Anda di halaman 1dari 40

RESPONSI

ILMU BEDAH UROLOGI


BATU SALURAN KEMIH













Pembimbing :
dr. Sakti Hoetama, SpU




Penyusun :
Silvia Suharja, S.Ked
NIM : 2008.04.0.0058




FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2014
BAB I
TINJAUAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. Tri Santosa Budi
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Bomber no. 6 Auri Simogunung Surabaya
Pekerjaan : Guru
Golongan : Askes (non hankam)
Tgl MRS : 11 Mei 2014
Tgl Pemeriksaan : 11 Mei 2014

II. ANAMNESE
1. Keluhan Utama
Nyeri pada waktu buang air kecil

2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke UGD dengan keluhan nyeri pada waktu
BAK, tidak menjalar. Nyeri dirasakan sejak 4 bulan yang lalu.
Selain itu pasien juga mengeluh BAK terasa tidak tuntas. Pada
akhir BAK, pasien BAK terputus, sehingga pasien mengejan dan
merubah posisi sedikit membungkuk untuk melanjutkan BAK.
Pancaran kencing pasien tetap kencang dan tidak ada kencing
yang menetes pada akhir BAK. Pasien mengatakan antara BAK
yang pertama dan selanjutnya berjarak lebih dari dua jam. Pasien
tidak sering terbangun malam hari untuk BAK. Pasien tidak
mengeluh demam, mual dan muntah. Pasien juga tidak mengeluh
nyeri atau kemeng pada daerah pinggang atau pegal-pegal saat
beraktivitas. Pasien tidak merasa anyang-anyangan. Pasien
mengatakan bahwa BAK dalam batas normal, jumlahnya cukup
banyak, warna kuning, tidak ada rasa panas dan tidak ada keluar
batu atau pasir.
1 bulan yang lalu, pasien sempat berobat ke praktek sore di
poli RSAL dr. Ramelan Surabaya. Pasien diminta untuk melakukan
pemeriksaan foto dan USG. Hasilnya ditemukan adanya batu pada
saluran kemih pasien. Pasien juga diperiksa colok dubur oleh
dokter dan dikatakan ukuran prostat pasien dalam batas normal.
Pasien disarankan untuk operasi. Namun karena biaya operasi
mahal, pasien ingin mendaftar BPJS. Sambil mengantri, pasien
tetap kontrol seminggu sekali ke poli RSAL dr. Ramelan Surabaya
dan diresepkan obat. Pasien kontrol selama 3 minggu dan kontrol
terakhir, pasien dijadwalkan operasi tanggal 5 Mei 2014. Namun
tanggal 5 Mei, pasien tidak operasi karena menjaga UNAS.
Tanggal 9 Mei, pasien mengeluh BAK semakin susah dari
biasanya. Namun keesokan harinya, keluhannya berkurang. Dan
akhirnya pada tanggal 11 Mei 2014, pasien datang ke UGD RSAL
dr. Ramelan Surabaya untuk MRS dan dijadwalkan operasi tanggal
12 Mei 2014.
Pasien bekerja sebagai guru. Pasien mengatakan jika sering
memakan sayuran hijau seperti bayam dan kangkung, juga
kebiasaan minum kopi 1 cangkir per hari. Pasien juga mengaku
jarang berolah raga, banyak duduk dan kurang minum air putih.
BAB pasien normal dan tidak ada keluhan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :
2 tahun yang lalu, pasien mengeluh nyeri perut sebelah kanan,
seperti ditusuk-tusuk dan tidak menjalar. Pasien ke UGD RSAL dr.
Ramelan Surabaya, kemudian dilakukan foto. Dokter mengatakan
ditemukan banyak kristal di saluran kemih pasien. Pasien
diresepkan obat selama seminggu dan keluhan tersebut
menghilang.
Riwayat kencing berwarna merah : (-)
Riwayat kencing batu / pasir : (-)
Diabetes mellitus : (-)
Hipertensi : (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga
Diabetes mellitus : (-)
Hipertensi : (-)
Tidak ada anggota keluarga pasien yang pernah sakit seperti
pasien.

5. Riwayat Alergi
Makanan : (-)
Obat : (-)

6. Riwayat Kebiasaan dan Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai guru.
Pasien mengaku kurang minum air putih.
Pasien mengaku sering duduk dalam waktu yang lama.
Pasien mengaku jarang berolahraga.
Pasien mengaku sering mengkonsumsi sayuran hijau seperti
bayam dan kangkung.
Pasien juga kebiasaan untuk meminum kopi.

III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign : Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,3
o
C
RR : 24 x/menit

1. Status Generalis
Kepala : Anemis (-)
Icteric (-)
Cyanosis (-)
Dyspneu (-)

Leher : Pembesaran Thyroid (-)
Pembesaran KGB (-)

Thoraks :
o Cor :
Inspeksi : IC tidak tampak
Palpasi : IC tidak teraba
Perkusi : Bj.Ka : SL dextra ; Bj.Ki : ICS V
MCL sinistra
Auskultasi : S1 S2 tunggal, Gallop (-),
Murmur(-)

o Pulmo :
Inspeksi : normochest, gerak nafas
simetris
Palpasi : sela iga tidak melebar
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas dasar vesikuler,
Rh (-), Wh(-)

Abdomen
o Inspeksi : cembung simetris, tidak ada jejas
o Palpasi : nyeri tekan(-), H/L/R tidak teraba
o Perkusi : timpani
o Auskultasi : Bising usus (+) N

Esktremitas : Akral hangat : (+)
Oedema : (-)

2. Status Urologis
Produksi Urin : (+)

Ginjal
Flank Pain : (-)
Flank Mass : (-)
Nyeri ketok CVA : (-) , bulging (-)

Vesika Urinari
Inspeksi : penonjolan suprapubik (-)
Palpasi : tidak teraba
nyeri tekan (-)
tidak teraba massa
Perkusi : timpani redup

Genitalia eksterna
Penis : Sirkumsisi (+)
Orifisium uretra eksterna :
Discharge : (-)
Radang : (-)
Stenosis : (-)
Kateter : (-)
Skrotum : Radang (-)

RT :
Tonus Sphincter Ani : (+) baik
Volume : Grade 1 (sulcus medianus pole atas mudah dicapai)
Mukosa : licin
Permukaan : rata
Konsistensi : padat kenyal
Nyeri : (-)
Refleks Bulbocavernosa : (+)
Handschoen : Feses (+), darah (-), lendir (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologi (11/04/2014)

Hasil Foto BOF :
-Bayangan gas usus normal
-Bayangan hepar tampak baik
-Bayangan kedua ginjal tampak baik
-Tampak bayangan radioopaque di cavum pelvic terutama di sisi
kanan.
Kesan :Suspect batu buli



USG




Hasil USG Urologi:
Ginjal kanan : besar normal; batu (-); echo cortex normal; batas
echo cortex dan medulla tegas, tampak localized calli ectasis di
pole tengah dengan kalsifikasi di tepinya dengan shadow ringan.
Ginjal kiri : besar normal; batu (-); echo cortex normal; batas echo
cortex dan medulla tegas, tampak kista pole bawah ukuran 1,2 cm.
Buli : Mukosa normal, batu ukuran 2 cm.
Prostat : ukuran membesar, volume 41,05 cm
3
, tak tampak massa
Kesan :
-Localized calli ectasis di pole tengah dengan kalsifikasi di tepinya
dengan shadow ringan.
-Kista pole bawah ginjal kiri
-Batu buli
-BPH

Laboratorium (23-04-2014)
- Darah lengkap : Hb :14,9 g/dl
Hct : 43,1%
WBC : 5400/mm
3

PLT : 245.000/ mm
3
- Kimia klinik : GDA : 92 mg/dl
Na : 139,6 mmol/L
K : 3,83 mmol/L
Cl : 107,3 mmol/L
- Faal Hemostasis : Masa Perdarahan : 33
Masa Pembekuan : 13

Laboratorium (11/05/2014)
-Sedimen :
Eritrosit 0-1 lpb, leukosit 0-2 lpb, epitel 0-2 lpb, bakteri (-), kristal (-)
-Kimia Klinik :
BUN : 14 mg/dl
Kreatinin :1,4 mg/dl
-Faal Hemostasis :
PT : 138
APT : 322



V. RESUME
Anamnese
Laki-laki usia 45 tahun.
Nyeri pada waktu BAK, tidak menjalar. Nyeri dirasakan sejak 4
bulan yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluh BAK terasa tidak
tuntas, sempat berobat ke poli tetapi tidak membaik dan pasien
disarankan untuk operasi.
Sering memakan sayuran hijau seperti bayam dan kangkung, juga
kebiasaan minum kopi 1 cangkir per hari. Pasien jarang
berolahraga, banyak duduk dan kurang minum air putih.

Pemeriksaan Fisik
Vital Sign : Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,3
o
C
RR : 24 x/menit

Pemeriksaan penunjang
Darah lengkap, urine lengkap, kimia klinik dan faal hemostasis
dalam batas normal

Radiologis :
BOF : Tampak bayangan radioopaque di cavum pelvic terutama di
sisi kanan. Kesan :Suspect batu buli.
USG : Buli : Mukosa normal, batu ukuran 2 cm. Kesan : batu buli.

VI. DIAGNOSA
Batu Buli-Buli + BPH grade I

VII. PLANNING
Planning edukasi
Banyak minum 2 liter perhari dan berolahraga

Planning terapi
Pro litotripsi
Persiapan operasi (Ro thorax dbn, faal hemostasis dbn, RFT dbn)

Planning monitoring
Produksi urin
Vital sign
Keluhan pasien

VIII. FOLLOW UP
12 Mei 2014
S: nyeri saat BAK
O: Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 4 5 6
Vital sign : Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/mnt
Suhu Axiler : 36,3 C
RR : 20 x/menit
Status umum :
Kepala, leher, thorax, abdomen : dbn
Extremitas :
Akral hangat (+)
Oedema (-)
Status urologi :
Produksi urine : 1500cc/ 24 jam
Vesica urinari :
Inspeksi : penonjolan suprapubic (-)
Palpasi : tidak teraba
nyeri tekan (-)
tidak teraba massa
Perkusi : tympani redup
Genitalia : dbn
Rectal Touchae : tidak ada indikasi
A: Pro litotripsi hari ini
P: Planning post operasi :
Infus D5NS 1500cc/24jam
Inj. Ceftriazone 2x1g
Inj As. Tranexamat 3x500mg
Inj Antrain 3x1g
Pertahankan DK 16 fr sampai dengan jernih
Analisa batu, Hasil :
Bahan : Batu buli-buli
Makroskopis : Warna : Coklat
Ukuran : (0.6x0.5x0.5)cm : 8 biji
(0.4x0.2x0.4)cm : 2 biji
(0.6x0.3x0.5)cm : 1 biji
Bentuk : seperti batu kerikil
Kimia : Ca oksalat (+)
Uric acid (+)

13 Mei 2014
S: Nyeri pada saat BAK
O: Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 4 5 6
Vital sign : Tekanan darah : 110 /70 mmHg
Nadi : 72 x/mnt
Suhu Axiler : 36,8 C
RR : 20 x/menit
Status umum :
Kepala, leher, thorax, abdomen : dbn
Extremitas :
Akral hangat (+)
Oedema (-)
Status urologi :
Produksi urine : 1500cc/ 24 jam
Vesica urinari :
Inspeksi : tidak tampak penuh
Palpasi : tidak teraba
nyeri tekan (-)
tidak teraba massa
Perkusi : tympani tympani
Genitalia : terpasang kateter
Rectal Touchae : tidak ada indikasi
A: Post litotripsi batu buli hari I
P: Cefixime tab 2x1
Nadic tab 2x1
Harnal oral 1x1 (0-0-1)
Aff infus
Aff kateter
Diet Bebas
Mobilisasi duduk
KIE minum 3L perhari

14 Mei 2014
S: Mobilisasi (+), setelah kateter dilepas merasa BAK tidak tuntas
O: Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 4 5 6
Vital sign : Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
Suhu Axiler : 36,3 C
RR : 20 x/menit
Status umum :
Kepala, leher, thorax, abdomen : dbn
Extremitas :
Akral hangat (+)
Oedema (-)
Status urologi :
Produksi urine : 1500cc/ 24 jam, jernih
Vesica urinari :
Inspeksi : tidak tampak penuh
Palpasi : tidak teraba
nyeri tekan (-)
tidak teraba massa
Perkusi : tympani redup
Genitalia : dbn
Rectal Touchae : tidak ada indikasi
A: Post litotripsi batu buli hari II
P: Cefixime tab 2x1
Nadic tab 2x1
Harnal oral 1x1 (0-0-1)
Diet Bebas
Mobilisasi
Monitoring miksi spontan
KRS hari ini







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI
A. Ginjal
Ginjal merupakan sepasang organ saluran kemih yang terletak di
rongga retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang
dengan sisi cekungnya menghadap ke medial. Cekungan ini disebut
sebagai hilus renalis, yang di dalamnya terdapat apeks pelvis renalis dan
struktur lain yang menyuplai ginjal, yakni pembuluh darah, sistem limfatik
dan sistem saraf. Berat ginjal sekitar 120-170 gram, atau kurang lebih
0,4% dari berat badan. Pada umumnya, ukuran ginjal 11,5 cm (panjang),
6 cm (lebar), dan 3 cm (tebal). Posisi dari hepar mengakibatkan letak
ginjal kanan lebih rendah 1-2 cm daripada ginjal kiri. Ginjal kanan terletak
antara L1-L3, sedangkan ginjal kiri terletak antara Th 12-L3. Ginjal
disokong oleh jaringan lemak perirenal, pedicules vascular renalis,
muskulus abdominalis dan visceral abdomen. Pada potongan
longitudinal, ginjal dibentuk oleh korteks, medulla, calyx, dan pelvis
renalis. Penampakan korteks ginjal adalah homogeni. Bagian dari korteks
kearah pelvis renalis di antara papilla renalis dan forniks dinamakan
kolom dari bertin. Medulla terdiri dari banyak piramid yang terbentuk dari
tubulus-tubulus ginjal yang mengarah ke calyx minor pada ujung dari
papilla renalis. Ujung dari calyx minor menempel pada piramid. Calyx ini
bersatu membentuk 2-3 calyx mayor, dimana akan bergabung
membentuk pelvis renalis. Pelvis renalis, bisa terletak intrarenal
seluruhnya atau hanya sebagian intrarenal dan lainnya ekstrarenal. Pada
bagian interomedial, renal pelvis membentuk ureter
(1,2,3,6)
.




















Gambar di ambil dari Clinical Anatomy by Region, edisi 8

Vaskularisasi ginjal berasal dari arteri dan vena. Biasanya ada
satu arteri renalis cabang dari aorta yang memasuki hilus ginjal yang
letaknya di posterior dan satu vena renalis. Arteri renalis terbagi menjadi
2 yaitu cabang anterior dan posterior. Cabang anterior menyuplai pole
atas dan bawah serta permukaan anterior. Cabang posterior menyuplai
mid segmen dari permukaan posterior. Semua arteri renalis merupakan
end artery. Arteri renalis selanjutnya terbagi menjadi arteri interlobaris
yang baik dalam kolom dari Bertin, kemudian melengkung sepanjang
dasar piramid (arteri arcuata), kemudian naik lagi sebagai arteri
interlobularis. Inervasi ginjal dari plexus renalis. Aliran limfe ginjal
mengalir ke nodus limfatikus lumbar
(1,2,3,6)
.

B. Ureter
Ureter adalah organ berbentuk tabung kecil yang berfungsi
mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam buli-buli. Panjang ureter
orang dewasa sekitar 30 cm, bervariasi tergantung tinggi badan
seseorang. Dindingnya terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel
transisional, otot polos sirkuler, dan otot polos longitudinal. Ureter
mempunyai bentuk kurva S. Bagian yang menyempit ditemukan pada
perbatasan antara pelvis renalis dengan ureter (ureteropelvic junction),
saat ureter menyilang di atas pembuluh darah iliaca, dan perbatasan
antara ureter dengan vesica urinaria (ureterovesico junction). Ureter
mendapat aliran darah dari arteri renalis. Bagian tengah ureter mendapat
vaskularisasi dari arteri interna spermatika atau arteri ovarika sedangkan
bagian bawah ureter mendapat vaskularisasi dari arteri iliaca communis,
arteri iliaca internal (arteri hipogastrica), dan arteri vesicalis. Pembuluh
darah baliknya berpasangan dengan arterinya. Aliran limfe ureter bagian
atas berasal dari nodus limfatikus lumbar. Bagian tengah ureter berasal
dari nodus limfatikus iliaca interna dan iliaca communis. Sedangkan
ureter bagian bawah berasal dari nodus limfatikus vesikalis dan
hipogastrikus
(1,2,3,6)
.

C. Vesica Urinaria
Buli-buli atau vesika urinaria merupakan organ berongga yang
terdiri atas 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman, yakni terletak
paling dalam adalah otot longitudinal, tengah merupakan otot sirkuler,
dan paling luar merupakan otot longitudinal. Vesica urinaria adalah organ
muskular yang berfungsi untuk reservoir/menampung urine. Kapasitas
vesica urinaria normal pada dewasa adalah 400-500 ml. Saat kosong
kandung kemih berada di belakang simfisis pubis, dan sebagian besar
organ pelvis. Pada bayi dan anak, letaknya lebih tinggi. Saat penuh,
kandung kemih akan tampak di atas simfisis, membesar ke rongga
abdomen, dan dapat diraba atau diperkusi. Bila overdistensi, seperti pada
retensi urine, dapat menyebabkan bagian bawah abdomen tampak
sangat menonjol. Kedua ureter masuk ke kandung kemih di bagian
posteroinferior secara oblique. Pada dasar verica urinaria kedua muara
ureter dan meatus uretra internus membentuk suatu segitiga yang
disebut trigonum
(1,2,3)
.
Mukosa kandung kemih tersusun dari epitel transisional. Di
bawahnya adalah lapisan submukosa yang tumbuh baik, yang sebagian
besar terbentuk dari jaringan ikat. Di bawah submukosa adalah otot
detrusor yang terbentuk dari jalinan serat otot polos yang tersusun acak
secara longitudinal, sirkuler, dan spiral, kecuali di bagian yang dekat
meatus internus, dimana otot detrusor tersusun dari 3 bagian yang pasti,
longitudinal pada lapisan luar dan dalam, serta sirkuler pada bagian
tengah
(1,2,3)
.
Vaskularisasi vesica urinaria oleh arteri vesikuler superior, medius
dan inferior, ruang keluar dari cabang anterior arteri iliaka internal
(hipogastrik), serta oleh cabang-cabang yang lebih kecil dari arteri
obturator dan arteri glutea inferior. Pada perempuan, arteri vaginalis dan
uterine juga memiliki cabang ke kandung kemih
(1,2,3)
.
Pleksus vena yang mengelilingi kandung kemih, pleksus vesikalis
dan pleksus vena prostatika (pada laki-laki) akan mengalirkan darah
menuju vena iliaka interna (hipogastrik)
(1,2,3,6)
.

D. Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari
buli-buli melalui proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi 2
bagian yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Uretra posterior terdiri
atas uretra pars prostatica yaitu bagian uretra yang terdapat pada
prostat, dan uretra pars membranacea yaitu bagian uretra yang
berdekatan dengan membran diafragmatika urogenital. Sedangkan uretra
anterior terdiri atas uretra pars bulbosa yang merupakan bagian uretra
yang dikelilingi oleh muskulus bulbocavernosa, uretra pars pendulare
merupakan bagian uretra yang dapat bergerak bebas, serta uretra pars
naviculare. Uretra laki-laki mempunyai diameter 8-9 mm dan panjang
kira-kira 23-25 cm, sedangkan uretra perempuan memiliki diameter 4-8
mm dan panjang kira-kira 3-5 cm. Uretra laki-laki mendapat suplai darah
dari arteri pudendal interna. Sedangkan uretra perempuan mendapat
suplai darah dari arteri vesical, arteri vaginal, dan arteri pudendal
interna
(1,2,3,6)
.



2.2 BATU SALURAN KEMIH
II.II BATU SALURAN KEMIH
Batu saluran kemih paling banyak frekuensinya dan secara prinsip
harus dikeluarkan. Batu pada salurah kemih perlu penanganan yang baik
karena banyak menimbulkan akibat, bahkan bisa fatal (penderita bisa
meninggal) karena bisa menyebabkan komplikasi. Komplikasi yang
utama yaitu obstruksi dan infeksi
(5)
.
Komplikasi batu saluran kemih dapat menyebabkan kerusakan
ginjal, yang membutuhkan transplantasi ginjal. Dari referensi di seluruh
dunia, batu saluran kemih :
60-70% mengandung bakteri
40-50% bisa relaps/reccurent/kambuh
Pada batu saluran kemih tidak memberikan keluhan yang khas,
hanya memberikan keluhan bila terjadi komplikasi. Gejala-gejala yang
muncul pada batu saluran kemih antara lain
(5)
:
Nyeri kalau ada obstruksi
Hematuria
Infeksi
Demam
Mual
Muntah

Macam waktu operasi pada Batu Saluran Kemih
(5)

Kalau ada obstruksi disertai dengan infeksi maka merupakan
suatu keadaan darurat urologi.
Batu saluran kemih masuk dalam kasus gawat darurat apabila terjadi :
1. Anuria
2. Kolik yang terus menerus, khususnya bila disertai dengan :
Peningkatan suhu
Ileus paralitik
3. Infeksi
Kalau hanya terdapat obstruksi tanpa infeksi, maka operasinya bisa
secara elektif.

A. Faktor Resiko
(2,5)

Yang termasuk faktor resiko munculnya batu pada saluran kemih
adalah :
1. Riwayat kristaluria
Penderita terutama yang memiliki batu kalsium oksalat, sering
mengekspresikan lebih banyak kristal kalsium oksalat, dan
biasanya kristal berukuran lebih besar daripada normal (>12mm).
Kristal cysteine dan struvite selalu dianggap abnormal apabila
ditemukan didalam urine dan memerlukan pemeriksaan lebih
lanjut. Sedangkan kristal yang lain sering ditemukan dalam urinalis
yang normal.
2. Faktor sosio-ekonomi
Batu ginjal lebih sering ditemukan pada negara industri. Imigran
dari negara industri, kejadian batu meningkat secara perlahan dan
hampir sama dengan populasi negara tersebut. Pemakaian air
yang mengandung sedikit atau tidak mengandung garam mineral
(kalsium, magnesium) tidak menurunkan insiden batu saluran
kemih.
3. Faktor pendidikan
4. Faktor lingkungan
5. Kebiasaan
Diet
Peningkatan konsumsi asam lemak jenuh dan tidak jenuh,
protein hewani dan gula, serta penurunan konsumsi serat,
protein nabati, dan unrefined carbohydrate menyebabkan
terjadinya peningkatan insidensi dari batu traktus urinarius.
Asupan kalium yang tinggi akan menyebabkan peningkatan
kalium, kalsium, dan pH urine, serta penurunan sekresi sitrat
dalam urine, yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya
kristalisasi garam kalsium.
Konsumsi air minum
Konsumsi cairan yang rendah (<1200 ml/hari) menjadi faktor
terbentuknya batu.
Olahraga
6. Pekerjaan
Pekerjaan yang menetap menjadi faktor terbentuknya batu
dibandingkan dengan pekerjaan yang banyak aktivitas.
7. Iklim
Seseorang yang hidup di daerah beriklim panas lebih mudah
terserang dehidrasi, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan
insidensi dari batu saluran kemih, khususnya batu asam urat.
Selain itu iklim yang panas biasanya membuat orang terpapar
lebih lama dengan sinar ultraviolet, maka akan meningkatkan
produksi vitamin D3, diikuti oleh peningkatan sekresi kalsium dan
oksalat dalam urine.
8. Riwayat keluarga
Individu dengan riwayat batu pada keluarga memiliki kemungkinan
lebih besar menderita penyakit yang sama. Mungkin ini
berhubungan dengan faktor makanan atau lingkungan.
9. Obat-obatan yang dikonsumsi
Obat-obat seperti triamterene atau dyazide telah dihubungkan
dengan peningkatan frekuensi dari batu saluran kemih.
Penggunaan jangka panjang antasida dapat menyebabkan
timbulnya batu silika. Selain itu carbonic anhydrase juga
meningkatkan insidensi.
B. Faktor Predisposisi
(5)

1. Benda asing
2. Obstruksi/stasis urine
BPH, Stricture, Stenosis UPJ (ureteropelvic Junction) / UVJ
(Ureterovesical Junction).
3. Infeksi oleh karena urea splitter
4. Gangguan metabolisme
5. Kurang minum / dehidrasi

Untuk predisposisi atau etiologi batu buli-buli
(6)
:
1. Gangguan miksi (BPH, striktur uretra, divertikel buli, buli neurogenik)
2. Benda asing di buli (kateter lama, dll)
3. Batu ginjal atau ureter yang turun ke buli
4. Batu endemik (anak yang kurang gizi, sering diare dan dehidrasi)

C. Komposisi Batu
(2,5)

1. Batu Kalsium
80%-85% dari semua batu saluran kemih mengandung
kalsium. Batu kalsium paling sering disebabkan oleh tingginya kadar
kalsium, asam urat, oksalat dalam urin, atau menurunnya konsentrasi
sitrat urin.
Mekanisme pembentukan:
- Nephrolithiasis absorptive hypercalciuric
Adalah penyerapan kalsium meningkat sekunder dari usus kecil,
terutama dari jejunum
- Nephrolithiasis resorptive hypercalciuric
Karena adanya peningkatan resorpsi kalsium tulang, pada
hiperparatiroidisme primer atau pada tumor paratiroid
- Nephrolithiasis renal induced hypercalciuric
Karena gangguan kemampuan reabsorpsi kalsium melalui tubulus
ginjal
- Nephrolithiasis hyperuricosuric calcium
Karena asupan makanan yang berlebihan purin atau peningkatan
produksi asam urat endogen dimana asam urat menyerap dan
mengikat inhibitor batu dan memfasilitasi nukleasi heterogen
- Nephrolithiasis hyperoxaluric calcium
Peningkatan sekunder kadar oksalat urine, ditemukan pada pasien
dengan gangguan usus seperti infeksi usus dan diare kronis atau
sehabis mengalami pembedahan usus, serta pada pasien yang
mengkonsumsi makanan kaya oksalat (teh, soft drink, kopi instan,
kokoa, dll)
- Nephrolithiasis hypocitraturic calcium
Sitrat merupakan inhibitor penting dari penyakit batu saluran kemih.
Sitrat menghambat ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat.
Hipositraturi terjadi pada penyakit asidosis tubular ginjal dan sindrom
malabsorbsi.
- Nephrolithiasis hypomagnesiuric calcium
Magnesium sebagai inhibitor batu kalsium. Berikatan dengan oksalat
mencegah ikatan kalsium oksalat. Penyebab tersering
hipomagnesium yaitu inflammatory bowel disease yang diikuti
gangguan malabsorbsi
2. Struvite
Batu struvite terdiri dari magnesium, amonium dan fosfat (MAP). Batu
struvite adalah infeksi batu terkait dengan organisme yang membelah
urea, termasuk proteus, pseudomonas, providencia, klebsiella,
staphylococcus, dan mycoplasma
3. Uric acid
Merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Terutama pasien
dengan gout, penyakit myeloproliferatif, atau pasien yang terapi
antikanker, menggunakan obat urikosurik, kegemukan, peminum
alkohol, karena asupan purin berlebihan dan dehidrasi
4. Cystine
Sekunder karena kesalahan metabolisme bawaan akibat penyerapan
mukosa usus yang abnormal (usus halus) dan penyerapan tubular
ginjal untuk asam amino dibasic, termasuk cystine, ornithine, lisin,
dan arginin
5. Xanthine
Akibat bawaan kekurangan xanthine oxidase
6. Kasus jarang
Batu silikat
Batu triamterene.

D. Macam-macam Batu
(5)

1. Berdasarkan lokasi anatomisnya
a. Batu ginjal terdapat pada (dari perifer ke sentral)
Calyx, pembagian : minor, mayor, superior, medius,
interior.
Pyelum/pelvis renalis
b. Batu ureter, terdiri dari :
1/3 proximal / atas : sebelah proximal dari pelvis renalis
sampai dengan batas atas sakrum.
1/3 medial / tengah : batas atas sakrum sampai dengan
batas bawah sakrum.
1/3 distal / bawah : batas bawah sakrum sampai dengan
buli-buli.
c. Batu buli-buli (BBB) / vesika urinaria
Selain di buli-buli divertikel (kantung) dan bladder neck.
d. Batu uretra

2. Berdasarkan etiologis
(5)

a. Batu oleh karena endemik
Endemik : suatu penyakit yang banyak dijumpai di suatu
wilayah, biasanya didapatkan pada daerah yang sosial
ekonominya kurang dan gizinya kurang.
Pada 60-70% kasus, ada rekurensi dalam 5 tahun.
Untuk mencegah kekambuhan, harus dilakukan tindakan,
pemeriksaan fisik lengkap dan terapi secara lengkap.
Batu yang diambil melalui tindakan operatif merupakan
tindakan awal, harus ditambah dengan kontrol teratur dan
pengaturan diet.
Batu asam urat lebih sering rekuren, contohnya :
Pada anak-anak banyak ditemukan batu buli-buli
(BBB) terbentuk secara primer.
Pada orang dewasa banyak ditemukan batu ginjal.
Terapi : harus memperbaiki sosial ekonomi dan gizi
masyarakat supaya insiden batu saluran kemih berkurang.

b. Batu oleh karena infeksi
Terjadi oleh karena bakteriuria. Bakteri akan memecah
urea (yang ada dalam urine) menjadi amoniak, amoniak
akan menyebabkan suasana / pH menjadi basa / alkalis.
Suasana basa akan mempermudah terbentuknya endapan
campuran : Magnesium, Amonium, dan Phosphat (MAP),
dikenal sebagai batu struvit pada foto akan tampak inti di
tengah dan berlapis-lapis (ada lapisan di luar inti).
Batu struvit yang menjadi besar disebut batu staghorn yaitu
batu yang mengisi seluruh sistem pelvicocalyceal sehingga
secara radiologis tampak seperti tanduk rusa.
Kuman yang memecah urea yaitu proteus vulgaris (>>),
klebsiella, pseudomonas, dan mycoplasma. Terapinya
berupa harus mengeluarkan batu dan memberantas kuman
sampai nol (supaya tidak relaps lagi).

c. Batu oleh karena gangguan metabolisme
Terjadi terutama pada gangguan metabolisme dari oksalat,
asam urat, cystin, calcium, dan xanthin. Bila zat-zat tersebut
terdapat dalam urine, maka akan diendapkan dan menjadi inti
pembentukan batu lebih lanjut.

d. Batu oleh karena faktor lain
Imobilisasi yang lama
Misalnya : pada penderita fraktur, trauma / cedera vertebra,
dan lumpuh. Pada imobilisasi yang lama terjadi gangguan
urinasi (urine tidak dapat keluar dengan lancar) terjadi
pengendapan, selanjutnya endapan menjadi inti
pembentukan batu.
Adanya kelainan atau penyakit tulang
Contohnya : metastase tumor ke tulang, pagets disease
dan myeloma. Pada kelainan / penyakit tulang, ekskresi
kalsium dalam urine meningkat sehingga terjadi
pembentukan batu.
Adanya benda asing dalam saluran kemih
Benda asing menjadi inti batu
Adanya kelainan anatomi saluran kencing
Kongenital : stenosis pada Uretero Pelvic Junction (UPJ),
horse shoe kidney, Reflux Vesico-Urethral (VUR), double
system, divertikel, katub uretra.
Acquired : bladder neck kontraktur, ureteritis, stricture
uretra, tekanan tumor dari luar, rusaknya ginjal karena
sebab lain, obstruksi ureter, kelainan kelenjar prostat.

3. Berdasarkan radiologis
(5)

a. Opaque : terlihat saat difoto, densitas tinggi
Contoh : kalsium fosfat
b. Semi opaque : terlihat samar-samar saat di foto
Contoh : kalsium oksalat, cystin, silikat, struvit, sulfur (kan-
dungan tinggi).
c. Non Opaque : tidak terlihat saat difoto
Contoh : asam urat, xanthin, sulfur (kandungan rendah).

4. Berdasarkan asal terbentuknya batu
(5)

a. Batu Primer
Sejak awal memang berada di lokasi tersebut. Contoh : batu
endemis (batu buli-buli pada anak-anak)
b. Batu sekunder
Batu berasal dari ginjal kemudian turun ke bawah.
Contoh : pada orang dewasa dengan batu buli-buli.

5. Berdasarkan jenis batunya
(5)

Batu simple : jumlahnya tunggal (single), ukuran tidak besar
(<2cm), tidak ada komplikasi (obstruksi/infeksi)
Batu complicated : jumlahnya multipel, ada 1 yang besar dan
ada yang kecil, ukurannya > 2 cm, ada komplikasi obstruksi
atau infeksi atau keduanya, komplikasinya progresif
mengakibatkan gagal ginjal dan urosepsis.

E. Gejala Klinik
(2)

1. Nyeri
Nyeri dari ginjal dapat berupa nyeri kolik maupun non kolik. Kolik
ginjal biasanya disebabkan karena peregangan pada duktus
kolektikus atau ureter. Sedangkan nyeri non kolik biasanya
disebabkan karena peregangan pada kapsula ginjal. Obstruksi traktus
urinarius adalah penyebab utama dari kolik ginjal. Mekanisme lokal
seperti peradangan, edema, hiperperistaltik, dan iritasi mukosa dapat
menyebabkan persepsi nyeri pasien dengan batu ginjal. Pada ureter,
nyeri lokal dijalarkan oleh nervus ileoinguinal dan cabang genital dari
genitofemoralis, dimana nyeri dan obstruksi dijalarkan pada area yang
sama dari batu sistem kolektikus (punggung dan CVA).
a. Batu pada calyx renal
Batu atau benda lain pada calyces dapat menyebabkan obstruksi
dan kolik ginjal. Sedangkan batu yang tidak menyumbat hanya
menyebabkan nyeri yang periodik. Nyeri terasa dalam dan tumpul
pada pinggang dan berintensitas sedang sampai berat.
b. Batu pada pelvis renal
Batu pada pelvis renal yang berukuran > 1 cm sering menyumbat
ureteropelvic junction dan menyebabkan nyeri hebat pada CVA,
lateral dari kuskulus sakrospinalis dan tepat di bawah kosta ke XII.
nyeri dapat bervariasi dari tumpul ke tajam. Nyeri juga dirasakan
pada pinggang dan dapat juga pada abdomen bagian atas yang
ipsilateral. Hal ini sering sulit dibedakan dengan kolik bilier atau
kolesistitis. Staghorn calculi dapat lengkap atau parsial. Dan belum
tentu menyebabkan obstruksi. Jika belum terjadi obstruksi maka
gejala yang muncul hanya gejala ringan seperti nyeri pada
punggung.
c. Batu pada ureter bagian atas dan tengah
Nyeri yang dihasilkan biasanya tajam dan berat, disertai nyeri pada
pinggang. Nyeri dapat semakin berat dan intermiten apabila batu
bergerak ke bawah. Batu yang berhenti pada tempat tertentu
biasanya lebih tidak sakit, apalagi jika obstruksinya tidak lengkap.
Nyeri pada batu ureter bagian atas dapat menjalar ke daerah
lumbal dan pinggang. Batu pada ureter bagian tengah
menyebabkan nyeri yang menjalar ke kaudal dan anterior
abdomen bagian bawah dan tengah.
d. Batu pada ureter bagian distal
Batu pada bagian distal dari ureter dapat menyebabkan nyeri yang
menjalar ke testis dan skrotum pada pria, dan labia mayor pada
wanita. Diagnosa kadang sulit dibedakan dengan epididimitis dan
torsio testis.












Gambar 2.5 Kemungkinan Letak Batu Ureter
(2)
.

e. Batu buli-buli
(6)

Gejalanya khas :
1. Disuria sampai dengan stranguria
2. Perasaan tidak enak waktu kencing
3. Kencing tiba-tiba berhenti kemudian lancar dengan perubahan
posisi tubuh
4. Referred pain (ujung penis, skrotum, perineum, pinggang
sampai dengan kaki
5. Anak : enuresis nocturna, sering menarik-narik penis atau
menggosok-gosok vulva


2. Hematuria Makros
Urinalisis yang lengkap dapat membantu menegakkan diagnosa
dengan memeriksa hematuria, kristaluria dan pH. Pasien sering
mengalami hematuria macros yang intermiten atau urine berwarna
merah seperti kebanyakan pasien akan mengalami sekurang-
kurangnya mikro-hematuria. Hanya pada 10-15 % kasus tidak
ditemukan hematuria.
3. Infeksi
Batu magnesium, ammonium dan fosfat (struvit) adalah sinonim dari
batu yang terinfeksi. Sering disebabkan oleh proteus, pseudomonas,
providencia, klebsilla dan stafilokokus. Batu kalsium dapat
memberikan kontribusi terhadap peristaltik ureter dengan
menghasilkan eksotoksin dan endotoksin. Peradangan lokal dari
infeksi dapat menyebabkan aktivitas kemoreseptor dan timbulnya nyeri
lokal yang berhubungan dengan referred pain.
4. Demam
Terdapatnya demam pada batu saluran kemih merupakan keadaaan
gawat darurat. Gejala dari sepsis secara klinik bervariasi dan termasuk
demam, takikardi, hipotensi dan vasodilatasi periffer.
5. Mual dan Muntah
Obstruksi traktus urinarius bagian atas sering menyebabkan mual dan
muntah. Cairan intravena diperlukan untuk mengembalikan ke
keadaan euvolemik. Cairan intravena tidak dapat digunakan untuk
menyebabkan timbulnya diuresis atau menekan batu ke bawah
(2)
.

F. Pemeriksaan Fisik
(5)

1. Ada flank pain atau tidak, didapatkan dari anamnesa
2. Ada flank mass atau tidak, dilakukan dengan cara bimanual palpasi
yaitu :
a. Penderita tidur terlentang
b. Pemeriksa berada disamping kanan penderita
c. Tungkai bawah penderita difleksikan pada sendi genu / lutut dan
coxae, dengan tujuan membuat otot abdomen relaksasi
d. Tangan kiri pemeriksa berada pada costovertebrata angle (CVA)
sedangkan tangan kanan pemeriksa berada di bawah arcus costa.
e. Penderita diminta untuk inspirasi maksimal dengan tujuan membuat
paru-paru mengembang lalu akan mendorong diafragma, sehingga
akan mendorong ginjal
f. Ginjal yang normal tidak teraba, bila teraba yang bisa teraba adalah
bagian anterior dan inferior.
3. Nyeri ketok CVA atau tidak
(5)
.

G.Laboratorium
(5)

a. Sedimen urine : leukosituria, hematuria
b. Kultur urine : pertumbuhan kuman pemecah urea
c. Faal ginjal : kemungkinan penurunan faal ginjal dan persiapan pasien
menjalani pemeriksaan IVP
(5)
.

H.Pemeriksaan Penunjang
(5)

1. Foto polos abdomen
Melihat kemungkinan adanya batu radio opaque di saluran kemih
Syarat BOF layak baca :
1. Tampak arcus costa sampai simfisis pubis
2. Simetris
3. Psoas line terlihat
4. Bayangan gas usus minimal
Yang dideskripsikan apakah distribusi gas usus normal, apakah
susunan dan alignment tulang normal, apakah ginjal ukurannya
normal. Dan menyebutkan kelainan yang tampak. Contohnya :
tampak bayangan radioapaque dengan ukuran .., lokasi di
dextra / sinistra.

2. IVP
Definisi : suatu pemeriksaan radiologis dengan jalan
memasukkan kontras secara intra venous untuk melihat :
Fungsi ekskresi ginjal dan anatomi saluran kemih
Mendeteksi adanya batu semi opaque, maupun non
opaque yang tidak terdeteksi oleh foto polos abdomen.

Syarat IVP :
Serum kreatinin < 1,5 mg/dl
Tidak ada reaksi alergi terhadap bahan kontras.
Indikasi : Gross hematuria, batu, tumor, obstruksi, trauma dan
kelainan kongenital.
Kontra indikasi :
Absolut : alergi terhadap bahan kontras
Relatif : serum kreatinin > 3 mg / dl

Cara deskripsi IVP
5 menit pertama : fungsi ekskresi ginjal terlihat atau
tidak
15 menit : kontras mengisi buli-buli atau tidak
30 menit : ada pelebaran pelvio caliceal system
atau tidak
60 menit : melihat keseluruhan anatomi saluran
kemih
Paska miksi : melihat sisa kontras (residual urine)
dan divertikel pada buli.

3. USG
Melihat adanya batu ginjal atau batu buli-buli
Didapatkan : echoic shadow, hidronefrosis, pionefrosis, pengerutan
ginjal.

4. CT Scan
CT scan kontras menjadi modalitas radiologi pilihan pada pasien
dengan kolik ginjal akut. Pemeriksaan ini cepat dan tidak terlalu mahal
dibandingkan IVP. Pemeriksaan ini dapat melihat struktur peritoneal
dan retroperitoneal.

5. Retrograde pyelography
Retrograde pyelography kadang-kadang dipikirkan untuk
menggambarkan anatomi traktus urinari bagian atas dan batu
radiolusen yang ada di lokasi tersebut.

I.Penatalaksanaan
(5)

Prinsip terapi : mengeluarkan batu, jika batu tidak dikeluarkan akan
menimbulkan komplikasi.
Tujuan :
a. Menyelamatkan ginjal atau mengusahakan agar kerusakan
pada ginjal yang bersangkutan tidak menjadi lebih parah.
b. Mencegah atau mengatasi penyulit, khususnya bila terjadi
keadaan darurat. Dalam hal ini menyelamatkan jiwa penderita.
c. Kelainan struktur anatomi (baik primer maupun sekunder)
sekaligus dikoreksi bila memungkinkan.
d. Pencegahan timbulnya batu baru.

J. Tindakan pada BSK
(5)

1. Konservatif (expectative)
Dilakukan apabila :
Ukuran batu < 5 mm dan single
Komplikasi (-)
Diuresis
Obat pelumas (calcurenal)
Exercise

2. Medikamentosa
Chemolisis / melarutkan batu asam urat

3. Operatif
Dengan indikasi :
Ukuran batu > 5 mm atau multipel
Bila terapi konservatif selama 1 2 bulan gagal
Bila terjadi komplikasi (obstruksi, infeksi)
Kalau batunya kecil tapi penderita febris lalu difoto tampak
hidronefrosis grade 2 maka tindakannya adalah operasi
Kalau batunya > 5 mm tapi tidak menimbulkan komplikasi
maka batunya harus tetap diambil.

K.Pencegahan
(5)

1. Banyak minum, diuresis sampai dengan 2-2,5 liter / hari
2. Olah raga / aktivitas fisik yang cukup dan teratur
3. Cegah meningkatnya bahan bahan pembentuk batu / meningkatnya
daya larut bahan tersebut.
a. Koreksi gangguan metabolisme dengan :
Allopurinol (untuk asam urat)
Diet rendah purin, thiazide (untuk kalsium)
Diet rendah kalsium
b. Buat bahan pembentuk batu agar mudah larut dengan magnesium
oxide.
c. Buat urine alkalis ( pada batu asam urat ) dengan natrium sitras
dan natrium bicarbonate.
d. Buat urine bereaksi asam bila terdapat kuman pemecah urea untuk
melarutkan garam fosfat dengan vitamin C, ammonium chloride.

L.Komplikasi BSK
(5)

1. Infeksi
Bakterimia, yaitu bakteri berada di dalam darah, tetapi belum
mengeluarkan toxin.
Septikemia / sepsis, yaitu bakterimia yang lebih berat dan sudah
mengeluarkan toksin di dalam darah.
2. Obstruksi
Batu ginjal (paling sering batu pyelum)
Pada batu pyelum obstruksinya tidak total, artinya urine yang ada
turun atau urine yang ada tidak turun.
Batu di ureter
Unilateral, akan terjadi pelebaran dari sistem
pelvicocalyceal (hidronefrosis) dan pelebaran ureter
(hidrouretronefrosis).
Bilateral
a. Akan menyumbat aliran urine secara total, terjadi
keadaan gawat darurat anuria, bila anuria tidak segera
ditangani ginjal harus diambil karena anuria akan
menimbulkan kerusakan ginjal.
b. Terjadi refluks urine ke ginjal menekan sistem
pelvicocalyceal mendesak parenkim beserta isinya.
Jika vaskularisasi terjepit akan terjadi iskemia maka
akan terjadi Acute Tubular Necrosis (ATN) dan
terjadilah renal failure.
Batu buli-buli tidak terlalu menjadi masalah
Batu lebih ke bawah lagi akan masuk ke bladder neck
sehingga terjadi retensi urine.

M. Terapi BSK
(5)

Berdasarkan lokasinya :
1. Batu Ginjal
a. Open :
Calycolithotomy : operasi pembedahan untuk mengambil batu
calyx
Pyelolithomy : operasi pembadahan untuk mengambil batu
pyelum.
Nephrolithotomy : operasi pembedahan untuk mengambil batu
ginjal.
Bivalve Nephrolithotomy : operasi pembedahan untuk
mengambil batu ginjal yang berukuran sangat besar (terutama
batu staghorn) Caranya : ginjal dibelah menjadi 2 untuk
mengambil batu ginjal.
b. Closed
ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
Extracorporeal berarti di luar tubuh, sedangkan lithotripsy
berarti penghancuran batu. Secara harfiah ESWL memiliki
arti penghancuran batu saluran kemih dengan
menggunakan gelombang listrik menjadi gelombang kejut
shock wave yang ditransmisi dari luar tubuh.
Syarat :
Diameter batu < 2 cm
Fungsi ginjal baik
Tidak ada infeksi aktif

URS (Uretrorenoscopy)
Mengambil / memecahkan batu dengan Uretrorenoscopy
yang di masukkan lewat muara uretra dengan bantuan
cystoscope.
Cara : alat dimasukkan ke dalam uretra buli-buli ureter
ginjal memecahkan batu.

PNL (Percutaneuous Nephro Litholapaxy) /Nephrostomy
Percutan (PNS).
Tindakan membuat lubang yang menghubungkan sistem
pelvicocalyceal dengan dunia luar.
Tujuannya untuk diversi urine bila sumbatan ureter tidak dapat
segera diatasi.

2. Batu Ureter
Terapi konservatif, bila ukuran batu < 5 mm, bisa keluar spontan
dengan cara
(5)
:
a. Diuresis harus cukup, kebutuhan cairan dewasa normal setiap hari
adalah 2 liter/hari.
b. Obat-obatan diuretika : furosemide acid.
c. Mengurangi hematuria dengan obat-obatan untuk lubrikasi :
batugin elixir.
d. Lakukan exercise skipping, supaya batu turun.
e. Beri obat simptomatis.
f. Evaluasi 10 hari dengan melihat gejala klinis (masih nyeri atau
tidak) dan pemeriksaan penunjang (foto)
g. Bila dalam waktu 1-2 bulan batu tidak bergerak maka dilakukan
operasi.

Terapi operatif
(5)
:
a. Open
Ureterolithotomy : operasi pembedahan untuk mengambil batu
ureter.
b. Closed
ESWL
Litotripsi, mengeluarkan batu ureter ataupun batu buli secara
endoscopic dengan litotriptor.
URS
Laparoskopi
Ekstraksi dormia, mengeluarkan batu ureter dengan
menjaringnya melalu alat keranjang dormia.
PNS.

3. Batu Buli
Operatif
(5)
:
a. Open
Vesicolithothomy, operasi pembedahan untuk mengeluarkan batu
dari buli-buli.
Indikasi :
Diameter batu 2 cm
Batu tidak dapat dipecah dengan lithotriptor
Batu multipel
b. Closed
ESWL
PNS
Lithotripsi
Cara : alat dimasukkan ke dalam uretera, batu buli-buli
dipegang kemudian batu diremas/dipecah.
Trokar lithotripsy
Tindakan pengeluaran batu di buli-buli pada anak-anak yang
besarnya < 10 cm dengan kombinasi endoskopik dan trokar.
Laser
Ureterorenoscopy (URS)
(5)
.

4. Batu Uretra
a. Konservatif
(5)

Batu harus didorong masuk ke buli-buli dengan cara dilakukan
lubrikasi.
Cara lubrikasi pada orang dewasa :
Dengan spuit 50cc dengan jelly / pelumas sebanyak mungkin
dicampur obat anti nyeri / anestesi lokal dan ditambah dengan
sedikit PZ, semprotkan cairan ke dalam uretra melalui MUE.
Uretra pars anterior
Tutup MUE dan tahan bagian pangkal penis, maka terjadi aliran
turbulensi cairan pelumas sehingga batu akan terdorong keluar
lewat MUE.
Uretra pars posterior
Tutup MUE sehingga batu terdorong masuk ke buli-buli, pasang
kateter menetap sampai dapat dilakukan pembedahan untuk
mengambil batu. Tujuan pemasangan kateter adalah agar urine
tetap bisa keluar, dan batu tidak turun lagi.

b. Operatif
(5)

Open
Tidak boleh dilakukan urethrolithotomy, karena sekali dibuka
uretra akan rusak.
Closed
Lithothripsy
(5)
.

N. Prognosis
Batu pada ginjal menimbulkan rasa nyeri yang sangat bagi
penderita tetapi biasanya dapat dikeluarkan tanpa menimbulkan
kerusakan yang permanen. Hal ini cenderung akan berulang terutama
bila penyebab dasarnya tidak ditemukan dan tidak diterapi
(5)
.
Pada umumnya batu buli-buli mempunyai prognosis yang baik.
Karena sebagian besar batu kandung kemih dapat diambil tanpa
kerusakan permanen pada kandung kemih. Tetapi batu buli-buli dapat
terjadi kembali jika penyebabnya tidak dikoreksi.
Jika batu tidak diobati, dapat menyebabkan infeksi saluran kemih
berulang atau kerusakan permanen pada kandung kemih atau ginjal
(2)
.






















DAFTAR PUSTAKA

1. Snell Richard S. Clinical Anatomy by Region, edition 8.
2. Tanogho,Emil A, Mc Aninch Jack W. 2008. Smiths general
Urology, Edition, 17.
3. Reynard John, Brewster S, Briers Suzanne. 2006. Oxford
Handbook of Urology, 1
st
edition.
4. Wein, Kavoussi, Novick, Partin, Peters, 2007. Campbell-Walsh
Urology 9
th
edition.
5. Kumpulan kuliah urologi dr. Sri Hartono, Sp.B,Sp.U
6. Purnomo B. 2011.Dasar-dasar Urologi. Edisi ke 3.

Anda mungkin juga menyukai