Anda di halaman 1dari 13

Assalamualaikum Wr. Wb.

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
Kesehatan dan Keselamatan Kerja











Mempresentasikan Makalah dari Apriastuti Puspitasari

Program Promosi Kesehatan di Tempat Kerja
Pemakaian Alat Pelindung Telinga di Perusahaan
Perakitan Kendaraan Bermotor PT X


Latar Belakang
Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama
kesehatan kerja. Data dari WHO tahun 1995 menunjukkan hampir 14 %
dari total tenaga kerja di negara industri terpapar bising lebih dari 90 dB di
tempat kerjanya. Pajanan melebihi 85 dB dapat menimbulkan NIHL atau
ketulian. Selain itu kebisingan juga dapat menimbulkan keluhan non-
pendengaran seperti susah tidur, mudah emosi, dan gangguan konsentrasi
yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Untuk itu, pencegahan dampak
buruk kebisingan memerlukan perhatian dan dukungan semua jajaran di
tempat kerja, dari jajaran tertinggi sampai tenaga kerja pelaksana PT X.

Analisa Masalah
Industri otomotif, khususnya pembuatan mobil, umumnya melakukan
produksi pembuatan komponen mesin (casting dan engine) dan pembuatan serta
perakitan body mobil. Dalam hal ini, PT X hanya melakukan pembuatan dan
perakitan body mobil. Pekerjaan yang dilakukan diantaranya adalah pressing,
welding, painting, dan assembling. Pekerja dalam industri ini selalu berhadapan
dengan bahaya-bahaya dari proses perorangan dan langkah-langkah safety yang
relevan dengan hazard yang ada, seperti bahaya kebisingan.
Pada PT X, penurunan pendengaran termasuk lima besar penyakit di
perusahaan tersebut yaitu sebesar 37,8 % pada tahun 2002, dan tahun 2008
meningkat menjadi 49,6 %. Peningkatan yang sangat signifikan ini menandakan
perlunya upaya yang besar untuk mencegah terjadinya dampak akibat bising di
tempat kerja. Dalam Program Konservasi Pendengaran tersebut, diperlukan
promosi kesehatan pemakaian APT (Alat Pelindung Telinga).

Pemecahan Masalah
Penerapan Hearing Conservation Program (HCP) atau Program Konservasi
Pendengaran di tempat kerja bermanfaat untuk mencegah gangguan pendengaran
akibat paparan bising, yang meliputi (NIOSH, 1996):
a) Monitoring paparan bising; b) Kontrol engineering dan administrasi; c) Evaluasi
Audiometer; d) Penggunaan Alat Pelindung Diri (PPE); e) Pendidikan dan Motivasi;
f) Evaluasi Program; dan g) Audit Program.
Salah satu elemen dari Program Konservasi Pendengaran di tempat kerja
tersebut adalah Pendidikan dan Motivasi. Menurut Ambar W. Roestam (2004),
program pendidikan dan motivasi menekankan bahwa program konservasi
pendengaran sangat bermanfaat untuk melindungi pendengaran tenaga kerja, dan
mendeteksi perubahan ambang pendengaran akibat paparan bising. Tujuan
pendidikan adalah untuk menekankan keuntungan tenaga kerja jika mereka
memelihara pendengaran dan kualitas hidupnya. Lebih lanjut penyuluhan tentang
hasil audiogram mereka, sehingga tenaga kerja termotivasi untuk berpartisipasi
melindungi pendengarannya sendiri. Melalui penyuluhan diharapkan tenaga kerja
mengetahui alasan melindungi telinga serta cara penggunaan alat pelindung
telinga.
Program Pemakaian APT
Step Manajemen Program Promosi Kesehatan Pemakaian Alat Pelindung Telinga,
diantanya:
Step Manajemen Program Promosi Kesehatan Pemakaian Alat Pelindung Telinga,
diantanya:
1. Rekognisi
a. Health Risk Assessment
Program dimulai dengan HRA sebagai data awal status kesehatan pekerja. Dengan
menggunakan kuesioner, didapatkan hasil gambaran keluhan pekerja akibat pajanan
bising di PT X. Hasil kuesioner tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Keluhan Pusing selama Bekerja di Lingkungan Bising pada Pekerja PT X
Program Pemakaian APT

Lanjutan 1
Tabel 2. Keluhan Lelah selama Bekerja di Lingkungan Bising pada Pekerja PT X
Tabel 3. Penurunan Tingkat Pendengaran pada Pekerja PT X
Tabel 4. Kepatuhan Pemakaian APT pada Pekerja PT X
Lanjutan 2
b. Informasi dan Data Pendukung
1. Aktivitas PKDTK yang sudah ada
PT X pernah melakukan training safety setahun terakhir, namun training tersebut tidak
berhubungan dengan bising di tempat kerja.
2. Persepsi Pekerja tentang PKDTK
PKDTK yang telah ada sebelumnya, yaitu training pengendalian stres, seluruh karyawan
ikut dan berminat.
3. Karakteristik Sosio-Demografi
Pekerja di PT X berusia antara 22 53 th dengan jenis kelamin sebagian besar laki-laki.
4. Perilaku Kesehatan
Berdasarkan kuesioner yang disebarkan, sebanyak 68,1 % atau 111 orang mempunyai
hobi mendengarkan musik dengan suara keras dan terdapat 43,56 % pekerja tidak
pernah menggunakan APT saat bekerja.
5. Prevalensi Pekerja
Prevalensi pekerja yang mengalami penurunan pendengaran meningkat dari tahun ke
tahun. Tahun 2002 sebesar 37,8 %, tahun 2008 menjadi 49,6 %.
6. Biaya Medis
Perusahaan mengeluarkan biaya medis atau kompensasi kesehatan untuk pekerja yang
mengalami gangguan akibat pajanan bising adalah sebesar 35 %.
Lanjutan 3
2. Analisis
Hasil pemeriksaan berkala di PT X menemukan prevalensi pekerja yang mengalami
penurunan pendengaran meningkat dari tahun ke tahun yaitu tahun 2002 sebesar
37,8 %, tahun 2008 menjadi 49,6 %. Hasil HRA sendiri menunjukkan 56,44 % pekerja
mengalami penurunan pendengaran. Akar penyebab masalah ini adalah
ketidakpatuhan pemakaian APT.
3. Perencanaan
Perencanaan PKDTK dikembangkan dengan mengikutsertakan wakil pekerja dalam
penyelenggaraan PKDTK sedini mungkin. Perencanaan dikembangkan berdasarkan:
a. Target perubahan yang ingin dicapai.
b. Proses menuju target perubahan.
c. Cara penilaian keberhasilan pencapaian target.
4. Komunikasi
Membuka hubungan komunikasi sebelum diluncurkannya program sangat penting
dilakukan. Program Pemakaian APT dikomunikasikan oleh komunikator (pemberi
pesan) yaitu profesional kesehatan kepada sasaran penerima. Advokasi dilakukan
kepada manajemen dan sosialisasi dilakukan kepada pekerja.

Lanjutan 4
5. Persiapan
Setelah program pemakaian APT disepakati oleh manajemen dan wakil pekerja, segera
dipersiapkan kebijakan organisasi dan komitmen tertulis sebagai landasan program
dan dipersiapkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk pelaksanaan
program, serta elemen lainnya agar program dapat terlaksana dengan baik.
6. Implementasi
Program Pemakaian APT dilaksanakan dalam bentuk sesi kelompok dan poster, yaitu:
a. Sesi Kelompok
Sesi kelompok yang dilakukan pada program ini adalah penyuluhan. Hal ini
bertujuan untuk memberikan pengetahuan, meningkatkan kesadaran, memberikan
kesempatan tanya jawab. Penyuluhan dapat dilakukan dua minggu sekali, waktu
penyuluhan dilakukan di waktu istirahat. Lokasi penyuluhan yaitu di ruang rapat.
b. Media Grafis
Media grafis dapat berupa poster, banner, selebaran, dan bulletin. Media ini
berfungsi menyalurkan pesan yang berupa simbol-simbol komunikasi visual yang perlu
dipahami, untuk menarik perhatian. Media grafis ini tersedia di keseluruhan area
perusahaan tanpa terkecuali.
c. Reward
Program ini adalah pemberian penghargaan kepada pekerja yang selalu
menggunakan APT selama bekerja. Reward dinilai sebulan sekali dan dapat berupa
sertifikat dan voucher. Sedangkan punishment mulai dari teguran lisan sampai teguran
tertulis.
Lanjutan 5
7. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan pada program, yaitu melihat participant rate pada saat
penyuluhan berlangsung. Jika hasilnya kurang memuaskan, maka diperlukan topik
yang lebih menarik lagi dan poster dicetak dengan tema yang lebih menarik. Fokusnya
menilai efek kegiatan program, yaitu berupa meningkatnya pengetahuan, perubahan
perilaku menjadi patuh dalam pemakaian APT.
8. Kontinuitas
Program Pemakaian APT, yang telah berjalan selama 3 bulan ini, terbukti sudah dapat
diterima oleh manajemen dan pekerja PT. X. Oleh karena itu, harus segera dilakukan
pembuatan program baru. Program yang berkesinambungan dikembangkan
berdasarkan apresiasi termasuk penghargaan bagi pekerja yang berhasil mencapai
target. Bagi yang belum mencapai target, dikembalikan lagi untuk dikenali
masalahnya, kemudian dianalisis, dan seterusnya mengikuti siklus semula. Dengan
demikian program PKDTK dapat berjalan terus, berkembang dan mencapai
sasarannya.
PENUTUP
1. Kesimpulan
PT X yang bergerak di bidang Perakitan Kendaraan Bermotor, memiliki banyak
potensi bahaya yang berisiko terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja. Salah
satunya adalah bahaya kebisingan. Bahaya ini dapat direduksi dengan menggunakan
HCP (Hearing Conservation Program), yang salah satunya adalah penerapan
edukasi dan motivasi. Program Promosi Kesehatan Pemakaian APT berawal dari
ketidakpatuhan pekerja dalam pemakaian APT di tempat kerja. Dengan
implementasi berupa penyuluhan APT (sesi kelompok), media grafis, dan reward
diharapkan terjadi perilaku patuh dalam penggunaan APT saat bekerja.
2. Saran
Suatu program tidak akan dapat dijalankan jika tidak mendapat dukungan dari
manajemen dan pekerja. Oleh karena itu, advokasi dan sosialisasi kepada pihak-
pihak terkait sangat dibutuhkan untuk melancarkan program PKDTK. Pekerja harus
diikutsertakan dalam pengambilan masalah dan penentuan program, agar pekerja
sejak dini merasakan bahwa program PKDTK yang dibuat memang semata-mata
untuk kesejahteraan pekerja. Selain itu, untuk mencanangkan suatu program,
konsep dan persiapan yang matang harus dimiliki agar program sukses dan dapat
menjadi pedoman bagi program selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai