Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi
Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan
dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati,
Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari
Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika..
Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga
tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan
pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di
HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke
Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang
menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar "Ir" pada 25 Mei 1926.
Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia)
pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara
Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam
pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang
mengaku lebih maju itu.
Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan.
Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya.
Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun
kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan
kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno
mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir
Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI,
18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha
menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung
pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.
Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas
pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden.
Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia
disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida
Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi". - See more at:
http://imkaberita.blogspot.com/2013/01/biodata-dan-profil-lengkap-
soekarno.html#sthash.WybWf2sK.dpuf
The first president of Indonesia , Sukarno, who used to be called Bung Karno , born in Blitar , East Java ,
June 6, 1901 and died in Jakarta , June 21, 1970 . His father named Raden Soekemi Sosrodihardjo and his
mother Ida Ayu Nyoman Rai . During his life , he had three wives and was blessed with eight children .
Fatmawati wife have children from Guntur , Megawati , Rachmawati , Sukmawati and thunder . Wife of
Hartini have Typhoon and Bayu , while the wife Ratna Sari Dewi , Japanese derivatives woman 's real
name Naoko Nemoto Kartika have children ..
Soekarno childhood just a few years living with his parents in Blitar . During elementary school until
graduation , he lived in Surabaya , lodger in the house Haji Said Oemar Tokroaminoto , veteran politician
founder of Syarikat Islam . Then continue their education at HBS ( Hoogere Burger School ) . While
studying at HBS , Sukarno has galvanized spirit of nationalism . After graduating HBS in 1920, moved to
London and continued to THS ( Technische Hoogeschool or Engineering High School which is now the ITB
) . He won the title " Ir " on May 25, 1926 .
Then , he formulated and established the doctrine Marhaenisme PNI ( Nationalist Party lndonesian ) on
July 4, 1927 , with the goal of independent Indonesia . As a result , the Netherlands , put into prison
Sukamiskin , London on December 29, 1929 . Eight months later a new trial . In his defense Sues titled
Indonesia , he showed apostasy Netherlands , a nation that claimed more advanced it .
The defense made the Dutch more angry . So that in July 1930 , the PNI was dissolved . After his release
in 1931 , Sukarno joined Partindo and well led . As a result , he was re- arrested by the Dutch and exiled
to Ende , Flores , 1933. Four years later moved to Bengkulu .
After a long struggle , Bung Karno and Bung Hatta proclaimed Indonesia's independence on August 17,
1945 . In BPUPKI session on June 1, 1945 , Ir.Soekarno forward their ideas about the state he called
Pancasila . Dated August 17, 1945 , Ir Sukarno and Drs . Mohammad Hatta proclaimed Indonesia's
independence . In the trial PPKI , August 18, 1945 Ir.Soekarno unanimously elected as the first President
of the Republic of Indonesia .
Previously , he also managed to formulate that later became the basis of Pancasila ( ideology ) of the
Unitary Republic of Indonesia . He tried to unite the archipelago . Even Sukarno tried to gather the
nations of Asia , Africa , and Latin America to the Asian-African Conference in Bandung in 1955, which
later evolved into the Non-Aligned Movement .
G-30-S/PKI uprising spawned intense political crisis that led to rejection of the Assembly on
accountability . Instead the Assembly appointed Soeharto as Acting President . His health continued to
deteriorate , which is on Sunday, June 21, 1970 he died at the army hospital . He was buried at Wisma
Yaso , Jakarta and was buried in Blitar , East Java near the tomb of his mother , Ida Ayu Nyoman Rai .
Confer the government as " Proclamation Hero " . - See more at :
http://imkaberita.blogspot.com/2013/01/biodata-dan-profil-lengkap-soekarno.html #
sthash.WybWf2sK.dpuf
Google Translate for Business:Translator Toolkit
Nama[sunting | sunting sumber]
Ketika dilahirkan, Soekarno diberikan nama Koesno Sosrodihardjo oleh orangtuanya.
[6]
Namun karena
ia sering sakit maka ketika berumur lima tahun namanya diubah menjadi Soekarno oleh
ayahnya.
[6][8]
Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata
Yudha yaituKarna.
[6][8]
Nama "Karna" menjadi "Karno" karena dalam bahasa Jawa huruf "a" berubah
menjadi "o" sedangkan awalan "su" memiliki arti "baik".
[8]
Di kemudian hari ketika menjadi presiden, ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri
menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda)
[rujukan?]
. Ia
tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda
tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah
[rujukan?]
.
Sebutan akrab untuk Soekarno adalah Bung Karno.
Achmed Soekarno[sunting | sunting sumber]
Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis Achmed Soekarno. Hal ini terjadi
karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan bertanya-tanya,
"Siapa nama kecil Soekarno?"
[rujukan?]
karena mereka tidak mengerti kebiasaan sebagian masyarakat di
Indonesia yang hanya menggunakan satu nama saja atau tidak memiliki nama keluarga. Entah
bagaimana, seseorang lalu menambahkan nama Achmed di depan nama Soekarno. Hal ini pun terjadi di
beberapa Wikipedia, seperti wikipedia bahasa Denmark dan bahasa Spanyol.
Sukarno menyebutkan bahwa nama Achmed didapatnya ketika menunaikan ibadah haji.
[9]
Dalam
beberapa versi lain,
[rujukan?]
disebutkan pemberian nama Achmed di depan nama Sukarno, dilakukan oleh
para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang melakukan misi luar negeri dalam upaya untuk
mendapatkan pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh negara-negara Arab.
Kehidupan[sunting | sunting sumber]
Masa kecil dan remaja[sunting | sunting sumber]
Rumah masa kecil Bung Karno
Soekarno dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya
yaitu Ida Ayu Nyoman Rai.
[6]
Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan seorang guru
ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali.
[6]
Nyoman Rai merupakan keturunan
bangsawan dari Bali dan beragama Hindu, sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama Islam.
[6]
Mereka
telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini sebelum Soekarno lahir.
[10]
Ketika kecil Soekarno
tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.
[6]
Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke Mojokerto, mengikuti
orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut.
[6]
Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno ke Eerste
Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja.
[10]
Kemudian pada Juni 1911 Soekarno dipindahkan
ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk memudahkannya diterima di Hoogere Burger School
(HBS).
[6]
Pada tahun 1915, Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya di ELS dan berhasil
melanjutkan ke HBS di Surabaya, Jawa Timur.
[6]
Ia dapat diterima di HBS atas bantuan seorang kawan
bapaknya yang bernama H.O.S. Tjokroaminoto.
[6]
Tjokroaminoto bahkan memberi tempat tinggal bagi
Soekarno di pondokan kediamannya.
[6]
Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para
pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu,
seperti Alimin, Musso, Dharsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis.
[6]
Soekarno kemudian aktif dalam
kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Dharmo yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi Utomo.
[6]
Nama
organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918.
[6]
Selain itu,
Soekarno juga aktif menulis di harian "Oetoesan Hindia" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto.
[10]
Soekarno sewaktu menjadi siswa HBS Soerabaja
Tamat HBS Soerabaja bulan Juli 1921
[11]
, bersama Djoko Asmo rekan satu angkatan di HBS, Soekarno
melanjutkan ke Technische Hoogeschool te Bandoeng(sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil
jurusan teknik sipil pada tahun 1921
[12]
, setelah dua bulan dia meninggalkan kuliah, tetapi pada
tahun 1922mendaftar kembali
[13]
dan tamat pada tahun 1926.
[14]
Soekarno dinyatakan lulus ujian insinyur
pada tanggal 25 Mei 1926 dan pada Dies Natalis ke-6 TH Bandungtanggal 3 Juli 1926 dia diwisuda
bersama delapan belas insinyur lainnya.
[15]
Prof. Jacob Clay selaku ketua fakultas pada saat itu
menyatakan "Terutama penting peristiwa itu bagi kita karena ada di antaranya 3 orang insinyur orang
Jawa".
[16]
Mereka adalah Soekarno, Anwari, dan Soetedjo
[17]
, selain itu ada seorang lagi dari Minahasa
yaitu Johannes Alexander Henricus Ondang.
[18]
Saat di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam dan
sahabat karib Tjokroaminoto.
[6]
Di sana ia berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto
Mangunkusumo, dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National
Indische Partij.
Sebagai arsitek[sunting | sunting sumber]
Bung Karno adalah presiden pertama Indonesia yang juga dikenal sebagai arsitek alumni
dari Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandungdengan mengambil jurusan teknik
sipil dan tamat pada tahun 1926.
[19]
[20]
[21]
Pekerjaan dan Karya di Bidang Arsitektur[sunting | sunting sumber]
Ir. Soekarno pada tahun 1926 mendirikan biro insinyur bersama Ir. Anwari, banyak mengerjakan
rancang bangun bangunan. Selanjutnya bersama Ir. Rooseno juga merancang dan membangun
rumah-rumah dan jenis bangunan lainnya.
Ketika dibuang di Bengkulu menyempatkan merancang beberapa rumah dan merenovasi total masjid
Jami' di tengah kota.
[22]
Pengaruh Terhadap Karya Arsitektural Semasa Menjadi Presiden[sunting | sunting
sumber]
Semasa menjabat sebagai presiden, ada beberapa karya arsitektur yang dipengaruhi atau dicetuskan
oleh Soekarno. Juga perjalanan secara maraton dari bulan Mei sampai Juli pada tahun 1956ke negara-
negara Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jerman Barat, dan Swiss. Membuat cakrawala alam pikir
Soekarno semakin kaya dalam menata Indonesia secara holistik dan menampilkannya sebagai negara
yang baru merdeka
[23]
. Soekarno membidik Jakarta sebagai wajah (muka) Indonesia terkait beberapa
kegiatan berskala internasional yang diadakan di kota itu, namun juga merencanakan sebuah kota sejak
awal yang diharapkan sebagai pusat pemerintahan di masa datang. Beberapa karya dipengaruhi oleh
Soekarno atau atas perintah dan koordinasinya dengan beberapa arsitek seperti Frederich Silaban dan
R.M. Soedarsono, dibantu beberapa arsitek junior untuk visualisasi. Beberapa desain arsitektural juga
dibuat melalui sayembara
[24]
Masjid Istiqlal 1951
Monumen Nasional 1960
Gedung Conefo
[24]
Gedung Sarinah
[24]
Wisma Nusantara
[24]
Hotel Indonesia 1962
[25]
Tugu Selamat Datang
[25]
Monumen Pembebasan Irian Barat
[25]
Patung Dirgantara
[25]
Tahun 1955 Ir. Soekarno menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan sebagai seorang arsitek,
Soekarno tergerak memberikan sumbangan ide arsitektural kepada pemerintah Arab Saudi agar
membuat bangunan untuk melakukan sai menjadi dua jalur dalam bangunan dua lantai. Pemerintah
Arab Saudi akhirnya melakukan renovasi Masjidil Haram secara besar-besaran pada tahun1966,
termasuk pembuatan lantai bertingkat bagi umat yang melaksanakan sai menjadi dua jalur dan lantai
bertingkat untuk melakukan tawaf
[21]
Rancangan skema Tata Ruang Kota Palangkaraya yang diresmikan pada tahun 1957
[21]
Name [edit | edit source ]
When born , Soekarno given name Koesno Sosrodihardjo by her parents . [ 6 ] However, because he was
often ill, he was five years old when her name was changed to Soekarno by her father . [ 6 ] [ 8 ] The
name derives from a warlord in the story of the Bharata Yudha Karna . [ 6 ] [ 8 ] the name " Karna " to "
Karno " because the Java language the letter " a " changed to " o " while the prefix " su " meaning " good
" . [ 8 ]
Later on when it becomes president , Sukarno replaced him spelling his own name became the name of
Sukarno because he uses the spelling colonizers ( Netherlands ) [ citation needed ] . He still uses the
name of Sukarno in his signature because the signature is the signature of the text contained in the
Proclamation of Indonesian Independence should not be changed [ citation needed ] . The name is
familiar to Sukarno Sukarno .
Achmed Sukarno [edit | edit source ]
In some Western countries , the name is sometimes written Sukarno Achmed Sukarno . This happens
because when Soekarno first came to the United States , a number of journalists to wonder , " Who's
maiden name Sukarno ? " [ Citation needed ] because they do not understand the habits of most people
in Indonesia who only uses one name or do not have family names . Somehow , then add the name of
someone in the name of Achmed Sukarno . This also occurs in several Wikipedia , like wikipedia Danish
and Spanish.
Mentions that the name Achmed Sukarno when he got pilgrimage . [ 9 ] In another version , [ citation
needed ] mentioned the name in front of the name Achmed Sukarno , conducted by Muslim diplomats
from Indonesia who are conducting missions overseas in an effort to gain recognition Indonesian
sovereignty by the Arab countries .
Life [edit | edit source ]
Childhood and adolescence [edit | edit source ]
Bung Karno's childhood home
Sukarno was born with a father named Raden Soekemi Sosrodihardjo and his mother Ida Ayu Nyoman
Rai . [ 6 ] The two met when Raden Soekemi who was an elementary school teacher was placed on
Natives in Singaraja , Bali . [ 6 ] Nyoman Rai is the royal line of Bali and Hindus , while Raden Soekemi
themselves Muslim. [ 6 ] They already have a daughter named Sukarmini before Soekarno was born . [
10 ] When small Soekarno lived with his grandfather , Prince Hardjokromo in Tulung Agung , East Java . [
6 ]
The first time he went to school at Great Tulung until he moved to Mojokerto , following her parents
who were assigned in the city . [ 6 ] In Mojokerto , her father Sukarno to enter Eerste inlandse School ,
the school where he worked . [ 10 ] Then in June 1911 Sukarno moved Lagere Europeesche to School (
ELS ) to make it easier to be accepted in Hoogere Burger School ( HBS ) . [ 6 ] in 1915 , Sukarno had
completed his education at ELS and managed to continue to HBS in Surabaya , East Java . [ 6 ] It may be
accepted at HBS the help of a friend of his father who named HOS Tjokroaminoto . [ 6 ] Tjokroaminoto
even provide shelter for Sukarno in the dormitory residence . [ 6 ] In Surabaya , Soekarno many meet
with the SI leader , the organization that led Tjokroaminoto then, like Alimin , Musso , Dharsono , Haji
Agus Salim , and Abdul Muis . [ 6 ] Sukarno then active in the Tri Koro Dharmo youth organization which
was formed as an organization of Budi Utomo . [ 6 ] The name of the organization then it changed as
Jong Java ( Java Youth ) in 1918 . [ 6 ] In addition , Soekarno also writes in the daily " Oetoesan Indies "
led by Tjokroaminoto . [ 10 ]
Sukarno as a HBS student Soerabaja
HBS graduate Soerabaja in July 1921 [ 11 ] , together with a colleague Djoko Asmo force at HBS , Sukarno
continued to Technische Hoogeschool te Bandoeng ( now ITB ) in Bandung majoring in civil engineering
in 1921 [ 12 ] , two months after he left college , but in 1922 signed back [ 13 ] and graduated in 1926 . [
14 ] passed the test engineer Sukarno declared on May 25, 1926 and on the 6th Anniversary of TH
Bandung on July 3, 1926 she graduated with eighteen other engineers . [ 15 ] Prof . Jacob Clay , chairman
of the faculty at the time stated " Especially important events for us because there are 3 of them
engineers Javanese people " . [ 16 ] They were Sukarno , Anwari , and Soetedjo [ 17 ] , except that there
is a more of Minahasa Alexander Johannes Henricus Ondang . [ 18 ]
When in Bandung , Sukarno lived at the residence Haji Sanusi who is a member of the SI and sidekick
Tjokroaminoto . [ 6 ] , where it interacts with Ki Hajar Dewantara , Cipto Mangunkusumo , and Dr .
Douwes Dekker , who was then the leader of the National Indische Partij organization .
As an architect [edit | edit source ]
Bung Karno was the first president of Indonesia, which is also known as the architect of alumni from
Technische Hoogeschool te Bandoeng ( now ITB ) in Bandung majoring in civil engineering and
graduated in 1926 . [ 19 ] [ 20 ] [ 21 ]
Employment and Work in the Field of Architecture [edit | edit source ]
Ir . Sukarno in 1926 established the bureau engineer with Ir . Anwari , a lot of design work on the
building . Further along Ir . Rooseno also design and build houses and other types of buildings .
When discarded in Bengkulu took time to design a house and renovate a total of mosque Jami ' in the
middle of the city . [ 22 ]
During his work Against architectural influences Became President [edit | edit source ]
During his tenure as president , there are several works of architecture that influenced or triggered by
Sukarno . Also a marathon trip from May to July in 1956 to U.S. states , Canada , Italy , West Germany ,
and Switzerland . Make the natural horizon thought Soekarno richer in managing Indonesia holistically
and display it as a newly independent state [ 23 ] . Jakarta Soekarno shoot as the face ( face ) Indonesia
related to several international events held in the city, but also a city planning from the start to be
expected as the center of government in the future . Some works influenced by or on the order of
Sukarno and coordination with several architects like Frederich Silaban and RM Sudarsono , assisted by
some junior architect for visualization . Some architectural designs are also made through the
competition [ 24 ]
Istiqlal Mosque 1951
National Monument in 1960
Conefo building [ 24 ]
Sarinah building [ 24 ]
Wisma Nusantara [ 24 ]
Hotel Indonesia 1962 [ 25 ]
Welcome Monument [ 25 ]
West Irian Liberation monument [ 25 ]
Aerospace statue [ 25 ]
Ir 1955 . Sukarno's pilgrimage to the Holy Land and as an architect , Sukarno moved contributing
architectural ideas to the government of Saudi Arabia in order to make the building into two paths sa'i
the two-story building . Saudi Arabia's government finally doing renovations Haram massively in 1966 ,
including the creation of multilevel floor for the people who carry out sa'i into two paths and terraced
floor to perform tawaf [ 21 ]
The draft scheme of Urban Spatial Palangkaraya , inaugurated in 1957 [ 21 ]
Google Translate for Business:Translator ToolkitWebsite Translator
Masa pergerakan nasional[sunting | sunting sumber]
Soekarno untuk pertama kalinya menjadi terkenal ketika dia menjadi anggota Jong Java cabang
Surabaya pada tahun 1915. Bagi Soekarno sifat organisasi tersebut yang Jawa-sentris dan hanya
memikirkan kebudayaan saja merupakan tantangan tersendiri. Dalam rapat pleno tahunan yang diadakan
Jong Java cabang Surabaya Soekarno menggemparkan sidang dengan berpidato menggunakan bahasa
Jawa ngoko (kasar). Sebulan kemudian dia mencetuskan perdebatan sengit dengan menganjurkan agar
surat kabar Jong Java diterbitkan dalam bahasa Melayu saja, dan bukan dalam bahasa Belanda.
[26]
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung yang merupakan hasil
inspirasi dari Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo.
[6]
Organisasi ini menjadi cikal bakalPartai
Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927.
[14]
Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya
ditangkap Belanda pada tanggal 29 Desember 1929 di Yogyakarta dan esoknya dipindahkan ke
Bandung, untuk dijebloskan ke Penjara Banceuy. Pada tahun 1930 ia dipindahkan ke Sukamiskin dan
pada tahun itu ia memunculkan pledoinya yang fenomenal Indonesia Menggugat (pledoi), hingga
dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan
pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan keFlores. Di
sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya tetap membara seperti
tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernamaAhmad Hasan.
Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu.
Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.
Masa penjajahan Jepang[sunting | sunting sumber]
Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak memerhatikan tokoh-
tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk "mengamankan" keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat
pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang kurang begitu populer.
Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang memerhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh-
tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan lain-lain dalam setiap organisasi-organisasi
dan lembaga lembaga untuk menarik hati penduduk Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi
seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh tokoh seperti Soekarno,
Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas Mansyur, dan lain-lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu aktif.
Dan akhirnya tokoh-tokoh nasional bekerja sama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk
mencapai kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti Sutan
Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.
Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi
kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerja sama dengan Jepang sebenarnya kita
percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri.
Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah
merumuskan Pancasila, UUD 1945, dan dasar dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan
naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia sempat dibujuk untuk menyingkir ke Rengasdengklok.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia yakni Soekarno,
Mohammad Hatta, dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima langsung oleh Kaisar Hirohito.
Bahkan kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga tokoh Indonesia tersebut.
Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan pendudukan Jepang terkejut, karena hal itu berarti
bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap keluarga Kaisar Jepang sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia
diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam
yang kemudian menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia
sendiri.
Namun keterlibatannya dalam badan-badan organisasi bentukan Jepang membuat Soekarno dituduh
oleh Belanda bekerja sama dengan Jepang, antara lain dalam kasus romusha.
Masa Perang Revolusi[sunting | sunting sumber]
Ruang tamu rumah persembunyian Bung Karno diRengasdengklok.
Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia BPUPKI, Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia Kecil yang terdiri dari
sembilan orang/Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada
tanggal 16 Agustus 1945; Soekarno dan Mohammad Hatta dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir
ke asrama pasukan Pembela Tanah Air Peta Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara
lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta
segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, karena di Indonesia terjadi kevakuman
kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun
Soekarno, Hatta dan para tokoh menolak dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan
Jepang. Alasan lain yang berkembang adalah Soekarno menetapkan momen tepat untuk kemerdekaan
Republik Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan bulan
Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang diyakini merupakan bulan turunnya wahyu pertama kaum
muslimin kepada Nabi Muhammad SAW yakni Al Qur-an. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan
Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada
tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP.
Pada tanggal 19 September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan
darah peristiwa Lapangan Ikada tempat 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang
yang masih bersenjata lengkap.
Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison, Christison
akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto setelah mengadakan pertemuan dengan
Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat
provokasi yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang membonceng Sekutu (di bawah Inggris),
meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan gugurnya Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby.
Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya memindahkan Ibukota
Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden dan pejabat tinggi negara lainnya.
Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden selaku kepala
pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single executive). Selama revolusi kemerdekaan, sistem
pemerintahan berubah menjadi semipresidensiil/double executive. Presiden Soekarno sebagai Kepala
Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya
maklumat wakil presiden No X, dan maklumat pemerintah bulan November 1945 tentang partai politik.
Hal ini ditempuh agar Republik Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis.
Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan, kedudukan Presiden Soekarno
tetap paling penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa Madiun 1948 serta saat Agresi Militer
Belanda II yang menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah
pejabat tinggi negara ditahan Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada kenyataannya dunia internasional
dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta adalah pemimpin Indonesia yang
sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.
Masa kemerdekaan[sunting | sunting sumber]
Soekarno dan Josip Broz Tito
Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan),
Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta
diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia diserahkan kepada
Mr Assaat, yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat
Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali
berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat
sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno. Resminya kedudukan
Presiden Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah
dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.
Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat di kalangan rakyat dibandingkan
terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet yang terkenal sebagai
"kabinet seumur jagung" membuat Presiden Soekarno kurang memercayai sistem multipartai, bahkan
menyebutnya sebagai "penyakit kepartaian". Tak jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi konflik-
konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada jatuh bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17
Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan Udara.
Soekarno dan John F. Kennedy
Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional. Keprihatinannya
terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan
nasibnya sendiri, menyebabkan presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk
mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilkan Dasasila Bandung. Bandung dikenal
sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik akibat "bom waktu" yang ditinggalkan negara-
negara barat yang dicap masih mementingkanimperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan
kekhawatiran akan munculnya perang nuklir yang mengubah peradaban, ketidakadilan badan-badan
dunia internasional dalam penyelesaian konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip Broz
Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma)
dan Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang membuahkan Gerakan Non
Blok. Berkat jasanya itu, banyak negara Asia Afrika yang memperoleh kemerdekaannya. Namun
sayangnya, masih banyak pula yang mengalami konflik berkepanjangan sampai saat ini karena
ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang masih dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa.
Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat
atau mengenal akan Indonesia.
[rujukan?]
Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden Soekarno
mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara. Di antaranya
adalah Nikita Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika Serikat), Fidel
Castro (Kuba), Mao Tse Tung (RRC).
Masa Keterpurukan[sunting | sunting sumber]
Situasi politik Indonesia menjadi tidak menentu setelah enam jenderal dibunuh dalam peristiwa yang
dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September atau G30S pada 1965.
[27][14]
Pelaku sesungguhnya dari
peristiwa tersebut masih merupakan kontroversi walaupun PKI dituduh terlibat di dalamnya.
[14]
Kemudian
massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia)
melakukan aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya
meminta agar PKI dibubarkan.
[27]
Namun, Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena
bertentangan dengan pandangan Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme).
[7][27]
Sikap Soekarno
yang menolak membubarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik.
[14][7]
Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret yang ditandatangani oleh
Soekarno.
[27]
Isi dari surat tersebut merupakan perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk
mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi
presiden.
[27]
Surat tersebut lalu digunakan oleh Soeharto yang telah diangkat menjadi PanglimaAngkatan
Darat untuk membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang.
[27]
Kemudian MPRS
pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No. IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi
TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang
Supersemar untuk setiap saat menjadi presiden apabila presiden berhalangan.
[28]
Soekarno kemudian membawakan pidato pertanggungjawaban mengenai sikapnya terhadap peristiwa
G30S pada Sidang Umum ke-IV MPRS.
[27]
Pidato tersebut berjudul "Nawaksara" dan dibacakan pada 22
Juni 1966.
[7]
MPRS kemudian meminta Soekarno untuk melengkapi pidato tersebut.
[27]
Pidato "Pelengkap
Nawaskara" pun disampaikan oleh Soekarno pada 10 Januari 1967namun kemudian ditolak oleh MPRS
pada 16 Februari tahun yang sama.
[27]
Hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Soekarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan
Kekuasaan di Istana Merdeka.
[28]
Dengan ditandatanganinya surat tersebut maka Soeharto de
facto menjadi kepala pemerintahan Indonesia.
[28]
Setelah melakukan Sidang Istimewa maka MPRS pun
mencabut kekuasaan Presiden Soekarno, mencabut gelar Pemimpin Besar Revolusi dan mengangkat
Soeharto sebagai Presiden RI hingga diselenggarakan pemilihan umum berikutnya.
[28]
Sakit hingga meninggal[sunting | sunting sumber]
Makam Presiden Soekarno di Blitar,Jawa Timur.
Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun sejak bulan Agustus 1965.
[28]
Sebelumnya, ia telah
dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernah menjalani perawatan
di Wina, Austria tahun 1961 dan 1964.
[28]
Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina
menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat tetapi ia menolaknya dan lebih memilih pengobatan
tradisional.
[28]
Ia masih bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21
Juni 1970 di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta dengan status sebagai
tahanan politik.
[28][6]
Jenazah Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki
oleh Ratna Sari Dewi.
[28]
Sebelum dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno sempat
dilakukan oleh Dokter Mahar Mardjono yang merupakan anggota tim dokter kepresidenan.
[28]
Tidak lama
kemudian dikeluarkanlah komunike medis yang ditandatangani oleh Ketua Prof. Dr. Mahar Mardjono
beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal Dr. (TNI AD) Rubiono Kertopati.
[28]
Komunike medis tersebut menyatakan hal sebagai berikut:
[28]
1. Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30 keadaan kesehatan Ir. Soekarno semakin
memburuk dan kesadaran berangsur-angsur menurun.
2. Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Ir. Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudian
pada jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia.
3. Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Ir. Soekarno hingga saat
meninggalnya.
Walaupun Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor, namun
pemerintahan Presiden Soeharto memilih Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat pemakaman
Soekarno.
[28]
Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No. 44 tahun 1970.
[28]
Jenazah Soekarno dibawa
ke Blitar sehari setelah kematiannya dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam
ibunya.
[28]
Upacara pemakaman Soekarno dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean
sebagai inspektur upacara.
[28]
Pemerintah kemudian menetapkan masa berkabung selama tujuh hari.
[28]
Peninggalan[sunting | sunting sumber]
Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Soekarno pada 6 Juni 2001, maka
Kantor Filateli Jakarta menerbitkan prangko "100 Tahun Bung Karno".
[10]
Prangko yang diterbitkan
merupakan empat buah prangko berlatar belakang bendera Merah Putih serta menampilkan gambar diri
Soekarno dari muda hingga ketika menjadi Presiden Republik Indonesia.
[10]
Prangko pertama memiliki
nilai nominal Rp500 dan menampilkan potret Soekarno pada saat sekolah menengah. Yang kedua
bernilai Rp800 dan gambar Soekarno ketika masih di perguruan tinggi tahun 1920-an terpampang di
atasnya. Sementara itu, prangko yang ketiga memiliki nominal Rp900 serta menunjukkan foto Soekarno
saat proklamasi kemerdekaan RI. Prangko yang terakhir memiliki gambar Soekarno ketika menjadi
Presiden dan bernominal Rp1000. Keempat prangko tersebut dirancang oleh Heri Purnomo dan dicetak
sebanyak 2,5 juta set oleh Perum Peruri.
[10]
Selain prangko, Divisi Filateli PT Pos Indonesia menerbitkan
juga lima macam kemasan prangko, album koleksi prangko, empat jenis kartu pos, dua macam poster
Bung Karno serta tiga desain kaus Bung Karno.
[10]
Prangko yang menampilkan Soekarno juga diterbitkan oleh Pemerintah Kuba pada tanggal 19 Juni 2008.
Prangko tersebut menampilkan gambar Soekarno dan presiden Kuba Fidel Castro.
[29]
Penerbitan itu
bersamaan dengan ulang tahun ke-80 Fidel Castro dan peringatan kunjungan Presiden Indonesia,
Soekarno, ke Kuba.
Gelanggang Olahraga Bung Karnopada 1962.
Nama Soekarno pernah diabadikan sebagai nama sebuah gelanggang olahraga pada tahun 1958.
Bangunan tersebut, yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno, didirikan sebagai sarana keperluan
penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta. Pada masa Orde Baru, kompleks olahraga ini
diubah namanya menjadi Gelora Senayan. Tapi sesuai keputusan Presiden Abdurrahman Wahid, Gelora
Senayan kembali pada nama awalnya yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno. Hal ini dilakukan dalam
rangka mengenang jasa Bung Karno.
[30]
Setelah kematiannya, beberapa yayasan dibuat atas nama Soekarno. Dua di antaranya adalah Yayasan
Pendidikan Soekarno dan Yayasan Bung Karno. Yayasan Pendidikan Soekarno adalah organisasi yang
mencetuskan ide untuk membangun universitas dengan pemahaman yang diajarkan Bung Karno.
Yayasan ini dipimpin oleh Rachmawati Soekarnoputri, anak ke tiga Soekarno dan Fatmawati. Pada tahun
25 Juni 1999 Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie meresmikan Universitas Bung Karno yang secara
resmi meneruskan pemikiran Bung Karno, Nation and Character Building kepada mahasiswa-
mahasiswanya.
[31]
Sementara itu, Yayasan Bung Karno memiliki tujuan untuk mengumpulkan dan melestarikan benda-
benda seni maupun nonseni kepunyaan Soekarno yang tersebar di berbagai daerah di
Indonesia.
[32]
Yayasan tersebut didirikan pada tanggal 1 Juni 1978 oleh delapan putra-putri Soekarno
yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati
Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra, Taufan Soekarnoputra, Bayu Soekarnoputra, dan Kartika Sari Dewi
Soekarno.
[32]
Pada tahun 2003, Yayasan Bung Karno membuka stan di Arena Pekan Raya Jakarta.
[10]
Di
stan tersebut ditampilkan video pidato Soekarno berjudul "Indonesia Menggugat" yang disampaikan di
Gedung Landraad tahun 1930 serta foto-foto semasa Soekarno menjadi presiden.
[10]
Selain
memperlihatkan video dan foto, berbagai cenderamata Soekarno dijual di stan tersebut.
[10]
Di antaranya
adalah kaus, jam emas, koin emas, CD berisi pidato Soekarno, serta kartu pos Soekarno.
[10]
Seseorang yang bernama Soenuso Goroyo Sukarno mengaku memiliki harta benda warisan
Soekarno.
[10]
Soenuso mengaku merupakan mantan sersan dari Batalyon Artileri Pertahanan Udara
Sedang.
[10]
Ia pernah menunjukkan benda-benda yang dianggapnya sebagai warisan Soekarno itu
kepada sejumlah wartawan di rumahnya di Cileungsi, Bogor.
[10]
Benda-benda tersebut antara lain sebuah
lempengan emas kuning murni 24 karat yang terdaftar dalam register emas JM London, emas putih
dengan cap tapal kuda JM Mathey London serta plakat logam berwarna kuning dengan tulisan ejaan
lama berupa deposito hibah.
[10]
Selain itu terdapat pula uang UBCN (Brasil) dan Yugoslavia serta
sertifikat deposito obligasi garansi di Bank Swiss dan Bank Netherland.
[10]
Meskipun emas yang
ditunjukkan oleh Soenuso bersertifikat namun belum ada pakar yang memastikan keaslian dari emas
tersebut.
[33]
Penghargaan[sunting | sunting sumber]
Semasa hidupnya, Soekarno mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari 26 universitas di dalam dan
luar negeri.
[34]
Perguruan tinggi dalam negeri yang memberikan gelar kehormatan kepada Soekarno
antara lain Universitas Gajah Mada (19 September 1951), Institut Teknologi Bandung (13 September
1962), Universitas Indonesia (2 Februari 1963), Universitas Hasanuddin (25 April 1963), Institut Agama
Islam Negeri Jakarta (2 Desember 1963), Universitas Padjadjaran (23 Desember 1964), dan Universitas
Muhammadiyah (1 Agustus 1965).
[34]
Sementara itu, Universitas Columbia (Amerika Serikat), Universitas
Berlin (Jerman), Universitas Lomonosov (Rusia) dan Universitas Al-Azhar (Mesir) merupakan beberapa
universitas luar negeri yang menganugerahi Soekarno dengan gelar Doktor Honoris Causa.
[34]
Pada bulan April 2005, Soekarno yang sudah meninggal selama 35 tahun mendapatkan penghargaan
dari Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki.
[10]
Penghargaan tersebut adalah penghargaan bintang kelas
satu The Order of the Supreme Companions of OR Tambo yang diberikan dalam bentuk medali, pin,
tongkat, dan lencana yang semuanya dilapisi emas.
[10]
Soekarno mendapatkan penghargaan tersebut
karena dinilai telah mengembangkan solidaritas internasional demi melawan penindasan oleh negara
maju serta telah menjadi inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan dalam melawan penjajahan dan
membebaskan diri dari apartheid.
[10]
Acara penyerahan penghargaan tersebut dilaksanakan di Kantor
Kepresidenan Union Buildings di Pretoria dan dihadiri oleh Megawati Soekarnoputri yang mewakili
ayahnya dalam menerima penghargaan.
[10]
Future national movement [edit | edit source ]
Soekarno for the first time became famous when he became a member of Jong Java Surabaya branch in
1915 . For those organizations that Soekarno nature of Java - centric culture and just think it is a
challenge . In the annual plenary meeting held Sukarno Surabaya branch Jong Java tumultuous session
with a speech using the Java language ngoko ( rough ) . A month later he sparked a fierce debate by
suggesting that Java Jong newspaper published in Malay only, and not in Dutch . [ 26 ]
In 1926 , Sukarno founded the Algemene Studie Club in London which is the result of inspiration from
Dr. Indonesische Study Club . Atopic Dermatitis . [ 6 ] This organization became the forerunner of the
National Party of Indonesia was established in 1927 . [ 14 ] Sukarno's PNI activity caused arrested
Netherlands on December 29, 1929 in Yogyakarta and the next day moved to London , was sent to
prison for Banceuy . In 1930 he moved to Sukamiskin and in that year he raised a phenomenal pledoi
Indonesia Sues ( plea ) , to be released again on December 31, 1931 .
In July 1932 , Sukarno joined the Party of Indonesia ( Partindo ) , which is a fraction of the PNI . Sukarno
was re-arrested in August 1933 , and was exiled to Flores . Here , Soekarno almost forgotten by the
national figures . But his spirit still burning as implied in every letter to a teacher named Ahmad Hasan
Islamic Union .
In 1938 until 1942 Sukarno was exiled to Bengkulu province .
Soekarno new free returns during the Japanese occupation in 1942 .
During the Japanese occupation [edit | edit source ]
At the beginning of the Japanese colonial period (1942-1945) , the Japanese government had not
noticed the movement of Indonesian figures mainly to "secure " its presence in Indonesia. It looks at the
Movement 3A with characters and Mr. Shimizu . Shamsuddin is less popular .
But ultimately , the Japanese occupation government attention and at the same time utilizing
Indonesian figures such as Sukarno , Mohammad Hatta , and other organizations within each agency and
institution to attract the hearts of the Indonesian population . Mentioned in various organizations such
as Hokokai Java , Central People's Power ( Putera ) , BPUPKI and PPKI , prominent figures such as
Sukarno , Hatta , Ki Hajar Dewantara , KH Mas Mansour , and others mentioned and look so active . And
finally national leaders to work together with the government to reach the Japanese occupation of
Indonesia's independence , even though some are doing underground movement like Sutan Syahrir and
Amir Sjarifoeddin because they think Japan is a dangerous fascist .
President Sukarno himself , during a speech before the opening of the reading of the text of the
proclamation of independence , saying that even though we are cooperating with Japan in fact we
believe and believe and rely on their own strength .
He was active in the preparation of business independence Indonesia , among which are formulated
Pancasila , the 1945 Constitution , and the fundamental basis of the Indonesian government , including
formulating the text of the proclamation of Independence . He was persuaded to step aside to
Rengasdengklok .
In 1943 , Japanese Prime Minister Hideki Tojo invited the Indonesian leader Sukarno , Mohammad Hatta
, and Ki Bagus Hadikoesoemo to Japan and received by Emperor Hirohito . Even the emperor gave
imperial star ( Holy Ratna ) for the three Indonesian leaders . The awarding of the star makes the
Japanese occupation government was surprised , because it means that the three Indonesian leaders
was considered the Japanese imperial family itself . In August 1945, he was invited by Marshal Terauchi ,
the Army leadership in the Southeast Asian region Dalat Vietnam who later stated that the proclamation
of Indonesian independence is a matter for the Indonesian people .
But his involvement in the organization of agencies established by the Japanese to make Sukarno was
accused by the Netherlands in collaboration with Japan , among others, in the case of romusha .
Revolutionary War [edit | edit source ]
The living room in a safe house Rengasdengklok Bung Karno .
Soekarno with national figures begin to prepare themselves before the proclamation of independence
of the Republic of Indonesia. After hearing Investigation Agency Business BPUPKI Preparation of
Indonesian Independence , Small Committee consisting of eight people ( official ) , Small Committee
consisting of nine / nine committee ( which produces the Jakarta Charter ) and the Preparatory
Committee for Indonesian Independence PPKI , Soekarno - Hatta Indonesia State founded based on
Pancasila and the 1945 Constitution .
After seeing Marshal Terauchi in Dalat , Vietnam , Rengasdengklok events happened on the date August
16, 1945 ; Sukarno and Mohammad Hatta were persuaded by the youth to go away to boarding troops
Map Rengasdengklok Defenders of the Homeland . Youth leaders who persuaded among others
Soekarni , Wikana , Singgih and Chairul Saleh . The youths demanded that Sukarno and Hatta proclaimed
Indonesian independence immediately , because in Indonesia happened vacuum of power . This is
because the Japanese had surrendered and Allied troops had not arrived . But Sukarno , Hatta and the
figure declined on the grounds waiting for clarity about the Japanese surrender . Another reason is that
developing the right moment to Soekarno establish the independence of the Republic of Indonesia
which is chosen on August 17, 1945 when it coincided with Ramadan , the Muslim holy month which is
believed to be the first month of the revelation of the Muslims to the Prophet Muhammad , Al Qur -an .
On 18 August 1945 , Sukarno and Mohammad Hatta PPKI be appointed by the President and Vice
President of the Republic of Indonesia . On August 29, 1945 on the appointment of a president and vice-
president confirmed by KNIP . On 19 September 1945 at Soekarno authority to settle without bloodshed
Ikada Field event where 200,000 people of Jakarta will clash with Japanese troops were still armed to
the teeth .
On arrival Allies ( AFNEI ) led by Lieutenant General . Sir Philip Christison , Christison finally recognized
Indonesian sovereignty de facto, after a meeting with President Soekarno . President Soekarno also try
to resolve the crisis in Surabaya . However, due to provocation launched by troops NICA ( Netherlands )
to hitchhike Allies ( under the British ) , burst events 10 November 1945 in Surabaya and the death of
Brigadier General AWS Mallaby .
Because many provocations in Jakarta at the time, President Sukarno eventually move the capital of the
Republic of Indonesia from Jakarta to Yogyakarta . Followed by the vice president and other senior state
officials .
Position of President Soekarno in 1945 is the position of the President as head of government and head
of state ( presidential / single executive ) . During the revolution, the system of government changed to
semipresidensiil / double executive . President Sukarno as head of state and Sutan Syahrir as Prime
Minister / Head of Government . It happened because of the vice president's edict No. X , and the
government announcement in November 1945 of a political party . It is taken to the Republic of
Indonesia is considered a more democratic country .
Although the change of government system , when the revolution of independence , President
Sukarno's position remains the most important , especially in the face of the Madiun Affair in 1948 , and
when the Dutch Military Aggression II that led to President Soekarno , Vice President Mohammad Hatta
and several senior government officials detained the Netherlands . Although existing Emergency
Government of the Republic of Indonesia ( Emergency Government ) with the chairman Sjafruddin
Prawiranegara , but in fact the international and domestic situation still acknowledge that Soekarno -
Hatta is the real leader of Indonesia , only policies that can resolve the dispute between Indonesia and
the Netherlands .
Independence [edit | edit source ]
Sukarno and Josip Broz Tito
After Sovereignty Recognition ( Government of the Netherlands mentioned as delivery Sovereignty ) ,
President Sukarno was appointed as the President of the Republic of Indonesia (RIS ) and Mohammad
Hatta was appointed as prime minister of RIS . Office of President of the Republic of Indonesia
submitted to Mr. Assaat , which became known as the Java - Yogyakarta Indonesia . However, due to the
demands of the people of Indonesia who want to return to the unity of the country , then on August 17,
1950 , RIS again changed to the Republic of Indonesia and President Sukarno became President. Mr
Assaat mandate as acting President handed back to Ir . Sukarno . Official position of President Sukarno
was president of the constitutional , but in fact government policy after consulting him .
Soekarno - Hatta Duet myth is quite popular and more powerful among the people compared to the
prime minister head of government . Rise and fall of the cabinet which is famous as " fledgling cabinet "
led President Soekarno less trusting multiparty system , even calling it a "disease of the party " . Not
infrequently , he also intervene to mediate conflicts within the military which also affected the rise and
fall of the cabinet . October 17, 1952 such events and events in the Air Force .
Sukarno and John F. Kennedy
President Soekarno also provides many ideas in the international world . Concern over the fate of the
peoples of Asia and Africa , still not independent , yet have the right to self-determination , causing the
president Sukarno , in 1955 , took the initiative to hold the Asian - African Conference in Bandung, which
produced the Ten Principles of Bandung . Known as the Bandung Asian - African Capital . Inequality and
conflict due to a "time bomb " that left the western countries are still concerned that branded
imperialism and colonialism , inequality and fears of the emergence of a nuclear war that changed
civilization , injustice international agencies in conflict resolution is also a concern . With President Josip
Broz Tito ( Yugoslavia ) , Gamal Abdel Nasser ( Egypt ) , Mohammad Ali Jinnah ( Pakistan ) , U Nu , (
Burma ) and Jawaharlal Nehru ( India ) he held Asian-African Conference that led to the Non-Aligned
Movement . Thanks to the services , many Asian and African countries that gained independence . But
unfortunately , there are still many who experience prolonged conflict until today because of the
injustice in problem solving , which is still controlled by powerful states or superpowers . Thanks to this
addition, many people from the African region will not be forgotten when Soekarno remember or know
about Indonesia . [ Citation needed ]
To carry out an independent foreign policy - active in the international world , President Sukarno visited
many countries and met with leaders of the country . Among them was Nikita Khrushchev ( Soviet Union
) , John Fitzgerald Kennedy ( United States ) , Fidel Castro ( Cuba ) , Mao Tse Tung ( PRC ) .
Future Deterioration [edit | edit source ]
Indonesia's political situation became uncertain after six generals were killed in the incident known as
the September 30th Movement, or G30S in 1965 . [ 27 ] [ 14 ] The real culprit of the incident is
controversial , although PKI accused of being involved in it . [ 14 ] Then the mass of WE ( Indonesian
Student Action Union ) and KAPI ( Indonesian Student Action Union ) held a demonstration and submit
Tri People's demands ( Tritura ) which one it requested that the PKI was dissolved . [ 27 ] However ,
Sukarno refused to dissolve the PKI as opposed to the view Nasakom ( Nationalism , Religion ,
Communism ) . [ 7 ] [ 27 ] attitude that refused to disperse Soekarno PKI then weaken his position in
politics . [ 14 ] [ 7 ]
Five months later , issued an Order of March , signed by Sukarno . [ 27 ] The content of the letter is a
command to Lieutenant -General Suharto to take the necessary measures to maintain security and
personal safety presidential administration . [ 27 ] The letter was then used by Soeharto which has been
appointed Commander of the Army to disband the PKI and declared it a banned organization . [ 27 ]
Later MPRS two writ was issued , namely TAP No. . IX/1966 about inauguration Supersemar into TAP and
TAP MPRS No. . XV/1966 that provides assurance to the Soeharto as the holder at any time Supersemar
to become president if the president is not available. [ 28 ]
Soekarno then bring accountability statement regarding his attitude toward the events at the G-30
General Session IV MPRS . [ 27 ] The speech was titled " Nawaksara " and was read on June 22, 1966 . [ 7
] MPRS Sukarno then asked to complete the speech . [ 27 ] Speech " Complementary Nawaskara " was
presented by Sukarno on January 10, 1967 but was later rejected by the MPR on 16 February the same
year . [ 27 ]
Finally on February 20, 1967 Sukarno signed a Statement of Delivery Authority at the Presidential Palace
. [ 28 ] With the signing of the letter of the Soeharto became the de facto head of the Indonesian
government . [ 28 ] After a special session of the MPR also drew power of President Soekarno , revoke
the title Leader of the Revolution and appointed Soeharto as President until the next elections are held .
[ 28 ]
Sick to death [edit | edit source ]
Tomb of President Sukarno in Blitar , East Java .
Soekarno health has begun to decline since August 1965 . [ 28 ] Previously , he was declared suffering
from kidney problems and had undergone treatment in Vienna , Austria in 1961 and 1964. [ 28 ] Prof .
Dr. . K. Fellinger of the Faculty of Medicine, University of Vienna suggests that Sukarno left kidney
removed , but he rejected it and prefer traditional medicine . [ 28 ] He was survived for 5 years before it
finally died on Sunday, June 21, 1970 at Army Hospital ( Central Army Hospital ) Gatot Subroto , Jakarta
with status as political prisoners . [ 28 ] [ 6 ] Sukarno 's body was moved from the guesthouse to the
Army Hospital Yasso owned by Ratna Sari Dewi . [ 28 ] Prior to his death stated , routine checks on
Sukarno was performed by Dr. Mahar Mardjono which is members of the presidential medical team . [
28 ] Not long after medical communique was issued , signed by the Chairman Prof . Dr. . Mahar
Mardjono along with Vice Chairman Major General Dr . ( TNI AD ) Rubiono Kertopati . [ 28 ]
The medical communiqu states the following : [ 28 ]
On Saturday June 20th, 1970 at 20:30 health situation Ir . Sukarno worsened and awareness gradually
declined .
Dated June 21, 1970 at 3:50 am , Ir . Soekarno unconscious and then at 07.00 Ir . Sukarno died .
Team doctors constantly trying to overcome the critical situation Ir . Soekarno until the time of his death
.
Although Sukarno had requested that he be buried in the Palace Slate , Bogor , but the government of
President Soeharto chose Blitar , East Java , as the burial place of Sukarno. [ 28 ] It was established by
Presidential Decree No. . 44 in 1970. [ 28 ] The bodies were taken to Blitar Soekarno day after his death
and was buried the next day next to the grave of his mother. [ 28 ] The funeral ceremony was led by the
Commander of the Armed Forces Soekarno -General M. Panggabean as inspector of the ceremony . [ 28
] The government then set a seven-day mourning period . [ 28 ]
Heritage [edit | edit source ]
In order to commemorate the 100th anniversary of the birth Sukarno on June 6, 2001 , the Jakarta
Philatelic Office issued a stamp " 100 Years Bung Karno " . [ 10 ] Stamp issued four stamps is a flag
background and displays images of young Sukarno himself up as a President of the Republic of Indonesia
. [ 10 ] the first stamp has a face value of 500 and featuring a portrait of Soekarno during high school .
The second picture is worth Rp800 and Sukarno when he was in college in the 1920s emblazoned on it .
Meanwhile , the third stamp has a nominal 900 as well as the photo shows Sukarno as Indonesia's
independence proclamation . The last stamp has a picture of President Sukarno when and bernominal
Rp1000 . The fourth stamp designed by Heri Purnomo and printed as many as 2.5 million set by Peruri . [
10 ] In addition to stamps , Philately Division of PT Pos Indonesia also issued five kinds of packaging
stamps , stamp collection albums , four types of postcards , two kinds of posters Bung Karno and Bung
Karno three shirt designs . [ 10 ]
Stamps featuring the Sukarno was also issued by the Government of Cuba on June 19, 2008. The stamps
show images of Sukarno and Cuban president Fidel Castro . [ 29 ] publication coincided with the
anniversary of the 80th anniversary of Fidel Castro and the President of Indonesia , Soekarno , to Cuba .
Bung Karno Stadium in 1962 .
Sukarno name ever immortalized as the name of a sports stadium in 1958 . The building , the Bung
Karno Stadium , was established as a means of organizing the purposes of the 1962 Asian Games IV in
Jakarta . During the New Order , the sports complex was renamed the Gelora Senayan . But according to
the decision of President Abdurrahman Wahid , Gelora Senayan back to its original name of Bung Karno
Stadium . This is done in order to commemorate the services of Bung Karno . [ 30 ]
After his death , a foundation was made in the name of Sukarno . Two of them are Soekarno Education
Foundation and Yayasan Bung Karno . Sukarno Educational Foundation is an organization that sparked
the idea to build a university with the understanding that taught Bung Karno . The Foundation is led by
Rachmawati Sukarnoputri , Sukarno and three children to Fatmawati . In June 25, 1999 President Jusuf
Habibie Bacharuddin Bung Karno University inaugurated officially forward thinking Bung Karno , Nation
and Character Building to his students . [ 31 ]
Meanwhile , Bung Karno Foundation has a goal to collect and preserve objects of art and belongs
nonseni Soekarno scattered in various regions in Indonesia . [ 32 ] The Foundation was established on
June 1, 1978 by the eight sons and daughters , namely Soekarno Soekarnoputra Guntur , Megawati
Sukarnoputri , Rachmawati Sukarnoputri , Sukmawati Sukarnoputri , Soekarnoputra Thunder , Typhoon
Soekarnoputra , Bayu Soekarnoputra , and Kartika Sari Dewi Sukarno . [ 32 ] in 2003 , the Foundation
opened the booth at the Bung Karno Jakarta Fair Arena . [ 10 ] in its booth display video speech
Soekarno titled "Indonesia Sues " delivered in 1930 Landraad Building and photographs during the
Sukarno became president . [ 10 ] in addition to showing videos and photos , many souvenirs sold at the
booth Sukarno . [ 10 ] among these are the socks , gold watch , gold coins , CDs containing speeches
Sukarno , Sukarno and postcards . [ 10 ]
Someone named Soenuso Goroyo Sukarno claimed to have inherited property Sukarno . [ 10 ] Soenuso
claimed a former sergeant of the Air Defense Artillery Battalion Medium . [ 10 ] He never shows objects
that are considered as Sukarno's legacy to reporters at his house in Cullinan , Bogor . [ 10 ] these objects
include a slab of pure 24- karat yellow gold is registered in the register JM London gold , white gold
horseshoe stamp JM Mathey London as well as yellow metal plaque with the words long spell grants the
deposits . [ 10 ] there are also money UBCN ( Brazil ) and Yugoslavia as well as certificates of deposit
guaranty bonds in Swiss Bank and Bank Netherland . [ 10 ] Although gold is indicated by Soenuso
certified but there are no experts who ensure the authenticity of the gold . [ 33 ]
Awards [edit | edit source ]
During his life , Soekarno get honorary doctorates from 26 universities in and outside the country . [ 34 ]
Universities and colleges in the country which gave an honorary degree to Soekarno including the
University of Gajah Mada ( 19 September 1951 ) , Institut Teknologi Bandung ( 13 September 1962 ) ,
University of Indonesia ( February 2, 1963 ) , University of Hasanuddin ( 25 April 1963 ) , Jakarta State
Islamic Institute ( December 2, 1963 ) , Universitas Padjadjaran ( December 23, 1964 ) , and the
University of Muhammadiyah ( August 1, 1965 ) . [ 34 ] While the , Columbia University ( USA ) ,
University of Berlin ( Germany ) , University of Lomonosov ( Russia ) , and Al - Azhar University ( Egypt ) is
a foreign university which awarded Sukarno with honorary doctorates . [ 34 ]
In April 2005 , Sukarno, who had died during the 35 years of the award-winning South African President
Thabo Mbeki . [ 10 ] The award is an award of first class The Supreme Order of the Companions of OR
Tambo is awarded in the form of medals , pins, sticks , and badges are all coated with gold . [ 10 ]
Sukarno get the award because it was judged to have developed for the international solidarity against
oppression by the developed countries and has been an inspiration to the people of South Africa in the
fight against colonialism and apartheid free themselves from . [ 10 ] the award ceremony held at the
Presidential Office and the Union Buildings in Pretoria attended by Megawati Sukarnoputri representing
his father in accepting the award . [ 10 ]
Google Translate for Business:Translator ToolkitWebsite Translator