentuk persepsi. Ada persepsi negative yang mengatakan
bahwa profesi geisha berhubungan dengan praktek prostitusi, suatu profesi yang
hina, dan memandang geisha sebagai pelacur kelas atas, esensinya sama halnya
dengan beberapa artis Indonesia yang menjual dirinya kepada orang-orang kaya
dan berpengaruh, dunia yang penuh dengan persaingan diantara sesama geisha
yang penuh dengan intrik-intrik untuk mengambil hati kliennya dan beberapa
menganggapnya sebagai seorang pelacur politik. Tetapi ada juga persepsi positif
yang mengatakan geisha adalah seniman, wanita yang elegan, cerdas, pintar,
berwawasan, lembut, ramah, tahu cara menyenangkan hati pria, bukanlah pelacur
tetaapi artis yang memiliki banyak keahlian dalam bidang seni, yang mampu
menghibur banyak pria, wanita yang menjaga kelestarian budaya dalam bidang
fashion maupun seni (http://www.indoforum.org/archive/indexphp). Dan
memandang geisha adalah korban yang dieksploitasi oleh okiya (pihak rumah
geisha) hal itu dilihat dari adanya hak okiya untuk melelang kegadisan geishanya.
Hal yang ironis adalah geisha bukan untuk merasakan, bukan untuk mencintai dan
memilih, karena geisha adalah seni maha agung yang hidup dalam dunia yang
terapung, yang selamanya akan menjadi setengah isteri dan tidak dapat memiliki
cinta seutuhnya, dan pada akhirnya geisha menjadi bagian penting dalam
kehidupan borjuis J epang kala itu, dan perannya tidak dapat dianggap sebelah
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
mata. Aura sensualitas menjadikannya pemikat, menjadikannya sebagai bagian
dari kultur dan khasanah serta tradisi J epang, dan menjadi sumber pesona di
negara asalnya.
Oleh sebab itu disinilah pentingnya komunikasi antar budaya mengingat
saat ini dunia sedang menyusut, proses ini sering disebut globalisasi sehingga
kapasitas untuk memehami keanekaragaman budaya sangat diperlukan, dimana
esensinya semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-anggota
budaya tersebut meskipun nilai-nilainya berbeda dan setiap individu atau budaya
berhak menggunakan nilai-nilainya sendiri. Seperti halnya profesi geisha yang
berasal dari J epang jika dikaitkan dengan budaya Indonesia jelas sangat
bertentangan. Dari segi agama, semua agama di Indonesia sangat menentang jika
seorang wanita berhubungan dengan pria yang bukan suaminya walaupun ia
hanya berhubungan dengan satu pria saja, di samping itu kita juga akan menilai
sangat tidak bermoral jika wanita dijadikan komoditi untuk melakukan lobi politik
walaupun di Indonesia sendiri dalam praktiknya banyak menggunakan wanita
sebagai lobi politik. Masalah sosial lainnya yang dapat kita lihat dalam film
tersebut yaitu traffickking atau penjualan manusia, undang-undang di Indonesia
sangat jelas menghukum tindak pidana orang-orang yang melakukan penjualan
manusia dan ironisnya dalam film tersebut yang melakukan penjualan adalah
orangtuanya sendiri dengan alasan ekonomi.
Berdasarkan pemaparan diatas tidak heran jika oleh peneliti budaya jepang
khususnya profesi geisha yang dapat kita lihat dalam film memoirs of a geisha
dianggap fenomenal dan unik serta menarik untuk diteliti, disamping adanya
kontroversi di luar Negara J epang seperti di Indonesia yang melahirkan
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
perbedaan persepsi dalam memandang profesi tersebut. Kontroversi lain yang
timbul yaitu munculnya keberatan tentang diangkatnya kisah para artis-penghibur
tradisional J epang dalam layar lebar oleh para mantan pelakunya, hal lain yang
membuat profesi geisha dalam film memoirs of geisha menarik untuk di teliti
yaitu film ini disatu sisi hendak mengetengahkan bahwa sesungguhnya geisha
sangat berbeda dengan prostitusi tetapi disisi lain ditampilkan sisi sesungguhnya
dunia prostitusi itu. Film memoirs of a geisha adalah film yang meraih enam
nominasi academy award yang diadaptasi dari novel yang sangat sukses hasil
karya Arthur Golden, yang telah menjual lebih dari empat juta kopi di Inggris dan
telah diterjemahkan ke dalam 32 bahasa (http://id.wikipedia.org/wiki/Memoirs_of
_a_ Geisha).
Oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui mengetahui bagaimana persepsi
yang terbentuk di kalangan mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU)
terhadap profesi geisha dalam film Memoirs Of a Geisha.

I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimanakah persepsi mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap
profesi Geisha dalam filmMemoirs Of a Geisha?




J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
I.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga
dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan
diteliti. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yang hanya berisi uraian situasi
atau peristiwa penelitian dan tidak mencari hubungan, tidak menguji hipotesa
atau membuat prediksi.
2. Responden adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara Program S1 di
enam fakultas yang ditentukan dengan cara random sampling yaitu Fakultas
Kedokteran Gigi, Kesehatan Masyarakat, Ekonomi, Teknik, Sastra dan
Hukum yang telah menonton film Memoirs Of a Geisha
3. Penelitian ini hanya ditujukan untuk mengumpulkan informasi tentang
bagaimana persepsi mahasiswa terhadap profesi geisha dalam film Memoirs
Of a Geisha.
I.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran secara umum tentang profesi geisha
dalam film Memoirs Of a Geisha
2. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap profesi geisha yang
mencakup status, tugas, tanggung jawab, peranan, ritual geisha dalam
film Memoirs Of a Geisha.



J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
I.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah
penelitian, dan dapat memperluas cakrawala pengetahuan peneliti serta
mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU
2. Secara akademis, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU,
Khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya
khasanah penelitian dan sumber bacaan.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan
penelitian ini.

I.6 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir
dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun
kerangka teori sebagai landasan berpikir yang menunjukkan dari sudut mana
peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti (Nawawi, 1997: 40).
Teori merupakan himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi
yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan
relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut
(Kriyantono, 2006 : 45).



J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
I.6.1 Komunikasi Massa
Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dilemukaka oleh
Bittner (dalam Ardianto,2004:3), yakni komunikasi massa adalah pesan uang
dikomunikasikan melaui media massa pada sejumlah besar orang. Defenisi
komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain yaitu
Gerbner (dalam Ardianto,2004:4),komunikasi massa ialah produksi dan
distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu
serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.
Ahli komunikasi massa lainnya, J oseph A Devito merumuskan defenisi
komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian
massa serta tentang media yang digunakannya. Komunkasi massa ditujukan
kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti
bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton,
tetapi ini berarti khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar diidefinisikan
(Ardianto,2004:6)
Rakhmat merangkum definisi-definisi komunikasi massa menjadi,
komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi massa yang ditujukan
kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media
cetak atau elektronik sebagai pesan yang sama yang dapat diterima secara
serentak dan sesaat (Ardianto,2004:7)
Menurut Dominick (Ardianto 2004:15) fungsi komunikasi massa bagi
masyarakat terdiri dari surveillance(pengawasan), interpretation (penafsiran),
linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertainment
(hiburan).
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Berikut ini adalah perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi
massa yaitu (Rakhmat, 1993:219).
1. Efek kognitif, yaitu terjadi bila ada perubahan pada apa yang dketahui,
dipahami dan dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi
pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi.
2. Efek afektif, yaitu timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,
disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi,
sikap, atau nilai.
3. Efek konatif (behavioral), yaitu merujuk pada perilaku nyata yang dapat
diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan perilaku.

I.6.2 Media Massa
Media massa adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun
1920an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus di desain untuk
mencapai masyarakat yang sangat luas (http://id.wikipedia.org/wiki/Media massa)
Untuk berlangsungnya komunikasi massa diperlukan saluran yang
memungkinkan disampaikannya pesan kepada khalayak yang dituju. Saluran
tersebut adalah media massa, yaitu sarana teknis yang memungkinkan
terlaksananya proses komunikasi massa tertentu. Media massa menurut bentuknya
dapat dikelompokkan atas:
1. Media cetak (printed media) yang mencakup surat kabar, majalah, buku,
pamflet, brosur dan sebagainya
2. Media Elektronik, seperti radio, televisi, film, slide, video, dan lain-lain.
Media massa mempunyai karakter tertentu, yang tidak bisa disamai oleh
media massa yang lain. Media cetak, mampu memuat peristiwa secara lengkap
sampai kepada detil-detilnya, dan bisa disimpan dan dibaca ulang. Namun sifat
komunikasinya masih tertunda (delay). Radio bisa menyiarkan berita secara cepat
dan langsung, namun sifat beritanya hanya sekilas, dan seringkali tidak mampu
diingat secara baik oleh audiens. Radio juga hanya bersifat audio. Namun radio
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
mampu menghadirkan efek theatre of mind, yaitu audiens mampu berimajinasi
lebih jauh tentang apa yang mereka dengarkan. Foto mampu menghadirkan
gambar peristiwa secara komprehensif, tanpa ditambah dan dikurangi. Foto
mampu melengkapi berita, dan menambah legitimasinya. Televisi mampu
menjawab kekurangan radio, kesan audio visual mampu dihadirkan, namun
informasi yang dihasilkan juga masih bersifat sekilas, tidak mendalam. Film tidak
bisa menjawab kebutuhan berita, namun film mampu merekam kejadian secara
audio visual dan bisa diputar berulang-ulang. Film juga bisa dipakai sebagai
sarana penyampaian pesan secara fiktif, melalui pengaturan skenario dan
penyutradaraan.
I. 6. 3 Film
Film adalah gambar yang bergerak (moving picture). Menurut Effendy
film diartikan sebagai hasil budaya dan sebagai alat ekspresi kesenian. Film
sebagai media komunikasi massa yang merupakan hasil dari berbagai teknologi
rekaman suara, kesenian, baik seni rupa, teater, sasra dan arsitektur serta musik.
Dalam kaitannya dengan kemampuan film untuk tumbuh dan berkembang
sangat bergantung kepada kondisi bagaimana unsur-unsur cangkokan teknologi
dan unsur seni dapat dipadukan sehingga pada akhirnya menghasilkan film yang
berkualitas.
Dalam perspektif komunikasi Massa, film dimaknai sebagai pesan-pesan
yang disampaikan dalam komunikasi, yang memahami hakikat, fungsi dan
efeknya. Perspektif ini memerlukan pendekatan yang terfokus pada film sebagai
proses komunikasi, disamping itu dengan dengan meletakkan film dalam konteks
sosial, politik, dan budaya dimana proses komunikasi itu berlangsung, sama
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
artinya dengan memahami preferensi penonton yang pada gilirannya menciptakan
citra penonton film (Irawanto 1999:11). Film atau motion pictures ditemukan dari
hail pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. (Ardianto 2004: 135).
Menurut Effendi (2003:210) jenis-jenis film berdasarkan sifatnya adalah:
1. film cerita (story film)
2. film berita (newsreel)
3. film documenter (documentary film)
4. film kartun (cartoon film)
Film yang dipertunjukkan di gedung bioskop adalah film teatrikal yang
mempunyai persamaan dengan televisi dalam hal sifatnya yang audio visual,
hanya saja dibedakan pada mekanik dan non elektronik dalam proses
komunikasinya dan dalam fungsinya rekreatif, edukatif, persuasif (non
informatif).
I.6.4 Komunikasi Antar Budaya
Pembicaraan tentang komunikasi antarbudaya tidak apat dielakkan dari
pengetian kebudayaan (budaya). Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar dua
kata tetapi dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Komunikasi antarbudaya
dapat diartikan melalui beberapa pernyataan sebagai berikut (Liliweri,2004:9):
1. komunikasi antarbudaya adalah pernyataan diri antarpribadi yang
paling efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang
budaya
2. komunikasi antarbudaya merupakan pertukaran pesan-pesan yang
disampaikan secara lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua
orang yang berbeda latar belakang budaya
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
3. komunikasi antarbudaya merupakan pembagian pesan yang
berbentuk informasi atau hiburan yang disampaika secara lisan atau
tertulis atau metode lainnya yang dilakuka oleh dua orang yang
berbeda latar balakang budayanya.
4. komunikasi antarbudaya adalah pengalihan informasi dari seseorang
yang berkebudayaan tertentu kepada seseorang yang berkebudayaan
lain.
5. komunikasi antarbudaya adalah pertukaran makna yang berbentuk
simbol yang dilakukan oleh orang yang berbeda latar belakang
budayanya.
6. komunikasi atarbudaya adalah proses pengalihan pesan yang
dilakukan seseorang melalui saluran tertentu kepad orang lain yang
keduanya berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan
mengahasilkan efek tertentu.
7. komunikasi antarbudaya adalah setiap proses pembagian informasi,
gagasan atau perasaan diantara mereka yang berbeda latar belakang
budayanya. Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan
dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau penampilan
pribadi, atau bantuan hal lain di sekitarnya yang memperjelas pesan.
Komunikasi antar budaya memiliki dua saluran yaitu antar pribadi dan
media massa (Radio, surat kabar, TV, Film, Majalah), saluranan komunikasi
mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari komunikasi antarbudaya (Lubis,
2002:5).

J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
I.6.5 Teori S-O-R
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Respon, ini semua
berasal dari psikologi. Objek material dari psikologidan komunikasi adalahsama
yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku,
kognisi, afeksi, konasi. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya
perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang
berkomunikasi dengan organisme.
Elemen-elemen dari model ini adalah pesan (stimulus), komunikan
(organisme), efek (respon). Model S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1
Model S-O-R
Organism :
- perhatian
-pengertian
-penerimaan
stimulus
Response :
Perubahan sikap

Sumber: Effendy,2003:255
Proses diatas mengambarkan perubahan sikap dan bergantung kepada
proses yang terjadi pada individu. Stimulus yang diberikan kepada organisme
dapat diterima atau dapat ditolak, maka pada proses selanjutnay terhenti. Ini
berarti stimulus tersbut tidak efektif dalam mempengaruhi organisme, maka tidak
ada perhatian (attention) dari organisme, jika stimulus diterima oleh organisme
berarti adanya komunikasi dan perhatian dari organisme, dalam hal ini stimulus
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
efektif dan ada reaksi. Langkah selanjutnya adalah jika stimulus telah mendapat
perhatian dari organisme, kemampuan dari organisme inilah yang dapat
melanjutkan proses berikutnya. Pada langkah berikutnya adalah organisme dapat
menerima secara baik apa yang telah diolah sehingga dapat terjadi kesediaan
dalam mengubah sikap. Dalam perubahan sikap ini dapat dilihat bahwa sikap
dapat berubah hanya jika rangsangan yang diberikan melebihi rangsanga semula.
Perubahan berarti bahwa stimulus yang diberikan dapat meyakinkan organisme,
dan akhirnya secara efektif dapat merubah sikap.
Hovland (dalam Effendy,2003:255) beranggapan bahwa perubahan sikap
adalah serupa dengan proses belajar. Dalam mempelajari sikap yang baru ada tiga
variabel penting yang menunjang proses belajar tersebut yaitu perhatian,
pengertian, dan penerimaan.
I.6.6 Persepsi
Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal
dari bahasa latin perception dari percipere yang artinya menerima atau
mengambil. Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara
seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau
pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu
(Sobur, 2003:445).
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli).
Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari
persepsi. Walaupun begitu , menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi dan memori. (Rakhmat
2005:51).
Sementara menurut Brian Fellows persepsi adalah proses yang
memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisa informasi. Persepsi
meliputi pengindraan (sensasi) melalui alat-alat indra kita (yakni indra peraba,
indra penglihat, indra pencium, indra pengecap, atau indra pendengar), atensi, dan
interpretasi. Sensasi merujuk pada pesan yang di kirimkan ke otak lewat
penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman dan pengecapan. Persepsi
manusia sebenarnya terbagi dua yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik)
dan persepsi terhadap manusia. Persepsi terhadap manusia lebih sulit dan
kompleks karena manusia bersifat dianmis. Persepsi sosial adalah proses
menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam
lingkungan kita. Manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap mereka
mengandung resiko(Mulyana 2005:168).
Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses yang terjadi dalam
pengamatan seseorang terhadap orang lain. Persepsi juga bisa diartikan sebagai
proses. Pemahaman terhadap suatu informasi yang disampaikan oleh orang lain
yang sedang saling berkomunikasi, berhubungan atau bekerjasama, jadi setiap
orang tidak terlepas dari proses persepsi. Kita biasanya menganggap bahwa kita
bisa melihat hal-hal yang benar-benar faktual atau nyata didunia sekitar kita. Kita
mengira bahwa benda-benda yang kita lihat atau persepsi adlah hal-hal yang
nyata, sedangkan hal-hal lain seperti ide dan etori merupakan sesuatu yang kurang
nyata, bagi setiap orang apa yang dipersepsikan adalah kenyataan (Matsumono,
2004:59)
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Persepsi itu bersifat kompleks dengan pesan yang akhirnya memasuki otak
kita dan apa yang terjadi diluar dapat sangat berbeda denga apa yang mencapai
otak kita. Mempelajari bagaimana dan mengapa pesan-pesan ini berbeda sangat
penting dalam memahami komunikasi. Kita dapat mengilustrasikan bagaimana
persepsi bekerja dengan menjelaskan tiga langkah yang terlibat dala proses ini.
Tahapan-tahapan ini tidak saling terpisah, dalam kenyataan ketiganya bersifat
kontiniu, bercampur baur, dan bertumpang tindih satu sama lain (lihat gambar),
Gambar 2
Proses persepsi


Terjadinya
Stimulasi
alat indra
Stimulus
alat indra
diatur
Stimulus alat
indra dievaluasi-
ditafsirkan

Sumber: Sobur,2003:449
1. Terjadinya stimulasi alat indra
Pada tahap pertama, alat-alat indra distimulasi (dirangsang), kita mendengar suara
musik, kita melihat orang yang telah lama tidak kita jumpai, kita mencium parfum
orang yang berdekatan dengan kita. Meskipun memiliki kemampuan pengindraan
untuk merasaka stimulus (rangsangan), kita tidak selalu menggunakannya.sebagai
contoh bila kita melamun di kelas, anda tidak mendengar apa yang dikatakan
dosen sampai dia memanggil nama anda, barulah. anda sadar. Anda tahu bahwa
anda mendengar nama anda disebut-sebut tetapi anda tidak tahu apa penyebabnya.
2. Stimulasi terhadap alat indar diatur
Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indra diatur menurut berbagi prinsip.
Salah satu prinsip yang sering digunakan adalah prinsip proksimitas atau
kemiripan. Orang atau pesan yang secara fisik mirip satu sama lain dipersepsikan
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
bersama-sama atau sebagai satu kesatuan (unity). Kita mempersepsikan orang
yang sering bersama-sama sebagai satu unity (sebagai satu pasangan). Prinsip lain
adalah kelengkapan (closure), kita memandang atau mempersepsikan suatu
gambar atau pesan yang dalam kenyataan lengkap sebagai gambar atau pesan
yang lengkap, sebagai contoh kita mempersepsikan gambar potongan lingkaran
sebagai lingkaran penuh meskipun sebagian dari lingkaran itu tidak ada. Atau kita
akan mempersepsikan serangkaian titik atau garis putus yang ditata dalam pola
melingkar sebagai lingkaran.
3. Stimulasi alat indra ditafsirkan-dievaluasi
Langkah ketiga dari proses perseptual adalah penafsiran-evaluasi. Kedua istilah
penafsiran-evaluasi digabungkan untuk menegaskan bahwa keduanya tidak dapat
dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses subjektifyang melibatkan
evaluasi di pihak pertama. Penafsiran masa lalu tidak semata-mata didasarkan
pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa
lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan, tentang yang seharusnya,
keadaan fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada kita
(Sobur,2003:449).

I.7 Kerangka Konsep
Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang
dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang
diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasia dari
sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan
berbagai fenomena yang sama. Sedangkan Kerlinger menyebut konsep sebagai
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. J adi konsep
merupakan sejumlah ciri atau standar umum suatu objek (Kriyantono,2006:17).
Agar konsep tersebut dapat diteliti, maka harus dioperasionalkan dengan
mengubahnya menjadi variabel. Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian, variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Profesi geisha dalam film Memoirs Of a Geisha
Profesi geisha merupaka sebuah produk budaya bangsa J epang yaitu
seniman yang memiliki banyak keahlian, keperawanan seorang gadis
dilelang kepada penawaran yang paling tinggi, perempuan-perempuan
dilatih untuk memikat laki-laki yang paling berkuasa.
2. Persepsi mahasiswa Universitas Sumatera Utara
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Mahasiswa adalah kaum intelektual dan merupakan
unsur yang paling sadar dalam masyarakat.









J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
I.8 Model Teoritis
Adapun model teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3
Model Teoritis



komponen
profesi geisha dalam film
Memoirs Of A Ghesia
komponen
Persepsi Mahasiswa

Karakteristik Responden


I.9 Operasional variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dapat
dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam
penelitian, indikator-indikator yang akan diteliti yaitu:








J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Tabel 1
Variabel Operasional
Komponen Indikator
Profesi geisha dalam film Memoirs Of
a Geisha
1. Status geisha
2. Tugas geisha
3. Tanggung jawab geisha
4. Peranan geisha
5. Ritual geisha
Persepsi Mahasiswa 1. Pengenalan
2. Penalaran
3. Perasaan
4. Tanggapan
Karakteristik Responden 1. J enis Kelamin
2. Fakultas
3. Angkatan
4. Suku
5. Agama

I.10 Defenisi Operasional
Defenisi variabel operasional adalah unsur penelitian yang
memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata
lain defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu
penelitian lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun 1995 :
46).
Defenisi variabel operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah :
1. Profesi geisha dalam film Memoirs Of a Geisha
Indikatornya:
a. Status geisha yaitu keadaan atau kedudukan geisha dalam
hubungannya dengan masyarakat di sekelilingnya, jenis status di
sini adalah status sosial dan status ekonomi.
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
b. Tugas geisha yaitu kewajiban yang harus diselesaikan oleh geisha
atau hal-hal apa saja yang menjadi pekerjaan seorang geisha.
c. Tanggung jawab geisha yaitu tanggung jawab dalam menjalankan
tugasnya, tanggungjawab kepada dannanya, kliennya, dan rumah
geisha
d. Peranan geisha yaitu tingkat yang diharapkan dimiliki oleh geisha
dalam kedudukannya di masyarakat.
e. Ritual geisha yaitu ritual yang dilakukan dalam kehidupan seorang
geisha antara lain mizuage (keperawanan geisha magang dilelang),
san san kudo (ritual saat seorang geisha memperoleh dannanya).
2. Persepsi mahasiswa
Indikatornya :
a. Pengenalan yaitu adanya pengenalan terhadap rangsangan yaitu
profesi geisha dalam film memoirs of a geisha, yang diawali
dengan perhatian
b. Penalaran yaitu proses sewaktu rangsangan dihubungkan yang
rangsangan lainnya, sehingga menimbulkan pemahaman responden
terhadap isi film yang menjabarkan kehidupan seorang geisha
c. Perasaan, yaitu kondisi emosional yang dihasilkan oleh
rangsangan, baik sendiri maupun bersama-sama, dengan
rangsangan lain berupa suka atau tidak suka
d. Tanggapan yaitu tindakan tersembunyi berupa persepsi mahasiswa
terhadap profesi geisha

J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
3. Karakteristik Responden
Indikatornya:
a. J enis Kelamin yaitu jenis kelamin dari responden laki-laki atau
perempuan
b Fakultas yaitu dari fakultas mana responden berasal
c. Stambuk yaitu tahun responden menjadi mahasiswa
d. Suku yaitu suku dari responden
e. Agama yaitu agama yang dianut oleh responden

















J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
BAB II
LANDASAN TEORI

II.1 Komunikasi Massa
Defenisi komunikasi yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner
(Rakhmat, seperti yang disitir komala, dalam Karlinah,dkk.1999), yakni
komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah besar orang (mass communication is maessage comminicated through a
mass medium to a large number of people). Dari defenisi tersebut dapat diketahui
bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa (Ardianto, 2004:3)
Menurut J oseph A.Devito dalam bukunya Communicology : An
Introduction to the Study of Communication, mengatakan bahwa defenisi
komunikasi massa adalah sebagai berikut : Pertama, komunikasi massa adalah
komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa
banyaknya. Ini berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua
orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini
berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk
didefenisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh
pemancar-pemencar yang audio dan visual. Komunikai massa barangkali akan
lebih mudah dan lebih logis bila didefenisikan menurut bentuknya, televisi, radio,
surat kabar, majalah, film, buku, dan pita (Effendy,1993 : 21).
Selanjutnya, Maletzke (1963, dalam Rakhmat,1993:188) mengartikan
komunikasi massa sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung
dan satu arah pada publik yang tersebar.
II.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa
Defenisi-defenisi komunikasi massa itu secara prinsip mengandung suatu
makna yang sama, bahkan antara satu defenisi dengan defenisi lainnya dapat
dianggap saling melengkapi. Melalui defenisi itu pula kita kita dapat mengetahui
karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut (Ardianto, 2004: 7-13)
1. Komunikator Terlembaga
Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Menurut
Wright komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Secara
kronologis proses penyusunan pesan oleh komunikator sampai pesan itu diterima
oleh komunikan. Apabila pesan itu disampaikan melalui surat kabar, maka
prosesnya adalah sebagai berikut : komunikator menyusun pesan dalam bentuk
artikel, apakah atas keinginannya atau atas permintaan media massa yang
bersangkutan. Selanjutnya pesan tersebut diperiksa oleh penanggungjawab rubrik.
Dari penanggung jawab rubrik diserahkan kepada redaksi untuk diperiksa layak
tidaknya pesan itu untuk dimuat dengan pertimbangan utama tidak menyalahi
kebijakan dari lembaga media massa itu. Ketika sudah layak pesan dibuat
settingnya, lalu diperiksa oleh korektor, disusun oleh layout man agar
komposisinya bagus, dibuat plate, kemudian masuk ke mesin cetak. Tahap
terakhir setelah dicetak merupakan tugas bagian distribusi untuk mendistribusikan
surat kabar yang berisi pesan itu kepada pembacanya.
Apabila media komunikasi yang digunakan adalah media televisi, tentu
akan banyak lagi melibatkan orang, seperti juru kamera, juru lampu, pengarah
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
acara, bagian make up, floor manager dan lain-lain. Selain itu, peralatan yang
digunakan lebih banyak serta dana yang diperlukan lebih besar.
2. Bersifat Umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan
untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok tertentu. Oleh
karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa
dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa
yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi
massa yang dikemas dalam bentuk apa pun harus memenuhi kriteria penting atau
menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan. Dengan
demikian, kriteria pesan yang penting dan menarik itu mempunyai ukuran
tersendiri, yakni bagi sebagian besar komunikan. Misalnya, berita pemilihan
Lurah di Kelurahan Sukapada Kotamadya Bandung, dapat dianggap memenuhi
kriteria penting bagi masyarakat setempat, tetapi tidak penting bagi masyarakat
kotamadya Bandung, apalagi jawa Barat.
3. Komunikan Anonim dan Heterogen
Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada
komunikasi antarpersonal. Komunikator akan mengenal komunikannya,
mengetahui identitasnya seperti nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal,
bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya.
Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikatornya tidak mengenal
komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak
tuatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen,
karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
dikelompokkan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
latarbelakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi.
4. Pesan Serempak
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan komunikasi lainya adalah,
jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relativ banyak dan
tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara
serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.
Keserempakan media massa itu ialah keserampakan kontak dengan
sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk
tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah, contohnya acara
televisi yang ditayangkan oleh station tv setiap harinya, ditonton oleh jutaan
pemirsa. Mereka secara serempak pada waktu yang sama menonton acara-acara di
televisi.
5. Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan
Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus.
Pada komunikasi antarpersonal, unsur hubungan sangat penting. Sebaliknya pada
komunikasi massa yang penting adalah isi.
Pada komunikasi antarpersonal, pesan yang disampaikan atau topik yang
dibicarakan tidak perlu menggunakan sistematika tertentu. Dalam komunukasi
massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan
ditentukan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.
6. Bersifat Satu Arah
Secara singkat komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan
menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
komunikator dan komunikan tidak dapat melakukan kontak langsung.
Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan,
namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya
terjadi dalam komunikasi antarpesonal. Dengan demikian, komunikasi massa itu
bersifat satu arah.
Apabila kita sedang menonton berita di televisi kemudian ada beberapa
bagian yang tidak dapat kita pahami, kita tidak dapat meminta penyiar untuk
mengulang membacakan bagian yang tidak kita pahami itu, pesan harus diterima.
7. Stimulasi Alat Indra yang Terbatas
Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis
media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada siaran
radio dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media
televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.
Sedangkan komunikasi antarpersonal yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat
indra pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapat digunakan secara
maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat, mendengar secara langsung, bahkan
mungkin merasa.
8. Umpa Balik Tertunda (Delayed)
Umpan balik atau feedback merupakan factor penting dalam bentuk
komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback
yang disampaikan oleh komunikan.
Umpan balik sebagai respon mempunyai volume yang tidak terbatas pada
komunikasi antarpersonal, contohnya kernyitan mata, gerak bibir, posisi tubuh,
intonasi suara dan gerakan lainnya yang dapat diartikan. Umpan balik ini bersifat
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
langsung (direct feedback) atau umpan balik yang bersifat segera
(immediatefeedback).
II.2.2 Komponen Komunikasi Massa
Komunikasi massa pada dasarnya merupakan komunikasi satu arah,
artinya komunikasi berlangsung dari komunikator (sumber) melalui media kepada
komunikan (khalayak). Walaupun kaomunikasi massa dalam prosesnya bersifat
satu arah, namun dalam operasionalnya memerlukan komponen lain yang turut
menentukan lancarnya proses komunikasi. Komponen dalam komunikasi massa
ternyata tidak sesederhana komponen komunikasi yang lainnya. Proses
komunikasi massa lebih kompleks, karena setiap komponennya mempunyai
karakteristik tertentu adalah sebagai berikut (Ardianto, 2004 : 36-42):
a. Komunikator
Dalam komunikasi massa produknya bukan merupakan karya langsung
seseorang, tetapi dibuat melalui usaha-usaha yang terorganisasikan dari
beberapa partisipan, diproduksi secara massal dan didistribusikan kepada
massa.
b. Pesan
Sesuai dengan karakteristik dari pesan komunikasi massa yaitu bersifat umum,
maka pesan harus diketahui oleh setiap orang. Penataan pesan bergantung
pada sifat media yang berbeda antara satu sama lainnya.
c. Media
Media yang dimaksud dalam proses komunikasi massa yaitu media massa
yang memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian
khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instananeous).
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008


d. Khalayak
Khalayak yang dituju oleh komunikasi massa adalah massa atau sejumlah
besar khalayak. Karena banyaknya jumlah khalayak serta sifatnya yang
anonim dan heterogen, maka sangat penting bagi media untuk memperhatikan
khalayak.
e. Filter dan Regulator Komunikasi Massa
Dalam komunikasi massa pesan yang disampaikan media pada umumnya
ditujukan kepada massa (khalayak) yang heterogen. Khalayak yang heterogen
ini akan menerima pesan melalui media sesuai dengan latar belakang sosial,
ekonomi, pendidikan, agama, usia, budaya. Oleh karena itu, pesan tersebut
akan di filter (disaring) oleh khalayak yang menerimanya.
f. Gatekeeper (Penjaga Gawang)
Dalam proses perjalanannya sebuah pesan dari sumber media massa kepada
penerimanya, gatekeeper ikut terlibat di dalamnya. Gatekeeper dapat berupa
seseorang atau satu kelompok yang dilalui suatu pesan dalam perjalanannya
dari sumber kepada penerima.
II.2.3 Fungsi Komunikasi Massa
Dominick menyebutkan bahwa fungsi komunikasi massa meliputi fungsi
survellance, interpretation, linkage, transmission of values, dan entertainment.
(Ardianto, 2004:15).


J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008

1. Surveillance (pengawasan)
Fungsi pengawasan dikategorikan menjadi dua yaitu:
a. Fungsi warning of beware surveillance (pengawasan peringatan) yaitu terjadi
ketika media menginformasikan tentang ancaman bencana alam, kondisi yang
memprihatinkan, tayangan inflasi, ancaman militer, dan lain-lain.
b. Fungsi instrumental surveillance (pengawsan instrumental) yaitu
penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat
membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, berita acara film
bioskop, berita mengenai harga produk, mode, dan lain-lain.
2. Interpretation (penafsiran)
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, media massa mengumpulkan data danfakta
dan selanjutnya memberikan penafsiran atas peristiwa-peristiwa penting.Tujuan
penafsiran adalah mengajak pembaca dan pendengar maupun penonton untuk
memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut pada komunikasi antar
personal dan kelompok.
3. Linkage (pertalian)
Fungsi ini dapat dilihat dari peranan media massa dalam menyatukan Masyarakat
yang beragam sehingga membentuk linkage (pertalian)berdasarkan kepentingan
dan minat yang sama tentang sesuatu.
4. Transmission of values (penyebaran nilai-nilai)
Fungsi ini disebut juga sebagai fungsi sosialisasi, di mana mengacu pada cara di
mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Dalam hal ini media
mewakili gambaran masyarakat yang ditonton, didengar, dan dibaca sehingga
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
media massa akan memperlihatkan bagaimana masyarakat tersebut bertindak,
berperilaku, dan berharapan.
5. Entertainment (hiburan)
Melalui berbagai macam sajian dari media massa, khalayak akan mendapatkan
Hiburan yang dikehendakinya dan berita-berita yang mengandung human interest
(sentuhan manusiawi).
II.2 Media Massa
II.2.1 Pengertian Media Massa
Media massa berasal dari istilah bahasa inggris. Media massa merupakan
Singkatan dari mass media of communication atau media of mass communication.
Media massa adalah komunikasi dengan menggunakan sarana atau peralatan
yang dapat menjangkau massa sebanyak-banyaknya dan area yang seluas-
luasnya. Komunikasi massa tak akan lepas dari massa, karena dalam
komunikasi massa, penyampaian pesannya adalah melalui media(McQuail
2005:3) menyatakan bahwa media massa merupakan sumber kekuatan alat
kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan
sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. Bukan hanya itu, media
juga dapat menjadi sumber dominan yang dikonsumsi oleh masyarakat untuk
memperoleh gambaran dan citra realitas sosial baik secara individu maupun
kolektif, dimana media menyajikan nilai-nilai dan penilaian normatif yang
dibaurkan dengan berita dan hiburan. Selanjutnya, media massa memiliki
beberapa karakteristik sebagaimana diungkapkan oleh Cangara sebagai berikut
(Cangara, 2003:134):
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
1. Bersifat melembaga: pihak yang mengelola media terdiri atas banyak orang,
yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian informasi.
2. Bersifat satu arah: komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan
terjadinya dialog antara pengirim dengan penerima. Kalau misalnya terjadi
reaksi atau umpan balik maka biasanya memerlukan waktu dan tertunda.
3. Meluas dan serempak: dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak karena
memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, di mana informasi
yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.
4. Memakai peralatan teknis atau mekanis: seperti radio, televisi, surat kabar, dan
semacamnya.
5. Bersifat terbuka: pesan dapat diterima oleh siapa saja dan di mana saja tanpa
mengenal usia, jenis kelamin, agama, dan suku bangsa. Beberapa bentuk
media massa meliputi alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar,
film,radio, dan televisi.
Media massa terdiri dari media cetak (surat kabar, majalah, dan lain-lain)
dan media non cetak atau elektronik (radio, TV, internet, film). Media elektronik
(film, radio, dan televisi ) sendiri memiliki sejarah yang sangat berbeda dari media
cetak. Sebagai produk revolusi industri dan teknologi, media elektronik muncul
ketika alam demokrasi di AS sudah berkembang secara penuh an urbanisasisudah
berlangsung lama, lengkap dengan berbagai persoalan yang dibawanya. Karena
itu media elektronik sejak awal sudah bersifat demokratis, dan sejak awal juga
khalayaknya adalah masyarakat luas secara keseluruhan, bukan kalangan tertentu
saja. Dahulu tidak seperti media cetak, media elektronik menuntut khalayaknya
memberikan perhatian secara penuh karena apa yang disiarkannya tidak akan
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
diulang. Kita bisa membaca tentang plato sekarang, lalu meneruskannya sepuluh
tahun kemudian. Kita tidak apat menikmati siaran radio dan televisi seperti itu,
namun teknologi audio dan vidio kemudian mengubahnya, karena kita bia
merekam secara tertentu untuk kita nikmati pada saat kapan saja diluar pada saat
acara itu disiarkan.
Teknologi sifat dasar elektronik, dan kebutuhan akan dukungan yang besar
mengharuskan film, radio dan televisi memiliki khalayak luas atau massal.
Program acara radio atau film pendekpun memerlukan biaya yang besar dan
menuntut bermacam keahlian mulai dari penulis naskah,produser, sutradara,
pemain, insinyur dan teknisi yang menangani berbagai peralatan. Untuk menutup
semua biaya itu diperlukan khalayak yang besar (Rivers dkk, 2003:59).
II.3.2 Fugsi Media Massa
Fungsi dari media massa adalah (Mc.Quail. 1994:70):
1. Informasi
Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dan
dunia Menunjukkan, hubungan kekuasaan, Memudahkan inovasi adaptasi dan
kemajuan.
2. Korelasi
Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi,
menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan, melakukan sosialisasi,
mengkoordinasikan ngbeberapa kegiatan, membentuk kesepakatan, menentukan
urutan prioritas dan memberikan status relaif.


J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
3. Kesinambungan
Mengekspresikan budaya dominant dan mengakui keberadaan kebudayaan khusus
(subculture) serta perkembangan budaya baru, meningkatkan dan melestarikan
nilai-nilai.
4. Hiburan
Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian dan sarana relaksasi, meredakan
ketegangan sosial.
5. Mobilisasi
Mengkampenyakan tujuan masyarakat dalam bidang politik, pembangunan,
ekonomi, pekerjaan dan agama.
II.3 Film
II.3.1 Sejarah Film
Film art adalah seni rupa media paling lengkap, aliran seni yang selama
berpuluh-puluh tahun diacuhkan oleh ilmu kesenian dan bahkan sulit bagi para
pakar untuk membuat batasannya ini mampu mengkonseptualisasikan berbagai
macam bentuk seni; tari, teather, drama, musik, gerak, menjadi satu bentuk paling
maju. Dalam menyampaikan pesan, film adalah media paling komunikatif, walau
karena teknologinya masih dikuasi oleh segelintir tuan-tuan modal maka tentu
saja mahal.
Perkembangan video art adalah solusi logis yang lahir dari pensiasatan
mahalnya teknologi film yang mendesak film art, sekaligus menunjukkan
bagaimana inovasi teknologi bisa mendorong munculnya aliran seni baru, atau,
betapa besarnya andil pekerja seni terhadap perkembangan teknologi. Pekerja seni
tertarik pada media baru sebagai alat yang kapasitas dan batasannya ingin mereka
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
coba sendiri. Keuntungan video terletak pada faktor ketersediaan dan
reproduksinya yang irit. Format film termahal, yakni format 35-mm, tidak bisa
dibeli oleh pembuat film eksperimental dari kalangan klas miskin (underground)
dan karena itu hanya dikuasai perusahaan-perusahaan produksi film besar. Setelah
perang dunia ke-II pembuat film eksperimental terutama kali membuat film
dengan format 16mm.
Pada tahun 1965 Kodak mengembangkan format amatir super-8.
Meskipun di tahun 70-an dan 80-an terjadi booming gerakan super-8, film video
yang secara kualitatif termasuk media kelas rendahan masih tetap bertahan. Aspek
yang menarik menyangkut berbagai jenis seni rupa media ini adalah, bahwa
sebagian besar teknologi yang digunakan awalnya berasal dari perkembangan
militer. Video misalnya, dikembangkan untuk pengawasan penerbangan,
komputer untuk membaca sandi/kode pihak musuh dan untuk mengevaluasi
secara lebih cepat data-data radar, dan internet untuk memperbaiki kemungkinan-
kemungkinan komunikasi militer.
Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinip-
prinsip fotografi dan proyektor. Film yang pertama kali diperkenalkan kepada
public Amerika Serikat adalah The Life of an American fireman dan film The
Great Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S Porter pada tahun 1903. tetapi
film The Great Train Robbery yang masa putarnya hanya sebelas menit dianggap
film cerita pertama, karena telah menggambarkan situasi secara ekspresif, serta
peletak dasar teknik editing yang baik.
Tahun 1906 sampai 1916 merupakan periode paling penting dalam sejarah
perfilman di Amerik Serikat, karena pada decade ini lahir film Feature, lahir pula
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
bintang film dan pusat perfilman yang kita kenal dengan Holllywood. Periode ini
juga disbut dengan The age of Griffith karena David Wark Griffith-lah yang telah
membuat film sebagai media yang dinamis. Diawali dengan film The Adventures
of Dolly (1908) dan puncaknya film The Birth of a Nation (1915) serta film
Intolarance (1916). Griffith mempelopori gaya beraktig yang lebih alamiah,
organisasi cerit yang makin baik, dan yang paling utama mengangkat film
menjadi media yang memiliki karakteristik unik, dengan gerakan-gerakan kamera
yang dinamis, sudut pengambilan gambar yang baik, dan teknik editing yag baik.
Pada periode ini pula perlu di catat nama Mack Sennett dan Keystone Company-
nya yang telah membuat film komedi bisu dengan bintang legendaris Charlie
Chaplin.
Apabila film permulaannya adalah film bisu, maka pada tahun 1927 di
Broadway Amerika Serikat muncul film bicara pertama meskipun belum
sempurna (Ardianto, 2004:134).
Industri film adalah industri binis. Predikat ini telah menggeser anggapan
orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang di produksi secara
kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika
(keindahan) yang sempurna. Meskipun pada kenyataannya adalah bentuk karya
seni, industri film adalah bisnis yang memberi keuntungan, kadang-kadang
menjadi mesin uang yang sering kali, demi uang keluar dari kaidah artistik film
itu sendiri(Ardianto, 2004:134 ) .



J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
II.3.2 J enis-jenis Film
Film dikelompokkan pada jenis film cerita, film berita, film dokumenter
dan film kartun (Effendy, 2003:210)
1. Film Cerita
Film cerita (story film) adalah jenis film yang mengandung suatu cerita
yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar
dan didistribusikan sebagai barang dagangan. Cerita yang diangkat menjadi topik
film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi,
sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi artistinya.
2. Film berita
Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang
benar-beanr terjadi. Karena sifatnya berita maka film yang disajikan kepada
publik harus mengandung nilai berita. Kriteria berita itu adalah penting dan
menarik
3. Film dokumenter
Film dokumenter didefenisikan oleh Robert Flaherty sebagai karya
ciptaan mengenai kenyataan(creative treatment of actuality) berbeda dengan film
berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film dokumenter adalah hasil
interpretasi pribadi (pembuatnya mengenai kenyataan tersebut).
4. Film kartun
Film kartun (cartoon film) dibuat untuk konsumsi anak-anak, dan dapat
dipastikan kita semua mengenal tokoh Donald bebek (Donald duck), Putri Salju
(Snow White), Miki Tikus (Mickey Mouse) yang diciptakan oleh seniman Amerika
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Serikat Walt Disney. Sebagian film kartun, sepanjag film in diputarkan akan
membuat kita tertawa karena kelucuan dari tokoh-tokohnya.
II.4.3 Fungsi film
Khalayak menonton film terutama untuk hiburan. Akan tetapi dalam film
terkandung fungsi informatif, maupun edukatif bahkan persuasif. Film nasional
dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam
rangka nation and character building. Fungsi edukasi dapat dicapai apabila film
nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif atau film dokumenter atau
film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang
(http://kuliahkomunikasi.com/?p=23)

II.5 Komunikasi Antar Budaya
Pada dasarnya kebudayaan yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat
itu sangat unik. Bahasa, cara makan, cara berpakaian, cara bersopan santun,
standar moral dari satu komunitas berbeda dengan standar moral dari komunitas
lain. Perbedaan itu memang tampak kontradiksi, namun kenyataan sejarah
menunjukkan adanya sharing of culture yang dapat saling menerima dan mengerti
perbedaan itu (Purwasito, 2003:224)
Budaya setiap budaya mempunyai ciri khas tertentu, unik dan lokal. Setiap
budaya mempunyai simbol yang berbeda-beda. Pandangan dunia memuat nilai-
nilai dan norma dasar yang berkembang diantara komunitas masyarakat. Orang-
orang asing selalu dianggap sebagai out-group, dipandang sebagai komunitas
yang akan mengancam eksistensi in-group, ditandai dengan berbagai betuk
superioritas budaya yang ditampilkan. Mereka memproduksi stereotipe dengan
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
mengembangkan suatu penilaian umum terhadap budaya lain secara sepihak, yaitu
berdasarkan pandangan umum yang biasanya negatif. Stereotipe yang diproduksi
itu biasanya sulit berubah meskipun perubahan nilai dan norma berubah. Dalam
kenyataan streotipe sebagai cap negatif menempel terus sebagai refrensi individu.
Meskipun realitas sesungguhnya cap negatif tersebut hanay sebagai upaya
perlindungan terhadap budaya sendiri sehingga stereotipe tidak benar-benar ada
atau sungguh-sungguh terjadi demikian nyata dalam masyarakat.
Nilai dan norma dasar dari suatu budaya juga melahirkan sikap egoisme
dan superioritas kultural yang disebut etnosentrisme, yakni suatu penilaian budaya
orang lain berdasarkan ukuran budaya sendiri. Penilaian tersebut dilakukan
dengan cara memberi nilai yang baik pada budaya sendiri dan menilai budaya
orang lain selalu lebih rendah sedangkan budayanya sendiri dianggap lebih tinggi,
lebih baik dan lebih unggul. Hal ini membawa konsekuensi dan pengaruh yang
luas dalam tindak komunikasi.
Komunikasi antar budaya lebih cenderung dikenal sebagai perbedaan
budaya dalam mempersepsi obyek-obyek sosial dan kejadian-kejadian, di mana
masalah-masalah kecil dalam Komunikasi sering diperumit oleh adanya
perbedaan-perbedaan persepsi dalam memandang masalah itu sendiri. Dalam hal
ini Komunikasi antar budaya diharapkan berperan memperbanyak dan
memperdalam persamaan dalam persepsi dan pengalaman seseorang. Namun
demikian karakter budaya cenderung memperkenalkan kita kepada pengalaman
pengalaman yang berbeda sehingga membawa kita kepada persepsi yang berbeda-
beda atas dunia eksternal kita. komunikasi dan budaya yang mempunyai
hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan,
memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya, seperti yang dikatakan
Edward T.Hall(dalam Lubis,2006:2),bahwa komunikasi adalah budaya dan
budaya adalah komunikasi. Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu
mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik
secara horizontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun
secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi lain budaya
menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk kelompok
tertentu. Dari tema pokok demikian, maka perlu pengertianpengertian
operasional dari kebudayaan dan kaitannya dengan komunikasi antar budaya.
Untuk mencari kejelasan dan mengintegrasikan berbagai konseptualisasi
tentang kebudayaan komunikasi antar budaya, ada 3 dimensi yang perlu
diperhatikan:
1. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari partisipan-partisipan komunikasi
Istilah kebudayaan telah digunakan untuk menunjuk pada macam-macam
tingkat lingkungan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya istilah
kebudayaan mencakup Kawasan kawasan di dunia (budaya timur/barat), Sub
kawasan-kawasan di dunia (budaya Amerika Utara/Asia), Nasional/Negara
(budaya Indonesia/Perancis/J epang) , Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara
(budaya orang Amerika Hutam, budayaAmerika Asia, budya Cina Indonesia),
Macam-macam sub kelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin
kelas sosial. Countercultures (budaya Happie, budaya orang dipenjara, budaya
gelandangan, budaya kemiskinan).

J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
2. Konteks sosial tempat terjadinya komunikasi antar budaya,
Komunikasi dalam semua konteks merupakan persamaan dalam hal unsur-
unsur dasar dan proses komunikasi manusia (transmitting, receiving,processing).
Tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang
pengalaman individu membentuk pola-pola persepsi pemikiran.Penggunaan
pesan-pesan verbal/nonverbalserta hubungan-hubungan antarnya. Maka variasi
kontekstual, merupakan dimensi tambahan yang mempengaruhi prose-proses
komunikasi antar budaya misalnya komunikasi antar orang Indonesia dan J epang
dalam suatu transaksi dagang akan berbeda dengankomunikasi antarkeduanya
dalam berperan sebagai dua mahasiswa dari suatu universitas.J adi konteks sosial
khusus tempat terjadinya komunikasi antar budaya memberikan pada para
partisipan hubungna-hubungan antar peran. ekpektasi, norma-norma dan aturan-
aturan tingkah laku yang khusus.
3 Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan komunikasi antar budaya (baik yang
bersifat verbal maupun nonverbal
II.4.1 Tujuan Komunikasi Antarbudaya
Secara umum sebenarnya tujuan komunikasi antarbudaya antara lain untuk
menyatakan identitas sosial dan menjembati perbedaan antarbudaya melalui
perolehan informasi baru, mempelajari sesuatu yang baru yang tidak pernah ada
dalam kebudayaan, serta sekedar menapatkan hiburan atau melepaskan diri.
Komunikasi antarbudaya yang intensif dapat mengubah persepsi dan sikap orang
lain, bahkan dapat meningkatkan kreativitas manusia. Berbagai pengalaman atas
kekeliruan dalam komunikasi antarbudaya sering membuat manusia makin
berusaha mengubah kebiasaan berkomunikasi, paling tidak melalui pemahaman
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
terhadap latar belakang budaya orang lain. Banyak masalah komunikasi
antarbudaya sering kali timbul hanya karena orang kurang menyadari dan tidak
mampu mengusahakan cara efektif dalam berkomunikasi antarbudaya (Liliweri,
2004:254).
Menurut William Howel (1982, dalam Liliweri,2004:225), setiap individu
mempunyai tingkat kesadaran dan kemampuan yang berbeda-beda dalam
berkomunikasi antarbudaya. Tingkat kesadaran dan kemampuan itu terdiri atas
empat kemungkinan, yaitu:
1. Seorang sadar bahwa dia tidak mampu memahami budaya orang lain.
Keadaan ini terjadi karena dia tahu diri bahwa dia tidak mampu
memahami perbedaan-perbedaan budaya yang dihadapi. Kesadaran
ini dapat mendorong orang untuk melakukan eksperimen bagi
komunikaksi antarbudaya yang efektif
2. Dia sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain. Keadaan
ini merupakan yang ideal artinya kesadaran akan kemampuan itu
dapat mendorong untuk memahami, melaksanakan, memelihara dan
mengatasi komunikasi antarbudaya,
3. Dia tidak sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain.
Keadaan ini dihadapi manakala orang tidak sadar bahwa dia
sebenarnya mampu berbuat untuk memahami perilaku orang lain,
mungkin orang lain menyadari perilaku komunikasi dia.
4. Dia tidak sadar bahwa dia tidak mampu mengahadapi perbedaan
anatarbudaya, keadaan ini terjadi manakala seseorang sama sekali
tidak menyadari bahwa sebenarnya dia tidak mampu menghadapi
perilaku budaya orang lain.

Komunikasi antarbudaya sangat penting karena juga memiliki tujuan
antara lain yang pertama membangun saling percaya dan saling menghormati
sebagai bangsa berbudaya dalam upaya memperkokoh hidup berdampingan
secara damai dengan jalan mempersempit misunderstandimg dengan cara
mencairkan prasangka-prasangka rasial, etnik, primordial dari satu bangsa atas
bangsa lain.
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Litvin (dalam Purwasito, 2003:47) mengatakan bahwa dengan adanya
komunikasi multikultural akan mempengaruhi secara langsung baik pengaruh
yang bersifat kognitif maupun yang bersifat afektif yaitu:
1. Memberi kepekaan terhadap diri seseorang tentang budaya asing
sehingga dapat merangsang pemahaman yang lebih baik tentang
budaya sendiri dan mengerti bias-biasnya,
2. Memperoleh kemampuan untuk benar-benar terlibat dalam tindak
komunikasi dengan orang lain yang berbeda-beda latar belakang
budayanya sehingga tercipta interaksi yang harmonis dan langgeng,
3. Memperluas cakrawala budaya asing atau budaya orang lain,
sehingga lebih menumbuhkan empati dan pengalaman seseorang,
yang mampu menumbuhkan dan memelihara wacana dan makna
kebersamaan
4. Membantu penyadaran diri bahwa sistem nilai dan budaya yang
berbeda dapat dipelajari secara sistematis, dapat dibandingkan an
dipahami.
Kedua kritis terhadap cultural domination dan cultural homogenization,
menerima perbedaan budaya sebagai sebuah berkah bukan bencana
(Purwasito,2003:44)
II.4.2 Budaya dan Persepsi
Faktor-faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi sebagai salah satu
aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi persepsi kita secara keseluruhan,
terutama penafsiran atas suatu rangsangan. Agama, ideologi, tingkat ekonomi,
pekerjaan dan citra rasa sebagai faktor-faktor internal jelas mempengaruhi
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
persepsi seseorang terhadap realitas. Dengan demikian persepsi tersebut terkait
oleh budaya (culture-bond). Kelompok-kelompok budaya boleh jadi berbeda
dalam mempersepsikan sesuatu. Orang J epang berpandangan bahwa kegemaran
berbicara adalah kedangkalan, sedangkan orang Amerika berpandangan bahwa
mengutarakan pendapat secara terbuka adalah hal yang baik.
Larry A Samovar dan Richard E Porter, mengemukakan enam unsur
budaya yang secara langsung mempengaruhi perepsi kita ketika berkomunikasi
dengan orang dari budaya lain, yakni (http://kuliahkomunikasi.com):
1. Kepercayaan (belirfs), nilai (values), dan sikap (attitudes)
2. pandangan dunia (worldview)
3. organisasi sosial (social organization)
4. tabiat manusia (human nature)
5. orientasi kegiatan (activity orientation)
6. persepsi tentang diri dan orang lain (perception of self and others).

II. 5 Teori S-O-R
Dimulai pada tahun 1030-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang
banyak mendapat pengaruh teori psikologi, teori S-O-R singkatan dari Stimulus-
Organism-Respon. Asumsi dasar dari model ini adalah media massa menimbulkan
efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Model ini
menunjukkan bahwa komunikasi adalah proses aksi-reaksi. Artinya model ini
mengatakan kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan
merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-O-
R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif.
Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus
terhadap stimulus, sehingga seseorang dapat mengaharapkan dan memperkirakan
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. J adi unsur-unsur dari model ini
adalah:
1. Pesan (stimulus,S)
2. Komunikan (Organism, O): perhatian, pengertian, penerimaan
3. Efek (respon, R):perubahan sikap
Proses dari perubahan sikap adalah serupa dengan proses belajar. Dalam
mempelajari sikap ada tiga variabel yang penting menunjang proses belajar
tersebut yaitu: perhatian, pengertian, penerimaan.
Sikap yang dimaksud disini adalah kecendrungan bertindakan, berpikir,
berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap
bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan kecendrungan untuk berprilaku dengan
cara tertentu terhadap objek sikap, dengan demikian pada kenyataan tidak ada
istilah sikap yang berdiri sendiri. Sikap juga bukanlah sekedar rekaman masa lalu,
tetapi juga menentukan apakah seseorang harus setuju atau tidak setuju terhadap
sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan.
Sikap mengandung aspek evaluatif artinya mengandung nilai
menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek, orang, situasi, dan
mungkin aspek-aspek lain dunia, termasuk ide abstrak dan kebijaksanaan sosial.
Dengan demikian ahli psikologi sosial biasanya memandang sikap sebagai
gabungan dari komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen perilaku.
Mann (1969, dalam Azwar,1995) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi
persepsi, kepercayaan, dan stereotip yang dimiliki individu mengenai sesuatu.
Adapun komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan
menyangkut masalah emosi, aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang.
Komponen perilaku berisi tendensi atau kecendrungan untuk bertindak atau
bereaksi dengan cara-cara tertentu (Sobur, 2003:358-362).

II.6 Persepsi
II.6.1 Pengertian Persepsi
Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi bisa dikatakan sebagai inti
komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik
dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini tampak
jelas pada defenisi J ohn R Wenburg dan William W Wilmot: Persepsi
didefenisikan sebagai cara organisme memberikan makna, atau defenisi Rudolf
F.Verderber: Persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi
(Mulyana,2005:167).
Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat,
kita tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif. Perepsilah yang menentukan
kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi drajat
kesamaan persepsi antar individu, semakin sering dan semakin mudah mereka
berkomunikasi (Mulyana, 2005:167-268).
Persepsi sering dimaknakan dengan pendapat, sikap, penilaian, perasaan
dan lain-lain. Yang pasti tindakan persepsi, penilaian, perasaan, bahkan sikap
selalu berhadapan dengan suatu objek atau peristiwa tertentu. Berhubung persepsi
melibatkan aktivitas manusia terhadap objek tertentu, maka persepsi selalu
menggambarkan pengalaman manusia tentang objek, peristiwa, atau hubungan-
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan
tentang objek terebut.
Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua yaitu persepsi terhadap objek
(lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia (lingkungan sosial). Lebih sulit
dan kompleks, karena manusia bersifat dinamis.
Persepsi terhadap lingkungan fisik sangat berbeda dengan persepsi
terhadap lingkungan sosial, perbedaan tersebut mencakup hal-hal berikut:
1. Persepsi terhadap objek melalui lambang-lambang fisik, sedangkan
persepsi terhadap orang melalui lambang-lambang verbal maupun
non verbal. Orang lebih aktif daripada kebanyakan objek dan lebih
sulit diramalkan.
2. Persepsi terhadap objek menanggapi sifat-sifat luar, sedangkan
persepsi terhadap orang menanggapi sifat-sifat luar dan dalam
(perasaan, motif, harapan, dan sebagainya).
3. Objek tidak bereaksi, sedangkan manusia bereaksi. Dengan kata
lain objek bersifat statis, sedangkan manusia bersifat dinamis. Oleh
karena itu persepsi terhadap manusia dapat berubah dari waktu ke
waktu, lebih cepat daripada persepsi terhadap objek.

Persepsi juga ditentukan oleh faktor fungsional dan struktural. Beberapa
faktor fungsional atau faktor yang bersifat personal antara lain kebutuhan
individu, pengalaman, usia, masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan lain-lain
yang bersifat subjektif. Faktor struktural atau faktor dari luar individu antara lain
lingkungan keluarga, hukum-hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam
masyarakat. J adi, faktor-faktor yang mempengaruhi perepsi terdiri dari faktor
personal dan struktural. Faktor-faktor personal antara lain pengalaman, proses
belajar, kebutuhan, motif dan pengetahuan terhadap objek psikologis. Faktor-
faktor struktural meliputi lingkungan keadaan sosial, hukum yang berlaku, nilai-
nilai dalam masyarakat (Rakhmat, 2005:58).

J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
II.6.2 Proses Persepsi
Salah satu pandangan yang dianut secara luas menyatakan bahwa
psikologi sebagai telaah ilmiah berhubungan dengan unsur dan proses yang
merupakan perantara rangsangan di luar organisme dengan tanggapan fisik
organisme yang dapat diamati terhadap rangsangan. Menurut rumus ini, yang
dikenal dengan teori rangsangan-tanggapan (stimulus-responden/S-R), persepsi
merupakan bagian dari keseluruhan proses yang mengahasilkan tanggapan setelah
rangsangan diterapkan kepada manusia. Subproses psikologis lainnya adalah
pengenalan, penalaran, perasaan, tanggapan.
Seperti dinyatakan dalam bagan berikut, persepsi dan kognisi diperlukan
dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan diperlukan bagi orang yang paling
sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya rangsangan menerima dan dengan
suatu cara menahan dampak dari rangsangan.
Gambar 4
Variabel psikologis di antaran rangsangan dan tangapan



Penalaran
Rangsangan Persepsi Pengenalan Tanggapan
Perasaan

Sumber: Sobur,2003:447
Rasa dan nalar merupakan bagian yang perlu dari setiap situasi rangsanga-
tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan indivdu yang sadar dan bebas
terhadap satu rangsangan atau terhadap satu bidang rangsangan sampai tingkat
tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi, atau kedua-duanya.
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Secara singkat persepsi dapat didefenisikan sebagai cara manusia
menangkap rangsangan. Kognisi adalah cara manusia memberi arti terhadap
rangsangan. Penalaranadalah proses sewaktu rangsangan dihubungkan dengan
rangsangan lainnya pada tingkat pembentukan psikologi. Perasaan adalah konotasi
emosional yang dihasilkan oleh rangsangan baik sendiri atau bersama-sama
dengan rangsangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual.
Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan
fungsi ari cara di amemandang. Oleh sebab itu untuk mengubah tingkah laku
seseorang harus dimulai dengan mengubah persepsinya. Dalam persepsi terdapat
tiga komponen utama berikut (Sobur, 2003:446):
1. Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari
luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisikan informasi sehingga
mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut,
motivasi kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung
pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian
informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang
kompleks menjadi sederhana.
3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk
tingkah laku sebagai reaksi.
Persepsi adalah sumber pengetahuan kita tentang dunia, kita ingin
mengenali dunia dan lingkungan yang mengenalinya. Pengetahuan adalah
kekuasaan. Tanpa pengetahuan kita tidak apat bertindak secara efektif. Persepsi
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
adalah sumber utama dari pengetahuan itu. Dari defenisi yang dikemukakan oleh
Pareek (dalam Sobur, 2003:451) yaitu proses menerima, menyeleksi,
mengorganisir, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan
panca indra dan data, tercakup beberapa segi atau proses yang selanjutnya
dijelaskan sebagai berikut:
1. Proses menerima rangsangan
Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsangan atau data dari
berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra. Kita melihat
sesuatu, mendengar, mencium, merasakan atau menyentuhnya, sehingga kita
mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu.
2. Proses menyeleksi rangsangan
Setelah rangsangan diterima atau data diseleksi. Tidaklah mungkin untuk
memperhatikan semua rangsangan yang telah diterima. Demi menghemat
perhatian yang digunakan, rangsangan-rangsanga itu disaring dan diseleksi untuk
proses yang lebih lanjut.
3. Proses pengorganisasian
Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada
tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan, yakni pengelompokan
(berbagai rangsanga yang diterima dikelompokkan dalam suatu bentuk), bentuk
timbul dan latar (dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecendrungan untuk
memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol,
sedangkan gejala atau rangsangan yang lain berada di latar belakang), kemantapan
persepsi (ada suatu kecendrunan untuk menstabilkan perepsi, dan perubahan-
perubahan konteks tidak mempengaruhinya).
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
4. Proses penafsiran
Setelah rangsanga atau data diterima dan diatur, si penerima lalu menafsirkan data
itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu
ditafsirkan. Persepsi pada pokoknya memberikan arti pada berbagai data dan
informasi yang diterima.
5. Proses pengecekan
Sesudah data diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambil tindakan untuk
mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Proses pengecekan ini terlalu
cepat dan orang mungkin tidak menyadarinya.
6. Proses reaksi
Tahap terakhir dari proses perseptual adalah bertindak sehubungan dengan apa
yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakuka jika seseorang bertindak sehubungan
denga persepsinya. Misalnya seseorang bertindak sehubungan dengan persepsi
yang baik atau buruk sesuai dengan yang dibentuknya. Lingkaran persepsi
tersebut sebenarnya belum sempurna sebelum menimbulkan suatu tindakan .
tindakan ini bisa tersembunyi dan bisa pula terbuka. Tindakan tersembunyi berupa
pembentukan pendapat atau sikap, sedangkan tindakan yang terbuka berupa
tindakan nyata sehubungan dengan persepsi tersebut. Satu gejala yang telah
menarik perhatian sehubungan dengan tindakan tersembunyi ialah pembentukan
kesan(Sobur, 2003:463).






J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian dan Deskripsi Film
III.1. 1 Universitas Sumatera Utara (USU)
III.1.1.1 Sejarah Universitas Sumatera Utara
Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinya
Yayasan Universitas Sumatera Utara pada tanggal 4 J uni 1952. Pendirian yayasan
ini dipelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan
masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.
Yayasan ini diurus oleh suatu Dewan Pimpinan yang diketuai langsung oleh
Gubernur Sumatera Utara.
Sebenarnya hasrat untuk mendirikan perguruan tinggi di Medan telah
mulai sejak sebelum Perang Dunia-II, tetapi tidak disetujui oleh pemerintah
Belanda pada waktu itu. Pada zaman pendudukan J epang, beberapa orang
terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat
rancangan perguruan tinggi Kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia,
pemerintah mengangkat Dr. Mohd. Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia.
Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul
Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera
Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas di daerah ini.
Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian
perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono. Selain Dewan Pimpinan
Yayasan, Organisasi USU pada awal berdirinya terdiri dari: Dewan Kurator,
Presiden Universitas, Majelis Presiden dan Asesor, Senat Universitas, dan Dewan
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Fakultet. Sebagai hasil kerja sama dan bantuan moril dan material dari seluruh
masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa
Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di
J alan Seram dengan dua puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya dua orang
wanita. Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan
Masyarakat (1954), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (1956) dan Fakultas
Pertanian (1956).
Pada tanggal 20 November 1957, USU diresmikan oleh Presiden Republik
Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi universitas negeri yang ketujuh di Indonesia.
Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan dan Fakultas Ekonomi di
Kutaradja (Banda Aceh) yang diresmikan secara meriah oleh Presiden R.I.
Kemudian disusul berdirinya Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (1960)
di Banda Aceh. Sehingga pada waktu itu, USU terdiri dari lima fakultas di Medan
dan dua fakultas di Banda Aceh. Selanjutnya menyusul berdirinya Fakultas
Kedokteran Gigi (1961), Fakultas Sastra (1965), Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (1965), Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik (1982),
Sekolah Pascasarjana (1992), Fakultas Kesehatan Masyarakat (1993), dan
Fakultas Farmasi (2007).
Pada tahun 2003, USU berubah status dari suatu perguruan tinggi negeri
(PTN) menjadi suatu perguruan tinggi Badan Hukum Milik Negara (BHMN).
Perubahan status USU dari PTN menjadi BMHN merupakan yang kelima di
Indonesia. Sebelumnya telah berubah status UI, UGM, ITB dan IPB pada tahun
2000. Setelah USU disusul perubahan status UPI (2004) dan UNAIR (2006).
Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan USU telah menjadi
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru, yaitu Universitas Syiah Kuala
di Banda Aceh, yang embrionya adalah Fakultas Ekonomi dan Fakultas
Kedokteran Hewan dan Peternakan USU di Banda Aceh. Kemudian disusul
berdirinya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Medan (1964),
yang sekarang berubah menjadi Universitas Negeri Medan (UNIMED) yang
embrionya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan USU. Setelah itu,
berdiri Politeknik Negeri Medan (1999), yang semula adalah Politeknik USU
(www.usu.ac.id).
III.1.1.2. Visi, Misi, dan Tujuan
a. Visi:
University of Industry
b. Misi:
1. Mempersiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat akademik
dan profesional dalam menerapkan, mengembangkan pengetahuan
ilmiah, teknologi dan seni, serta berdaya saing tinggi.
2. Memperluas dalam pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan
nasional dalam pembelajaran dan modernisasi cara pembelajaran.
3. Mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan ilmiah,
teknologi, seni, dan rancangan penerapannya untuk mendukung
produktivitas dan daya saing masyarakat (www.usu.ac.id)
c. Tujuan:
1. Memperluas partisipasi dalam pelayanan pendidikan bagi
masyarakat dalam mendukung pemenuhan pendidikan nasional
serta memodernisasi cara pembelajaran
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
2. Meningkatkan partisipasi aktif dalam pengembangan ilmiah,
teknologi dan seni/budaya serta kemanusiaan.
3. Mengembangkan pusat informasi serta sistem teknologi
komunikasi dan sisem penjaminan mutu yang handal.
4. Membangun sistem tata pamong universitas yang efektif, efisien
dan demokratis
5. Mewujudkan lingkungan pengajaran dan pelajaran yang kondusif
6. Memperkuat departemen dalam pengelolaan disiplin silang antar
departemen/program studi
7. Membangun kemampuan pendanaan sendiri melalui
kerjasama/kemitraan dalam usaha-usaha ventura.
8. Mengembangkan kemampuan dalam memasarkan produk-produk
pengetahuan ilmiah, konsep-konsep, pemecahan masalah
industrial, jasa, tenaga ahli dan lain-lain
9. Membangun pendekatan baru dalam pembelajaran yang berfokus
kepada pembelajaran sesuai kebutuhan (www.usu.ac.id).
III.1.1.3 Struktur Organisasi USU
Struktur organisasi USU sebagai PT-BHMN terdiri dari Majelis Wali
Amanat (MWA), Dewan Audit, Unit Usaha Komersial, Senat Akademik,
Pimpinan Universitas (Rektor dan Pembantu Rektor), Dewan Guru Besar (DGB),
Sekretaris Eksekutif, Satuan Audit Internal, dan Satuan Penjaminan Mutu
(organisasi sentral); Fakultas, Sekolah Pasacasarjana, dan Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat (unsur pelaksana akademik); Biro Akademik,
Biro Sumber Daya Manusia, Biro Keuangan, Biro Kemahasiswaan dan
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Kealumnian, Biro Perencanaan dan Kerjasama, dan Biro Pengembangan dan
Pemeliharaan Aset (unsur pelaksana administratif); dan Perpustakaan dan Sistem
Informasi, Pelayanan dan Pengembangan Pendidikan, Unit Usaha non komersial
dan unit pengadaan (unsur penunjang).
Gambar 3.1
Struktur organisasi USU









Sumber: www.usu.ac.id


J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
1. Majelis Wali Amanat (MWA)
Majelis Wali Amanat (MWA) adalah organisasi tertinggi Universitas. MWA
merupakan suatu badan independen dengan anggota sebanyak 21 orang yang
terdiri dari satu orang mewakili Pemerintah Pusat (Menteri Pendidikan
Nasional), Rektor, delapan orang mewakili Senat Akademik, dan sebelas
orang mewakili masyarakat. MWA bertugas untuk menetapkan kebijakan
umum dalam bidang non akademik, mengangkat pimpinan Universitas dan
memberhentikannya, mensahkan rencana strategis, rencana kegiatan dan
anggaran tahunan, mengevaluasi kinerja pimpinan Universitas, menyampaikan
laporan tahunan, dan rekomendasi/pendapat kepada Menteri Pendidikan
Nasional. MWA berfungsi untuk mewakili kepentingan pemerintah dan
kepentingan masyarakat dalam pengelolaan universitas.
2. Senat Akademik (SA)
Senat Akademik (SA) adalah badan normatif tertinggi dalam bidang
akademik. Keanggotaan SA terdiri dari Rektor dan para Pembantu Rektor,
para Dekan, perwakilan dosen guru besar dan dosen non guru besar, Kepala
Perpustakaan dan Sistem Informasi dan Direktur Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat.
3. Dewan Guru Besar
Dewan Guru Besar (DGB) berfungsi sebagai dewan penasehat dalam hal
pengembangan keilmuan dan kualitas pendidikan di Universitas.



J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
4. Dewan Audit
Dewan Audit (DA) dibentuk oleh Majelis Wali Amanat (MWA) yang
bertanggung jawab untuk mengevaluasi hasil audit internal dan eksternal atas
nama MWA.
5. Pimpinan
Pimpinan universitas berfungsi untuk menyelenggarakan pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di Universitas yang
dipimpinnya.
Adapun pimpinan universitas periode 2005-2010 yakni:
1) Rektor : Prof. Chairuddin P. Lubis, D.T.M.&H., Sp.A.(K)
2) Pembantu Rektor I bidang akademik : Prof. Dr. Sumono, M.S
3) Pembantu Rektor II bidang kepegawaian dan keuangan : Prof. Dr. Drs.
Subhilhar, M.A.
4) Pembantu Rektor III bidang Kemahasiswaandan Alumni: Dr. Linda Maas,
M.P.H.
5) Pembantu Rektor IV bidang Perencanaan dan Kerjasama : Prof. Dr. Ir. Sukaria
Sinulingga, M.Eng.
6) Pembantu Rektor V bidang Aset dan Perlengkapan : Ir. Isman Nuriadi
7) Sekretaris Eksekutif : Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec., Ak.
Pimpinan Fakultas:
1) Direktur Sekolah Pascasarjana :Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa, M.Sc.
2) Dekan Fakultas Kedokteran :Prof. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH
3) Dekan Fakultas Hukum :Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum.
4) Dekan Fakultas Pertanian :Prof. Dr. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc.
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
5) Dekan Fakultas Teknik :Prof. Dr. Ir. Armansyah Ginting, M.Sc.
6) Dekan Fakultas Ekonomi :Drs. J hon Tafbu Ritonga, M.Ec.
7) Dekan Fakultas Kedokteran Gigi :Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D.
8) Dekan Fakultas Sastra :Drs. Wan Syaifuddin, M.A., Ph.D.
9) Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam :Prof. Dr. Eddy
Marlianto, M.Sc.
10) Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik:Prof. Dr. M. Arief
Nasution, M.A.
11) Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat :Dr. Ria Masniari Lubis, M.Si.
12) Dekan Fakultas Farmasi :Prof. Dr. Sumadio, Apt.
13) Dekan Fakultas Psikologi : Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp.A.(K)
Pimpinan Lembaga :
Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat:
Prof. Dr. Darwin Dalimunthe, Ph.D.
Kepala Perpustakaan dan Sistem Informasi:
Drs. A. Ridwan Siregar, S.H., M.Lib.
6. Audit Internal
Audit internal diangkat dan bertanggung jawab kepada Rektor. Tujuan unit ini
adalah mengevaluasi dan memberikan rekomendasi berkaitan dengan kinerja
seluruh unit Universitas. Dalam organisasi terdahulu fungsi dari Auditor
Internal terfokus hanya pada evaluasi keuangan. Dalam organisasi yang baru
Auditor Internal mengevaluasi baik kinerja non akademik maupun akademik.


J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
III.1.1.4 Program Studi
1. Keunggulan Kompetitif
Diawali dengan membuka sekolah kedokteran, USU memposisikan diri
sebagai universitas unggulan. Proses pendidikan dan penelitian melibatkan 1.680
orang dosen, 78% di antaranya memiliki latar belakang pendidikan pascasarjana.
Hingga saat ini USU memiliki lebih dari 103.000 alumni yang tersebar di seluruh
pelosok tanah air. Sejumlah alumni menempati posisi penting di berbagai sektor
kerja, baik pemerintahan maupun swasta.
Program studi bidang kesehatan seperti Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan
Farmasi saat ini menjadi primadona bagi mahasiswa asing terutama yang berasal
dari Malaysia. Program studi pada Fakultas MIPA dan Pertanian menjadi ujung
tombak berbagai kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat. Program Studi
Etnomusikologi memiliki kekhasan tentang musik-musik etnik di Sumatera.
Fakultas Hukum dan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik banyak terlibat
dalam pengembangan hukum dan penataan administrasi pemerintahan. Sebuah
produk penjernihan air - Ferro Filter - hasil penemuan dosen Fakultas Teknik
sedang dalam proses pengurusan hak paten, telah banyak digunakan di berbagai
wilayah Sumatera.
USU memiliki 12 fakultas yaitu Kedokteran, Hukum, Pertanian, Teknik,
Kedokteran Gigi, Ekonomi, Sastra, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Psikologi. J umlah
program studi yang ditawarkan sebanyak 127, terdiri dari 8 tingkat doktoral, 28
magistar, 15 spesialis, 5 profesi, 50 sarjana, 6 sarjana sains terapan, 15 ahli
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
madya. J umlah mahasiswa terdaftar saat ini 30.600 orang dimana 503 diantaranya
adalah mahasiwa asing.
2. Kategori Pilihan Program Studi
a. Diploma III (D-III)
Terdiri dari program studi Keperawatan, Akuntansi, Keuangan,
Kesekretariatan, Sastra Inggris, Sastra J epang, Perpustakaan, Pariwisata,
Kimia Industri, Kimia Analis, Statistika, Analis Farmasi, Fisika Instrumentasi,
Komputer, Perpajakan
b. Diploma IV (D-IV)
Terdiri dari Teknologi Kimia Industri, Teknologi Mekanik Industri, Teknik
dan Manajemen Pabrik, Teknologi Instrumentasi Pabrik, Kebidanan.
c. Strata 1 (S-1)
Ilmu Kedokteran, Ilmu Hukum, Ilmu Tanah,Teknik Pertanian, Teknologi
Hasil Pertanian Agronomi Pemuliaan Tanaman, Sosial Ekonomi
Pertanian/Agrobisnis, Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Produksi
Ternak, Manajemen Hutan, Budidaya Hutan, Teknologi Hasil Hutan, Ilmu
Hama dan Penyakit Tumbuhan, Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Kimia,
Teknik Industri, Teknik Elektro, Arsitektur, Ekonomi Pembangunan,
Akuntansi, Manajemen, Ilmu Kedokteran Gigi, SastraInggris, Sastra
Indonesia, Sastra Arab, Sastra Batak, Sastra Melayu, Sastra J epang, Ilmu
Sejarah, Etnomusikologi, Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Sastra Cina,
Biologi, Kimia, Matematika, Fisika, Ilmu Komputer, Teknik Perangkat Lunak,
Ilmu Komunikasi, Ilmu Adminitrasi Negara, Kesejahteraan Sosial, Politik,
Sosiologi, Antropologi.
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008

d. S-1 Ekstension
Terdiri dari program studi Manajemen, Akuntansi, Ekonomi
Pembangunan/Perbankan, Teknik sipil, teknik mesin, Teknik Elektro, Teknik
Industri, Teknik Kimia, agronomi, Sosial Ekonomi Pertanian, Ilmu Hukum,
Sastra Ingris, bahasa J epang, Ilmu Perpustakaan, Kesehatan masyarakat,
Kimia, Matematika, Biologi, Fisika, Ilmu Keperawatan, Farmasi, Ilmu
Adminitrasi Negara, Ilmu Komunikasi.
e. Program Pasca Sarjana (S-2)
Terdiri dari Agronomi, Ilmu Tanah, Perencanaan Wilayah dan Perdesaan,
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Ilmu Hukum, Ilmu Kimia,
Biomedik Linguistik Magister Manajemen Kesehatan Kerja Administrasi
Kebijakan Kesehatan Kesehatan Lingkungan Industri Farmasi Ilmu
Manajemen Akuntansi Ekonomi Pembangunan Matematika Studi
Pembangunan Fisika Kenotariatan Teknik Mesin Teknik Sipil Arsitektur
Teknik Industri Teknik Kimia Psikologi Biologi Ilmu Kedokteran Tropis.
III.1.1.5 Infrastruktur USU
a. Infrastruktur USU terdiri dari dua kategori, yaitu:
1. Tanah
2. Bangunan




J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Tabel 2
Infrastruktur USU
No Kategori Luas (m
2
)
1 Tanah
1) Kampus Padang Bulan
2) Pusdiklat
3) Kebun Percobaan Tumbuhan A
4) Lahan Simalingkar
5) Bungalow Berastagi
6) Area Keperawatan
7) Lahan Kampus Kuala Bekala
8) Lahan Perkebunan


1.160.030
28.301
6.040.000
12.360
2.855
38.242
3.000.000
60.000.000

J umlah 70.281.788
2 Bangunan
1) Fakultas
2) Lembaga
3) Perpustakaan
4) Kantor Pusat Administrasi
5) Unit Penunjang
6) Gedung Pertemuan
7) Asrama
8) UKM
9) Wisma
10) Pusdiklat
11) Gedung Olah Raga
12) Lain-lain

133.141
1.605
7.634
6.414
4.239
8.993
2.258
2.189
638
861
1.744
15.806
J umlah 184.422
Sumber: www.usu.ac.id
b. Unsur Penunjang
sejumlah unsur penunjang (Unit Pelaksana Teknis) ikut berperan aktif
mendukung proses belajar mengajar di lingkungan USU antara lain:
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
1. Perpustakaan; perpustakaan menyediakan bebagai jenis sumber belajar
baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. Perpustakaan USU
merupakan yang terbaik saat ini.
2. UPT. Penerbitan dan Percetakan USU (USU Pers)
3. UPT. Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat USU
4. UPT. Pusat Komputer
5. Unit Pengembangan Pendidikan (UPP)
6. Unit Audio Visual dan Elektronik (Avel) Badan Konsultasi dan
Bimbingan Mahasiswa (BKBM)
7. Laboratium Ilmu Dasar (LIDA/MKDU)
8. Badan Konsultasi dan Bimbingan Mahasiswa (BKBM)
9. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengabdian Pada Masyarakat
(Pusdiklat/PPM)
10. Pusat bahasa
11. Workshop/Bengkel
12. Badan Koordinator Olahraga (Bakor)
c. Fasilitas Lainnya
Adapun fasilitas lain yang membentuk terbentuknya kehidupan sosial di
lingkungan kampus antar lain:
1. Asrama Mahasiswa
2. Koperasi Keluarga Besar USU
3. Poliklinik USU
4. Pusat J asa Ketenagakerjaan (PJ K USU)
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
5. Wisma USU
6. Rumah Ibadah
7. Warung Pos dan Telekomunikasi KKB USU
8. Kantor Pos
9. Bank
10. Auditorium
11. Gelanggang Mahasiswa
12. Organisasi Kemahasiswaan
III 1.1.6 Organisasi Kemahasiswaan
Organisasi Kemahasiswaan adalah wahana dan sarana pengembangan diri
ke arah penemuan wawasan, meningkatkan kecendikiawanan serta integritas
kepribadian. Organisasi kemahasiswaan di tingkat universitas disebut Senat
Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) USU yang merupakan wadah perwakilan
tertinggi mahaiswa. Untuk menjabarkan dan melaksanakan garis-garis besar
program kerja SMPT USU serta membina dan mengembangkan bakat,
kemampuan dan keterampilan mahasiswa dalam bidang kegiatan tertentu maka
dibentuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Adapun UKM yang terdapat di USU
yakni:
1. Menwa (Resimen Mahasiswa)
2. Pramuka
3. Kompas (Korps Mahasiswa Pecinta Alam)
4. Suara USU
5. Ad-Dakwah
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
6. HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)
7. KMK USU (Kebaktian Mahasiswa Kristen) USU
8. UKM olahraga dan kesenian: basket, bulu tngkis, lembaga kesenian,
pencak silat
9. Radio USU Kom
10. Badan Konsultasi dan Bimbingan Mahasiswa USU (BKBM)USU
III.1.1.7 Lokasi Kampus
Kampus USU Padang Bulan sebagai kampus utama berlokasi di
Keluarahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Kampus ini mulai digunakan
sejak tahun 1957, sebelumnya beberapa Fakultas di lingkungan USU
menggunakan sejumlah gedung yang tersebar di kota Medan termasuk di
antaranya berlokasi di J alan Seram, J alan Cik Ditiro, J alan Sempali, dan J alan
Gandhi. Kampus Padang Bulan yang pada awalnya terdapat di pinggiran kota
Medan, kemudiaan dengan perkembangan kota Medan sehingga sekarang berada
di tengah-tengah kota. Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona
akademik seluas sekitar 100 ha yang berada ditengahnya. Kampus Padang Bulan
dapat dicapai dengan mudah baik dari pusat kota maupun dari bandar udara. J arak
kampus dengan pusat kota (Lapangan Merdeka) sekitar 15 km yang dapat
ditempuh dengan menggunakan taksi selama sekitar 20 menit atau dengan bus
mini angkutan kota selama sekitar 30 menit. J arak kampus dengan bandar udara
Polonia Internasional Airport sekitar 6 km yang dapat ditempuh dengan
menggunakan taksi selama sekitar 15 menit. Perkembangan jumlah mahasiswa
USU dalam satu dekade terakhir, lebih dari 30.000 orang pada tahun 2007, dan
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2020, telah mendorong
USU untuk mengupayakan pengembangan lahan kampus sebagai perluasan dari
lahan kampus Padang Bulan. Oleh karena itu, sebuah kampus baru sebagai
kampus kedua sedang dipersiapkan yang berlokasi di Kwala Bekala, sekitar 15
km dari kampus Padang Bulan, dengan luas 300 ha atau hampir tiga kali luas
kampus Padang Bulan. Lahan kampus Kwala Bekala yang telah dipagar keliling
dengan tembok saat ini digunakan sebagian sebagai arboretum - hutan pendidikan,
pembenihan kelapa sawit, kebun bunga dan holtikultura, peternakan dan
pembuatan waduk.
Kampus Kwala Bekala direncanakan akan menampung aktifitas akademik,
sosial dan industri dalam: (1) Zona Akademik dan Laboratorium Terpadu; (2)
Zona Pendukung (club house, komersial, fasilitas umum dan fasilitas sosial); (3)
Zona Arboretum - Hutan Pendidikan; (4) Zona Pembenihan Sawit; dan (5) Zona
Peternakan. Kampus Kwala Bekala memiliki rencana tata bangunan dan
lingkungan (RTBL) yang dituangkan dalam rencana induk yang berfungsi sebagai
pedoman dan pengendali pembangunan dan pemanfaatan ruang yang khusus
berlaku pada kawasan kampus Kwala Bekala. Dengan demikian, diharapkan
proses pertumbuhan fisik pada kampus ini dapat terkendali dan selaras, sehingga
tidak memperburuk kualitas lingkungan (www.usu.ac.id)




J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
III.1.2 Deskripsi Film Memoirs of A Geisha
Memories of Geisha adalah film yang diadaptasi dari novel yang berjudul
sama karya Arthur Golden. Film yang telah memenangkan 6 nominasi dalam
Academy Awards ini diproduksi oleh Amblin Entertainment milik Steven
Spielberg dan disutradarai oleh Rob Marshall. Memoirs of Geisha dirilis di
Amerika Serikat pada tanggal 9 Desember 2005 oleh Columbia Pictures,
DreamWorks, dan Spyglass Entertainment. Film ini dibintangi oleh beberapa
aktor dan aktris terkenal, seperti Zhang Ziyi, Ken Watanabe, Gong Li, Michael
Yeoh, Youki Kudoh dan Shizuka Ohgo (http://id.wikipedia.org/wiki/Memoirs_of
_a_ Geisha)
Film ini menampilkan sebuah cerita tentang dunia geisha yang penuh
rahasia, dunia dimana penampilan sangatlah penting, dimana keperawanan
seorang gadis dilelang kepada penawaran yang paling tinggi, dimana perempuan-
perempuan dilatih untuk memikat laki-laki yang paling berkuasa, dan dimana
cinta dicemooh sebagai ilusi belaka.
Kisah Sayuri bermula di suatu perkampungan nelayan miskin tahun 1929,
Satsu dan Chiyo (kakak beradik) dijual oleh orangtuanya yang miskin kepada
pemilik Okiya (geisha house). Malangnya Chiyo harus terpisah dengan Satsu,
karena Satsu (kakaknya) dijual ke sebuah rumah bordil. Mulailah Chiyo kecil
hidup di Okiya di tengah Gion perkampungan geisha Kyoto yang berada di balik
lembah sempit.
Selama bekerja di Okiya, Chiyo diperlakukan dengan kasar, bahkan kerap
dipukuli dan disiksa. Karena tak tahan lagi, ia dan sang kakak pun berencana
untuk kabur. Rencana kabur Chiyo dan kakaknya hanya satu kesempatan, jika
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
mereka tidak bisa bertemu pada tempat yang telah disepakati, maka kakak beradik
itu tidak bisa bertemu untuk selamanya. Namun sayang, mereka gagal bertemu
kembali di tempat tujuan yang sudah ditentukan, karena Chiyo berhasil tertangkap
dan segera dikembalikan ke rumah geisha itu.
Chiyo kecil (Zhang Ziyi) hidup prihatin di Okiya. Chiyo melakukan
pekerjaan rumah dan harus bersekolah untuk belajar seni geisha berupa tari,
musik, cara memakai kimono, cara berhias dan manata rambut bersama teman
kecilnya Pumpkins. Chiyo pun sedikit demi sedikit mulai mengenal dunia geisha
dari Hatsumomo (Gong Li) seorang geisha cantik bertempramen buruk. Di sebuah
jembatan, Chiyo kecil duduk merenungi nasib hidupnya yang telah ditinggal pergi
kedua orangtuanya dan hidup sebatang kara.Tiba-tiba seorang pria mendekatinya
yang didampingi dua orang geisha. Pria ini adalah Chairman (Ken Watanabe).
Chairman dengan senang hati menghiburnya dan membelikan es krim serta
menghadiahkan saputangan miliknya. Dengan sikap Ken yang ramah, Chiyo
mulai jatuh hati dan berharap suatu hari nanti bisa menjadi geisha-nya.
Dengan berjalannya waktu, impian Chiyo menjadi kenyataan saat saingan
Hatsumomo, yaitu geisha terkenal bernama Mameha (Michelle Yeoh) datang dan
meminta Chiyo kepada Nitta (pemilik Okiya) untuk dijadikannya murid. Mameha
bertaruh dalam waktu enam bulan ia sanggup menjadikan Chiyo sebagai geisha
terkenal. Mameha pun mengajari semua teknik yang ia miliki dan yang diperlukan
untuk menjadi seorang geisha sejati. Mulai dari menari tarian tradisional
(tachikata), bernyanyii (jikata), memainkan shamisen (kecapi khas jepang),
merangkai bunga, mengenakan kimono, mengerti tata cara seremonial minum teh
secara formal, serta melayani tamu dengan cara-cara yang sangat sopan dan
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
beretiket. Tak hanya itu, Mameha pun mengganti nama Chiyo yang sudah cukup
dewasa (diperankan oleh Zhang Ziyi) menjadi Sayuri.
Sayuri pun tumbuh menjadi seorang geisha yang sangat sukses hingga
membuat geisha lain, termasuk Hatsumomo, dengki dan iri hati. Meski segala
cara dilakukan oleh Hatsumomo, namun tetap tak berhasil menjatuhkan Sayuri.
Sampai suatu saat, Sayuri berjumpa kembali dengan Iwamura Ken, dan ia pun
ditaksir oleh para kolega dekatnya. Mameha mengajarkan Chiyo trik melukai
dirinya sendiri dengan menggores pisau sepanjang kira-kira 5 cm pada paha kanan
nya. Luka ini dimaksudkan Mameha untuk menarik perhatian Dr. Crab yang akan
dimintai merawat luka Chiyo.Dr. Crab adalah pria yang paling dikenal sebagai
penawaran tertinggi mizuage (keperawanan) seorang geisha.
Setelah perawatan luka itu, Chiyo (Sayuri) tampil tunggal dalam
pementasan tari disaksikan banyak pembesar yang di antaranya Chairman, Nobu,
dan Dr. Crab. Sayuri pun menjadi bintang dalam sebuah pesta taman yang
diadakan Nobu direktur perusahaan Iwamura Electric. Di pesta ini Sayuri
disambut oleh Chairman (rekan Nobu) yang mengajaknya berjalan di taman.
Percakapan sejenak Sayuri dan Chairman dibawah mekarnya bunga Sakura
seakan-akan merupakan salah satu detil menarik yang merayakan pertemuan
Sayuri dengan Chairman yang diam-diam dikaguminya. Dan bergugurannya
bunga Sakura seakan menandakan kesukacitaan ini tampaknya. Sebagai tanda
perhatiannya Chairman mengambill bunga Sakura yang tersangkut di rambut
Sayuri.
Sebagai geisha terkenal, Sayuri ternyata berhasil menarik minat Dr. Crab
yang berani membayar sejumlah 15.000 yen untuk keperawanannya (mizuage),
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
suatu harga tertinggi yang diterima seorang geisha saat itu. Berkat kesuksesannya
itu, ia tidak hanya dapat melunasi utangnya selama menjadi pembantu namun
ditunjuk sebagai pewaris Ibu Nitta, sang pemilik rumah geisha itu. Hal ini
membuat Hatsumomo menjadi cemburu dan iri hati. Oleh karena itu Hatsumomo
sangat tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang Sayuri.Hatsumomo memasuki
kamar Sayuri dan menemukan sebuah sapu tangan berinisial nama seorang pria.
Sapu tangan ini sangat berarti bagi Sayuri karena mengingatkannya kepada
seorang pria yang pernah dijumpainya pertama kali di sebuah jembatan saat kecil.
Ia sedang duduk merenungi nasib dirinya yang telah ditinggal pergi oleh kedua
orangtuanya, merenungi nasib hidupnya yang tinggal sebatang kara. Pertemuan
Chiyo dengan Chairman inilah yang menumbuhkan kepercayaan dirinya sehingga
lebih menguatkan tekadnya untuk menjadi geisha. Chiyo ingin menjadi geisha
sebagai batu loncatan dalam hidupnya. Mengetahui Hatsumomo memasuki
kamarnya, Sayuri meminta Hatsumomo keluar, namun Hatsumomo menemukan
sapu tangan kenangannya dan mengambilnya serta akan membawanya. Ini
membuat Sayuri tampak marah, dengan berusaha merebut kembali sapu
tangannya.
Konflik pun tak bisa di cegah lagi. Sayuri menyerang Hatsumomo hingga
menjatuhkan sebuah lampu tempel yang berada di atas meja dan menyebabkan
lantai terbakar. Bukannya mencoba memadamkan api, sebaliknya Hatsumomo
menjadi bertambah kemarahannya dan mengambil dua buah lampu tempel dan
memecahkannya ke lantai sehingga okiya pun terbakar. Puncak konflik ini,
Hatsumomo di usir dari okiya. Sayuri menatap kepergian Hatsumomo dari balik
pecahan jendela okiya di lantai dua dengan tidak menampakkan dendam.
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Hatsumomo terusir dan untuk terakhir kalinya Hatsumomo memandangi lagi
okiya yang telah sekian lama menjadi rumah tinggalnya dan kini harus
ditinggalkannya untuk selamanya.
Sayuri semakin terkenal sebagai geisha di Kyoto. Sayang puncak
prestasinya ini harus terhenti sejenak karena pecahnya Perang Dunia II dan okiya
terpaksa harus ditutup. Namun Sayuri mengungsi dengan selamat karena bantuan
Nobu yang adalah pelanggannya. Chairman (rekan Nobu) yang mengatur
perjalanannya dan memastikannya selamat sampai ke tujuan.
Setelah Perang Dunia kedua berakhir, Nobu kembali menemui Sayuri dan
meminta bantuannya untuk menarik perhatian Derrick, tentara AS calon
investornya. Namun Nobu sempat kecewa setelah mengetahui Sayuri ternyata
menolak memberikan perhatian lebih kepada Derrick. Oleh karena itu, untuk
membayar kecewaan Nobu ini, Sayuri secara diam-diam meminta bantuan
Pumpkins agar Derrick menemui dirinya di kamar pukul 9 malam. Sayuri
berharap Mameha, Chairman dan Nobu yang sedang bercengkrama di taman tidak
mengetahui peristiwa ini. Tetapi Pumpkins yang mengetahui betapa dalamnya
perasaan Sayuri kepada Chairman membocorkan kejutan Sayuri yang berniat
menyerahkan segalanya kepada Derrick karena Nobu. Perbuatan Sayuri pun
diketahui Chairman dan membuatnya kecewa.
Akhir cerita film ini, Sayuri mendapat undangan menemui seseorang di
sebuah taman. Sayuri pun menunggu dengan dandanan dan kimono cantikTanpa
diduga, ternyata tamu yang di temuinya adalah pria pujaan hati Sayuri yaitu
Chairman. Sayuri menjadi terkejut dengan setengah tak percaya. Pria idamannya
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
berada di depan matanya. Chairman yang berharap dirinya belum terlambat untuk
bisa diterima hatinya oleh Sayuri.

III.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Metode ini menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada
saat sekarang ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa penelitian, tidak
mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat
prediksi. Selain itu penelitian ini menitik beratkan pada observasi dan suasana
alamiah. Peneliti hanya bertindak sebagai pengamat, hanya membuat kategori
perilaku, mengamati gejala dan mencatat dalam buku observasinya
(Rakhmat,2004:4).

III.3 Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari
manusia, benda, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau
peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di
dalam suatu penelitian (Nawawi, 1997:141)
Dalam penelitian ini populasinya adalah mahasiswa USU program S-1
yang masih aktif sebagai mahasiswa yang telah menonton film Memoirs Of A
Geisha. Adapun alasan peneliti memilih mahasiswa USU adalah karena
mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat yang mengecap pendidikan di
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
tingkat teratas. Mahasiswa adalah kaum intelektual dan merupakan unsur yang
paling sadar dalam masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi/universitas. Universitas
sebagai lembaga yang banyak hubungannya keluar, merupakan lembaga yang
mampu menyaring informasi dan lambang-lambang budaya dari luar negeri
(Sunario, 1993:18).
Dari sekian banyak universitas di Sumatera Utara peneliti memilih USU
dengan alasan bahwa USU adalah salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di
Sumatera Utara dan termasuk sebagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia. USU
berada pada urutan kesepuluh universitas terbaik di Indonesia. Peringkat itu
didasarkan pada survei majalah Globe Asia. USU bersama Universita
sHassaniddin merupakan perguruan tinggi milik pemerintah di luar Pulau J awa
yang masuk dalam daftar ranking (Seputar Indonesia, Edisi 27 Febuari 2008).
Dari 12 fakultas di USU diambil enam fakultas dengan cara Random
Sampling yaitu Fakultas Kedokteran Gigi, Kesehatan Masyarakat, Ekonomi,
Teknik, Sastra, dan Hukum. Adapun alasan peneliti memilih enam fakultas yaitu
karena duabelas fakultas dianggap terlalu banyak maka populasi diperkecil
menjadi enam fakultas dan hal itu juga terkait dengan keefesienan waktu
penelitian.





J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Tabel 3
Jumlah Mahasiswa S-1 Reguler Aktif USU Angkatan 2006

Fakultas Jumlah Mahasiswa
Kedokteran Gigi
Kesehatan Masyarakat
Ekonomi
Teknik
Sastra
Hukum
587
1100
1960
2438
1151
1264
Total Populasi 8500
Sumber : BAA USU Per 31 Juli 2008

b. Sampel
Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang
menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Nawawi (1997: 144)
mendefenisikan sampel sebagai bagian dari populasi yang diambil dengan cara-
cara tertentu. Karena jumlah populasi yang culup besar dan heterogen maka
digunakan rumus Taro Yamane dengan presesi 10% dengan tingkat kepercayaan
90% (Kriyantono 2007:160), sebagai berikut:
1 ) (
2
+
=
d N
N
n

1 ) 1 , 0 ( 8500
8500
2
+
= n
86
8500
= n

n= 99 orang
Keterangan :
N =Populasi
n =Sampel
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
d =Presis (digunakan 10%)
III.4 Teknik Penarikan Sampel
Teknik Penarikan Sampel (teknik sempling) diperlukan untuk
memastikan setiap unsur dalam populasi berpeluang untuk dijadikan sampel.
Adapun langkah-langkah teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Stratified Proportional Sampling
Dalam teknik ini populasi dikelompokkan dalam kategori yang disebut
strata. Penggunaan teknik ini dengan pertimbangan bahwa adakalanya banyaknya
subyek dari setiap strata tidak sama, oleh karena itu untuk memperoleh sampel
yang representatif, pengambilan subyek dari setiap strata ditentukan sebanding
dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata. Adapun rumus yang
digunakan (Suparmoko, 1999:):


Sampel Total
Populasi Total
Populasi
Sampel =
1
1
Berdasarkan rumus diatas maka dapat dihitung sampel yang terpilih di
setiap fakultas adalah:





J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Tabel 4
Stratifed Proportional Random Sampling

8500
99 587
8500
99 1100
8500
99 1960
8500
99 2438
8500
99 1151
8500
99 1264
Fakultas Populasi Penarikan Sampel Sampel
Kedokteran Gigi

587

7
Kesehatan Masyarakat

1100

13
Ekonomi

1960

23
Teknik

2438

28
Sastra

1151

13
Hukum 1264 15
Total Sampel 99

2. Purposive Sampling
Purpossive sampling adalah pengambilan sampel yang disesuaikan dengan
tujuan penelitian, dimana sampel yang terpilih sesuai dengan kriteria-kriteria yang
ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian (Kriyantono, 2006:154).
Adapun kriteria sampelnya adalah:
a. Mahasiswa USU yang terdaftar dan masih aktif mengikuti
perkuliahan, pada Fakultas Kedokteran Gigi, Kesehatan
Masyarakat, Ekonomi, Teknik, Sastra, dan Hukum
b. Telah menonton film Memoirs Of A Geisha.
c. Untuk memperkuat memori responden, peneliti melakukan dua
cara yaitu dengan membagi-bagikan DVD film dan mengajak
nonton bareng

J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008

III.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua teknik pengumpulan data,
yaitu:
1. Penelitian Kepustakaan (Library research)
Yaitu mengumpulkan data melalui literatur yang mendukung, seperti buku
bacaan dan data dari internet.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu pengumpulan data yang meliputi kegiatan survey di lokasi
penelitian, pengumpulan data melalui:
a. Observasi, yaitu pengumpulan data melalui pengamatan
terhadap film tersebut. Untuk itu peneliti menonton film
Memoirs Of A Geisha sebanyak enam kali
b. Kuesioner, yaitu berbentuk rangkaian atau kumpulan
pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam sebuah daftar
pertanyaan (Bungin 201:130). Dalam hal ini peneliti
menyebarkan kuesioner kepada responden yang menjadi
sampel.
c. Wawancara, yaitu tanya jawab secara mendalam yang
dilakukan oleh peneliti dengan beberapa responden yang
dianggap mampu menjelaskan dan memberikan pandangannya
terhadap film tersebut. Ini dilakukan sebagai pelengkap data
yang diperoleh dari kuesioner dan untuk memperkuat analisis
peneliti.
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008

III.6 Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan
menggunakan Analisa Tabel Tunggal yang dilakukan dengan membagi-bagikan
variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar
frekuensi. Tabel Tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang
terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori
(Singarimbun, 1995 : 237).
Teknik analisis data yang akan peneliti lakukan adalah dengan cara
menyusun, mengurutkan data yang akan diperoleh dengan membagi variabel
penelitian ke dalam sejumlah frekuensi dan presentase untuk kemudian dianalisis
dan diinterpretasikan dengan cara memaparkan data-data yang telah diperoleh
tersebut dengan kata-kata dalam kalimat secara jelas dan terperinci untuk
mendapatkan pengertian yang tepat dan pemahaman makna keseluruhan secara
jelas dan terperinci.










J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data di lapangan
Di dalam melaksanakan penelitian, peneliti menempuh beberapa tahapan
dalam proses pengumpulan data. Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai
berikut:
A. Tahap Awal
Pada tahap awal peneliti meminta izin kepada pihak Rektorat USU untuk
mengadakan kegiatan penelitian di USU. Setelah memperoleh izin, kemudian
peneliti meminta data-data mahasiswa USU yang masih aktif dari bagian
pendidikan di Rektorat USU.
B. Pengumpulan Data
Peneliti terjun ke lapangan untuk mencari mahasiswa USU yang terdaftar
dan masih aktif mengikuti perkuliahan, serta yang telah menonton film memoirs
of a geisha untuk dijadikan responden. Kemudian untuk memperkuat memori
responden, peneliti melakukan dua cara yaitu membagi-bagikan DVD film serta
mengajak nonton bareng. Hal ini dilakukan sejak tanggal 15 Desember 2008 .
Kemudian peneliti membagikan kuesioner kepada responden yang telah terpilih
dari tanggal 7-21 Maret 2009. J umlah kuesioner yang dibagikan adalah sebanyak
99 buah sesuai dengan jumlah responden. Selain itu peneliti juga melakukan
wawancara yaitu tanya jawab dengan beberapa responden, hal ini dilakukan
sebagai pelengkap data yang diperoleh dari kuesioner dan untuk memperkuat
analisa peneliti.
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008

IV.2 Teknik Pengolahan Data
Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data dari 99 orang mahasiswa
USU yang menjadi responden, maka peneliti melakukan proses pengolahan data
dari kuesioner yang telah diisi oleh para responden. Adapun tahapan-tahapan
pengolahan data yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:
a. Penomoran kuesioner, yaitu kuesioner-kuesioner yang telah diisi oleh
para responden dikumpulkan, lalu diberi tanda urut sebagai tanda
pengenal (01-99)
b. Editing, yaitu proses pengeditan jawaban para responden dengan
tujuan untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan, dan
menghindari terjadinya kesilapan pengisian data dalam kotak kode
yang telah disediakan
c. Coding, yaitu proses pemindahan jawaban-jawaban dari para
responden ke kotak-kotak kode yang telah tersedia dalam bentuk
angka.
d. Inventarisasi variabel, yaitu data mentah yang telah diperoleh di
masukkan kedalam Foltron Cobol (FC) dan diproses dengan bantuan
program komputer statistik yaitu SPSS (Statistic Package For Social
Science). Data yang telah diproses selanjutnya disajikan dalam bentuk
tabel-tabel. Tabel-tabel tersebut berisi sejumlah frekuensi dan
persentasi untuk setiap kategori. Selanjutnya keseluruhan hasil analisis
data akan disajikan dalam bentuk uraian analisa tabel tunggal dan
pembahasan.
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008


IV.3 Analisis Tabel Tunggal
Pada analisis tabel tunggal akan terlihat sejumlah data yang ditampilkan
dalam bentuk tabel untuk setiap kategori. Tabel-tabel ini memperlihatkan tentang
seberapa besar gambaran umum beberapa kategori yang ada dalam karakteristik
responden, persepsi mahasiswa terhadap profesi geisha dalam film memoirs of a
geisha
Berikut ini adalah pembahasan mengenai data-data tersebut dalam bentuk
analisis tabel tunggal:
1. Karakteristik Responden
Tabel 5
Jenis Kelamin Responden

No Jenis kelamin f %
1 Pria 38 38,4
2 Wanita 61 61,6
Total 99 100
Sumber: P.1/FC 3
Dari tabel 5 di atas terlihat bahwa dari 99 responden, terdapat
responden wanita sebanyak 61 orang (61,6%) dan responden pria sebanyak 38
orang (38,4%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa film memoirs of a
geisha lebih banyak di tonton oleh wanita dari pada pria, hal ini disebabkan oleh
karena film memoirs of a geisha adalah film yang bercerita tentang kehidupan
wanita sehingga lebih banyak menarik perhatian wanita untuk menonton film
tersebut


J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008

Tabel 6
Fakultas Responden

No Fakultas

f %
1 Kedokteran Gigi 7 7,1
2 Kesehatan Masyarakat 13 13,1
3 Ekonomi 23 23,2
4 Teknik 28 28,3
5 Sastra 13 13,1
6 Hukum 15 15,2
Total 99 100,0
Sumber: P.2/FC 4
Tabel di atas menunjukkan jumlah responden di setiap fakultas. J umlah
responden per fakultas sesuai dengan jumlah yang telah didapat dari teknik
startified proportional sampling. Terlihat bahwa jumlah responden di Fakultas
Teknik lebih banyak yaitu 28 responen (28,3%) hal ini disebabkan karena jumlah
populasi mahasiswa di Fakultas Teknik lebih banyak dari pada jumlah mahasiswa
di fakultas lain. Dan jumlah responden di Fakultas kedokteran gigi lebih sedikit
debandingkan dengan responden di fakultas lain yaitu sebanyak 7 responden
(7,1%), hal ini juga disebabkan karena jumlah populasi di fakultas ini lebih
sedikit.








J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Tabel 7
Stambuk Responden

No Stambuk

f %
1 2008 13 13,1
2 2007 23 23,2
3 2006 35 35,4
4 2005 28 28,3
Total 99 100,0
Sumber: P.3/FC 5
Tabel 7 menunjukkan bahwa responden mayoritas berasal dari
stambuk 2006 sebanyak 35 responden (35,4%) dan minoritas berasal dari stambuk
2008 yaitu sebanyak 13 responden (13,1%).
Tabel 8
Etnis/Suku Responden

No
Etnis/Suku

f %
1 J awa 21 21,3
2 Batak 43 43,4
3 Melayu 8 8,1
4 Mandailing 12 12,1
5 Minang 12 12,1
6 lain-lain 3 3,0
Total 99 100,0
Sumber: P.4/FC 6
Tabel 8 menunjukkan sebagian besar responden berasal dari suku batak
sebanyakk 43 responden (43,4%). Dalam hal ini suku batak meliputi suku Batak
Toba, Karo, simalungun.Responden yang paling sedikit barasal dari suku lainnya
sebanyak 3 orang (3%)yang berasal dari etnis Tionghoa dan Tamil.




J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Tabel 9
Agama Responden

No Agama

f %
1 Islam 43 43,4
2 Kristen Protestan 45 45,5
3 Kristen Katolik 8 8,1
4 Buddha 2 2,0
5 Hindu 1 1,0
Total 99 100,0
Sumber: P.5/FC 7
Tabel 9 menunjukkan frekuensi responden berdasarkan agama,
responden beragama Islam sebanyak 43 orang (43,4% ), Kristen protestan
sebanyak 45 orang (45,5%), Kristen Katolik sebanyak 8 orang (8,1%), Buddha
sebanyak 2 orang (2,0%) dan Hindu sebanyak 1 orang (1,0%).

II. Persepsi Mahasiswa terhadap profei geisha dalam film memoirs of a
geisha
Tabel 10
Suka film tentang kebudayaan

No suka film tentang kebudayaan

f %
1 Sangat Menyukai 12 12,1
2 Menyukai 79 79,8
3 Tidak Menyukai 7 7,1
4 Sangat Tidak Menyukai 1 1,0
Total 99 100
Sumber: P.6/FC 8
Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat 91 responden yang memiliki
rasa suka terhadap film yang bercerita tentang kebudayaan, yaitu 12 orang
(12,1%) masuk dalam kategori sangat menyukai dan 79 orang (79,8%) masuk
dalam kategori menyukai. Dari hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa
kebanyakan orang-orang yang menonton film memoirs of a geisha adalah orang-
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
orang yang memiliki kesukaan terhadap film-film yang bercerita tentang
kebudayaan. Karena budaya adalah pola hidup yang dianut oleh suatu komunitas
dan tumbuh serta berkembang secara unik. Keunikan dari budaya itulah yang
menyebabkan mereka suka mempelajari kebudayan. Menurut mereka film dapat
dijadikan sebagai media untuk memperkenalkan suatu budaya, melalui film
memoirs of a geisha mereka menyatakan bahwa mereka dapat melihat bagaimana
kebudayaan J epang dan sejarah J epang di rekontruksikan melalui media audio
visual. Sementara minoritas reponden sebanyak 8 orang tidak memiliki rasa suka
terhadap film-film tentang kebudayaan dengan kategori 7 orang tidak suka dan 1
orang sangat tidak suka. Hal ini disebabkan adanya anggapan dari responden
bahwa film yang bertemakan kebudayaan adalah film yang berat untuk ditonton
karena hanya mampu memberikan informasi tetapi sangat jarang menghibur,
mereka lebih menyukai film yang bergenre komedi karena dianggap lebih dapat
menghibur.
Tabel 11
Suka menonton film memoirs of a geisha

No Suka menonton film memoirs of a geisha

f %
1 Sangat Menyukai 11 11,1
2 Menyukai 80 80,8
3 Tidak Menyukai 8 8,1
4 Sangat Tidak Menyukai 0 0
Total 99 100,0
Sumber: P.7/FC 9
Tabel 11 diatas memperlihatkan bahwa terdapat 91 orang yang suka
menonton film memoirs of geisha, dengan kategori 11 orang sangat menyukai
dan 80 orang menyukai. Beberapa dari mereka menyatakan bahwa suka dengan
film memoirs of geisha karena selain merupakan film yang bercerita tentang
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
kebudayaan, film tersebut juga sangat bagus jika dilihat dari segi artistiknya dan
cinematografinya. Hal lain yang membuat mereka suka dengan film ini adalah
jalan ceritanya yang berisi kisah drama romantis, dan melalui film ini mereka jadi
mengetahui kehidupan seorang geisha.
Sebagian kecil responden yaitu 8 orang menyatakan tidak suka
menonton film memoirs of a geisha dengan alasan kerena jalan ceritanya yang
datar dan tidak berisi ketegangan, dan beberapa dari mereka memang tidak
menyukai film tentang kebudayaan.
Tabel 12
Mengetahui informasi tentang profesi geisha sebelum menonton film
memoirs of a geisha

No mengetahui informasi tentang
profesi geisha sebelum menonton
film memoirs of a geisha

f %
1 Sangat Mengetahui 3 3,0
2 Mengetahui 46 46,5
3 Tidak Mengetahui 44 44,4
4 Sangat Tidak Mengetahui 6 6,1
Total 99 100
Sumber: P.8/FC 10
Tabel 12 diatas memperlihatkan bahwa terdapat 49 orang yang tahu
informasi tentang geisha sebelum menonton film memoirs of a geisha, dengan
kategori 3 orang (3,0%) sangat mengetahui dan 46 (46,5%) orang dengan kategori
mengetahui Informasi seputar geisha. Mereka kebanyakan mengetahui informasi
seputar geisha dari buku memoirs of a geisha, dan dari diskusi dengan teman-
temannya seputar budaya J epang dan geisha. Sebagian lagi yaitu sebanyak 50
orang menyatakan tidak tahu informasi seputar profesi geisha sebelum menonton
film memoirs of a geisha dengan kategori 44 (44,4%)orang tidak tahu dan 6
(6,1%) orang sangat tidak tahu.



J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Tabel 13
Memahami isi film memoirs of a geisha

No Memahami isi film memoirs of a geisha

f %
1 Sangat Memahami 8 8,
2 Memahami 86 86,9
3 Tidak Memahami 5 5,1
4 Sangat Tidak Memahami 0 0
Total 99 100
Sumber: P.9/FC 11
Tabel 13 memperlihatkan bahwa 94 orang dari responden paham
terhadap isi film, dengan kategori 8 orang (8,1%) orang sangat memahami dan
86 orang (86,9%)memahami. Menurut beberapa responden Isi film memoirs of a
geisha dirasa dapat dipahami, karena memang jalan ceritanya yang sederhana
yaitu cerita drama romantis seorang tokoh utama (Sayuri) yang mencari cintanya
dengan menjadi geisha tetapi ironisnya justru mengorbankan kebebasannya. Dan
5 orang (5,1%) responden menyatakan tidak memahami isi film memoirs of a
geisha.
Tabel 14
Isi film menarik perhatian anda

No Isi film menarik perhatian anda

f %
1 Sangat Menarik 8 8,1
2 Menarik 78 78,8
3 Tidak Menarik 12 12,1
4 Sangat Tidak Menarik 1 1,0
Total 99 100,0
Sumber: P.10/FC 12
Tabel 14 memperlihatkan bahwa terdapat 86 orang yang tertarik terhadap
film memoirs of a geisha dengan kategori 8 orang(8,1%) menyatakan bahwa isi
film memoirs of a geisha sangat menarik, dan 78 orang (78,8%) menyatakan
bahwa isi film menarik. Beberapa responden menyatakan bahwa yang menarik
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
dari film yaitu adanya eksotisme, keindahan visual, dan erotisisme dunia geisha
yang ditampilkan. Hal lain yang menarik yaitu penggambaran dunia geisha yang
paradoksikal, yang penuh dengan kemewahan dan glamor namun hampir tanpa
pilihan hidup. Selain itu isi film yang membuat responden tertarik yaitu dapat
mengetahui berbagai rahasia di balik sosok berkimono itu, karena menurut
beberapa responden sebelumnya sosok geisha masih misterius, sementara
samurai (dunia J epang yang jantan) telah dieksplorasi habis-habisan oleh
Hollywood, tetapi dunia kelembutan geisha masih tersembunyi.
Terdapat 13 orang yang tidak tertarik terhadap isi film memoirs of a
geisha, dengan kategori 12 (12,1%) orang menyatakan bahwa isi film memoirs of
a geisha tidak menarik dan 1(1,0%) orang menyatakan bahwa isi film sangat
tidak menarik. Dengan alasan jalan cerita yang datar saja dan tidak penuh
ketegangan .
Tabel 15
Profesi geisha yang ditampilkan menarik perhatian anda

No Profesi geisha yang
ditampilkan menarik
perhatian anda
f %
1 Sangat Menarik 17 17,2
2 Menarik 62 62,6
3 Tidak Menarik 19 19,2
4 Sangat Tidak Menarik 1 1,0
Total 99 100,0
Sumber: P.11/FC 13
Tabel 15 memperlihatkan bahwa terdapat 79 orang yang tertarik
terhadap profesi geisha yang ditampilkan dalam film. Dengan kategori 17 orang
(17,2%) menyatakan bahwa profesi geisha yang ditampilkan sangat menarik
perhatian dan 62 orang (62,6%) menyatakan bahwa profesi geisha menarik
perhatian. Beberapa hal yang menyebabkan adanya ketertarikan responden
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
terhadap profesi geisha yang ditampilkan dalam film karena mereka melihat
profesi geisha adalah profesi yang dijalankan oleh wanita yang bukan saja
memiliki kecantikan dan keindahan tetapi juga memiliki kecerdasan, kepintaran
dan wawasan yang luas serta memiliki banyak keahlian dalam bidang seni. Profesi
geisha yang kelihatan mewah, eksotis, elegan ternyata memiliki duka di baliknya
dimana geisha tidak memiliki kuasa atas dirinya, bahkan tidak berhak atas cinta.
Dan terdapat 20 orang yang tidak tertarik terhadap profesi geisha
dengan kategori 19 orang (19,2%) menyatakan bahwa profesi geisha dalam film
tersebut tidak menarik dan terdapat 1 orang (1,0%) yang menyatakan bahwa
profesi geisha sangat tidak menarik. Beberapa dari mereka menyatakan bahwa
profesi terebut sama sekali tidak menarik walaupun geisha adalah sosok wanita
yang memiliki keahlian dalam bidang seni tetapi tetap saja hal yang namanya
menjual keperawanan adalah suatu hal yang hina dan tidak ada bedanya seperti
wanita tuna susila yang ada di Indonesia.
Tabel 16
Manfaat film memoirs of a geisha

No Memahami isi film memoirs of
a geisha

f %
1 Sangat Bermanfaat 7 7,1
2 Bermanfaat 72 72,7
3 Tidak Bermanfaat 20 20,2
4 Sangat Tidak Bermanfaat - -
Total 99 100,0
Sumber: P.12/FC 14
Tabel 16 memperlihatkan bahwa terdapat 79 responden yang
menyatakan bahwa film memoirs of a geisha memiliki manfaat, dengan kategori
7 responden menyatakan bahwa film tersebut sangat bermanfaat dan 72 responden
menyatakan bahwa film tersebut bermanfaat. Responden tersebut menyatakan
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
bahwa film tersebut bermanfaat karena selain memberi hiburan, film memoirs of
geisha juga memberi pengetahuan seputar budaya dan sejarah negeri J epang.
Dengan menonton film memoirs of a geisha beberapa responden yang awalnya
tidak mengetahui adanya profesi geisha menjadi tahu.
Dan beberapa responden yang awalnya memiliki persepsi bahwa geisha
sama dengan pelacur seperti di Indonesian, berubah persepsinya dan menyatakan
bahwa geisha tidak sama dengan pelacur, geisha adalah wanita seniman yang
memiliki banyak keahlian bukan wanita yang mau tidur dengan sembarang
orang, ia hanya melayani pria yang menjadi danna-nya dan pria yang telah
membeli mizuage-nya berbeda dengan pelacur yang mau tidur dengan setiap
orang asalkan dibayar dan hanya mengandalkan tubuh, tetapi tetap saja profesi
geisha tidak jauh berbeda dengan pelacur, hal ini karena adanya tradisi lelang
keperawanan yaitu memberikan keperawanan demi mendapatkan uang.
Manfaat lain yang dinyatakan oleh responden yaitu wanita dapat belajar
dari sikap geisha bila kelak berumah tangga karena seorang geisha, apa pun
kondisinya, bagaimana pun perasaannya "haram" hukumnya manampakan mimik
sedih atau cemberut. Mereka harus selalu tersenyum, bagaimanapun
membosankannya teman laki-laki mereka. Geisha adalah seorang pendengar yang
baik dan sabar. Seorang geisha harus tahu kapan saatnya berbicara, dan kapan
saatnya diam, harus selalu nampak cantik, harus cerdas, berwawasan dan supel.
Dan seorang geisha harus bisa membahagiakan teman laki-lakinya,
bagaimanapun kondisi mereka. Perkataanya harus menyenangkan setiap teman
laki-laki mereka. Mereka ada untuk melayani, mendengarkan, menghormati dan
menghargai teman laki-laki mereka. Mereka selalu berusaha untuk melakukan
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
yang terbaik. Begitu juga dengan seorang suami, kalau istrinya melakukan segala
sesuatunya dengan baik dan melakukan yang terbaik bagi suami, rasanya sulit
sekali seorang suami akan berkhianat. Baginya, istrinya adalah semestanya,
segala-galanya. Dan kalau sudah begitu, seorang wanita akan mendapatkan apa
pun yang dia inginkan, bahkan tanpa diminta.
Namun ada 20 responden (20,2%) yang menyatakan bahwa film tersebut
tidak bermanfaat karena menurut mereka sesuatu yang bermanfaat adalah sesuatu
yang memiliki keuntungan langsung, suatu hal yang dapat mempengaruhi hidup
mereka, dan penting bagi diri sendiri artinya mereka merasa tidak ada bedanya
saat mereka menonton film tersebut dan sebelum menontonnya.














J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Tabel 17
Persepsi Responden terhadap status geisha di Jepang

Persepsi Mahasiswa
Sangat
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
Total No Pernyataan Status geisha di
Jepang
f % f % f % f % f %
1 geisha adalah profesi yang
terhormat, dan disegani
5 5,1 39 39,4 43 43,4 12 12,1 99 100
2 geisha memiliki status yang
membanggakan dan martabat yang
tinggi
5 5,1 32 32,3 46 46,5 16 16,2 99 100
3 geisha memiliki posisi teras dalam
masyarakat karena berhubungan
dengan pria-pria yang kaya dan
berpengaruh
5 5,1 47 47,5 36 36,4 11 11,1 99 100
4 geisha adalah seorang seniman 12 12,1 54 54,5 19 19,2 14 14,1 99 100
5 geisha bukanlah pelacur tetapi
seorang artis yang menjual keahlian
dalam menghibur bukan menjual
tubuh
12 12,1 45 45,5 40 40,4 2 2,0 99 100
6 geisha adalah wanita yang eksotis,
cantik dan gambaran keindahan
27 27,3 60 60,6 8 8,1 4 4,0 99 100
7 geisha adalah simbol dari feminisme 21 21,2 51 51,5 18 18,2 9 9,1 99 100
8 geisha dipandang sebagai profesi
yang rendah
12 12,1 36 36,4 46 46,5 5 5,1 99 100
9 geisha adalah profesi yang
menyimpang dan sarat dengan
eksploitasi wanita
15 15,2 62 62,6 20 20,2 2 2,0 99 100
10 geisha tidak jauh berbeda dengan
pelacur yang tidak hanya memiliki
satu pria dalam hidupnya
19 19,2 39 39,4 37 37,4 4 4,0 99 100
11 geisha tidak memiliki kuasa atas
hidupnya
26 26,3 52 52,5 20 20,2 1 1,0 99 100
12 geisha adalah gambaran negatif
wanita J epang pada masa itu
7 7,1 43 43,4 40 40,4 9 9,1 99 100
13 geisha bukanlah pelacur dan
bukanlah istri tetapi lebih mirip
seperti wanita simpanan
19 19,2 48 48,5 32 32,3 0 0 99 100
14 Profesi geisha adalah profesi yang
hanya ingin enaknya saja karena
menawarkan kemungkinan hidup
jauh lebih baik tanpa harus bekerja
keras
10 10,1 36 36,4 48 48,5 5 5,1 99 100
15 geisha adalah profesi yang sarat
dengan praktek trafficking
18 18,2 60 60,6 19 19,2 2 2,0 99 100
16 geisha adalah wanita penuh misteri
dengan gambaran kesendirian, duka,
kehilangan, tidak memiliki hak atas
cinta dan kehidupan yang buram
25 25,3 64 64,6 10 10,1 0 0 99 100
Sumber: P.13/FC 15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30

Tabel 17 menunjukkan frekuensi persepsi mahasiswa terhadap status
geisha di J epang dalam film memoirs of a geisha. Pertanyaan yang sering
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
diajukan adalah apakah geisha itu pelacur, mengingat adanya distorsi pemahaman
dan kerancuan antara geisha dan pelacur di kalangan masyarakat umum. Arthur
Golden (Golden,2006:489) menyatakan bahwa pertanyaan itu tidaklah
sesederhana ya atau tidak. geisha yang disebut hot springs geisha atau geisha
sumber air panas, yang menghibur di tempat-tempat peristirahatan jelas pelacur.
Tetapi kita harus melihat betapa mahirnya mereka memainkan shamisen, dan
betapa banyak pengetahuan mereka tentang upacara minum teh, sebelum kita
menentukan apakah mereka layak menyebutkan diri mereka sendiri geisha.
Namun di distrik geisha di Kyoto dan Tokyo dan kota-kota besar lainnya jelas
terdapat sejumlah pelacur.
Hal lain yang perlu diperhatikan, semua geisha magang harus melewati
sesuatu yang disebut mizuage, keperawanan mereka dijual ke penawaran tertinggi,
dan hal itu terjadi pada usia tiga belas atau empat belas tahun, tidak boleh lebih
dari delapan belas tahun. Salah bila tidak menyebut hal ini pelacur atau pelacuran
anak-anak. J adi kita tidak bisa mengatakan bahwa geisha bukan pelacur. Di sisi
lain, setelah melalui tahap mizuage, geisha kelas atas tidak akan menyediakan
diri mereka bagi pria-pria setiap malam. Ia akan dianggap geisha gagal bila ia
tidak memiliki seorang pria yang bertindak sebagai pelindungnya dan membiayai
pengeluarannya. Pria ini akan menjamin hidupnya tetap elegan, dan sebagai
gantinya si geisha akan memberi layana seksual, hanya untuk si pria. Apakah ini
pelacuran? Tidak jika pemahaman kita terhdap pelacur adalah wanita yang
melayani berbagai pria setiap malam. Bagi Golden dalam budaya barat geisha
kelas atas dapat disamakan dengan istri simpanan dan bukan pelacur
(Golden,2006:490)
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Mahasiswa memiliki persepsi yang beragam terhadap status geisha
tersebut. Terdapat 58 responden (58,6%) yang menyatakan bahwa geisha tidak
jauh berbeda dengan pelacur yang tidak hanya memiliki satu pria dalam hidupnya.
Mereka menyatakan bahwa bagaimanapun hebatnya keahlian yang dimiliki oleh
seorang geisha dalam film tersebut tetap saja profesi geisha tersebut tidak ada
bedanya dengan pelacur karena tujuan akhir dari belajar seni, bertata kerama,
berbicara adalah untuk menciptakan lelang yang tinggi terhadap keperawanan
geisha magang tersebut.
Rata-rata mahasiswa (43,4%) menyatakan tidak setuju bahkan (12,1%)
sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa geisha adalah profesi yang
terhormat, disegani, serta memiliki status yang membanggakan dan martabat yang
tinggi.
Geisha juga dipandang sebagai profesi yang menyimpang dan sarat
dengan eksploitasi wanita (77,8%), dan praktek trafficking (78,8%) hal tersebut
dapat dilihat pada saat ibu pemilik okiya mengambil keuntungan dari geisha-
geishanya dan bagaimana Sayuri dijual kerumah geisha . Geisha juga dianggap
memiliki posisi teras dalam masyarakat karena berhubungan dengan pria-pria
kaya dan berpengaruh (52,6%), hal ini dikarenakan pria-pria kaya dan
berpengaruh tersebut sering membicarakan masalah politik di kedai-kedai teh dan
tidak jarang melibatkan geisha.
Geisha juga dianggap sebagai wanita yang eksotis, cantik dan gambaran
keindahan (87,9%), dalam film kita dapat melihat betapa anggunnya seorang
geisha berjalan, betapa lembutnya dia berbicara, bagaimana seorang geisha
menggoda hanya dengan memperlihatkan sedikit pergelangan tangannya saat
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
menuangkan teh, dan betapa mempesonanya mereka pada saat menari dan
mengibaskan kipasnya bahkan dapat membuat pria tidak berpaling hanya dengan
sekali tatapan. Tetapi dibalik gemerlapnya dan melimpahnya hidup mereka,
mereka tidak lebih hanya seorang wanita yang tidak memiliki kuasa atas dirinya
(78,8%), itu dapat dilihat saat Mameha mengatur hidup Sayuri tanpa dia tahu apa
yang akan dilakukan Mameha kepadanya dan seorang geisha sangat dilarang
untuk jatuh cinta. Sehingga geisha hanyalah wanita yang penuh misteri dengan
gambaran kesedihan,duka, kehilangan, tidak memiliki hak atas cinta dan
kehidupan yang buram (89,9%).















J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008

Tabel 18
Persepsi Responden Terhadap Tugas geisha di Jepang

Persepsi Mahasiswa
Sangat
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
Total No Pernyataan Tugas geisha di Jepang
f % f % f % f % f %
1 Geisha memiliki tugas yang berat dan
hebat
4 4,0 55 55,6 29 29,3 11 11,1 99 100
2 Tugas geisha adalah menghibur dalam
bidang seni seperti tarian , bernyani,
memainkan alat musik, drama, menuangkan
sake, berbincang-bincang dengan klien, tata
krama
20 20,2 65 65,7 11 11,1 3 3,0 99 100
3 Seorang geisha harus menguasai banyak
kemampuan dalam bidang seni termasuk
seni menghias diri seperti memakai kimono,
make up, dan menarik perhatian pria
34 34,3 61 61,6 4 4,0 0 0 99 100
4 Seorang geisha harus memiliki wawasan
yang luas karena dalam, tugasnya ia
berhadapan dengan pria-pria kaya dan
berpengaruh
25 25,3 61 61,6 13 13,1 0 0 99 100
5 geisha memiliki tugas yang menyenangkan 2 2,0 14 14,1 73 73,7 10 10,1 99 100
6 Tugas geisha dianggap sebagai pekerjaan
yang biasa saja
3 3,0 20 20,2 69 69,7 7 7,1 99 100
7 geisha memiliki tugas yang membosankan/
monoton, tidak bisa menikmati dunia luar,
hanya menghibur pria di kedai teh sampai
ajal menjelang
11 11,1 56 56,6 24 24,2 8 8,1 99 100
8 Tugas utama geisha sebenarnya adalah
melayani pria yang berperan sebagai
dannanya/ pelindungnya dan pria yang
membeli mizuagenya sedangkan menghibur
dalam bidang seni hanyalah kamuflase
11 11,1 52 52,5 29 29,3 7 7,1 99 100
9 Menurut saya tugas geisah itu masih
misterius
13 13,1 52 52,5 30 30,3 4 4,0 99 100
10 geisha memiliki tugas yang tidak bermoral 10 10,1 48 48,5 31 31,3 10 10,1 99 100
Sumber: P.14/FC 31,32,33,34,35,36,37,38,39,40
Tabel 18 menunjukkan bagaimana persepsi mahasiswa terhadap tugas
seorang geisha yang ada dalam film memoirs of a geisha. Rata-rata mahasiswa
menyatakan bahwa tugas seorang geisha adalah berat (59,6%) Beberapa
responden menyatakan tugas geisha dapat kita lihat pada tokoh Sayuri pada film
ini, Ia menghibur dalam bidang seni seperti tarian , bernyanyi, memainkan alat
musik, drama, menuangkan sake, berbincang-bincang dengan klien, tata karma
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
(85,9%), disamping itu ia juga harus menguasai banyak kemampuan dalam bidang
seni termasuk seni menghias diri seperti memakai kimono, make up, dan menarik
perhatian pria (85,9%) sejak kecil dia telah menjadi pembantu dalam mengerjakan
pekerjaan rumah, disamping itu sejak dini dia harus belajar banyak seni untuk
menjadi seorang geisha, membuat tamu merasa nyaman dengan perbincangannya,
dan yang paling berat ialah saat dia harus melakukan ritual mizuage. dan itu
bukanlah tugas yang menyenangkan (83,8%) dan bukan suatu tugas yang biasa
(76,8%).
Mahasiswa memiliki persepsi bahwa Tugas utama geisha sebenarnya
adalah melayani pria yang berperan sebagai danna-nya/ pelindungnya dan pria
yang membeli mizuagenya sedangkan menghibur dalam bidang seni hanyalah
kamuflase (63,6%). Hal ini dilihat dari pemahaman mereka bahwa inti dari tugas
mereka sebagai penghibur dalam bidang seni, upaya mereka belajar seni, tata
kerama, berbicara, adalah agar mereka memperoleh penawaran tertinggi dalam
ritual mizuage, dan agar mereka mendapatkan danna sehingga mereka tidak
dianggap sebagai geisha yang gagal. Dan tugas geisha itu dianggap tidak
bermoral (58,5%).







J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Tabel 19
Persepsi Responden Terhadap Tanggung Jawab geisha di Jepang

Persepsi Mahasiswa
Sangat
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
Total No Pernyataan Tanggung Jawab geisha di
Jepang
f % f % f % f % f %
1 Profesi geisha memiliki tanggung jawab yang
besar dalam hal pengabdian dalam dunia seni
tradisional J epang
8 8,1 64 64,6 21 21,2 6 6,1 99 100
2 geisha memiliki tanggung jawab dalam
memelihara jaringan yang kuat dengan semua
kliennya
7 7,1 76 76,8 13 13,1 3 3,0 99 100
3 geisha memiliki kecintaan pada musik dan
tari tradisional
8 8,1 86 86,8 5 5,1 0 0 99 100
4 geisha adalah sosok yang setia dan
bertanggung jawab dalam hal menjaga dirinya
tetap perawan sampai ritual mizuage
dilakukan
7 7,1 68 68,7 21 21,2 3 3,0 99 100
5 Tanggung jawab geisha tidak berat 1 1,0 21 21,2 68 68,7 9 9,1 99 100
Sumber: P.15/FC 41,42,43,44,45,46
Tabel 19 memberikan gambaran bagaimana tanggung jawab geisha di
J epang dalam film memoirs of a geisha. J ika dilihat dari sudut kemampuan
mereka melestarikan budaya J epang dalam bidang seni, keahlian mereka
memainkan alat musik tradisional, menari, memakai kimono maka dapat
dikatakan bahwa profesi geisha memiliki tanggung jawab yang besar dalam hal
pengabdian dalam dunia seni tradisional J epang (72,7%) dan mereka juga
memiliki kecintaan pada musik dan tari tradisional (94,9%). Geisha memiliki
tanggung jawab yang berat (77,8%), hal ini dapat dilihat bagaimana tokoh Sayuri
benar-benar setia dan bertanggungjawab dalam hal menjaga diirnya tetap perawan
sampai ritual mizuage dilakukan (75,8%) ditengah godaan-godaan pria-pria kaya
dan berpengaruh. Dan bagaimanapun kliennya baik atau buruk, seorang geisha
memiliki tanggung jawab dalam memelihara jaringan yang kuat dengan semua
kliennya (83,9%) hal itu dilakukan untuk menjaga kelangsungan profesi geisha
itu sendiri
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Tabel 20
Persepsi Responden Terhadap Peranan geisha di Jepang

Persepsi Mahasiswa
Sangat
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
Total No Pernyataan Peranan geisha di Jepang
f % f % f % f % f %
1 Peran geisha sebagai pelobi bisnis dan
politik antar perusahaan/negara sangat
penting
3 3,0 55 55,6 31 31,3 10 10,1 99 100
2 geisha berperan bukan hanya sekedar
hostes biasa tetapi ia adalah hostes
profesional
9 9,1 75 75,8 13 13,1 2 2,0 99 100
3 geisha berperan sebagai penjaga
kebudayaan dan tradisional J epang
7 7,1 52 52,5 36 36,4 4 4,0 99 100
4 geisha memiliki peran sebagai inovator
fashion
3 3,0 56 56,6 36 36,4 4 4,0 99 100
5 geisha memiliki peran sebagai selebritis 1 1,0 59 59,6 36 36,4 3 3,0 99 100
6 Profesi geisha adalah profesi yang
memiliki semangat revolusi yang heroik
karena keberadaannya dalam lingkungan
yang berpengaruh
5 5,1 48 48,5 43 43,4 3 3,0 99 100
7 geisha adalah profesi yang berperan
sebagai lambang tradisional J epang
7 7,1 55 55,6 31 31,3 6 6,1 99 100
Sumber: P.16/FC 47,48,49,50,51,52,53
Tabel 20 menggambarkan bagaiman persepsi mahasiswa terhadap peranan
geisha di J epang dalam film memoirs of a geisha. Peran geisha sebagai pelobi
bisnis dan politik antar perusahaan/negara sangat penting (58,6%) hal ini dapat
dilihat saat Nobu meminta Sayuri untuk melayani J endral dari Amerika untuk
kepentingan bisnis agar J endral Amerika tersebut mau membantu perusahaannya,
disini geisha berpepran sebagi pelobi bisnis. Dengan banyaknya keahlian yang
dimiliki oleh seorang geisha dia bukan saja berperan sebagai hostes jepang biasa
tetapi hostes yang professional (84,9%). Geisha juga berhasil menjalankan
perannya sebagai penjaga kebudayaan dan tradisional J epang (57,6%) dalam hal
pelestarian kebudayaan tradisional dalam bidang seni dengan profesinya secara
langsung ia menjaga agar seni tradisional tetap ada dan tidak punah. Dengan
kimono yang dikenakan ia juga berperan sebagai innovator fashion (59,6%).

J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Tabel 21
Persepsi Responden Terhadap Ritual geisha di Jepang

Persepsi Mahasiswa
Sangat
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
Total No Pernyataan Ritual geisha di Jepang
f % f % f % f % f %
1 geisha dikatakan sukses apabila ia memiliki
seorang danna yaitu lelaki yang menjadi
pelindungnya dan membiayai seluruh
hidupnya
17 17,2 76 76,8 6 6,1 0 0 99 100
2 Upacara sebelum penyerahan mizuage
(keperawanan) sama halnya dengan upacara
penikahan
2 2,0 39 39,4 47 47,5 11 11,1 99 100
3 Lelang keperawanan dilakukan untuk
menunjukkan tingkat popularitas seorang
geisha
16 16,2 60 60,6 14 14,1 9 9,1 99 100
4 Adanya peristiwa mizuage menandakan
gambaran suram profesi geisha
21 21,2 59 59,6 15 15,2 4 4,0 99 100
5 Seorang geisha bagi dannanya sama halnya
seperti istri simpanan
16 16,2 66 66,7 17 17,2 0 0 99 100
6 Puncak karir seorang geisha ditentukan
pada saat peristwa lelang mizuage
19 19,2 70 70,7 9 9,1 1 1,0 99 100
7 Peristiwa mizuage menandakan bahwa
geisha tidak memiliki kuasa atas dirinya
sendiri
31 31,3 54 54,5 11 11,1 3 3,0 99 100
Sumber: P.17/FC 54,55,56,57,58,59,60,61
Tabel 21 menggambarkan bagaimana persepsi mahasiswa terhadap ritual
yang harus dilakukan oleh geisha dalam hidupnya. Geisha dikatakan sukses
apabila ia memiliki seorang danna yaitu lelaki yang menjadi pelindungnya dan
membiayai seluruh hidupnya (94%) hal ini senada dengan apa yang dikatakan
oleh Mameha dalam film Memoirs of a geisha, seorang geisha akan dianggap
gagal jika ia tidak memiliki danna. Adanya peristiwa mizuage menandakan
gambaran suram profesi geisha (80,8%), beberapa responden mengatakan bahwa
peristiwa mizuage inilah yang membuat profesi geisha berkonotasi prostitusi,
J ika ritual ini tidak ada maka profesi geisha secara keseluruhan dianggap bagus
karena menjaga kelestarian budaya bangsa J epang. Tetapi ironisnya justru Puncak
karir seorang geisha ditentukan pada saat peristwa lelang mizuage (89,9%) dan
peristiwa mizuage menandakan bahwa geisha tidak memiliki kuasa atas dirinya
sendiri (85,8%).


J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
IV. 4 Pembahasan
Pembahasan diperlukan untuk melihat penemuan yang dianggap menarik
dan digunakan untuk menarik kesimpulan tentang persepsi mahasiswa terhadap
profesi geisha dalam film memoirs of a geisha. Media massa termasuk film
mempunyai peran yang besar dalam kehidupan manusia, karena mampu
menyebarluaskan pesan kepada khalayak. Dalam hal ini media bertugas sebagai
jendela yang membuat kita mengetahui apa yang sedang terjadi di tempat lain dan
bertugas sebagai pembawa yang memberikan informasi.
Film merupakan salah satu media komunikasi yang memiliki kekuatan
tersendiri dalam menyampaikan makna. Film memang tidak mampu menjawab
kebutuhan berita tetapi film dapat di putar berulang-ulang dan merupakan
penyampaian pesan yang efektif karena melibatkan semua panca indra baik audio
maupun visual. Film sebagai media mempunyai keunggulan dalam menampilkan
suara, gambar yang bergerak, garis dan symbol sehingga dapat memberikan
penggambaran yang paling mendekati pengalaman secara menarik, dapat
menimbulkan kesan ruang dan waktu, dan suara yang dihasilkan dapat
menimbulkan realita pada gambar. Selain itu film juga menampilkan fakta secara
abstrak, dimana tema cerita bertitik tolak dari fenomena yang terjadi dalam
masyarakat. Film sebagai media audio visual memiliki kekuatan dalam
mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang terhadap citra objek
Film dapat menyampaikan berbagai pesan kepada audiens yang
diinginkan. Kebudayaan, nilai-nilai sosial, adat-istiadat, teknologi, dan bahasa,
dapat disampaikan secara holistic. Memoirs of a geisha merupakan salah satu
film cerita yang berlatar belakang sejarah dan budaya. Meskipun tokoh Sayuri dan
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
kisahnya adalah rekaan semata, tetapi fakta-fakta historis kehidupan sehari-hari
seorang geisha tidaklah demikian, artinya filosofi filmnya sangat mewakili sejarah
dan budaya J epang. Khalayak dalam penelitian ini yaitu mahasiswa yang
menonton film tersebut terutama untuk hiburan, tetapi ternyata dalam film
tersebut juga terkandung fungsi informatif dan edukatif (Tabel 16).
Hal yang menarik, bahwa geisha merupakan salah satu produk
kebudayaan tradisional J epang yang penuh dengan kemisteriusan tersendiri.
Kehidupannya yang penuh rahasia dan tertutup memberikan kesan istimewa yang
dilekatkan padanya. Dan budaya J epang yang memiliki keunikan tersebut telah
direpresentasikan melalui film Memoirs of geisha. Memang pada dasarnya
kebudayaan yang dianut oleh suatu kelompok masyarkat itu sangat unik, sama
halnya seperti tradisi dan kebudayaan J epang yang masih dipelihara hingga
sampai saat ini yaitu geisha.
Standar moral dari satu komunitas berbeda dengan standar moral dari
komunitas lain. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa standar moral yang ada di
Indonesia sangat berbeda dengan standar moral yang ada di J epang. J ika
dipandang dari sudut ketika perempuan dijadikan komoditi, adanya ritual, seks,
dan relasi kuasa, Hampir semua responden menyatakan bahwa sebagai orang
Indonesia sangat tidak setuju dengan adanya profesi geisha, karena hal diatas
dianggap sangat tidak bermoral.Cerita dimulai dengan adegan Chiyo (sayuri
muda) dijual bersama kakaknya (satsu). Hal ini menandakan bahwa wanita
seringkali hanya dianggap barang yang bisa dipertukarkan dengan uang. Era
dimana orang-orang yang berpengaruh dan pedagang kaya berkuasa, dan
kemiskinan seakan menjadi takdir. Tertutupnya peluang untuk bekerja dan
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
merintis karir membuat mereka menjual bagian dari keluarganya guna
mendapatkan uang untuk pengobatan ibunya yang sakit keras. Komoditi selain
memiliki sifat kegunaan (used value) juga mengandung sifat exchange value
yaitu sifat untuk diperjualbeli fisiknya. Tawar-menawar antara pemilik dan
pelatih dalam film Memoirs of geisha juga menggambarkan bahwa geisha
adalah industri yang menguntungkan bagaimana pemilik rumah geisha (Nitta)
menghasilkan kekayaan dengan memperkerjakan geisha. Lihat adegan
selanjutnya ketika Chiyo dididik menjadi geisha dengan biaya dari inangnya.
Biaya itu diperhitungkan sebagai hutang. Hutang yang harus dibayarnya setelah
resmi menjadi geisha. Tuntutan dan kebutuhan hidup membuat seorang geisha
harus berusaha tampil sebaik mungkin menjadi entertainer. geisha berusaha
mendapatkan danna. geisha mempunyai ritual melepas keperawanan pada
penawar tertinggi.Adegan dimulai dari Sayuri magang (maiko), dan terus
diperkenalkan oleh Mameha ke setiap kunjungan rumah-rumah peristirahatan
Dilatih sebagai seorang calon geisha dan tidak sembarang bergaul atau bercinta
dengan sembarang orang. Hal ini untuk menjaga agar popularitas dan harga tawar
tidak turun. Mizuage dirancang oleh Mameha pada momentum waktu dan pilihan
orang yang tepat. Sehingga saat itu harga penawaran Sayuri mencapai 15.000 yen,
sebuah penawaran tertinggi sepanjang penawaran geisha. Ritual yang
menghalalkan prostitusi dimana relasi kuasa ikut berlangsung. Memang seorang
geisha tidak akan berhubungan dengan sembarang orang, dia hanya dapat
berhubungan dengan pria yang membeli mizuagenya (ini pun dilakukan hanya
sekali), dan pria yang menjadi dannanya. Sangat berbeda dengan pelacur yang
kita kenal yang dapat berhubungan dengan semua orang yang dia mau, dan
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
hanya mengandalkan fisik, sedangkan seorang geisha memiliki banyak keahlian
yang dipelajari sejak masih kecil. Tetapi tetap saja menurut agama, hukum, dan
budaya bangsa Indonesia hal diatas sangatlah bertentangan, karena bagaimanapun
seorang wanita hanya dapat berhubungan dengan pria yang sah secara hukum
dan agama sebagai suaminya. Dan ketika perempuan dijadikan komoditi maka
berarti telah terjadi pelanggaran hak azasi manusia.
Sementara bagi orang J epang hal tersebut dianggap wajar bahkan profesi
geisha adalah profesi yang mendapat tempat dalam masyarakat J epang. geisha
pada saat itu dianggap sebagai wanita yang berkelas. Budaya sex di J epang hingga
saat ini dikenal sangat ekstrem, kehilangan keperawanan sebelum menikah
dianggap sebagai hal yang biasa, bahkan bagi penduduk J epang jika seorang
wanita yang menikah di usia lebih dari 20 tahun ternyata masih perawan dianggap
sangat memalukan karena itu berarti dia benar-benar berada di tipe level bawah
dalam pergaulan mereka. Hal ini bukan hanya terjadi belakangan ini tetapi juga
sudah terjadi sejak jaman-jaman kerajaan J epang di masa lampau. Dahulu semua
perempuan J epang diberikan kepada tentara-tentara J epang untuk dijadikan budak
nafsu dan tidak heran ketika jaman penjajahan J epang dahulu banyak perempuan
Indonesia kehilangan keperawan oleh tentara J epang. Meskipun mereka termasuk
dalam ras kuning tetapi tetap aja keanehan-keanehan tersebut dianggap wajar
(http://gugling.com/mengenal-budaya-sex-di-jepang). Menurut KAMMI
(Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) masyarakat jepang kurang
mengenal norma agama, sehingga permasalahan yang tidak mengganggu oran lain
tidak akan dipermasalahkan,tidak mengenal sangsi berupa dosa jika ketahuan
berbuat jinah, mabuk juga tidak dilarang, ekplorasi anak dibawah umur juga tidak
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
dilarang secara hukum, melakukan apa saja boleh asal tidak mengganggu orang
lain (www. Kammi-jepang.net)
Adanya perbedaan budaya inilah yang membuat komunikasi antar budaya
sangat penting. Diantaranya kita dapat mengambil hikmah dari penyimpangan
budaya J epang sehingga membuat kita menjadi mawas diri terhadap keanehan
yang terjadi di dunia. Hal ini meningat bahwa dunia sedang menyusut, proses ini
sering disebut globalisasi sehingga kapasitas untuk memahami budaya sangat
diperlukan, dimana esensinya semua budaya berfungsi dan penting bagi
pengalaman anggota-anggota budaya tersebut meskipun nilai-nilainya berbeda
dan setiap individu atau budaya berhak menggunakan nilai-nilainya sendiri.
Demikian juga dengan bangsa J epang, seorang geisha berhak
menggunakan nilai-nilainya sendiri dan kita jangan menganggap perbedaan itu
sebagai suatu musibah karena itulah nilai yang berlaku bagi mereka.
J ika dilihat dari segi pelestarian budaya oleh geisha alat musik
tradisional seperti Shamisen, Shakuhachi (bambooflute), dan drum, sebaik
mungkin. Mereka juga dituntut untuk bisa menyanyi lagu tradisional, menari
tarian J epang kalsik (tari kipas), upacara teh, keterampilan ikebana (keterampilan
merangkai bunga), mengenakan kimono, puisi, bahkan pengetahuan umum dan
ilmiah, maka mayoritas responden (72,7%) setuju jika profesi geisha dikatakan
sebagai penjaga kebudayaan tradisional J epang. Adanya komunikasi antarbudaya
melalui media film yang memberi efek kognitif berupa pengetahuan tentang
budaya tradisional J epang yang masih tetap utuh di tengah arus globalisasi patut
mendapat perhatian dari bangsa Indonesia. Kita dapat belajar bagaimana tetap
mempertahankan kekayaan budaya tradisional bangsa Indonesia yang beraneka
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
ragam ditengah arus globalisasi, sehingga bangsa Indonesia tidak kehilangan
identitasnya
Persepsi adalah pemahaman kita terhadap apa yang kita alami, penafsiran
kita terhadap apa yang kita lihat dan kita dengar yang dipengaruhi oleh kombinasi
antar pengalaman masa lalu, keadaan serta psikologi yang benar-benar sama. Bagi
setiap orang apa yang dipersepsikannya itulah kenyataan, (Effendy,1992:48).
Salah satu pandangan yang dianut secara luas menyatakan bahwa
psikologis, sebagai telaah ilmiah, berhubungan dengan unsur dan proses yang
merupakan perantara rangsangan diluar organisme dengan tanggapan fisik
organisme yang dapat diamati terhadap rangsangan. Menurut rumus ini yang
dikenal dengan teori rangsangan-tanggapan (Stimulus-Respon), persepsi
merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah
rangsangan diterapkan kepada manusia. Sub proses psikologi lainnya yang
mungkin adalah pengenalan, penalaran, perasaan dan tanggapan.
Yang menjadi rangsangan adalah profesi geisha dalam film memoirs of a
geisha yang diterima melalui panca indra dilanjutkan dengan pengenalan terhadap
profesi tersebut yang diawali dengan rasa suka terhadap film tentang kebudayaan
dan mayoritas responden menyatakan suka (91,9%) terhadap film tentang
kebudayaan. Kesukaan responden terhadap film tentang kebudayaan membuat
mayoritas responden (91,9%) juga menyatakan suka menonton film memoirs of a
geisha, karena film memoirs of a geisha merupakan salah satu film yang bercerita
tentang kebudayaan J epang, yang mana J epang adalah negara yang dapat
mempertahankan kebudayaannya ditengah arus globalisasi, film ini menceritakan
tentang kehidupan seorang artis, sebuah karya seni yang bergerak, yaitu geisha.
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Suatu profesi yang menurut persepsi orang luar memiliki konotasi sebagai
prostitusi. Sementara bagi bangsa J epang, geisha (seniman) dalam bahasa jepang
adalah seniman atau penghibur tradisional (entertainer). Geisha sangat umum
pada abad ke-18 dan abad ke-19, dan masih ada sampai sekarang ini, walaupun
jumlahnya tidak banyak. Sejarah geisha dimulai dari awal pemerintahan
Tokugawa, di mana J epang memasuki masa damai dan tidak begitu disibukkan
lagi dengan masalah-masalah perang. Seorang calon geisha harus menjalani
pelatihan seni yang berat selagi usia dini. Berlatih alat musik petik shamizen yang
membuat calon geisha harus merendam jarinya di air es.
Berlatih alat musik lainnya juga seperti tetabuhan kecil hingga taiko.
Berlatih seni tari yang menjadi kunci kesuksesan seorang geisha, karena geisha
papan atas umumnya adalah penari, tari Topeng Noh yang sering dimainkan oleh
geisha dihadirkan bagi masyarakat kelas atas berbeda segmennya dengan
pertunjukkan Kabuki yang lebih disukai rakyat jelata, geisha juga harus berlatih
seni upacara minum teh, yang pada masa medieval dianggap sama pentingnya
dengan seni perang. Dan berbagai latihan berat lain yang harus dijalani. Dan
latihan itu masih terus dijalani setiap geisha hingga akhir karirnya.(
Frederic,2002). Selanjutnya dalam hal penalaran dalam bentuk pemahaman
mayoritas responden (84,9%) paham terhadap isi film memoirs of a geisha dan
menimbulkan perasaan tertarik (86,9%) terhadap isi film yang menonjolkan
profesi geisha dan responden (79,8%) merasa tertarik terhadap profesi geisha
yang ditampilkan dalam film. Perasaan tersebut kemudian menghasilkan
tanggapan (respon) dalam bentuk persepsi yaitu persepsi terhadap profesi geisha
yang mencakup status, tugas, tanggung jawab, peranan, ritual seorang geisha.
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
Bebarapa adegan yang dilihat oleh responden yang dapat memberi
makna terhadap apa sebenarnya profesi geisha yaitu seperti pada adegan ketika
Mameha memberikan nasehat kepada Chiyo remaja being a geisha is to be a
living object of art yang dilanjutkan dengan adegan-adegan Chiyo belajar
menari, main musik, menuang sake dengan hanya membiarkan pergelangan
tangannya yang bergerak dan terlihat oleh tamu. paint and beauty live side by
side lanjut Mameha sambil menata taburan garam di bawah bantal kayu, seorang
geisha haru bisa tidur dengan anggun tidak boleh bergerak sedikitpun, sehingga
taburan garam itu utuh hingga pagi. Seorang geisha harus mampu berjalan dengan
anggun, dengan langkah bagaikan aliran air, pendeknya seorang geisha harus
memiliki keseimbangan badan yang baik dan keseimbangan badan yang baik itu
dipengaruhi oleh pikiran yang tenang.
You are succesfull geisha, if the men cannot take their eyes of you,
kata Mameha sambil mencontohkan bagaimana ketika mereka berjalan di pasar,
pria-pria melihat sampai jatuh atau nabrak. touch their thigh a little when you
pour the sake lanjutnya always by coincidence of course menjadi geisha
adalah belajar bagaimana menggoda pria tanpa melahapnya mentah-mentah, jadi
bukan untuk menjual diri kepada siapapun yang punya uang untuk
membayaremang benar bahwa ujian untuk naik kelas dari geisha magang menjadi
geisha penuh adalah dengan melelang keperawanannya. Tetapi justru karena
adanya lelang keperawanan tersebut mereka harus ekstra hati-hati menjaganya.
Memang geisha itu tidak ubahnya seperti gadis-gadis lain juga, mereka buka
penjaja cinta. Mereka juga punya cinta dan pria idaman, tetapi cita dan cinta itu
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
harus disimpan di sudut tersembunyi, karena mereka harus menjadi profesional
wife.
We are the wife of the night, we cannot expect to be wife of the day
demikian kata sayuri yang tentunya tidak berarti harafiah, lebih sebagai bentuk
dan kepasrahan dan penyerahan diri. Menjadi geisha memang bukan menjadi
pilihan sesaat, bukan jalan pintas atau mengejar sesuatu yang lain. Menjadi geisha
adalah suatu takdir yang harus dijalani, takdir disini berarti bukan takdir Tuhan
tetapi pencari bakat seperti pemilik rumah geisha yang berperan disini. Nilai-
nilai yang ditawarkan film memoirs of a geisha sebenarnya dari sudut pandang
ketimuran memang tidak dapat sepenuhnya dapat diterima sebab nilai yang ada
adalah nilai orang J epang. Film ini di satu sisi hendak mengetengahkan bahwa
sesungguhnya geisha berbeda dengan prostitusi. Tapi disisi lain ditampilkan sisi
sesungguhnya dunia prostitusi itu. Bahwa pada dasarnya yang terjadi apabila
seorang geisha telah meninggalkan nilai-nilai yang harus diterapkan oleh seorang
geisha, dia memang akan terjerumus kedalam dunia gelap yang mirip dengan
dunia prostitusi seperti yang dialami oleh Hatsumono.
Sangat sulit membedakan antara geisha dengan prostitusi, sebab adegan
film tidak memberikan batasan yang jelas. Pada bagian-bagian tertentu dalam film
ini memang menampilkan aktifitas geisha sebagai pekerja seni atau penghibur,
namun pada bagian lainnya juga ikut ditonjolkan bagaimana seorang geisha
terjerumus kedalam praktik prostitusi itu sendiri
Seperti telah diungkapkan pada analisa tabel tunggal bahwa pada
dasarnya mahasiswa USU memiliki persepsi bahwa jika dilihat dari nilai-nilai
moral bangsa Indonesia mayoritas mahasiswa USU menganggap geisha adalah
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
profesi yang tidak baik karena tidak jauh berbeda dengan praktek prostitusi seperti
pekerja seks komersial (PSK) yang ada di Indonesia. Semua ajaran agama yang
ada di Indonesia memandang negatif terhadap praktek prostitusi. Dan PSK sering
kali dibenturkan dengan argumen moral, norma mayarakat dan nilai-nilai agama
untuk melabelkan bahwa profesi pelacur adalah perempuan nakal, tak bermoral,
melanggar nilai-nilai agama dan norma masyarakat. Indikasinya sangat jelas
ketika sebagian kalangan yang kontra PSK menganggap tindakan mereka sebagai
tindakan kejahatan atau kriminal yang perlu dihukum seberat-beratnya, kalau
perlu dilenyapkan dari muka bumi. Profesi tersebut juga dianggap melanggar hak
azasi manusia karena adanya pengeksploitasian wanita yang dilakukan oleh
pemilik okiya terhadap geisha-nya dan seorang geisha tidak memiliki kuasa atas
dirinya. Tetapi jika dilihat dari sisi geisha sebagai seniman tradisional J epang,
mayoritas mahasiswa USU menilai bahwa profesi ini masih memiliki sisi positif
karena mampu menjaga kelestarian budaya tradisional. Tetapi tetap saja apapun
kelebihan dari profesi geisha, sebagai bangsa Indonesia yang berintelektual
mayoritas mahasiswa USU tidak setuju dengan profesi tersebut.









J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

VI. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Gambaran profesi geisha dalam film memoirs of a geisha yakni suatu
profesi yang menganggap penampilan sangatlah penting, keperawanan
seorang gadis dilelang kepada penawaran yang paling tinggi, perempuan
dilatih untuk memikat laki-laki yang paling berkuasa dan cinta dicemooh
sebagai ilusi belaka. Seorang wanita yang mempelajari seni geisha yang
berat, menari dan menyanyi, memakai kimono, makeup tebal, dan
dandanan rambut yang rumit, menuang sake dengan cara yang sensual,
bersaing dengan sesama geisha memperebutkan pria-pria dan
kekayaannya.
2. Persepsi terikat oleh budaya. Bagaimana kita memaknai suatu pesan, objek
atau lingkungan bergantung pada sistem nilai yang kita anut. Mayoritas
mahasiswa memiliki persepsi yang sama terhadap profesi geisha hal
tersebut disebabkan nilai yang dianut oleh tiap-tiap mahasiswa sama yaitu
nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Mahasiswa memandang status geisha
dari dua sisi, yang pertama jika dilihat dari tugas dan perannya dalam
pertunjukkan seni dan penjaga kelestarian budaya J epang maka geisha
dinilai memiliki status sebagai profesi yang dihargai. Tetapi jika dilihat
dari tugasnya melayani dannanya tanpa ada hubungan pernikahan serta
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
ritual mizuage yang dilakukan maka geisha dinilai memiliki status yang
rendah, wanita yang tidak ada bedanya dengan pelacur. Tetapi secara
keseluruhan sebagai bangsa Indonesia mahasiswa memiliki persepi negatif
dengan tidak setuju adanya profesi tersebut walaupun geisha memiliki
keahlian sebagai seniman, karena tidak jauh berbeda dengan pelacur
layaknya seperti wanita tuna susila yang ada di Indonesia.

V.2 Saran
1. Adanya komunikasi antarbudaya dalam film memoirs of a geisha
diharapkan dapat menjembatani perbedaan antarbudaya melalui perolehan
informasi baru, mempelajari sesuatu yang baru yang tidak pernah ada
dalam kebudayaan , serta sekedar mendapatkan hiburan dan melepaskan
diri dan tidak menjadikan perbedaan itu sebagai bencana. Karena pada
dasarnya semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-
anggota budaya tersebut meskipun nilai-nilainya berbeda dan setiap
individu berhak menggunakan nilai-nilainya sendiri.
2. Mahasiswa sebagai kaum intelektual diharapkan dapat mengambil hikmah
dari penyimpangan budaya J epang sehingga membuat kita menjadi mawas
diri terhadap keanehan yang terjadi di dunia terutama pada era globalisasi
saat ini
3. Ada beberapa nilai positif yang dapat kita contoh dari profesi geisha
tersebut antara lain kemampuan mereka untuk tetap menjaga nilai-nilai
budaya tradisional dalam bidang seni, kegigihan mereka untuk mencapai
cita-citanya.
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008

4. Film dapat berfungsi untuk memperkenalkan kebudayaan suatu bangsa
kepada bangsa lain. Indonesia adalah salah satu bangsa yang memiliki
kekayaan budaya yang unik, dan tidak ada salahnya jika para scene
Indonesia membuat film yang mengangkat kebudayaan Indonesia sehingga
budaya yang ada di Indonesia dapat dikenal di masyarakat luas.


















J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
DAFTAR PUSTAKA


Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. 2004. komunikasi Massa Suatu
Pengantar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial, Format-Format Kuantitatif
dan Kualitatif. Airlangga University Pers, Surabaya

Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT RajaGrafindo Persada,
J akarta

Effendy, Onong Uchjana. 1993. Dinamika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung

.2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. PT.Citra
Aditya Bakti, Bandung

.2004. Dinamika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung

Frederic, Louis. 2002. Japan Encyclopedia. Belknap Press Of harvad
University,London

Golden,Arthur.2002. Memoirs Of A Geisha. Gramedia Pustaka Utama, J akarta
Hendry, J oy.1995. Understanding Japanese Society. Biddles Ltd, Great britanian
Irawanto, Budi.1999. Film, Ideologi, dan Militer. Media Pressindo,Yogyakarta
Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana, J akarta.
Liliweri, Alo. 2004. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta

.2001.Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya. Pustaka
Pelajar,Yogyakarta

Lubis, Lusiana Andriani. 2002. Pengantar Komunikasi Lintas Budaya. Seri
Diktat, Medan

Matsumoto, David. 2004.Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Pustaka
Pelajar,Yogyakarta
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008

Mulyana, Deddy dan J allaluddin rakhmat. 2003. Komunikasi Antarbudaya
Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya.
PT.Remaja Rosdakarya, Bandung

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.

Mc.Quail, Dennis. 2005. Teori Komunikasi Massa. Erlangga, J akarta
Nawawi, Hadari. 1997. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University
Press, Yogyakarta

Purwasito, Andrik.2003. Komunikasi Multikultural.Muhammadiyah Universitas
Pers, Surakarta

Rakhmat, J alaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Dengan
Contoh Analistik Statistik. PT Remaja Rosdakarya, Bandung

.2005.Psikologi Komunikasi. PT.Remaja Rosdakarya,
Bandung

Singarimbun, Masridan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. PT
Pustaka LP3ES Indonesia, J akarta

Sobur, Alex. 2003. Psikologi umum. Pustaka Setia, Bandung.
Sunarwinadi, Ilya. 1993. Komunikasi Antar Budaya.UI Pers,J akarta
Suparmoko.1999. Metode Penelitian Praktis Untuk Ilmu Sosial ,Ekonomi dan
Bisnis. BPFE,Yogyakarta











J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
J uita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi
Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film
Memoirs Of A Geisha), 2009
USU Repository 2008
NON BUKU
http://id.wikipedia.org/wiki/Memoirs_of _a_ Geisha diakses tanggal 19 desember
2008
http://wrm-indonesia.org/content/view/228/66 diaksese tanggal 2 desember 2008
http://id.wikipedia.org/wiki/geisha).diakses tanggal 28 november 2008
http://id.wikipedia.org/wiki/Media massa diakses tanggal 28 november 2008
http://www.indoforum.org/archive/indexphp diakses tanggal 2 febuari 2009
www.usu.ac.id diakses tanggal 5 januari 2009
Seputar Indonesia, Edisi 27 Februari 2008

Anda mungkin juga menyukai