(Seminar di Kupaten Lembata) Oleh: Daniel Sparringa - Komunitas Indonesia untuk Demokrasi - Universitas Airlangga 1. Pengantar Sebagai sebuah terminologi multikulturalisme kadang agak membingungkan karena ia meru!uk se"ara sekaligus pada dua hal #ang berbeda: realitas dan etika atau praktik dan a!aran$ Sebagai realitas atau praktik multikulturalisme dipahami sebagai representasi #ang produkti% atas interaksi di antara elemen-elemen sosial #ang beragam dalam sebuah tataran kehidupan kolekti% #ang berkelan!utan$ Sebagai sebuah etika atau a!aran multikulturalisme meru!uk pada spirit etos dan keper"a#aan tentang bagaimana keragaman atas unit-unit sosial #ang ber"iri privat dan relati% otonom itu seperti etnisitas dan agama semestin#a dikelola dalam ruang-ruang publik$ Dalam mas#arakat-mas#arakat #ang memiliki kesempatan untuk berevolusi melalui perubahan sosial #ang pan!ang dan bersi%at gradual multikulturalisme (dengan nama #ang sama atau #ang lain) sering merupakan hasil dari sebuah proses sosial #ang ter!adi$ Dengan kata lain se!arah #ang pan!ang telah menghasilkan sebuah tatanan kolekti% #ang memungkinkan di satu pihak keragaman mendapatkan ruang untuk berkembang dan di pihak lain memungkinkan integrasi sosial di tingkat #ang lebih tinggi dapat terpelihara$ Dalam mas#arakat sema"am ini multikulturalisme adalah hasil dari sebuah logika #ang dibangun dari realitas sebuah mas#arakat ma!emuk$ Keban#akan mas#arakat &arat !atuh dalam kategori ini$ Amerika dan Australia adalah "ontoh sebuah mas#arakat #ang setelah mengalami se!arah #ang amat kelam dalam mengelola keragaman buda#a mas#arakatn#a 'menemukan( logika multikulturalisme-n#a sebagai !a)aban atas 1 kema!emukan dan sekaligus demokrasi$ Logika ini tidak dibangun pertama-tama dari gagasan ideal tetapi dibangun dari sebuah kenis"a#aan sosial$ Alhasil melting-pot* multikulturalisme ala Amerika*adalah sebuah nilai #ang melembaga bersama-sama dengan nilai-nilai penting mas#arakat Amerika lainn#a$ Dalam ekspresi mereka multikulturalisme adalah !a)aban kepada kebutuhan bagi ter!aminn#a prinsip the freedom of expression (kebebasan berekspresi)$ Di Australia dengan se!arah #ang sedikit berbeda multikulturalisme memperoleh tempat #ang penting sebagai institusi sosial #ang memperkuat demokrasi dan komitmen )arga negara terhadap Australia$ Di keban#akan belahan dunia #ang lain dalam mana sebagian besar dari mereka adalah bangsa-bangsa bekas !a!ahan #ang terdiri atas kelompok-kelompok etnik dan buda#a #ang sangat ma!emuk itu multikulturalisme adalah sebuah gagasan #ang diper!uangkan$ &ahkan lebih dini dari itu keban#akan negeri-negeri #ang relati% muda usia ini harus ber!uang terlebih dahulu dengan gagasan nasionalisme$ +agasan nasionalisme negeri-negeri #ang pada umumn#a memperoleh kemerdekaann#a setelah ,erang Dunia Kedua ini dibangun melalui kesadaran para pemimpinn#a akan sebuah keper"a#aan bah)a sebuah negeri #ang amat ma!emuk sering kali terdiri atas puluhan bahkan ratusan kelompok etnis han#a mungkin dipersatukan dengan ikrar #ang meneguhkan persatuan sebagai dasar untuk men"iptakan kehidupan bersama #ang lebih baik$ 2. Demokrasi dan Multikulturalisme: Sebuah Tantangan -.egara-negara bekas !a!ahan #ang memperoleh kemerdekaan setelah ,erang Dunia II merupakan "ontoh #ang ideal untuk menggambarkan rumitn#a pertalian sosial dan buda#a dari sebuah mas#arakat*sebuah keadaan #ang kian mendesakkan kebutuhan akan pentingn#a pluralisme dan toleransi sebagai bagian #ang tidak terpisahkan dari demokrasi$ .egara-negara ini memiliki "iri #ang amat spesi%ik: mereka dibangun bukan pertama-tama atas kesamaan buda#a seperti ras etnik atau bahasa melainkan oleh kesamaan pengalaman se!arah semata-mata$ Dalam konteks Indonesia sesungguhn#a hampir tidak ada alasan ob!ekti% mengapa orang-orang di A"eh Kalimantan /lores atau ,apua misaln#a untuk men!adi satu bangsa #ang disebut Indonesia$ 0idak sa!a mereka berbeda dalam bahasa adat dan tradisi namun sering 2 !uga bahkan ras dan agama*sebuah kombinasi perbedaan #ang sering melahirkan perpe"ahan daripada persatuan$ Apabila dalam ken#ataann#a kemudian 1mas#arakat-mas#arakat lokal2 dari Sabang hingga 3erauke itu men#atakan diri sebagai anggota dari sebuah 1nasion2 baru Indonesia !elas itu karena didorong oleh keper"a#aan dan tekad untuk bersatu$ Sebuah nasionalisme spesi%ik #ang menurut asaln#a sangat berbeda dengan nasionalisme mas#arakat 4ropa #ang dibangun dua abad sebelumn#a$ Implikasi terpenting dari keadaan itu adalah pluralisme*sebuah %aham dalam demokrasi #ang menaruh keper"a#aan pada pengakuan terhadap keabsahan perbedaan ide-ide politik dan ideologis*men!adi tidak "ukup menampung kebutuhan untuk mengelola keragaman sosial dan buda#a$ 5a)aban terhadap masalah keragaman sosial dan buda#a ini terdapat pada multikulturalisme$ 6alaupun keduan#a mens#aratkan hadirn#a toleransi tidak semua elemen dasar dari keduan#a sama$ &erbeda dengan pluralisme #ang menekankan pada perbedaan ide multikulturalisme berkenaan dengan kebedaan #ang bersumber terutama pada identitas etnik dan agama$ Sebagai misal orang bisa berasal dari etnik dan agama #ang sama namun memiliki orientasi politik #ang berbeda$ .amun sangat !elas bah)a di antara etnik dan penganut agama #ang berbeda selalu dapat ditemukan identitas sosial dan buda#a #ang berbeda dari #ang sangat simbolik hingga #ang sangat n#ata$ Identitas kelompok etnik dan agama oleh karena itu adalah sebuah entitas sosial dan buda#a #ang sering melampaui batas-batas klas gender dan ideologi politik$ 3. Akar Sejarah Akar nasionalisme Indonesia se!ak a)al !ustru didasarkan pada tekad #ang menekankan "ita-"ita bersama di samping pengakuan sekaligus penghargaan pada perbedaan sebagai pengikat kebangsaan$ Di Indonesia kesadaran sema"am itu sangat !elas terlihat$ &hinneka 0unggal Ika ('berbeda-beda namun satu !ua() adalah prinsip #ang men"oba menekankan "ita-"ita #ang sama dan kema!emukan sebagai perekat kebangsaan$ Dalam prinsipn#a etika ini meneguhkan pentingn#a komitmen negara untuk memberi ruang bagi kema!emukan pada satu pihak dan pada pihak lain 3 pada ter"apain#a "ita-"ita akan kemakmuran dan keadilan sebagai )u!ud dari tu!uan nasionalisme Indonesia$ ,ada tempat inilah pena%siran pada nasionalisme Indonesia semestin#a memperhatikan dua elemen dasar itu se"ara sekaligus$ Ikatan kebangsaan #ang semata-mata didasarkan pada nilai-nilai kemakmuran (#ang bersi%at material itu) dan keadilan (#ang bersi%at spiritual itu) tidak akan mampu men!a)ab persoalan tentang bagaimana kema!emukan itu hendak dikelola dalam proses pen"apaian tu!uan bersama #ang mulia itu$ ,en"apaian tu!uan bersama !elas merupakan sebuah proses #ang tidak sa!a kompleks se"ara ekonomi dan politik tetapi !uga sebuah proses #ang pan!ang dan berkelan!utan se"ara sosial dan buda#a$ &angsa sema!emuk Indonesia !elas memerlukan lebih dari itu$ .asionalisme Indonesia #ang han#a mendasarkan pada elemen pertama #akni pengikatan diri pada "ita-"ita bersama akan kemakmuran dan keadilan senantiasa akan teran"am karena mudah dirongrong oleh persepsi tentang kegagalan kolekti% kita dalam pen"apaian tu!uan bersama itu$ Di samping itu nasionalisme #ang melulu dibangun pada !an!i sebuah kehidupan bersama #ang lebih baik itu mudah lapuk karena kema!emukan itu sendiri mena)arkan ketegangan #ang inheren$ +agasan multikulturalisme berikut pen!elasan #ang melatarbelakangin#a adalah a!aran tentang common culture #ang memberi ruang bagi pen"apaian dua kebutuhan sekaligus$ 7akni terpeliharan#a kema!emukan dan integrasi sosial di tingkat mas#arakat dan persatuan #ang berkelan!utan di tingkat bangsa guna pen"apaian "ita- "ita bersama sebagai sebuah nasion #ang memiliki ,an"asila sebagai dasar bangunan kebangsaan dan kenegaraan$ 4. Multikulturalisme di Indonesia 3ultikulturalisme*dide%inisikan se"ara umum oleh ban#ak kalangan sebagai sebagai sebuah keper"a#aan #ang men#atakan bah)a kelompok-kelompok etnik atau buda#a (ethnic and cultural groups) dapat hidup berdampingan se"ara damai dalam prinsip co- 4 existence #ang ditandai oleh kesediaan untuk menghormati buda#a lain*adalah sebuah tema #ang relati% baru dibi"arakan di negeri ini$ Sebagai sebuah tema multikulturalisme dibi"arakan umumn#a dalam kerangka mengun!ungi kembali (revisiting) dan menemukan kembali (reinventing) gagasan-gagasan #ang lebih masuk akal tentang bagaimana sebuah mas#arakat ma!emuk di Indonesia ini dapat dikembangkan dalam sebuah konsepsi mas#arakat ')arna-)arni( #ang tidak sa!a ber"iri partisipatoris namun !uga emansipatoris$ 5elas semangat dasar a)aln#a adalah men"oba menggugat pertan#aan pokok tentang bagaimana kelompok-kelompok etnik (#ang lokal itu) dan buda#a (#ang partikular itu) itu semestin#a memposisikan dirin#a ke dalam sebuah kehidupan bersama dalam sebuah mas#arakat nasional #ang dikelilingi oleh nilai-nilai universal (seperti demokrasi keadilan persamaan dan kemerdekaan) dan bahkan akhir-akhir ini dalam sebuah tataran global #ang men#elimuti sebuah perubahan besar$ Dengan kata lain bagaimanakah kelompok-kelompok etnik dan buda#a #ang berbeda denominasin#a itu di satu pihak memiliki kesanggupan untuk memelihara identitas kelompokn#a dan di pihak lain mampu berinteraksi dalam ruang bersama #ang ditandai oleh kesediaan untuk menerima pluralisme dan toleransi (mengakui dan menghormati perbedaan)$ Lebih !elas lagi bagaimanakah misaln#a kelompok-kelompok etnik ,idie 3andailing 3inang &eta)i Sunda 5a)a 8hina &ali 3anggarai Ambon 3anado Serui #ang beragama Islam 9indu Khong 9u 8u &uddha Kristen Katolik atau #ang beraliran keper"a#aan ,angestu itu semua mampu hidup berdampingan dalam sebuah habitat sosial #ang di satu pihak memberi tempat bagi terpeliharan#a identitas lokal dan keper"a#aan partikularn#a masing-masing dan di pihak lain memberi kesempatan bagi sebuah proses ter!adin#a integrasi sosial politik buda#a dan ekonomi di tingkat nasional dan global$ 3emang ih)al itu bukan hal sederhana$ Ketidaksederhanaan perkaran#a pertama- tama terletak pada masalah bagaimanakah kesadaran bersama itu dibangun dalam sebuah ruang #ang di samping memberikan kebebasan untuk melakukan interpretasi #ang serba-ragam !uga mengundang elemen-elemen #ang berbeda itu untuk menemukan kebutuhan bersama bagi sebuah integrasi di tingkat #ang lebih tinggi$ Kedua proses itu tidak ter!adi dalam ruang #ang terisolasi dari persoalan-persoalan 5 ketidakmerataan bahkan ketidakadilan tentang bagaimana sumber-sumber politik dan ekonomi itu dialokasikan dan didistribusikan dalam mas#arakat nasional dan internasional$ Ketiga perubahan #ang berlangsung di tataran global mendiktekan agenda-agenda politik dan ekonomi baru #ang mempersempit kesempatan kita untuk mende%iniskan kembali gagasan-gagasan dasar tentang negara (serba-) bangsa (the idea of Indonesian [multi-) nation-state) tanpa meingindahkan gagasan-gagasan dan praktik-praktik materialisme-rasional #ang diba)a serta oleh ekonomi pasar global$ Sa#a tidak sedang mengatakan bah)a usaha mempromosikan multikulturalisme di Indonesia adalah sebuah langkah #ang muskil$ Sa#a sebalikn#a sedang mengatakan multikulturalisme merupakan sebuah agenda besar bersama kita #ang tidak sa!a perlu dan penting tetapi !uga merupakan satu-satun#a !a)aban atas kegagalan kita di masa lalu mengelola mas#arakat ma!emuk di Indonesia$ 6alaupun begitu sa#a !uga ingin mengatakan bah)a ih)al #ang kita sedang hadapi dalam mende%iniskan men#epakati mempromosikan dan melembagakan multikulturalisme adalah sebuah proses #ang sepenuhn#a harus dipahami sebagai agenda #ang asli baru dalam )a"ana politik- buda#a di Indonesia$ Dalam pengertian ini multikulturalisme !elas harus bersaing dengan pendekatan Asimilasi (di negeri ini !uga dikenal dengan nama populer ,embauran) dan bahkan mungkin !uga dengan pendekatan Integrasi #ang pada masa lalu dipromosikan oleh eksponen &A,,4:KI$ Dalam pandangan kritis sa#a pendekatan Asimiliasi berangkat dari kesadaran tipologis tentang (#ang) 'asli( dan (#ang) 'asing($ Asumsi #ang dipakai dalam tipologi ini adalah #ang 'asli( harus dilindungi dari #ang 'asing( karena keper"a#aan bah)a #ang disebut terakhir itu memiliki potensi mengan"am #ang pertama$ Itu sebabn#a pendekatan Asimilasi mendiktekan sebuah strategi buda#a #ang mendorong #ang 'asing( membaur dengan #ang 'asli($ 9arus dikatakan di sini )alaupun se"ara teoritis #ang disebut dengan #ang 'asing( itu berlaku untuk semua #ang 'tidak asli( dalam ken#ataann#a )a"ana itu terutama diarahkan pada kelompok etnis 8hina$ 0idak heran apabila pendekatan Asimilasi ini dituduh tidak han#a berbau xenophobia tetapi !uga rasialis$ Di samping itu sebenarn#a terdapat masalah #ang rumit dalam de%inisi tentang 'asli( dan 'asing( di negeri kepulauan ini #ang selama berabad-abad sebelumn#a menerima migrasi dari berbagai bangsa$ 6 Sementara itu pendekatan Integrasi menurut sa#a tidak "ukup lengkap men!a)ab kebutuhan mas#arakat ma!emuk di negeri ini$ Salah satu alasan utaman#a adalah pendekatan ini !elas dimaksudkan pada a)aln#a sebagai reaksi penolakan sebagian kelompok etnis 8hina terhadap gagasan pembauran$ Sa#a tidak menampik pada gagasan dasarn#a #ang menuntut penerimaan dan perlakuan #ang sama terhadap kelompok etnis 8hina di Indonesia*sesama seperti #ang diterima oleh kelompok- kelompok etnis lainn#a (baik #ang 'asli( maupun #ang 'asing( lainn#a seperti kelompok etnis Arab atau #ang setengah 'asli(*setengah 'asing( seperti kaum Indo)$ 0idak ada penolakan sa#a sedikitpun tentang gagasan penerimaan dan perlakuan #ang sama itu$ Apa #ang sa#a kira tidak memadai dari pendekatan integrasi itu adalah tidak hadirn#a konsepsi mas#arakat #ang dibangun atas "iri kema!emukan #ang partisipatoris dan emansipatoris$ Selain itu pendekatan integrasi berkesan membuda#a$ 5elas multikulturalisme tidak atau tidak pernah dimaksudkan untuk menghilangkan kekhususan (specifity) dari sebuah "iri etnik atau buda#a; tidak !uga dimaksudkan untuk meleburn#a ke dalam sebuah keumuman (generality)$ Dengan de%inisi seperti ini multikulturalisme dalam pandangan sa#a adalah sebuah %ormasi sosial #ang membukakan !alan bagi dibangunn#a ruang-ruang bagi identitas #ang beragam dan sekaligus !embatan #ang menghubungkan ruang-ruang itu untuk sebuah integrasi$ . Pendekatan Pro!"ksistensi sebagai Pilar Multikulturalisme di Indonesia 3empromosikan multikulturalisme karena itu bukan sekedar langkah men#uguhkan )arna-)arni identitas$ 0etapi pertama-tama membangun kesadaran tentang pentingn#a kelompok-kelompok etnis dan buda#a itu memiliki kemampuan untuk berinteraksi dalam ruang bersama$ Kata kun"i dari pendekatan ini terletak pada usaha #ang lebih sistematis untuk men#ertakan pendekatan struktural politik dan ekonomi dalam proses itu$ Ini berarti bah)a multikulturalisme di negeri ini membutuhkan pengintegrasian pendekatan lainn#a selain buda#a untuk memungkinkan tema-tema #ang relevan di sekitar keadilan dan persamaan dapat men!adi %aktor #ang ikut memperkuat multikulturalisme$ Ini !uga berarti pendekatan #ang menekankan prinsip 7 ko!eksistensi (co-existence) sebagai dasar multikulturalisme tidaklah dapat dianggap "ukup$ Akan gantin#a kita membutuhkan pendekatan #ang lebih !auh dari itu #akni sebuah pendekatan #ang menggeser prinsip ko-eksistensi ke arah #ro!eksistensi (pro-existence)$ ,rinsip pro-eksistensi ini ditandai tidak sa!a oleh hadirn#a kualitas hidup berdampingan se"ara damai tetapi !uga oleh kesadaran untuk ikut men!adi bagian dari usaha meme"ahkan masalah #ang dihadapi oleh kelompok lain$ Karena itu pro-eksistensi menghendaki diakhirin#a kebisuan (silence) dan pembiaran (ignorance) atas nasib kelompok lain$ Dengan kata lain pro-eksistensi mens#aratkan !uga prinsip inklusi bukan eksklusi (inclusion not exclusion)$ Kualitas sema"am ini diperlukan untuk memungkinkan kelompok-kelompok #ang berbeda itu memiliki kebutuhan untuk menghasilkan integrasi di samping identitas lokal dan partikular #ang serba-ragam itu$ Di tingkat global multikulturalisme menghadapi an"aman #ang berbeda$ Apabila di tingkat negara-bangsa multikulturalisme diperlukan untuk mengelola identitas etnik dan kultural #ang serba-ragam itu di tingkat global ke"enderungan #ang sebalikn#a !ustru sedang ter!adi$ +lobalisasi menghasilkan ke"enderungan monokulturalisme #ang terutama didorong oleh proses-proses dan praktik-praktik material-rasional #ang diba)a oleh ekonomi pasar global$ 6alaupun di atas permukaan teknologi in%ormasi tampak se"ara ramai mendorong ter!adin#a pertukaran buda#a (cultural exchange) di antaran#a melalui prinsip pemin!aman (borrowing) dan sampai batas-batas tertentu sinkretisme #ang sesungguhn#a ter!adi tidak lebih dari usaha penegasan buda#a dominan di atas #ang lain$ Konsep Other dipakai untuk membangun sebuah struktur hirarki buda#a dominan- mar!inal modern-etnik global-lokal$ 5elas ini bukan multikulturalisme #ang partisipatoris dan emansipatoris$ Struktur hirarki buda#a sema"am ini han#a ingin mengukuhkan superioritas #ang disebut pertama (dominan-modern-global) atas #ang terakhir (mar!inal-etnik-lokal)$ 7ang disebut terakhir dihadirkan sebagai bentuk ekspresi eksotisme komunitas etnik #ang lokal mungkin sekaligus partikular sebagai kontras dari rasionalitas modernitas global$ 6alaupun pembi"araan tentang tema ini merupakan arena #ang berbeda dari #ang kita bi"arakan sebelumn#a dalam pandangan sa#a sangat penting untuk memperhatikan apa #ang sa#a sebut sebagai 8 perangkap buda#a globalisasi$ 3ultikulturalisme global #ang sedang ter!adi dapat membuat kita terasing pada dua hal sekaligus: terasing dari habitat kita sendiri dan dari dunia #ang mengelilingi kita$ ,erangkap ini dapat membuat kita terke"oh karena multikulturalisme #ang dalam asasn#a tak berbeda dengan pendekatan Asimilasi #ang kita bi"arakan tadi itu !ustru mengakibatkan ter!adin#a proses dislokasi disorientasi disa%iliasi dan disintegrasi$ Di tengah globalisasi isolasi memang bukan !a)aban atas perkara itu$ Dunia sedang berubah dan selalu memang begitu$ ,erubahan #ang saat ini sedang ter!adi men!adi lain dari perubahan-perubahan sebelumn#a karena konsepsi tentang identitas tidak lagi dapat dikurung dalam ruang hampa$ +lobalisasi membuat kesadaran etnik dan buda#a men!adi serba absurd$ :elativitas men!adikan identitas tidak mudah dikonstruksikan oleh proses-proses buda#a #ang otonom$ Karena itu multikulturalisme baik di tingkat nasional maupun global membutuhkan rede%inisi atas kehidupan bersama$ 5uga reposisi dan renegosiasi atas "ara kita memberi makna atas prinsip-prinsi keadilan dan persamaan$ Dalam ke#akinan multikulturalisme sa#a #ang kita butuhkan bukan monokulturalisme tetapi multikulturalisme; bukan pembauran tetapi pembaruan; bukan ko-eksistensi tetapi pro-eksistensi; bukan eksklusi tetapi inklusi; bukan separasi tetapi interaksi$ &ukan !uga kema!emukan demi kema!emukan atau kema!emukan sekedar )arna-)arni tetapi kema!emukan #ang dibangun di atas landasan multikuturalisme #ang emansipatorik$ <<<<<<<<<<<<<< 9