Anda di halaman 1dari 4

Media Internal Kampus

Leave a comment
November 29, 2013 by Fadzli Dzil Ikrom
Kampus dapat di ibaratkan sebagai miniatur negara yang berisi masyarakat kampus,
tatanan pemerintahan hingga sosial memiliki peran yang penting. Lazimnya di
sebuah kampus kehadiran media kampus merupakan sebuah keniscayaan,
mengingat kampus sebagai wahana pengembangan keilmuan, membutuhkan media
untuk menyebarkan gagasan perkembangan ilmu maupun aktivitas lain di kampus
bersangkutan. Keberadaan media tentunya juga memiliki manfaat yang sangat baik
dalam pembangunan sebuah negara, sehingga munculah berbagai sarana
menyalurkan komunikasi dan informasi yang biasa disebut media kampus.
Media atau pers kampus dalam sebuah negara memiliki posisi yang signifikan dalam
proses pembangunan dan kehidupan masyarakat. Media kampus juga dapat
membangun komunikasi secara efektif. Posisi media semestinya mampu diperankan
di kampus sebagai miniatur negara. Media memiliki fungsi informatif, edukatif,
hiburan dan kontrol sosial. Media kampus harus bisa menjalankan fungsi-fungsi
tersebut diantaranya:
1. Fungsi informatif, media kampus menjadi sarana untuk menyampaikan
informasi-informasi kepada khalayak kampus, dari birokrat, dosen sampai
mahasiswa. Informasi biasanya terkait dengan dunia kampus.
2. Fungsi edukatif, menjadikan media kampus menjadi tempat belajar, baik
belajar media kampus sendiri atau organisasi secara umum.
3. Fungsi hiburan, harus juga mampu diberikan oleh media kampus. Format
hiburan yang diberikan tentunya tetap mempertimbangkan aspek-aspek normatif
dalam sebuah kampus. Dapat juga memanfaatkan kreativitas mahasiswa yang
belum terekspose ke khalayak.
4. Fungsi kontrol sosial, dibutuhkan dalam upaya-upaya penelusuran terhadap
hal-hal yang dinilai menyimpang ataupun pengawalan sebuah proses perubahan
kampus. Informasi yang diberikan biasanya merupakan hasil-hasil advokasi yang
dijalanakan oleh mahasiswa itu sendiri. Media kampus harus meluruskan sesuai data
dan fakta yang sebenarnya.
Landasan pentingnya media kampus dari ke empat fungsi diatas akan memiliki
banyak manfaat jika mampu diterapkan dengan baik oleh masyarakat kampus
terutama mahasiswa. Bentuk media yang dapat digunakan biasanya terdiri dari dua
kategori yaitu cetak dan elektronik. Bentuk cetak dapat berupa surat kabar (Koran),
majalah, tabloid, majalah dinding, bulletin, dan sebagainya. Sedangkan bentuk
elektronik diantaranya radio, televisi, film, website, dan sebagainya. Pilihan ini
dirasakan mudah dan praktis karena tidak membutuhkan banyak dana dan SDM.
Dengan SDM yang cukup dan berkompenten media-media ini dapat disajikan kepada
masyarakat kampus.
Kesadaran akan pentingnya media kampus harus mulai dibangun oleh masyarakat
kampus itu sendiri, mulai dari mahasiswa, dosen, pihak-pihak yang berkaitkan
dengan dunia kampus. Karena pentingnya membangun informasi yang baik dan
tepat akan membantu terjadinya komunikasi yang efektif. Sehingga tidak akan lagi
hadir permasalahan kampus yang terkait dengan komunikasi. Media kampus akan
memberikan banyak informasi kepada masyarakatnya dan akan terbangun kampus
yang tidak buta dengan kemajuan teknologi dan informasi.
Popularitas media kampus harus diakui tidak begitu besar, apa penyebabnya? Harus
diakui, meskipun kampus perguruan tinggi merupakan gudang dari pakar-pakar di
bidang manajemen dan komunikasi, tidak dengan serta-merta mampu menjadikan
pengelolaan (manajemen) media kampus bergerak sangat progresif, dalam konteks
kualitas, kemasan, maupun pemasaran. Jamak diketahui, pada umumnya media-
media kampus yang berserak di ratusan kampus se-Indonesia, masih dikelola secara
sederhana. Sedikit sekali mendapati media kampus yang dikelola secara modern
dan profesional. Dengan sudut pandang cara pengelolaan yang masih konvensional
demikian, denyut kehidupan media kampus memang tidak terlalu meriah.
Apakah secara eksistensial media kampus yang berada di lingkungan kampus,
hanya diposisikan sebagai ruang bereksperimen semata, sehingga pengelolaannya
pun menjadi kurang optimal? Wajar bagi sebuah kampus untuk menyemai pelbagai
eksperimentasi, sebagai wujud dari pengembangan keilmuan yang diemban seluruh
civitas akademika, khususnya para staf pengajar. Namun, apakah tidak
memungkinkan mengembangkan manajemen media kampus lebih maju lagi dengan
segala keterbatasan yang ada selama ini? Menurut saya, peluang bagi
pengembangan manajemen media kampus sungguh masih terbuka lebar.
Bagaimana mengintegrasikan media kampus? Menurut saya, langkah awal adalah
membuat Visi dan Misi secara fundamental, maju tidaknya perkembangan sebuah
media apapun itu, termasuk media kampus sangat bergantung dari visi dan misi
pengelolaan media bersangkutan. Hendak diarahkan ke mana penerbitan media
tersebut? Dalam konteks media kampus, saya membayangkan media tersebut mesti
diorientasikan kepada dua sasaran (segmen) pembaca yang relevan. Secara
internal, ia adalah ruang bagi interaksi antar civitas akademika. Sementara secara
eksternal, ia merupakan bagian dari strategi pencitraan kampus bersangkutan.
Dengan demikian, positioning media kampus adalah sebuah media komunitas bagi
sasaran pembaca warga kampus, maupun untuk sasaran (segmen) pembaca
masyarakat intelektual di luar kampus. Khususnya mereka yang memiliki ikatan
langsung (alumni) maupun tidak langsung (stakeholders non alumni).
Jika ini menjadi pijakan untuk dikembangkan sebagai basis pengelolaan, maka
pengelola media kampus akan lebih mudah dalam mendesain konten dan kemasan
media yang akan disajikan. Misalnya, format media kampus tersebut berbentuk
jurnal. Sudah pasti, ia akan dikemas dalam kaidah-kaidah sebuah jurnal yang
standar. Meskipun demikian, di era komodifikasi citra seperti sekarang ini, sebuah
jurnal ilmiah pun tidak luput dari tuntutan untuk menampilkan citra produk yang
(semi) populer. Ini bisa disiasati melalui penampilan wajah jurnal yang lebih
eyecatching, misalnya. Sementara isinya tetap memiliki bobot lazimnya sebuah
jurnal ilmiah. Adapun media kampus non-jurnal, dalam pandangan saya jauh lebih
leluasa untuk dieksplorasi dengan sejumlah gaya dan cara penampilan yang populer.
Di era serba digital ini, hampir tak ada penghuni kampus yang belum mengetahui
internet. Karena itu, secara teoritis, media kampus konvensional (cetak dan
penyiaran), dengan mudah bisa disinergikan (untuk tidak menyebut sebagai
konvergensi, karena hingga saat ini belum ada satupun media komersial di
Indonesia yang sudah konvergen) dengan media digital (website). Pertanyaannya
kini, bagaimana menyinergikan hal tersebut? Saya kira, ini menyangkut persoalan
manajemen. Mulai dari manajemen SDM, konten atau produk, pemasaran, hingga
manajemen keuangan.
Eksistensi media kampus cetak yang jauh lebih dahulu hadir ketimbang media
kampus penyiaran dan digital, sudah seharusnya bisa ditempatkan sebagai
backbone jaringan multimedia yang akan dikembangkan. Media kampus cetak tetap
merupakan bendera kapal (flagship) media kampus. Nah, yang terpenting bagi
pembangunan media kampus yang multimedia, adalah terciptanya sebuah
newsroom, yang dapat mengintegrasikan pengelolaan (konten, khususnya), agar
antar format media kampus tidak saling overlap satu dengan yang lain.
Terbentuknya newsroom sekurangnya memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Mengintegrasikan konten antar format media di kampus
2. Memfokuskan strategi konten dan sasaran konsumen media (pembaca,
pendengar, dan pemirsa)
3. Mengefisiensikan pembiayaan
4. Memudahkan pengelolaan (dalam satu atap manajemen)
Integrasi newsroom selanjutnya akan mendorong proses integrasi manajemen yang
lain, seperti SDM, pemasaran, dan keuangan. Dengan demikian, pengembangan
media kampus jauh akan lebih terarah kepada segmen konsumen yang tepat, yang
pada gilirannya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan (jika memungkinkan)
pemasaran lewat penjualan ruang-ruang iklan. Sumber daya manusia kampus yang
melimpah, saya kira merupakan sebuah keunggulan kompetitif yang dimiliki kampus
dalam mengembangkan integrasi media kampus yang sudah diciptakan.
Awareness dan penetrasi masyarakat kampus, khususnya mahasiswa terhadap
teknologi informasi, memungkinkan untuk digandeng sebagai pemasok-pemasok
konten cukup handal bagi media kampus. Kini, sangat populer apa yang disebut
dengan fenomena Blogger, untuk menyebut mereka yang memiliki situs blog
tersendiri sebagai ruang berekspresi. Para blogger ini sebenarnya bisa digandeng
dan diajak bekerjasama untuk mengembangkan kualitas dan kuantitas konten
media kampus agar lebih kaya secara konten maupun kemasan. Tentu harus dipilih
blog-blog tertentu yang memiliki kesamaan visi dan misi dengan konten yang
dikembangkan oleh media kampus. Kerjasama konten dengan para blogger bisa
dimanfaatkan media kampus versi digital maupun cetak.
Tinggal kini adalah soal pengaturan dan model kerjasama yang akan dikembangkan.
Pada konteks inilah manajemen dari pengelola media kampus dituntut untuk mampu
bertindak secara perform, agar kontribusi yang bisa disumbang warga kampus bagi
pengembangan media kampus lebih optimal. Dan semua itu relatif tidak
membutuhkan sumber daya finansial yang besar. Dengan memanfaatkan aset-aset
kampus yang sudah tersedia infrastruktur fisik, laboratorium, serta seluruh civitas
akademika yang memiliki concern terhadap media kampus, saya kira eksistensi
media kampus akan semakin berkibar di era sekarang ini.
http://fadzlidzilikrom.wordpress.com/2013/11/29/media-internal-kampus/

Anda mungkin juga menyukai