Anda di halaman 1dari 19

Final

DISUSUN OLEH :
BASRI HASANUDDIN LATIEF
E 131 11 258

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2013
Final Globalisasi
1. Sebutkan dan jelaskan defenisi, cirri utama globalisasi yang anda ketahui berdasarkan para
ahli.
Jawab
Globalisasi adalah fenomena interaksi di dunia yang semakin kompleks. Jika diartikan
dari asal kata. Globalisasi adalah proses mengglobal. Mengglobal yang dimaksud adalah
terjadinya proses interaksi yang massiv di dunia internasional.
Kata globalisasi awalnya menjelaskan proses yang menunjukkan adanya interaksi dunia.
Marshal Mc. Luhanmenggambarkan globalisasi sebagai dunia yang seperti sebuah kampung
global, di mana produk budaya yang dikonsumsi oleh manusia di segala penjuru dunia sama.
McLuhan membahasakan hal ini ketika fenomena yang dilihatnya adalah industri televisi
berkembang dengan pesat di dunia. Perkembangan teknologi televisi terus berkembang sejak
hanya bisa berwarna hitam putih hingga berwarna, serta juga mencapai apa yang dikenal
sekarang dengan televisi digital, yang sedikit lagi akan ada di Indonesia. Dari pendapat ini
kita dapat menyimpulkan bahwa kemajuan teknologi informasi merupakan kunci dari
globalisasi.
Mafred B. Steger mengatakan bahwa globalisasi merupakan ideology lama yang dikemas
ulang. Ideology yang dimaksud adalah ideology Neo-Liberal dengan kemasan kecanggihan
teknologi informasi. Yang perlu ditekankan terdapat beberapa perspektif memandang
globalisasi yaitu, globalisasi sebagai proses politik, globalisasi sebagai proses ekonomi, dan
globalisasi sebagai proses social budaya.
Menurut Susan Strage (International political economist), globalisasi diartikan sebagai
suatu proses pengikisan teradap kekuasaan institusi Negara yang dicirikan oleh berpindahnya
kekuasaan dari Negara-negara ke perusahaan-perusahaan (shifting power from states to
firms). Pengikisan kekuasaan Negara ini telah mengakibatkan munculnya diplomasi baru
yang intinya adaalh bahwa bukan hanya Negara yang menjalankan diplomasi. Ada dua
dimensi yang terbentuk dari diplomasi baru ini. dimensi ertama state-firm diplomacy yang
merujuk bahwa perusahaan dan Negara sama-sama memiliki otoritas untuk menentukan
jalannya pembangunan ekonomi nasional dan global. Yang kedua firm-firm diplomatic yang
merujuk pada kegiatan yang dilakukan perusahaan melalui aliansi strategis dan corporate
takeover.
Tesis dari Susan Strange ini muncul dari fenomena yang terjadi. Fenomena yang terjadi
adanya perubahan drastic dari dua sector yaitu struktur produksi dan struktur keuangan. Jika
dilihat dari struktur produksi, kita akan menemukan bahwa barang dan jasa yang dihasilakan
tidak lagi diproduksi oleh sebuah Negara untuk dikonsumsi oleh Negara tersebut (domestic
market). Akibatnya gagasan pasar dalam negeri kehilangan makna dikarenakan barang dan
jasa tersebut dihasilkan oleh warga dari berbagai Negara yang kemudian ditawarkan ke pasar
dunia.
Jika dilihat dari struktur keuangan, system perbankan untuk medanai aktifitas ekonomi
tidak lagi bersifat nasional melainkan telah menghubungkan berbagai kota-kota besar
diseluruh dunia yang saling terhubung secara elektronik selama 24 jam tanpa henti. Karena
mempunyai keterkaitan dengan berbagai kota diseluruh dunia sehingga Negara tidak lagi
punya otonomi penuh untuk mengendalikan system perbankan ini.
Dari dua fenomena diatas kita dapat melihat bagaimana Negara mulai tersingkir dalam
aktifitas ekonomi yang dulunya sangat didominasi oleh Negara. Maksud kata tersingkir di
sini adalah Negara tidak dapat lagi mengendalika aktifitas ekonomi secara penuh sehingga
ekonomi berjalan berdasarkan kemauan perusahaan. Karena kita melihat bahwa hokum
ekonomi yang terjadi sekarang berbeda dengan hokum ekonomi gossen dimana mekanismpe
penentuan harga terjadi antara permintaan dan penawaran. Tetapi kita melihat sekarang tanpa
adanya penawaran dari masyarakat, perusahaan menciptakan produk-produk yang berjumlah
banyak. Kemudian perusahaan inipun dengan berbagai muslihat melalui media berusaha
mempropagandakan barang yang produksi. Ketika propaganda ini berhasil kemudian
perusahaan pun mematok harga secara sepihak. Dan fungsi Negara yang seharusnya
mengendalikan harga-harga tersebut kian berkurang. Salah satu contoh fungsi Negara dalam
mempengaruhi harga melalui subsidi, tetapi subsidi tersebut setiap tahun dipangkas yang
semakin memberatkan masyarakat.
Dari tesis Susan Strange diatas muncul pertanyaan, apakah Negara masih relevan di era
globalisasi sekarang? Berbagai pendapatpun muncul untuk menjawab pertanyaan ini.
Makmur Keiliat dalam artikelnya menyebutkan, Negara masih revelan. Ada dua factor yang
menyebabkan hal ini.
Pertama, Negara menjadi tempat sandaran yang sangat realistic karena tidak ada yang
dapat menebak ke arah manakah dunia sedang bergerak. Hingga kini tidak ada satupun
institusi yang berada di luar Negara yang mampu, berbagai konvensi hokum internasional
hanya dapat berjalan jika Negara tetap ada. Bahkan gerakan seperatis terjadi bukan karena
ingin memisahkan Negara tetapi ingin membuat Negara baru karena sampe sekarang Negara
merupakan istitusi pemilik kedaulatan.
Kedua, globalisasi bukanlah berarti bahwa seluruh pemilik modal dan pengusaha
diuntungkan oleh situasi anarkis (mobilitas modal yang tidak teregulasi) tetapi sesungguhnya
juga membawa dampak yang tidak menguntungkan bagi para pengusaha. Perlulah disadari
bahwa kestabilan dan kepastian merupakan lingkungan yang diinginkan oleh pengusaha.
Dalam upaya mendapatkan kepastian tersebut, para usahawan hanya dapat bersandar kepada
Negara karena institusi Negara-lah yang memiliki kemampuan untuk meminimalisir situasi
anarkis baik melalui kerjasama mereka ditingkat internasional maupun melalui regulasi yang
dijalankan di tingkat nasional.
Dari dua factor diatas jelas kita melihat bahwa Negara masih sangat-sangat dibutuhkan.
Walaupun berbagai fenomena yang kita lihat bahwa Negara dewasa ini sangat dipengaruhi
oleh perusahaan-perusahaan.

2. Jelaskan Perspektif Negara Memandang Globalisasi
Jawab
Berbicara mengenai globalisasi, maka akan ada banyak pendapat muncul yang berusaha
untuk mendeskripsikan bagaimana sebenarnya itu globalisasi. Globalisasi itu sendiri terbagi
menjadi 3 bidang. Ada yang menelaah globalisasi dari proses ekonomi, politik, dan social.
Globalisasi sebagai proses ekonomi dapat disimpulkan sebagai meningkatkan aktiftas
ekonomi dikancah internasional. Ada yang mengatakan bahwa proses interaksi ekonomi
yang terjadi sekarang merupakan bentuk aktivitas ekonomi yang luar biasa dan merupakan
fenomena yang terjadi sekarang. sebuah aktifitas ekonomi yang melibatkan banyak Negara
yang terus melakukan transaksi tanpa henti.
Tetapi perlu kita ketahui bahwa interkasi ekonomi telah ada sejak zaman dimana orang
membutuhkan barang-barang yang dia tidak dapat buat sendiri. Sejak saat itulah oleh mulai
mengenal perdagangan yang dimulai dengan barter. Setelah barter kemudian digunakanlah
suatu benda yang dianggap sebagai alat pembayaran yang sah, sampai akhirnya disetujuilah
uang sebagai alat pembayaran tersebut.
Diera kerajaan mulai dikenal sebagai perdagangan yang melintasi batas sebuah
daerah/wilayah kekuasaan. Setelah perjanjian Wesphalia yang mengatur bahwa sebagai ganti
kerajaan dibentuklah sebuah Negara yang mempunyai penduduk, wilayah, pemerintahan dan
diakui secara internasional. Karena merupakan turunan dari kerajaan, Negara tetap saja
membutuhkan Negara lain untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat diproduksi sendiri.
Maka dari itulah muncullah perdagangan antar Negara. Sekitar tahun 1900-an di Eropa
terjadi interaksi ekonomi yang sangat besar yang memperjual belikan barang dan jasa.
Menurut Paul Krugman berdasarkan data yang dia temukan, membuktikan bahwa tingkat
interaksi ekonomi terjadi pada era awal abad 20-an. Negara-negara dengan mudahnya
melakukan perdagangan. Hal ini berlangsung sampai terjadinya Perang Dunia I pertama yang
sempat membuat perdagangan antar Negara vakum, setelah terbentuknya LBB. Interaksipun
terjalin kembali untuk membangun puing-puing negeri yang roboh bersama dengan kenangan
perang dunia pertama. Tahun 1930 Eropa diguncangkan oleh fenomena Depresi Besar. Hal
inilah yang membuat Negara Negara menetapkan pajak yang sangat tinggi terhadap
barang-barang yang ingin masuk ke negaranya. Dan semakin diperparah oleh perang Dunia
II.
Setelah Perang Dunia II, Amerika Serikat sebagai salah satu pemenang perang kemudian
berusaha menata kembali system ekonomi yang hancur tersebut. Maka tahun 1944
dibentuklah organisasi yang bertugas menata kembali ekonomi. Organisasi-organisasi ini
dibentuk berdasarkan konferensi Bretton Woods. GATT (General Agreement on Tarif and
Trade) dibentuk untuk memberikan aturan-aturan dalam perdagangan internasional, IMF
(International Monetary Fund) dibentuk sebagai organisasi yang mengatur system keuangan
dan WB (World Bank) sebagian organisasi yang membantu membangun Negara-negara yang
kalah dalam perang. Tiga organisasi inilah yang terus melakukan berbagai pertemuan dan
menentukan aturan-aturan yang baru setiap pertemuannya. Tahun 1994 GATT kemudian
berubah menjadi WTO yang menandakan semakin kompleksnya aturan-aturan mengenai
perdagangan internasional.
Dari aturan-aturan yang diciptakan ini kemudian melahirkan bentuk-bentuk system
ekonomi baru yaitu free trade. Maksud dari free trade sendiri adalah bagaimana sebuah
Negara menghilangkan hambatan-hambatan berupa tariff dan non-tarif. Sebelum mendunia
system ini dipraktekkan di beberapa Regional seperti Eropa, Amerika, Asia dan menyusul
regional-regional yang lain. Kita coba ambil contoh NAFTA (North America Free Trade
Agreement) yang merupakan perjanjian dimana Negara-negara mengurangi tariff dan bea
masuk komoditas. Disatu sisi ini merupakan manfaat bagi Negara berkembang agar dengan
mudah menyerbu pasar Negara Negara maju. Tetapi hal ini dalam kenyataannya sangatlah
jauh berbeda. Bagaikan memperlombakan seorang atlit lari dengan orang biasa bahkan orang
yang pincang. Hal ini tergambar bagaimana pasar Negara Negara berkembang diserbu oleh
komoditas dari Negara Negara maju. Sehingga hancurlah pasar Negara berkembang
tersebut.
Selain itu dengan system Bretton Woods ini mempermudah investasi sebuah perusahaan
untuk mengelola sumber daya alam. Investasi menguntungkan ketika hasil tersebut dibagi
secara merata tetapi dalam kenyataan beberapa Negara dipaksa menandatangi perjanjian
tersebut sehingga pembagian keuntungan sangatlah timpang. Investasi kita tahu sendiri
merupakan bentuk penanaman modal. Penanaman modal inilah menciptakan kapitalisme.
Kapitalisme sendiri adalah paham bahwa modal harus di olah dan menjadi modal kembali.
Kapitalisme memakai rumus M=C=M. rumus ini berarti bahwa modal dipergunakan untuk
menciptakan sebuah komoditas yang kemudian komoditas yang dihasilkan tersebut dijadikan
menjadi modal kembali. Inilah yang menjadi watak dari perusahaan-perusahaan besar.
Sehingga demi mencapai target modal yang dia inginkan, maka akan menghalalkan segala
macam cara. Hal inilah yang membuat ketika perusahaan menanamkan modal disebuah
wilayah maka mereka hanya mempunyai satu tujuan yaitu profit. Sehingga dampak terhadap
lingkungan dan eksploitasi sumber daya manusia merupakan hal yang wajar mereka lakukan.

Perusahaan-perusahaan raksasa dan strategi global mereka menjadi
penentu utama arus perdagangan, lokasi industry dan kegiatan ekonomi lainnya
di seluruh dunia. Kebanyakan investasi mereka adalah pada sector yang padat
modal dan padat teknologi. Perusahaan-perusahaan ini berperan penting dalam
penggunaan teknologi baik ke Negara maju maupun Negara berkembang.
Akibatnya, perusahaan-perusahaan multinasional kian berperan menentukan
perekonomian, politik, dan kesejahteraan social di banyak Negara. Dengan
menguasai modal investasi, teknologi, dan akses ke pasar global, perusahaan-
perusahaan tersebut menjadi pemain utama tidak hanya dalam ekonomi
internasional, namun juga dalam urusan politik.
1


Perspektif yang kedua adalah globalisasi sebagai proses politik. Seperti yang kita ketahui
bahwa politik merupakan fungsi penting dari sebuah Negara karena politik berhubungan
dengan kebijakan yang akan mempunyai dampak bagi Negara tersebut. Politik yang diartikan
dalam globalisasi adalah bagaimana peran pemerintah dalam mengatur perekonomian.
Awalnya Negara punya kuasa penuh terhadap perekonomian, tetapi ketika sebuah Negara
mempunyai keterikatan dengan organisasi organisasi Bretton Woods maka perlahan tetapi
pasti Negara tersebut akan kehilangan kedaulatannya secara politis.
Menurut Lowell Bryan dan Diana Farrel mengatakan peran pemerintah pada akhirnya
akan menyusut menjadi superkonduktor bagi kapitalisme global. Superkonduktor disini
berati Negara hanya sebagai pelayan bagi kapitalisme. Hal ini dilihat bagaimana Negara
membiarkan sumber dayanya di eksploitasi untuk memperkaya kaum capital capital.
Kenichi Ohmae mengungkapkan bahwa Negara-bangsa telah kehilangan peran mereka
sebagai unit partisipasi yang penting dalam perekonomian global. Kinerja pasar capital
global mengkerdilkan kemampuan Negara untuk mengontrol nilai tukar atau memproteksi
mata uang. Proses globalisasi politik akan meruntuhkan terotori, tatanan politik masa depan
akan berbentuk semacam perekonomian regional yang saling terkait dalam jaringan global
yang nyaris sempurna yang beroperasi menurut prinsip-prinsip pasar bebas. Hal ini dapat kita
lihat di Uni Eropa dan akan menyusul Asia Tenggara melalui Komunitas Ekonomi ASEAN.
Hal yang lain dapat kita lihat bagaimana system demokrasi liberal di tanamkan dalam
sebuah Negara, baik secara soft maupun secara kasar. Hal ini menyebabkan kita tidak dapat
melihat varian-varian system pemerintah. Karena bentuk pemerintahan yang ada di dunia
Cuma demokrasi liberal. Demokrasi liberal inilah yang menjunjung tinggi individu sebagai
actor utama dalam segala hal. Sehingga individu dalam hal politis dapat mengalahkan
Pemerintah yang merupakan institusi Negara yang terdiri dari sekelompok individu.
Walaupun cara-cara yang dipakai kebanyakan tidak sehat.

1
Manfred B. Stager dalam Globalisme (Kebangkitan Ideologi Pasar)
Perspektif yang ketiga adalah social budaya. kelompok ini mengatakan bahwa globalisasi
lebih merujuk kepada proses perubahan dalam pola-pola hubungan social (the sociology of
globalization). Pemikir dalam kelompok ini adalah Anthony Giddens, Ronald Robertson dan
David Harvey. Giddens berpendapat bahwa globalisasi adalah serangkaian proses rumit yang
bergerak tidak hanya dalam tataran ekonomi tetapi dalam berbagai tataran kehidupan.
Globalisasi mentransformasi pola interaksi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Contoh
yang nyata, kita lebih mengenal artis idola kita dibandingkan tetangga disekitar rumah kita.
Sebagai konsekuensi dari meningkatnya interaksi adalah wilayah jurisdikasi Negara.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi ribuan mil jauhnya dapat mengakibatkan peristiwa diwilayah
sendiri begitupun sebaliknya. Batas-batas otoritas hokum Negara menjadi semakin kurang
relevan karena ruang dan jarak menjadi tidak bermakna. Manusia sendiri dapat membentuk
jaringan walaupun mereka tidak tinggal bersama dalam suatu wilayah Negara tertentu.
Pandangan Giddens tentang pemusnahan ruang melalui waktu ini tampaknya secular
dengan pemikiran Ronald Robertson melalui konsepnya tentang pepadatan dunia (world
compression) dan kesadaran dunia (world concciousness) dan juga dengan gagasan David
Harley tentang pepadatan waktu dan ruang (time/space compression).
Ronald Robertson menggunakan istilah pepadatan dunia dengan merujuk bahwa
keterikatan pola interaksi berbagai masyarakat walau tidak hidup dalam satu wilayah yang
sama. Contohnya ketika industry di Eropa meningkat akan menyebabkan dampak ekologis
didaerah yang penuh sumber daya khususnya dunia ketiga. Ketika terjadinya pergeseran pola
konsumsi di Amerika mengakibatkan perubahan besar dalam industry makanan di Asia.
Robertson juga mengatakan bahwa hal ini menjadi akar dari munculnya fenomena
kesadaran dunia yaitu berbagai isu didiskusikan dengan rujukan-rujukan yang mendunia.
Misalnya, isu-isu politik militer diperbincangkan melalui istilah tatanan dunia, isu-isu
resesi dengan istilah resesi internasional dan isu-isu polusi dengan istilah menyelamatkan
planet.
Sementara itu David Harvey, menyebutkan bahwa pengorganisasian ruang dan waktu
menjadi kunci terhadap kepemilikan kekuasaan. Ruang dan waktu kini lebih memihak
kepada pemilik modal daripada buruh. Pemilik modal dapat memidahkan modalnya disuatu
wilayah yang dianggap dapat memberikan keuntungan yang lebih dengan jangka waktu yang
cepat. Tetapi hal ini tidak terjadi dengan buruh karena masih terdapat berbagai hambatan
seperti ketika mereka ingin berpindah maka akan terhampat oleh regulasi dalam migrasi
Hal yang lain yang perlu kita ketahui dampak dari globalisasi ini adalah munculnya sifat-
sifat seperti konsumerisme dan konsumtifisme. Hal ini terjadi dan dikonstruk oleh para kaum
capital capital besar. Munculnya sifat konsumerisme dan konsumtifisme akibat dari
konstruk dari para kapitalis agar barang yang dihasilkan dapat dikonsumsi oleh masyarakat.
Sebelum kita melangkah lebih jauh, kita perlu mengartikan apa itu konsumerisme dan
konsumtifisme. Konsumerisme
2
adalah sifat/sikap menjadikan barang sebagai ukuran
kebahagian hidup sedangkan konsumtifisme
3
adalah pemakaian (pembelian)/pengonsumsian
barang-barang yang sifatnya karena tuntutan gengsi semata dan bukan menurut tuntutan
kebutuhan yang dipentingkan.
Hal ini tercipta karena para kapitalis kapitalis mengkonstruk sifat-sifat ini. kenapa?
Karena para kapitalis ini menciptakan komoditas dalam skala besar yang kemudian di
pasarkan, agar komoditas tersebut dapat dikonsumsi oleh masyarakat banyak, maka dibuatlah
iklan yang menciptakan hasutan hasutan dalam fikiran manusia. Mau gaul pake helm GM
(Gaul Man) adalah iklan yang dibintangi oleh Almarhum Ustad Jefri Al-Buchori yang
memberikan standarisasi bahwa seseorang dapat dikategorikan menjadi orang gaul ketika
mereka mengenakan helm GM. Dan banyak hal yang lebih menghasut dari iklan ini. karena
dalam diri manusia terdapat gen budaya yang akan memproses budaya yang sering
tertangkap oleh panca indera, begitulah yang disebutkan oleh salah satu teori dalam
antropologi yaitu teori meme.

3. Jelaskan dampak globalisasi terhadap Negara berkembang, studi kasus Indonesia.
Jawab
Globalisasi dianggap sebuah fenomena yang tentunya menghasilakan dampak. Salah satu
dampak yang saya akan bahas bagaimana peran-peran perusahaan lebih banyak dibandingkan
peran Negara dalam mengelola sumber daya alam. Dalam sejarah perusahaan transnasional
yang paling pertama dating ke Indonesia adalah VOC yang merupakan perusahaan yang
mendistribusikan rempah-rempah dan berbagai sumber daya alam ke Eropa. Seperti dalam

2
Kamus Ilmiah Populer (Pius A Partanto & M. Dahlan Al Barry) di terbitkan oleh Penerbit Arkola Surabaya
3
Ibid.
sejarah yang kita baca bahwa VOC ini sangatlah sewenang-wenang dan kerap kali
mengeksploitasi sumber daya alam maupun manusia.
Setelah Indonesia merdeka hamper bersamaan dengan pembentukan organisasi
organisasi Bretton Woods. Presiden pertama kita Soekarno pernah ditawari sebuah perjanjian
yang berisi tentang bagaimana perusahaan dapat mengeksplorasi sumber daya alam
Indonesia dalam bentuk investasi. Tetapi hal tersebut ditolak dengan tegas oleh Presiden
Soekarno, dengan mengatakan bahwa biarlah sumber daya alam tertidur dengan tenang
sampai anak cucu kita dapat mengelolanya. Perkataan ini tidak asal-asalan karena Presiden
Soekarno mengirim manusia-manusia berkualitas di Indonesia untuk menempuh ilmu di luar
negeri. Tetapi sayangnya beliau harus dikudeta oleh Presiden Soeharto yang sangat-sangatlah
janggal. Sejak terpilih tahun 1966, setahun kemudian perjanjian yang ditolak oleh Presiden
Soekarno akhirnya disahkan di Jenewa Swiss. Maka masuklah Freeport untuk
mengeksplorasi dan mengeksploitasi Papua, tanah yang kaya sumber daya alam.
Sejak saat itulah mulai bermunculan perusahaan-perusahaan yang lain. Mulai dari yang
memanfaatkan sumber daya alam, manusia dan pasar Indonesia. Seharusnya sumber daya
alam Indonesia ketika dapat dikeloka dengan baik oleh Negara maka hal ini akan menjadi
sumber pendapatan Negara yang sangat besar. Sebut saja pasir kuarsa di Riau yang terus
menurus di ambil untuk keperluan Singapura dalam memperlebar daerahnya, ketika Negara
punya kekuasaan penuh terhadap hal ini, maka Singapura harus membayar royalty yang
sangat besar kepada Indonesia, begitupun sumber minya di Cepu yang lagi-lagi kembali
dikelola oleh perusahaan asing Exon Mobile. Padahal Pertamina pada saat itu merasa
sanggup untuk mengeksplorasi kembali daerah Cepu, tetapi sayangnya karena beberapa
factor X yang sengaja dirancang mengakibatkan daerah Cepu tersebut menjadi wilayah
eksplorasi Exon Mobile.
Selain dari sector migas, perusahaan-perusahaan asing ini pun menyerbu sector sector
yang lain. Bidang yang serang mulai dari kebutuhan yang mewah sampai kebutuhan sehari-
hari yang kita konsumsi. Banyaknya industry di Indonesia yang diharapkan dapat
meningkatkan status ekonomi Indonesia dan warganya. Tetapi hal ini berbanding terbalik
dengan kenyataan yang terjadi. Justru semenjak perusahaan ini masuk ke Indonesia tambah
menyengsarakan masyarakat Indonesia seperti yang terjadi pada saat VOC berkuasa di
Indonesia.
Banyak dampak yang terjadi dari banyaknya perusahaan asing di Indonesia. Dalam
bidang ekonomi kita melihat bagaimana adanya monopoli perusahaan perusahaan besar di
Indonesia. Yang kemudian menciptakan sebuah prinsip-prinsip kapitalisme. Monopoli inilah
yang dianggap dapat mengeksploitasi konsumen. Kita ambil contoh produk-produk Unilever,
dimana perusahaan Unilever terus menerus memproduksi barang barang yang harganya
telah mereka tentukan sebelumnya.
Dari sisi produksi, kita dapat melihat bagaimana dampak lingkungan merupakan hal yang
menyita perhatian cukup besar. Bagaimana KFC terus menerus membabat hutan di
Kalimantan, Freeport yang terus melubangi bumi papua dan masih banyak lagi yang merusak
alam kita. Kerusakan inipun menjadi sumber bencana bagi masyarakat Indonesia. Karena
system alam yang terganggu dengan adanya eksploitasi di alam mengakibatkan banyak
terjadi berbagai bencana alam yang merugikan masyarakat. Lapindo adalah perusahaan yang
menyebabkan sebuah wilayah yang seharusnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
tempat tinggal dan bekerja harus terendam oleh luapan lumpur panas yang disebabkan oleh
kelalaian pihak lapindo sendiri.
Sumber daya manusia merupakan hal yang harus diperhatikan juga. Banyak pabrik
pabrik asing yang berdiri di Indonesia yang menyerap lumayan banyak tenaga kerja. Tetapi
kualitas kesejahteraan yang diberikan sangat jauh dari kata layak. Kita ambil contoh buruh
pabrik Nike, buruh ini terus bekerja sampai melewati batas yang ditentukan. Mereka bekerja
sampai 20 jam perharinya. Hal ini membuat mereka tidak dapat menikmati kehidupan
mereka yang lain. Walaupun mereka dipaksa terus bekerja tetapi gaji dan berbagai asuransi
yang seharusnya diberikan tidak diberikan oleh perusahaan tersebut. Makanya setiap tahun di
tanggal 1 Mei diadakan demonstrasi dengan tuntutan menaikkan tingkat kesejahteraan buruh.
Karena perusahaan perusahaan asing telah dianggap berkembang cukup pesat dan tentunya
menghasilkan profit yang sangat besar. Tetapi hal ini tidak berdampak pada buruh yang
merupakan motor penggerak perusahaan tersebut.
Dampak yang terjadi paling nyata sekarang, bagaimana Indonesia terus menerus
menghilangkan proteksinya. Kita lihat bahwa sejak di ratifikasinya CAFTA (China ASEAN
Free Trade Agreement) banyak produk produk cina yang menyerbu Indonesia. Hal ini
membuat beberapa produsen dalam negeri harus gulung tikar karena tidak dapat bersaing
dengan produk yang lebih murah.
Tahun 2015 pun Indonesia dengan beberapa Negara ASEAN lainnya ingin membentuk
sebuah komunitas ekonomi ASEAN. Hal ini membuat barang barang dari Negara ASEAN
lainnya dapat bersanding dengan barang barang Indonesia. Indonesia melupakan bahwa
sebelum membuka pasarnya, seharusnya pemerintah memperbaiki system perekonomian
sehingga minimal dapat bertahan dari berbagai produk produk Negara lain. Kemungkinan
saat terbentuknya komunitas ini, Indonesia hanya sebagai pasar bagi produk produk luar
negeri. Selain dari sector barang, sector jasa pun tak luput dimasukkan dalam perjanjian
pembentukan komunitas ekonomi tersebut. Nantinya kita dapat melihat bagaimana dengan
mudahnya menjamur berbagai pelayanan servis dari masyarakat non Indonesia. Para
pelayanan pribumi pun harus kembali bersaing dengan keras. Peluang peluang kerja akan
menjadi semakin sempit, hal inipun membebankan para pelajar dan mahasiswa Karena
system pendidikan yang dianut oleh Indonesia tidak memperbaiki kualitas tetapi hanya focus
pada kuantitas yang nisbi.
Dari globalisasi kita paham bahwa ada tiga agenda besar yang akan dilakukan yaitu,
deregulasi, privatisasi, dan liberalisasi.

4. Sebutkan dan Jelaskan pendekatan Globalisasi
Jawab
Dalam menganalisis globalisasi, diperlukan pendekatan pendekatan yang berfungsi untuk
membedah dalam suatu konsep yang dapat menggambarkan globalisasi sebagai suatu hal
yang komprehensif. Ada empat pendekatan globalisasi, antara lain :
a. Pendekatan Sistem Dunia
Pendekatan ini menggunakan konsep Immanuel Wallerstein, dimana di dunia terbagi
menjadi zona hirarki ekonomi. Dunia internasioal terbagi menjadi tiga yaitu, Negara
core, semiphery-phery dan phery phery. Hal inilah yang dapat kita lihat di era
globalisasi sekarang.
Kita dapat melihat bagaimana Negara Negara maju (core) terus menerus
memproduksi barang yang berkualitas dengan harga yang tinggi yang di pasarkan di
Negara semi periferal dan periferal. Padahal barang barang tersebut dihasilkan dari
sumber daya alam dan manusia yang murah dari Negara Negara periferal. Sebuah
ketidak adilan yang cukup jelas. Kita ambil contoh, produsen sepatu Nike. Mengapa Nike
membangun pabriknya di Indonesia, karena pabrik tersebut sangat dekat dengan sumber
daya, baik alam maupun manusia. Sehingga biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi dapat di tekan yang menghasilkan profit yang lumayan besar. Profit ini berasal
dari penjualan barang tersebut di Indonesia dengan harga yang sangat mahal. Negara
semi periferal pu berfungsi sebagai persinggahan antara barang yang berharga tinggi
dengan buruh dan bahan mentah yang murah.
Inilah yang dapat kita lihat sekarang, yang menggambarkan bahwa globalisasi
menciptakan hirarki hirarki ekonomi yang sangat timpang.

b. Pendekatan Kultural Global
Pendekatan ini membahas bagaimana globalisasi dari sector budaya. Hal yang terjadi
sekarang yang dapat kita lihat bagaimana adanya homogenisasi budaya. Homogenisasi
ini sangatlah jelas terlihat. Bagaimana munculnya sebuah budaya yang dijadikan sebuah
patron oleh Negara lain. Sebut saja bagaimana Negara Negara timur hanya terus
mengadopsi budaya dari Negara Negara barat dengan alasan bahwa budaya Negara
barat lebih baik daripada budaya timur. Karena terus menerus mengadopsi sehingga
budaya yang seharusnya beragam kemudian menjadi homogen. Saat melihat seni, maka
disetiap Negara kita hanya melihat seni atau alat seni yang hampir sama di setiap Negara.
Sebagai contoh munculnya gitar yang kemudian diadopsi oleh Negara lain sehingga
hampir seluruh Negara mempunyai masyarakat yang bisa bermain gitar. Gitar yang
dimaksud di sini adalah bentuk gitar modern yang hampir ada di seluruh sudut bumi ini.
Selain dari alat, seninya pun terlihat sama, mulai dari seni tari, drama, suara dan lain
lain. Kita akan menemukan jenis seni yang homogen.
Selain itu munculnya homogenitas di bidang lain seperti makanan yang kian hari,
kian seragam. Pakaian, alat alat yang canggih dan lain lain merupakan contoh
homogenitas yang terjadi sekarang. alternative yang seharusnya ada dari budaya local
pun, kian hari kian tidak diminati oleh masyarakatnya sendiri.
Hal ini tidak terlepas dari pesatnya teknologi informasi. Mc Luhan yang
menggambarkan global village pun terkontaminasi pemikiran ini karena berkembangnya
teknologi informasi pada masanya. Sehingga dia melihat fenomena bahwa sebuah produk
budaya merupakan konsumsi masyarakat dunia.
c. Pendekatan Masyarakat Global
Pendekatan ini merupakan pendekatan bagaimana terbentuknya sebuah masyarakat
global yang tidak lagi terikat ruang dan waktu. Pemikir dari pendekatan ini yang terkenal
adalah Anthony Giddens, Ronald Robertson dan David Harvey yang sering membahas
bagaimana ruang dan waktu tidak lagi mengikat kita. Karena pendapat mereka telah saya
jelaskan di no. 2 soal diatas, maka saya akan menjelaskan pendapat ahli lain yang sinkron
dengan pendekatan masyarakat global.
Ahli lainnya adalah Ulrich Beck dan Arjun Appadurai yang merupakan teoritisi cultural
yang membenturkan penafsiran umum mengenai globalisasi sebagai proses dengan
konsep yang tidak terlalu mekanis mengenai globalitas, yang mengacu ada
pengalaman hidup dan betindak melintasi batas. Appadurai mengidentifikasi lima
dimensi konseptual atau landscape yang dibentuk oleh arus cultural global : etnoscapes
(perpindahan populasi yang melahirkan turis, imigran, pengungsi, dan pelarian);
technoscapes (perkembangan teknologi yang mendorong bangkitnya TNCs); finanscapes
(aliran capital global); mediascapes (kemampuan elektronik untuk memproduksi dan
menyebarkan informasi); dan ideoscapes (ideologi-ideologi Negara dan gerakan social).



d. Pendekatan Kapitalisme Global
Pendekatan ini menekankan bagaimana mengglobalnya struktur struktur
kapitalisme. Kapitalisme inilah yang paling sering di tolak oleh masyarakat dunia, karena
telah menyalahi nilai nilai universal.
Contoh yang dapat menggambarkan pendekatan ini adalah maraknya badan usaha
otonom yang bebas melakukan usaha dan lebih berpedoman kepada pasar dan berpihak
kepada akumulasi modal, perusahaan trans-nasional saat ini menjadikan kekuatan
ekonominya untuk melakukan interfensi terhadap suatu negara, maka dilema yang akan
dihadapi oleh negara adalah investasi yang dicabut atau kepentingan nasional yang
terabaikan. Namun yang biasa dikorbankan adalah kepentingan nasional yang hanya akan
merugikan masyarakat dan menguntungkan penanam modal, hal inilah yang disebut Paul
Krugman sebagai ketakutan pada ekonomi.
Contoh lainnya yang berhubungan adalah maraknya lembaga-lembaga keuangan
trans-nasional, dan dalam kerjanya lebih banyak melakukan tindakan yang represif
terhadap negara lain, utamanya terhadap negara-negara berkembangl. Kegiatan yang
sangat represif ini terlihat semenjak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, para kapitalis
global, yang salah satunya diwakili oleh Dana Moneter Internasional (IMF) sebagai
institusi transnasional, berkali-kali melakukan tekanan terhadap negara Indonesia agar
melakukan perubahan-perubahan ekonomi dan politik. Perubahan yang didesakkan oleh
IMF ini seringkali berbenturan dengan kepentingan dan kebutuhan warganegara
Indonesia, sehingga negara sering berada dalam situasi yang kontradiktif. Lebih parahnya
lagi, negara menghadapi krisis yang berkepanjangan sebagai akibat ketergantungan
terhadap lembaga trans-nasional yang sesungguhnya sangat eksploitatif
Selain itu, adanya lembaga keuangan transnasional yang melakukan tekanan terhadap
pemerintah untuk menyerahkan kepada badan usaha yang berorientasi pasar dalam
mengendalikan ekonomi negara, hal mengindikasikan peran perusahaan dalam
meminimalisir peranan negara dalam mengantur ekonominya, hal sejalan dengan ide
Oscar LafontaineLaissez-faire, neoliberalim, Teacherianisme di Inggris dan Reagonimics
di Amerika serikat, yang menyerahkan sepenuhnya kekuasaan ekonomi kepada pasar dan
melihat persaingan modal akan terbentuk dalam persaingan strategi yang jitu untuk
melakukan akumulasi modal dan mengenyampingkan pemerataan dan kemakmuran
bersama. Disinilah letak kontra-humanis pola pengembangan modal proyek kapitalisme
yang hanya melihat manusia sebagai komoditi dan dijauhkan dari hasil karyanya, atau
dalam istilah Marx alienasi serta akumulasi.. Adam Smith dan David Richardo adalah
tokoh doktrin ini yang menyatakan kesejahteraan masyarakat bisa diwujudkan dengan
memberi kebebasan mereka untuk mencapai kepentingannya sendiri

5. Analisa minimal 1 halaman tema kelompok presentasi anda (salah satu subnya)
Jawab
Tema yang diambil adalah pergerakan social di era globalisasi. Tema ini dianggap
memerlukan pembagian pembagian focus agar tema ini dapat dipahami secara konseptual
maupun fenomena.Sub tema yang akan dibahas adalah pergerakan social dan kaitannya
dengan globalisasi.
1990-an kata global dan transnasional mulai menjadi perbincangan secara akademik.
Global yang mengartikan bahwa suatu saat nanti akan tercipta dunia tanpa batas dimana akan
terjadi interaksi secara terus-menerus. Hal ini merupakan kemajuan setelah perang dingin
menciptakan blok-blok Negara. Perang dingin tersebut menciptakan 3 belahan dunia, dunia
pertama, dunia kedua, dan dunia ketiga. Dunia pertama merupakan Negara-negara kapitalis
yang kaya, dunia kedua merupakan Negara-negara blok komunis dan dunia ketiga
merupakan Negara-negara berkembang yang kebanyakan berada di Afrika, Asia, dan
Amerika Latin. Para globalizer pun mengatakan bahwa pemetaan-pemetaan dunia yang
terjadi pada perang dingin tidak akan terjadi lagi, dunia akan menjadi satu tanpa batas dan
hambatan. Tetapi menurut World System Theory, walaupun dunia tidak terbagi menjadi
seperti pada masa perang dingin melainkan terbagi menjadi zona hirarki ekonomi. Duniapun
terbagi menjadi 3 kembali yaitu Negara Core, Phery-phery, dan Semi Phery-phery. Core
yang merupakan Negara-negara industry maju, phery-phery merupakan Negara penghasil
sumber daya alam, dan Negara semi phery-phery yang menjadi persinggahan sumber daya
alam ataupun persinggahan barang yang siap konsumsi.
Hirarki-hirarki ekonomi inilah yang membuat dunia semakin senjang antara Negara core
dengan Negara phery-phery. Beberapa orangpun tergelitik untuk melakukan analisa terhadap
fenomena kesenjangan ini, mereka melakukan analisis kritis terhadap banyaknya Negara-
negara phery-phery yang semakin dimiskinkan, padahal merekalah yang seharusnya lebih
sejahtera karena mereka memiliki sumber daya alam yang berlimpah ruah. Hal inilah yang
menjadi dasar bagi para pengkritisi untuk melakukan sebuah pergerakan untuk menggalang
massa yang ikut meresakan ketidakadilan dunia ini. Itulah awal munculnya pergerakan
social. Awalnya pergerakan social hanya berpusat pada level nasional. Biasanya sering
terjadi di Negara-negara Barat atau Negara pasca industrialisasi. Sebut saja revolusi industry
yang terjadi merupakan pergerakan social yang berpusat pada level nasional saja.
Diera globalisasi, system ekonomi berubah dari model Keynesian (berpusat kepada
Negara) menjadi Neo-Liberal atau system pasar bebas.. System ini banyak diprakarsai oleh
para penguasa atau para pemimpin yang berusaha untuk mengambil keutungan yang lebih
besar dari system ini. System ini menciptakan pasar yang bebas, dimana dahulu ada Negara
yang dapat menerapkan pajak yang tinggi terhadap suatu barang sehingga transaksi ekonomi
terhambat oleh pajak tersebut. Hal inilah yang berusaha dihilangkan, dengan hilangnya
hambatan tersebut maka Negara-negara dengan bebasnya dapat berinteraksi dengan Negara
lain. Tetapi untuk membuat system pasar bebas ini berjalan diperlukan sebuah kekuatan
besar untuk dapat mendiktekan Negara-negara agar menjalankan kebijakan penurunan tarif
tersebut. Makanya Negara-negara besarpun kemudian memprakarsai Bretton Woods (IMF,
WB, dan WTO/GATT). Ketiga lembaga ini kemudian berusaha bahu membahu untuk
menciptakan sebuah pasar bebas.
Tetapi pada tahun 1997-1998, pergerakan-pergerakan transnasional inipun mulai
melawan akar dari penyebab masalah-masalah social karena mereka dulunya hanya bergerak
pada dampak, dan lupur terhadap akar dari masalah tersebut. Perlawan mereka terhadap
Multilateral Agreement on Investment (MAI) dianggap sebagai perlawanan terhadap akar
dari masalah-masalah social. Dan diakhir tahun 1999 Battle of Seattle menjadi perhatian
seluruh dunia. Pergerakan ini berani menantang Negara dan pemodal besar yang melakukan
pertemuan untuk membahas kebijakan-kebijakan yang akan mereka terapkan nantinya di
seluruh dunia. Pergerakan-pergerakan tersebut mulai memperhatikan isu-isu ekonomi,
ketimpangan dan kelas-kelas social maupun kelas-kelas ekonomi.
Pergerakan social transnasional berhubungan dengan globalisasi dengan tiga cara.
Pertama, mereka merespon akar (hal yang tertempel) dari globalisasi yaitu Kapitalisme
Neoliberal. Orang-orang yang bergerak tersebut percaya bahwa globalisasi bukan merupakan
sebuah konsep baru, melainkan sebuah ideology atau filosofi lama yang dikemas ulang yang
seolah-olah menciptakan konsep baru. Hal tersebut dapat kita lihat dari dampak globalisasi
diberbagai bidang. Dibidang ekonomi globalisasi menciptakan pasar bebas, dibidang politik
menciptakan demokrasi, dan dibidang social budaya menciptakan sikap secular, individual,
dan konsumtif. Hal ini mirip dengan ideology Neoliberal yang memberikan dampak
kebidang-bidang tersebut. Kedua, mereka merefleksikan ekspansi global masyarakat sipil,
dunia public transnasional dan kebudayaan dunia. Hal ini dilihat dengan mudahnya
masyarakat berpindah-pindah dari suatu daerah ke daerah yang lain, fenomena yang terjadi di
suatu Negara merupakan konsumsi public dunia dan munculnya kebudayaan atau nilai-nilai
universal yang disadari. Ketiga, keuntungan yang diperoleh dari peluang dan sumber daya
yang berhubungan dengan teknologi informasi yang baru terutama internet.
Ketiga alasan diataslah yang menyebabkan pergerakan social erat kaitannya dengan
globalisasi. Pergerakan-pergerakan ini tidaklah menolak kemajuan tetapi menolak hal yang
tersembunyi dari globalisasi.

Daftar Pustaka

Partanto, A. Pius; Barry, M. Dahlan Al. 2001. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya : Penerbit
Arkola
Strager, Manfred B. 2006. Globalisme : Bangkitnya Ideologi Pasar. Yogyakarta : Lafadl
Wirano, Budi, Prof. Dr. MA. 2008. Pertarungan Negara vs Pasar. Yogyakarta : Media
Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai