Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Tuberkulosis
1. Pengertian
Menurut Price (1995) tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis.
Tuberkulosis adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan basil
tuberkel.(Brunner dan Suddart,1989)
Menurut Departemen kesehatan RI (1997) tuberkulosis adalah sebuah
penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberkulosis, kuman tersebut biasanya masuk kedalam
tubuh manusia melalui udara pernafasan kedalam paru.
2. Patofisiologi
Kuman Mycobacterium tuberkulosis masuk melalui saluran
pernapasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan
infeksi tuberkulosis terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi yang
mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang
sudah terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus
biasanya akan membangkitkan peradangan atas paru-paru atau dibagian
atas lobus bawah basil tuberkel membangkitkan peradangan. Basil juga
menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening regional.
Leukosit polimorfonuklear tampak pada lobus dan memfagosit bacteria
31
32
namun tidak membunuh bakteri tersebut. Setelah berhari-hari maka
leukosit diganti oleh makrofag. Makrofag yang mengadakan infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
tuberkel epiteloid yang dikelilingi limfosit. Reaksi ini membutuhkan
waktu 10-20 hari. Makrofag sebagai sel efektor yang memberikan respon
imunitas untuk mengendalikan penyakit sedangkan limfosit adalah sel
imunoresponsifnya. Tipe imunitas lokal melibatkan makrofag yang
diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinya. Respon inlah
yang disebut respon hipersensitivitas.
Adanya reaksi hipersensitivitas adalah yang mengakibatkan respon
peradangan dan nekrosis jaringan. Nekrosis bagian sentral lesi
memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju., dimana disebut
nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dapat
mengalami respon pencairan dan bahan cair lepas ke bronkus yang
kemudian menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari
dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkial. Proses
ini dapat terulang kembali di bagian lain dari paru-paru dan basil akan
terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Bila peradangan
mereda lumen bronkus menyempit dan tertutup oleh jaringan parut. Bahan
perkejuan yang mengental tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan. Penyakit
dapat menyebar melalui getah bening dan atau pembuluh darah, dan dapat


33
Pathway
Faktor Etiologi
Kuman Mycobacterium tuberkulosis



Sanitasi lingkungan yang buruk
Daya tahan tubuh yang sedang menurun
Gizi buruk
Perilaku/kebiasaan
Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi
Sosial ekonomi yang rendah


objek yang terinfeksi, tanda-tanda :
Batuk darah
Pneumothorak spontan(paru kolaps karena kerusakan
jaringan paru)
Bronchiektasis, fibrosis pada paruakumulasi sekret akibat
melehnya pengkejuan pada jaringan paru


5 KMK
ketidakmampuan mengenal masalah
ketidakmampuan mengambil keputusan
ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit
ketidakmampuan memodifikasi lingkungan
ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan




Penigkatan produksi Batuk Inflamasi pada laring Infllamasi pada
Sputum mukosa


Akumulasi sputum > inhalasi resti komplikasi/memberatnya peningkatan
dijalan napas droplet masalah asam
lambung

resiko terjadi penularan mual, muntah

resti bersihan batuk berdarah
jalan napas tidak efektif kerusakan jaringan paru, anoreksia
kematian, dll.


obstruksi jalan napas nutrisi kurang
dari
kebutuhan





34
menimbulkan lesi pada organ lain yang bisa sembuh sendiri, disebut
dengan penyebaran limfe hematogen. (Price and Wilson,1995)
3. Tanda dan gejala
Tanda yang sering muncul adalah:
1. Anoreksia (penurunan nafsu makan)
2. Berat badan menurun
3. Demam
4. Mudah lelah
5. Sesak napas
6. Sakit kepala
7. Nyeri dada
8. Berkeringat pada malam hari
9. Malaise
10. Batuk produktif
11. Hemoptisis (batuk darah)
(Anonimous, Keperawatan Medikal Bedah, 2000)
4. Komplikasi
a. Komplikasi dini menurut Nelson (1999), antara lain:
1. pleuritis, yaitu radang pada selaput pembungkus paru
2. efusi pleura
3. emfiema
4. laringitis
5. menjalar keorgan lain misalnya usus, otak dan tulang

35
b. Komplikasi lanjut menurut Nelson (1999) antara lain
1. Obstruksi jalan nafas
2. Kerusakan parenkim berat
3. Syndrom gagal nafas
4. Karsinoma paru
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita TBC :
a. Inspeksi
o Tubuh kelihatan kurus, postur tubuh cenderung membungkuk,
tampak lemah .
o Muka pucat (Sianosis)
o Pasien tampak gelisah.
o Batuk batuk.
o Sesak nafas
b. Palpasi .
Dada : Untuk mengetahui pengembangan paru kanan kiri seimbang atau
tidak .
Cara : Pasien disuruh mengucapkan angka 77 dan tangan perawat
diletakkan di atas dada pasien sambil membedakan gerakan paru kanan
dan kiri.
c. Perkusi
Dada : Suara perkusi pekak

36
d. Auskultasi : di dapat tanda tanda ronchi, sesak nafas menjadi
bronchovaskuler bronchial .adanya sekret menimbulkan suara tambahan
ronchi atau kering
(Potter, 1996)
6. Pemeriksaan penunjang pada penderita TBC
1. Pemeriksaan darah tepi umumnya akan memperlihatkan adanya :
a. Anemia , terutama bila penyakit gejala menahun
b. Laju endap darah meningkat terutama pada Fase akut dan umumnya
nilai nilai tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan TBC
2. Pemeriksaan radiologi
a. Bayangan lesi radiologi yang terletak pada paru
b. Bayangan yang berawan ( adanya bayangan yang memutih )
c. Adanya kuantitas tunggal atau ganda pada paru
3. Pemeriksaan bakteriologi (Sputum)
Di temukanya mycobacterium tuberkulosis dari dahak penderita TBC
4. Uji tuberkulin
Hasil positif pada orang dewasa kurang bernilai
(Arief , 1999 )
7. Penatalaksaan
Pengobatan TBC menurut standar DOTS
a. Dilakukan 6 bulan sampai 1 tahun tanpa putus-putus
jangka panjang terdiri dari : Streptomysin, INH, B-6, Pyrazinamid
jangka pengobatan 12 bulan (52 minggu) dengan cara pemberian :

37
tahap intensif (24 kali pengobatan) :
Streptomysin =0,7 gr
INH =400 mg
B-6 =10 mg
Pyramidel =100 mg
Diberikan selama 8 minggu setiap 48 kali pengobatan
Tahap intermitten : penderita mendapat pengobatan 2 kali seminggu
selama 48 minggu (96 kali pengobatan berupa Streptomycin 0,75 gr,
INH 700 mg ditambah B-6 10 mg)
J angka pendek terdiri dari : Rifampisin, Ethambutol, Vitamin
J angka waktu pengobatan 6-9 bulan dengan cara pemberian :
Tahap intensif penderita mendapat pengobatan setiap hari selama 4
minggu (24 kali pengobatan) berupa :
Rifampisin 450 mg
Ethambutol 100 mg
INH 400 mg
Vitamin B-6 10 mg
Tahap intermitten penderita mendaapat pengobatan 2 kali seminggu
selama 22 minggu (44 kali pengobatan) berupa :
Rifampisin 600 mg
INH 700 mg
B-6 10 mg


38
b . Rujukan pelayanan kesehatan
Dapat dilakukan di Puskesmas, BP-4, Rumah sakit.

B. Konsep keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluaraga, dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.(Departemen
kesehatan RI,1998)
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
didalam perananya masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan. (Bailon dan Maglaya, 1989)
Keluarga adalah dua atau lebih individu bergabung karena ikatan
tertentu untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional dan
mengidentifikasi diri mereka dari bagian keluarga.(Friedman, 1998)
Kesimpulan dari beberapa definisi diatas keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih, diikat oleh
adanya suatu ikatan perkawinan, hubungan darah, adaptasi/hubungan
emosi, hidup dalam suatu rumah atau jika terpisah tetap mempertahankan
satu sam lain anggota keluarga berinteraksi satu dengan yang lainnya,
setiap anggota mempunyai peran masing-masing dan mempunyai tujuan

39
menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan
fisik, psikologis, sosial anggotanya.
2. Tipe keluarga
Tipe keluarga keluarga tradisional antar lain ; a. keluarga inti
(Nuclear family)yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak; b. Keluarga
besar (extended family) yang terdiri dari keluarga inti ditambah sanak
keluarga, misalnya : nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman bibi
dan lain sebagainya; c. Keluarga berantai (serial family) merupakan
keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu
kali dan merupakan keluarga inti; d. Keluarga dyad (dyad family) adalah
satu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak; e. Keluarga
berkomposisi (composite family) keluarga yang berpoligami dan tinggal
bersama; e. Keluarga tunggal (single parent) suatu rumah tangga yang
terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau angkat).
3. Ciri-ciri keluarga:
a. Ciri-ciri keluarga menurut Effendy (1998) antara lain: terdiri dua orang
atau lebih, ada ikatan perkawinan atau pertalian darah, hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu dengan yang lain, tiap anggota
punya peran, dibawah asuhan kepala keluarga, menciptakan dan
mempertahankan kebudayaan.
b. Ciri-ciri keluarga menurut Carter antara lain : terorganisir, saling
berhubungan, saling ketergantungan satu sama lain, ada keterbatasan,
setiap anggota keluarga mempunyai kebebasan tetapi juga mempunyai

40
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan perannya masing-masing,
ada perbedaan dan kekhususan, setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsi masing-masing.
4. Peran keluarga
Peran keluarga menurut Effendy (1998) menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari
oleh harapan dan pada perilaku dari keluarga kelompok masyarakat. Peran
masing-masing anggota keluarga antara lain adalah sebagai berikut:
a. Peran ayah :
Sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak mempunyai peran
sebagai penyedia (provider) yaitu mencari nafkah, sebagai kepala keluarga
yaitu mengatur rumah tangga, pendidik termasuk peran perawatan anak,
pelindung dan pemberi rasa aman, peran persaudaraan (memelihara
hubungan keluarga), peran teraupetik, yaitu memenuhi kebutuhan afektif
pasangan, peran seksual untuk meneruskan keturunan, sebagai anggota
masyarakat dan kelompok.
b. Peran ibu
Peran ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anak mempunyai peran
sebagai berikut : pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-
anak yaitu dalam perawatan dan sosialisasi anak, pelindung terutama anak-
anak, peran teraupetik untuk kebutuhan afektif dengan pasangan, peran
seksual untuk meneruskan keturunan, peran sosial sebagai anggota

41
masyarakat dan lingkungan, pencari nafkah tambahan, peran dari
persaudaraan.
c. Peran anak
Melakukan peran psikososial sesuai tingkat perkembangan fisik
mental, sosial, spiritual.
d. Peran kakek nenek
Sebagai anggota keluarga mempunyai peran sebagai berikut : peran
sosial, hadir dalam keluarga, pengawal yaitu menjaga dan melindungi jika
dibutuhkan, negosiator antara anak dan orang tua, partisipasi dan kontruksi
sejarah sosial keluarga untuk menciptakan keterkaitan keluarga masa lalu,
sekarang dan yang akan datang.
5. Tugas kesehatan keluarga (Friedman, 1998) meliputi :
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Mengambil keputusan dalam pelaksanaan tindakan yang tepat
c. Memberi perawatan pada keluarga yang sakit
d. Menciptakan atau mempertahankan suasana yang sehat dan
memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan
dan perkembangan pribadi anggota keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
6. Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall (1977):
a. Tahap pembentukan keluarga
b. Tahap ini dimulai dari pernikaghan yang dilanjutkan dalam
membentuk rumah tangga.

42
c. Tahap menjelang kelahiran anak
d. Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai
gnerasi penerus.
e. Tahap menghadapi bayi
f. Keluarga mengasuh, mendidik memberikan kasih sayang pada anak.
g. Tahap menghadapi anak prasekolah
h. Tahap ini anak sudah mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai
bergaul dengan teman-teman sebayanya tetapi rawan dalam masalah
kesehatan.
i. Tahap menghadapi anak sekolah
j. Tahap ini bagaimana mengajari anak menghadapi massa depannya.
k. Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini adalah yang paling rawan, dalam tahap ini anak akan
mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya.
l. Tahap berdua kembali
setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendieri
tinggalah suami istri berdua saja.
m. Tahap masa tua
n. Tahap ini masuk tahap lanjut usia dan kedua orang tua mempersiapkan
diri meninggalkan dunia yang fana ini.


43
Tahap perkembangan anak
Adapun tahap perkembangan anak yang harus dilakukan oleh anak
Toodler (usia 1 - 3 tahun ) yaitu :
Kararateristik fisik :
a. Berat Badan.
1) Penambahan berat badan anak toodler kurang lebih 1 - 1,5 kg per
tahun
2) Berat rata - rata 10 - 12 kg. (Kartu Menuju Sehat )
b. Tinggi Badan.
1) Pertumbuhan tinggi badan 3 - 5 cm / tahun.
2) Tinggi rata - rata 95 - 100 cm ( Betz Cecily L, 2002)
c. Postur tidak ada lordosis lagi.
d. Tahap pertumbuhan dan perkembangan usia Toodler :
1) Perkembangan motorik kasar yaitu :
Anak aktif, mampu berdiri sendiri, berjalan mundur, berjalan naik
tangga dan berlarian kecil.
2) Pertumbuhan motorik halus / adaptif yaitu :
Mampu meraih suatu benda, mengambil, memegang dan
memindahkan benda dengan baik serta mencorat - coret di kertas.
3) Perkembangan personal social / pengertian usia yaitu :
Dapat tersenyum dan bertepuk tangan secara spontan, dapat minum
dengan cangkir, menggunakan sendok dan garpu selama makan
dan dapat membuka pakaian sendiri.

44
4) Perkembangan bahasa dan bicara yaitu :
Dapat tertawa, berteriak, menoleh pada sumber bunyi, menirukan
kata-kata, mengoceh sendiri dengan 1, 2, 3 kata bahkan sampai 6
kata.( WK Ffrankenburg dan J B Dodds c, 1990 )
5) Bermain anak yaitu pada tahap :
Ditandai dengan ketertarikan anak pada benda-benda yang baru
dilihat. Melihat mainan sebagai benda asing yang menyenangkan.
Peran orang tua dengan mewaspadai respon anak bermain dan
dirangsang dengan stimulus mainan yang aman, tidak perlu mahal,
yang dapat meningkatkan nilai kesehatan dan perkembangan anak
yaitu seperti mainan yang terbuat dari plastik ( Marcia Sanhope
J eannette Lancaster, 1998 )

mengambil tindakan
Memperkenalkan kepada keluarga alternatif yang dapat mereka pilih
dan sumber-sumber yang diperlukan dalam melakukan tindakan
keperawatan
Merundingkan dengan Proses Asuhan Keperawatan Keluarga
Dalam proses perawatan kesehatan keluarga terdapat hubunganya yang
dinamis dan sistematis untuk nmenggambarkan perkembangan dari tahap yang
satu ke tahap yang lain dengan tahap sebagai berikut :
1. Pengkajian

45
Pengkajian keluarga yang dilakukan untuk memperoleh data berdasarkan
pola pengkajian Friedman (1998).
Menurut pola pengkajian asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
TBC menurut Friedman (1998) yang harus dikaji saat melakukan wawancara
adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi data
Nama Keluarga
Umur masing-masing keluarga
TBC pada umumnya terbanyak ditemui pada anak-anak karena anak-
anak lebih rentan terhadap penyakit infeksi. (Warta Posyandu, 1998)
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat Keluarga
Status iminusasi
Dengan memberikan imunisasi dapat memberikan kekebalan
terhadap penyakit-penyakit tertentu. Cara yang terbukti efektif dan
spesifik mencegah terjadinya penyakit TBC adalah dengan imunisasi
BCG.
Status nutrisi
Gizi pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap
penyakit-penyakit infeksi, tetapi sebaliknya kekurangan gizi akan
berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit. (Soekidjo Notoadmojo,
1997).

46
Kebiasaan makan yang tidak diperhatikan dapat memperburuk
kesehatan khususnya bagi penderita TBC. Penderita TBC biasanya
mengalami anoreksia atau nafsu makan menurun. (Doenges, 2000)


2. Komposisi Keluarga
Keluarga yang terdiri dari keluarga besar atau kepadatan penduduk rumah
yang terlalu tinggi merupakan faktor yang merugikan, karena resiko penularan
dari orang ke orang secara fekal-oral, penularan percikan droplet dan tebaran
udara (aerosol) lebih besar. (P. Bres,1995)
3. Tipe keluarga
Tipe keluarga berdasarkan komposisi keluarga yang tinggal serumah,
apakah termasuk jenis keluarga inti, keluarga besar, keluarga berantai,
keluarga dyad, keluarga berkomposisi ataukah keluarga tunggal.
4. Tipe Bentuk Budaya
Tipe keluarga besar lebih berpengaruh terhadap status kesehatan terutama
TBC. Perilaku hidup sehat dan bersih merupakan modal utama dalam
mencegah penyakit.
5. Pola spiritual
Agama yang dianut oleh keluarga mempengaruhi kepercayaan tentang
suatu penyakit dan bagaimana seharusnya anggota keluarga yang sakit
ditangani. Sehingga informasi-informasi tentang keyakinan beragama harus
dimasukkan dalam pengkajian. (Tripp-Reimer,1984)

47
6. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi, sebuah komponen kelas sosial, mengacu pada
tingkat pendapatan keluarga dan sumber pendapatan. Salah satu fungsi dasar
keluarga adalah tersedianya dukungan ekonomi yang memadai dan
pengalokasian sumber pendapatan, selain itu juga pengeluaran harus
diperhitungkan. Manajemen keuangan yang buruk dapat atau tidak
membahayakan kesehatan anak, yaitu dipastikan tidak ada dana khusus yang
dialokasikan untuk kesehatan. (Depkes RI, 2002)
Kebiasaan hidup yang kurang memperhatikan kesehatan dan kebersihan
lingkungan beresiko terserang TBC. (Nadesul, 1996)
7. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga yang terlalu sibuk sehingga tidak cukup waktu untuk kumpul
keluarga ataupun rekreasi sehingga kurang mengenali aktivitas anggota
keluarganya sendiri.(Friedman, 1998)
8. Stuktur keluarga, meliputi:
8.1. Pola komunikasi yang diterapkan dalam rumah tangga, bahasa yang biasa
digunakan untuk berkomunikasi, dan penghambat dalam berkomunikasi.
8.2. Struktur peran masing-masing anggota keluarga
Mampukah masing-masing keluarga melakukan perannya sebagai
anggota keluarga dan sejauh mana peran yang dilakukan masing-masing
anggota keluarga apakah bisa saling memberi dukungan satu sama lain.
8.3. Struktur dan kekuatan keluarga

48
Mampukah keluarga mengambil keputusa tentang semua masalah yang
sedang dihadapi, dan siap pengambil keputusan utama dalam keluarga.
8.4. Nilai dan norma keluarga
Seberapa besar keyakinan dalam kelurarga tentang masalah yang sedang
dihadapi sehingga keluarga dapat segera mengambil keputusan sebagai
faktor pendukung utama bagi terselesaikannya masalah kesehatan
keluarga.
9. Fungsi keluarga
Sejauh mana masing-masing anggota keluarga melaksanakan fungsinya
antara lain termasuk fungsi afektif dalam menyelesaikan masalah, fungsi
sosialisasi dalam melakukan interaksi baik sesama anggota keluarga maupun
dengan orang lain, fungsi kesehatan seperti yang dikemukakan oleh Friedman
5 KMK antara lain dalam mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat
anggota keluarga yang sakit, memelihara dan memodifikasi lingkungan dan
menggunakan sumber di masyarakat. Fungsi kesehatan keluarga juga
mengenai kebiasaan diet keluarga mempengaruhi status gizi sebagai faktor
pendukung, pola istirahat dan tidur mempengaruhi status ketahanan tubuh,
kebiasaan mengkonsumsi obat atau zat aditif mempengaruhi berhasil atau
tidaknya pengobatan, pola perawatan diri mempengaruhi proses penularan dan
hygiene seseorang, lingkungan dan riwayat kesehatan keluarga berpengaruh
dalam bertambah parah atau tidak masalah kesehatan yang dialami keluarga.
(Effendy, 1998)
10. Koping keluarga

49
Stresor yang muncul baik jangka pendek maupun jangka panjang serta
koping yang digunakan untuk menghadapi stresor yang muncul sehingga
dapat menimbulkan masalah yang baru dan harus segera diselesaikan


11. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Meliputi perkembangan kelurga saat ini maupun sebelumnya. TBC sering
ditemui pada anggota keluarga yang terdiri dari anak-anak terutama balita.
(Warta posyandu, 1998)
Keluarga tidak ditekankan pada riwayat keturunan karena penyakit TBC
bukan penyakit keturunan atau kongenital. (Nadesul, 1996)
Data Lingkungan
1. Karekteristik rumah
Rumah yang lembab dan basah banyak air yang terserap di dinding
tembok dan cahaya matahari yang kurang, juga memudahkan penyakit
TBC mudah menular .
Rumah yang sempit dan perkampungan yang padat menyebabkan berbagai
kuman mudah menjalar dari orang ke orang lain .
Rumah dengan ventilasi yang sempit atau tidak ada akan menyebabkan
sinar matahari tidak dapat masuk dan pertukaran udara tidak dapat
berlangsung .
Lantai yang jarang dibersihkan, banyak mengandung debu atau lembab,
tanah yang berasal dari berbagai tempat dan mengandung bakteri dan

50
lantai yang basah merupakan sarang penyakit.(Soekidjo Notoatmodjo,
1997)
2. Karekteristik tetangga dan masyarakat :
Tempat tinggal di daerah kumuh dan perumahan yang padat atau tinggal di
daerah industri , kondisi tempat tinggal dan jalan buruk atau berdebu . Sanitasi
jalan dan rumah kotor dan tidak terawat serta tidak adanya tempat
pembuangan sampah yang layak.(Depkes RI, 2002)
3. Karekteristik Demografi
Umur penderita TBC 15 60 tahun yang berasal dari golongan tenaga
kerja produktif (Suparman, Sarwono Waspadji, 1990)
J enis kelamin , pada wanita angka prevalensinya lebih rendah dan
peningkatanya lebih sedikit daripada laki laki (Crofton, 1998)
J enis pekerjaan berat akan lebih tinggi pengaruhnya untuk terjadi kasus
TBC.
Kelas sosial ekonomi ke bawah , tempat tinggal , kepadatan penduduk dan
tempat pelayanan kesehatan yang menimbulkan resiko TBC . (Depkes RI,
2001)
4. Fasilitas pelayanan kesehatan
Yang menjadi penghambat dalam pemanfaatan fasilitas pelayanan
kesehatan pada umumnya antara lain karena jarak rumah dengan Fasilitas
kesehatan yang sulit di jangkau. Macam sumber pelayanan yang dapat di
tempuh : Puskesmas, rumah sakit , Poliklinik tidak selalu terjangkau disemua

51
daerah dan masalah fasilitas transportasi : tidak tersedianya transportasi yang
memadahi untuk menjangkau tempat pelayanan kesehatan.

2 . Menganalisa data
Dalam menganalisa data terdapat tiga norma yang perlu diperhatikan yaitu:
2.1. Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga meliputi:
kesehatan fisik, mental, sosial dan perkembangan anggota keluarga
keadaan gizi anggota keluarga
status imunisasi anggota keluarga
kehamilan dan keluarga berencana
2.2.. Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan
2.3.Karakteristik keluarga

3. Menegakkan diagnosa keperawatan
Setelah membuat perumusan dalam prioritas masalah dilakukan penegakan
diagnosa masalah. Diagnosa perawatan adalah pernyataan tentang faktor yang
mempertahankan respon / tanggapan yang tidak sehatdan menghalangi perubahan
yang diharapkan setelah menentukan masalah atau diagnosa keperawatan keluarga
harus didasarkan pada kriteria sebagai berikut :
3.1. Sifat masalah dikelompokkan sebagai berikut:
Ancaman kesehatan
Keadaan sakit atau kurang sehat
Situasi krisis

52
3.2. Kemungkinan masalah dapat diubah
3.3. Potensi masalah dapat dicegah
3.4. Masalah yang menonjol



Masalah kesehatan yang muncul pada keluarga dngan TBC
ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan
keperawatan ada 5:
1. Ketidakmampuan kelurga dalam mengenal masalah kesehatan yang
disebabkan oleh:
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang TBC
Rasa takut terhadap akibatnya bila masalahnya diketahui
Sikap dan falsafah hidupnya yang sulit dihindari seperti kebiasaan
merokok, minum minuman keras atau yang mengandung alkohol yang
berlebihan.
2. Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan serta dalam
melakukan tindakan yang tepat tentang TBC berhubungan dengan :
Tidak memahami tentang beratnya sifat masalah seperti akibat lanjut yang
bisa ditimbulkan.
Ketidakmampuan keluarga dalam memecahkan masalah karena kurangnya
pengetahuan dan sumber daya keluarga seperti ltar belakang pendidikan
dan keuangan keluarga.

53
Kurangnya kepercayaan terhadap petugas kesehatan dan kesalahan
informasi terhadap tinakan yang diharapkan terhadap masalah TBC.
Ketidakmampuan keluarga memilah tindakan diantara beberapa alternatif
perawatan dan pengobatan terhadap penyakit TBC.


3. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
berhubungan dengan:
a. Tidak mengetahui keadaan penyakit TBC misa tentang sifat penyakit TBC,
penyebab dan penyebaran penyakit TBC, tanda dan gejala yang yang
menyertai penyakit TBC.
b. Rasa takut terhadap akibat dari tindakan yang berkaitan dengan sumber
Sumber yang ada keluarga misalnya : keuangan dan keluarga yang
bertanggung jawab .
c. Kekurangan pengetahuan tentang prosedur perawatan penyakit TBC.
4. Ketidakmampuan keluarga untuk memelihara lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi TBC berhubungan dengan :
a. Kurangnya pengetahuan akan manfaat dan keuntungan dari pemeliharaan
lingkungan rumah .
b. Kurangnya sumber daya keluarga misalnya : keuangan , keadaan fisik
rumah yang kurang memenuhi syarat .
c. Ketidaktahuan akan pentingnya sanitasi lingkungan .
d. Kurangnya pengetahuan akan usaha pencegahan penyakit TBC.

54
5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk
pengobatan dan konsultasi tentang TBC berhubungan dengan :
a. Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada misaknya : posyandu,
puskesmas, dan rumah sakit .
b. Tidak memahami keuntungan dan memanfaatkan fasilitas yang ada .
c. Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat .
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien TBC
dikeluarga:
1. Gangguan pertukaran gas ...................................................(Doenges, 1999)
2. Ketidakefektifan jalan napas .............................................(Carpenito, 1997)
3. Resiko terjadinya penularan. .............................................(Doengos, 1999)
4. Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan .... (Carpenito,
1997)
5. Gangguan pola tadur ........................................................ (Carpenito, 1997)
6. Resiko terjadinya komplikasi/memberatnya masalah ......(Carpenito, 1999)
Masing-masing masalah dapat dilakukan intervensi melalui pendidikan
kesehatan maupun tindakan keperawatan sebagai berikut :
Fokus Intervensi
DX. 1 Gangguan Pertukaran Gas
1. kognitif
- Memberi penyuluhan tentang pengertian, tanda gejala,
faktor pencetus dan perawatannya.

55
- Beri tahu pada penderita untuk membatasi aktivitasnya agar
tidak terlalu capai dalam bekerja.
- Memodifikasi lingkungan seperti lantai rumah yang
berdebu, fentilasi udara kurang, rumah yang pengab dan
kotor.
2. psikomotpr
- Beri minum hangat.
- Beri minum sari jeruk dicampur dengan kecap/madu 3 kali
sehari.
- Anjurkan penderita untuk tirah baring dan membatasi
aktivitas.
- Kaji sesak nafas dan adanya peningkatan pernafasan.
3. afektif
- Rujuk penderita untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium GGA dan pemberian therapi oksigen jika
diperlukan diRumah Sakit.
DX. II Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas.
Adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami suatu
ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan
sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif.
(Carpenito, 2000)
Data mayor antara lain batuk takefektif atau tidak ada batuk,
ketidakmampuan mengeluarkan sekresi jalan napas.

56
Data minor antara lain bunyi napas abnormal, frekuensi, irama,
kedalaman pernapasan abnormal.
Intervensi :
1. afektif
- Berikan penyuluhan kesehatan tentang penyebab, tanda dan
gejala perawatan TBC.
- Memperbaiki lingkungan rumah yang kotor, pengab dan
berdebu.
2. psikomotor
- Berikan minum hangat.
- Inhalasi uap panas.
- Pemberian posisi setengah duduk.
3. afektif
- Memberikan postural drainage.
- Melatih klien untuk batuk efektif.
- Rujuk ke pelayanan kesehatan jika keluhan masih
memberat.
- Peningkatan peran serta keluarga dalam profesi darah
sekunder dan memberi dukungan moral pada penderita.
DX. III Resiko Terjadi Penularan
Intervensi :
1. kognitif
- Penyuluhan tentang bagaimana cara penularan TBC.

57
- Pendidikan kesehatan tentang personal higiene seperti
menutup mulut saat batuk, tidak meludah di sembarang
tempat, mencuci tangan sebelum makan.
2. psikomotor
- Perbaikan sanitasi lingkungan seperti rumah harus
berventilasi, jendela selalu dibuka agar sirkulasi udara baik.
- Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara makan
makanan yang bergizi dan minum vitamin seperti vit. C.
3. afektif
- Kolaborasi dengan tim kesehatan seperti tentang fisioterapi.
- Rujuk ke Poliklinik, Puskesmas, Rumah Sakit bila penyakit
TBC berlanjut.
- Menyadarkan masyarakat untuk menerima penderita TBC
dengan dukungan moral dan tidak mengasingkanya.

DX. IV Resiko Terhadap Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh.
adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami yang
tidak mengalami puasa atau berisiko mengalami penurunan berat
badan yang berhubungan dengan tidak cukupnya masukan atau
metabolisme nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Batasan karakteristik perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan meliputi data mayor seseorang yang mngalami puasa

58
dilaporkan atau mempunyai ketikcukupan masukan makanan,
kurang dari yang dianjurkan sehari-hari dengan atau tanpa
terjadinya penurunan berat badan dan atau kebutuhan metabolik
atau potensial pada kelebihan masukan tehadap penurunan berat
badan. (Carpenito, 1998).
Data minor meliputi berat badan kurang dari normal dan tinggi
kerangka tubuh dibawah normal, kelemasan, turgor kulit buruk,
penurunan kapasitas pengikat zat besi (Anemia). (Carpenito, 1998).
Tanda-tanda kurang gizi menurut Doenges (1999) antara lain
anoreksia, turgor kulit buruk, banyak keringat, penurunan berat
badan atau berat badan kurang dari normal.
Intervensi :
1. Kognitif
- Penyuluhan tentang pentingnya nutrisi untuk meningkatkan
daya tahan tubuh pada penderita TBC.
- Ajarkan keluarga susun menu seimbang untuk penderita
terutama diit TKTP seperti nasi, sayuran hijau, telur, ikan,
lauk dan buah buahan.
2. Psikomotor
- Pemberian makanan yang bergizi yaitu TKTP dan buah
buahan.
- Beri porsi makanan yang kecil tapi sering.

59
- Pemberian vitamin seperti B complek untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
3. Afektif
- Segera membawa ke pelayanan kesehatan bila diketahui
ada tanda tanda nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh.
- Kolaborasi dengan tim ahli gizi ( bagaimana nutrisi yang
baik )
DX. V Gangguan Pola Tidur
Adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko
mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau pola istirahatnya
yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya
hidup yang diingininya. (Carpenito, 2000)
Batasan mayor: kesukaran tidur atau terus tidur
Batasan minor: keletihan waktu bangun pada pagi hari atau
sepanjang pagi, tidur sejenak sepanjang hari, agitasi, perubahan
suasana hati.
Inetervensi :
1. Kognitif
- Penyuluhan tentang pentingnya pola tidur yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh bagi penderita TBC.
2. Psikomotor
- Memodifikasi lingkungan yang mendukung kebutuhan
tidur (ciptakan rasa nyaman)

60
- J angan beraktivitas berlebihan
- Anjurkan teknik massase, distraksi sebelum tidur (Pijat
pada punggung)
- Usahakan tempat tidur yang nyaman bersih, tidak tidur di
lantai dan pisahkan dari anggota keluarga yang lain.
3. Afektif
- Batasi minum yang mengandung kafein.
- Kolaborasi dengan tim keehatan tentang efek pemakaian
obat tidur.
DX. VI Resiko Terjadi Komplikasi
1. kognitif
- Penyuluhan tentang komplikasi TBC.
- Perawatan TBC secara dini.
- Menghindarkan dari faktor penyebab TBC.


2. psikomotor
a. Perawatan dan pengobatan yang menderita TBC secara
dini.
- J ika batuk berikan obat tradisional misalnya berikan
sendok teh sari jeruk dengan madu/kecap 3x sehari.
- J ika demam kompres pada bagian dahi/dilipatan ketiak.
- J ika sesak nafas, suruh istirahat dalam posisi duduk.

61
- Berikan minuman yang cukup (jangan air es)
- Banyak istirahat
- Beri makanan bergizi
- Hindarkan dari hawa dingin.
b. Perbaikan sanitasi lingkungan
- Buang sampah pada tempatnya.
- J angan meludah pada tempatnya.
- Menutup dengan tisu bila batuk.
3. Afektif
Bila sakit berlanjut segera bawa ke pelayanan kesehatan agar
mendapat perawatan yang optimal.





4. Kerangka Proses pencegahan TBC
Input Proses Out put
1. Data Demografi ,umur
, jenis kelamin dan
jenis pekerjaan
2. Kebiasan sehari hari
: makan, tidur ,
1. Mengikutsertakan
keluarga dalam
mengatasi penyakit
TBC dalam
menjalankan 5 tugas
Memandirikan klien dan
keluarga untuk
melakukan 5 tugas
keluarga di bidang
kesehatan meliputi :

62
aktivitas. Interaksi
sosial .
3. Faktor sosio budaya
4. Faktor lingkungan
5. Imunisasi BCG
Riwayat kesehatan
keluarga .
2. Meningkatkan peran
dalam pelaksanaan 5
tugas keluarga untuk
mengatasi masalah
penyakit TBC .
1. Mampu mengenal
masalah TBC .
2. Mampu mengambil
keputusan masalah
TBC .
3. Mampu memelihara
lingkungan rumah .
4. Mampu
menggunakan
fasilitas kesehatan
dan lingkungan
5. Mampu merawat
anggota keuarga
yang sakit


5. Perencanaan
Langkah yang dilakukan setelah menegakkan diagnosa adalah menyusun
perencanaan perawatan kesehatan dan keperawatan keluarga. Adapun rencana
keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat
untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan
yang telah diidentifikasikan. Membuat rencana perawatan adalah untuk:

63
Memberikan perawatan yang khusus, karena dapat mempermudah
penyampaian perawatan yang tepat bdengan memperhatikan keunikan si
penerima
Membantu mementukan prioritas masalah dengan memberikan data-data
tentang keadaan dan sifat masalah
Mengembangkan komunikasi yang sistematis antara tenaga kesehatan
yang bersangkutan
Menjamin kesinambungan dari perawatan yang diberikan
Melancarkan koordinasi perawatan melalui pemberian informasi kepada
tim kesehatan lainya tentang tindakan yang diberikan oleh perawat.
(Little and Carvenelli,cit,Effendy,1998)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih tindakan keperawatan adalah:
1. Merangsang keluarga mengenal dan menerima masalah adan kebutuhan
kesehatan mereka melalui:
Memperluas pengetahuan keluarga melalui penyuluhan kesehatan
Membantu keluarga melihat situasi dan akibat dari situasi tersebut
Mengembangkan sifat positif dari keluarga
2. Menolong keluarga untuk menentukan tindakan keperawatan
Merundingkan dengan keluarga akibat-akibat bila mereka tidak
keluarga akibat dari tindakan atau kemungkinan side efek yang
mungkin timbul
3. Menumbuhkan keperawatan keluarga terhadap perawat
Memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit

64
Mencari cara untuk mengurangi ancaman kesehatan dan
perkembangan kepribadian para anggotanya
Mengembangkan pola komunikasi dengan keluarga agar terjadi saling
pengertian yang mendalam
Membantu keluarga mengembangkan kesanggupan mereka dalam
memenuhi kebutuhan psikososial para anggotanya.
Perawat harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang sumber yang
ada di masyarakat dan bagaimana memanfaatkannya.

6. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan pada
rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga
a. Sumber daya keluarga
b. Tingkat pendidikan keluarga
c. Adat istiadat yang berlaku
d. Respon dan penerimaan keluarga
e. Sarana prasarana yang ada dalam keluarga.
Beberapa hal yang merupakan faktor penyebab kegaglan dalam pelaksaan
tindakan keperawatan :
a. Kurang pengetahuan tentang kesehatan.
b. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh.
c. Tidak mau menghadapi situasi

65
d. Mempertahankan suatu pola tingkah laku karena kebiasaan yang melekat.
e. Adat istiadat yang berlaku
f. Kegagalan dalam mengkaitkan tindakan dengan sasaran
g. Kurang percaya dengan tindakan yang diusulkan

7. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap penilaian yang menentukan apakah tujuan tercapai.
Evaluasi sangat berkaitan dengan tujuan. Apabila dalam penilaian tujuan tidak
tercapai maka dapat dicari penyebabnya. Hal ini dapat terjadi karena beberapa
faktor:
a. Tujuan tidak realistis
b. Tindakan keperawatan yang tidak tepat
c. Ada faktor lingkungan yang tidak diatasi

Anda mungkin juga menyukai