Praktikum pengukuran kehilangan air di saluran ini dilaksanakan pada hari jumat, 25 Mei 2010 di Laboratorium Agrohidrologi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian UGM dan di saluran air di Jurusan Perikanan. Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan air di selokan /saluran. Alat yang dibutuhkan antara lain alat ukur berupa mistar dan meteran, serta Weirs tipe Thompson (2 buah) dengan ukuran besar dan kecil. Bahan yang digunakan adalah saluran irigasi besar dan kecil di kolam perikanan. Cara kerjanya yaitu air selokan dibendung, setelah itu dipasang alat weirs besar dan kecil lalu dihitung tinggi air yang hilang. Kehilangan air pada waktu irigasi disuatu saluran dapat terjadi karena kurang efektifnya pengelolaan air pada waktu irigasi. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa kehilangan air sepanjang 10 km di saluran besar tidak berbeda nyata dengan kehilangan air di saluran kecil. Kehilangan air sepanjang 10 km di saluran besar sebanyak 0,323 x 10 -4 m 3 /s sedangkan di saluran kecil sebanyak 2,23 x 10 -4 m 3 /s.
A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN
Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui dan esensial untuk kebutuhan kita. Ketersediaan air yang cukup merupakan salah satu syarat pertumbuhan tanaman yang sehat, namun kondisi demikian tidak selamanya dapat terkondisikan dilapangan secara ideal. Air disektor sangat besar peranannya, karena hampir setiap sektor pertanian membutuhkan air yang cukup besar. Keadaan air dimusim kering atau kekeringan merupakan fenomena yang sering terjadi pada lahan pertanian di Indonesia, terutama pada daerah kering yang keadaan tanahnya mempunyai tingkat perlokasi yang tinggi. Sumber air terkadang jauh dengan lahan pertanian menambah masalah dalam pemenuhan air. Dalam budidaya tanaman dilapangan, kehilangan air dari tanah sering terjadi lewat proses transpirasi juga lewat evaporasi. Dalam hubungannya dengan kegiatan pertanian yang dimaksud dengan evaporasi adalah kehilangan air pada permukaan tanah melalui saluran irigasi. B. Tujuan
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan air yang mengalir di saluran antara hulu dan hilir karena pengaruh dari kebocoran, penguapan, serta rembesan air C. Tinjauan Pustaka
Pengelolaan air merupakan paduan dari aspek teknik, pertanian dan pemanfaatan lain yang berkaitan dengan kelestarian sumberdaya air. Permasalahan terhadap air akan timbul pada efisiensi dalam proses pembawaan (conveying) dan perlakuan (treatment) yang dimulai dari titik pengambilan sampai kepengguna. Proses pendayagunaan air dapat dilaksanakan secara maksimal dengan cara proses perlindungan dan pengembangan serta pengendalian pencemaran terhadap sumberdaya air dan sumber air lainnya (Soerjaniet al, 2010). Air di sektor pertanian sangat besar peranannya, karena hampir setiap kegiatan di sektor pertanian membutuhkan air dalam jumlah yang besar dibandingkegiatan lain. Keberadaan air sebagai sumber daya alam yang sangat vital bagi sektor pertanian sangat perlu diperhatikan, sehingga efisiensi penggunaan air meningkat dan kehilangan air dapat dikurangi (Pusposutardjo dan Susanto, 2010). Kebutuhan air itu terdiri dari banyaknya air yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, evapotranspirasi dari tanaman, evaporasi dari lapangan dan perkolasi ke dalam tanah, kesemuanya berubah-ubah sesuai dengan cuaca, cara pertanian dan lain-lain. Untuk penentuan kebutuhan air dengan cara perhitungan atau untuk memeriksa dan mengkoreksi hasil-hasil yang diukur, kadang-kadang dilaksanakan pengukuran evaporasi dan lain-lain (Jackson et al., 2009). Investigasi air permukaan memerlukan evaluasi debit aliran (saluran) dengan kata lain air permukaan dengan segala variasi atau fluktuasi besarnya air permukaan tersebut seiring dengan perubahan musim (Anastasia, 2011). Perembesan air pada dasar dan dinding saluran sangat tergantung pada lamanya penyaluran, kadar air dalam tanah, kepadatan tanah, pembentuk saluran dan kedalaman permukaan air tanah bebas di sekitar saluran (Hillel,1980). Kehilangan air pada saluran melalui transpiras dapat diabaikan dengan memperkecil populasi tumbuhan di atas tanggul saluran (Houk,1975). Pada daerah yang memiliki irigasi dapat terjadi juga kehilangan air pada saluran yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adanya kehilangan pada alur-alur irigasi akibat adanya kebocoran dan yang terjadi pada alur irigasi yang tidak menggunakan
bahan yang keras seperti pengecoran sebagai jalannya air irigasi. Faktor lainnya yaitu evaporasi dan transpirasi yang sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari yang diterima. Kehilangan air pada saluran akan semakin besar pada saat kemarau sedang pada musim penghujan kehilangan relatif kecil (james, 2009). II. METODOLOGI
Praktikumin idilaksanakan pada hari Jumat, 25 Mei 2012 di Laboratorium Agrohidrologi, Jurusan Tanah dan Kolam Perikanan Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu Alat ukur yang terdiri dari meteran dan penggaris serta Weirs tipe thompson.. Dalam praktikum ini pengamatan kehilangan air di saluran dibagi menjadi dua yaitu pengamatan pada saluran kecil dengan Weirs kecil dan pengamatan pada saluran besar dengan Weirs besar.
Cara kerja tiap-tiap saluran, pertama-tama ditentukan titik pengamatan dan diukur jaraknya dalam meter. Alat weris dipasang pada masing-masing titik pengamatan. Pemasangannya diusahakan rapat dengan dinding dan dasar selokan sehingga air yang terhadang tidak bocor. Tinggi air yang mengalir dari kedua titik weirs dipasang diukur tingginya secara bersamaan. Pengukuran dilakukan tiga kali. Untuk perhitungan digunakan rumus : Q = (k) m3/detik
Kehilangan air di saluran sepanjang L meter = Q1 Q2
DAFTAR PUSTAKA
Anastasia. 2011. Data Tahunan Debit Sungai. <http://www.kelair.bppt.go.id/~jsida/Debit/yearbook.html>. Diakses pada tanggal 20 Maret 2014.
Hillel, E. D. 1980. Advance of Soil Physic. John Willey and Sons Inc, New York.
Houk, W.1957. Irigation Engenering. John Willey and Sons Inc, New York.
Jackson, M. L., Gillete, D.A., Danielsen, E. F., Blifford, I. H., Bryson, R.A., & Syers, J.K. 2009. Global dustfall during the quarter hary as related to environments. Journal Soil Science 116: 135-14.
James, W.S. 2009. Evapotranspiration Measurement Methods. Southwest Hydrology 7:22-23. Pusposutardjo, S. dan S. Susanto.2 0 1 0 . Perspektif Dari Pengembangan Manajemen Sumber Daya Air dan Irigasi untuk Pembangunan Pertanian. Liberty,Yogyakarta.
Soerjani, M. Rofiq Ahmad dan Rozy Munir. 2010. Lingkungan Sumberdaya Alam dan Kependudukan Dalam Pembangunan.Universitas Indonesia Press, Jakarta/