Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

Ileus obstruktif atau hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi
lumen usus atau oleh gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi
mekanik. Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus. Pada
obstruksi usus harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulata.
Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi dan volvulus
mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau
askariasis adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi.
Pada bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya disebabkan oleh
cacat lahir, massa yang keras dari isi usus (mekonium) atau ususnya berputar
(volvulus).

Invaginasi merupakan penyebab tersering dari sumbatan usus akut
pada anak, dan sumbatan usus akut ini merupakan salah satu tindakan bedah
darurat yang sering terjadi pada anak.
Umumnya gejala pertama timbul karena penyulit, yaitu gangguan faal usus
berupa gangguan sistem saluran cerna, sumbatan usus, perdarahan atau akibat
penyebaran tumor. Biasanya nyeri hilang timbul akibat adanya sumbatan usus dan
diikuti muntah-muntah dan perut menjadi distensi/kembung. Bila ada perdarahan
yang tersembunyi, biasanya gejala yang muncul anemia, hal ini sering terjadi pada
tumor yang letaknya pada usus besar sebelah kanan.
Pada saat ini, radiologi memainkan peranan penting dalam mendiagnosis
secara awal ileus obstruktif secara dini. Dunia kedokteran saat ini sangat maju
dengan pesat terutama dengan pekembangan dan aplikasi komputer bidang
kedokteran sehingga ilmu radiologi turut berkembang pesat mulai dari pencitraan
organ sampai ke pencitraan selular atau molekular. Pada pemeriksaan radiologis,
dengan posisi tegak, terlentang dan lateral dekubitus menunjukkan gambaran
anak tangga dari usus kecil yang mengalami dilatasi dengan air fluid level.
Pemberian kontras akan menunjukkan adanya obstruksi mekanis dan letaknya.
Pada ileus obstruktif letak rendah jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan
rektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colok dubur dan barium inloop) untuk
mencari penyebabnya. Periksa pula kemungkinan terjadi hernia.
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi
usus.

2.2. Anatomi Usus
Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang
membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus
halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini
mengisi bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung proksimalnya bergaris
tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis tengahnya
berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm.
Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum. Pembagian ini
agak tidak tepat dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur, dan yang relatif
lebih penting berdasarkan perbedaan fungsi. Duodenum panjangnya sekitar
25 cm, mulai dari pilorus sampai kepada jejenum. Pemisahan duodenum dan
jejenum ditandai oleh ligamentum treitz, suatu pita muskulofibrosa yang
berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus esofagus dan berinsersio
pada perbatasan duodenum dan jejenum. Ligamentum ini berperan sebagai
ligamentum suspensorium (penggantung). Kira-kira duaperlima dari sisa usus
halus adalah jejenum, dan tiga perlima terminalnya adalah ileum.. Jejenum
terletak di regio abdominalis media sebelah kiri, sedangkan ileum cenderung
terletak di region abdominalis bawah kanan. Jejunum mulai pada junctura
denojejunalis dan ileum berakhir pada junctura ileocaecalis.
Lekukan-lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding posterior
abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang
dikenal sebagai messenterium usus halus. Pangkal lipatan yang pendek
melanjutkan diri sebagai peritoneum parietal pada dinding posterior abdomen
sepanjang garis berjalan ke bawah dan ke kenan dari kiri vertebra lumbalis kedua
3

ke daerah articulatio sacroiliaca kanan. Akar mesenterium memungkinkan keluar
dan masuknya cabang-cabang arteri vena mesenterica superior antara kedua
lapisan peritoneum yang memgbentuk messenterium.
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5
kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter
usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci
(sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus semakin kecil.
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat
katup ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum
menempati dekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal
mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon
asendens, transversum, desendens dan sigmoid. Kolon ascendens berjalan ke
atas dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan hati, menduduki regio
iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati, kolon ascendens membelok
ke kiri, membentuk fleksura koli dekstra (fleksura hepatik). Kolon transversum
menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai
fleksura koli sinistra. Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa,
membengkok ke bawah, membentuk fleksura koli sinistra (fleksura lienalis)
untuk kemudian menjadi kolon descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu
atas panggul. Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon descendens. Ia
tergantung ke bawah dalam rongga pelvis dalam bentuk lengkungan. Kolon
sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum menduduki bagian
posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan
berjalan turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus
dasar pelvis. Disisni rektum melanjutkan diri sebagai anus dalan perineum.







4

Gambar 1. Sistem Saluran Pencernaan

2.3. Klasifikasi
Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif atau ileus mekanik
dibedakan menjadi, antara lain :
1. Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gaster
sampai ileum terminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum
terminal sampai rectum).
Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan
stadiumnya, antara lain :
1. Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga
makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
2. Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi/sumbatan yang tidak
disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
3. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir
dengan nekrosis atau gangren.


5

2.4. Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain :
1. Hernia inkarserata : usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia. Pada
anak dapat dikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg.
Namun, jika percobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8
jam, harus diadakan herniotomi segera.
2. Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus
Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat berupa
perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa
setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat
peritonitis setempat atau umum. Ileus karena adhesi biasanya tidak
disertai strangulasi.
b. Invaginasi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang
pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat
idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya
berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik ke kolon ascendens dan
mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat mengakibatkan
nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi
perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga atas
pemeriksaan fisik, dan dipastikan dengan pemeriksaan Roentgen
dengan pemberian enema barium. Invaginasi pada orang muda dan
dewasa jarang idiopatik, umumnya ujung invaginatum merupakan polip
atau tumor lain di usus halus. Pada anak, apabila keadaan umumnya
mengizinkan, maka dapat dilakukan reposisi hidrostatik yang dapat
dilakukan sekaligus sewaktu diagnosis Roentgen ditegakkan. Namun,
apabila tidak berhasil, harus dilakukan reposisi operarif. Sedangkan
pada orang dewasa, terapi reposisi hidrostatik umumnya tidak mungkin
dilakukan karena jarang merupakan invaginasi ileosekal.


6

c. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-
mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan
tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu
gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang
mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing. Segmen usus yang
penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk mengalami volvulus,
strangulasi, dan perforasi.
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang
abnormal dari segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri,
maupun pemuntiran terhadap aksis radii mesenterii sehingga pasase
makanan terganggu. Pada usus halus agak jarang ditemukan kasusnya.
Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan mudah mengalami
strangulasi. Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus obstruksi tinggi
dengan atau tanpa gejala dan tanda strangulasi.
e. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika
ia menimbulkan invaginasi. Proses keganasan, terutama karsinoma
ovarium dan karsinoma kolon, dapat menyebabkan obstruksi usus. Hal
ini terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis di peritoneum atau di
mesenterium yang menekan usus.
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari
saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu
empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar
dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau
katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma, terutama
pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal. Selain itu, obstruksi dapat pula
7

disebabkan oleh divertikulitis, striktur rektum, stenosis anus, volvulus sigmoid,
dan penyakit Hirschprung.

Lokasi Penyebab
Kolon



Duodenum
Dewasa


Neonatus

Jejenum dan ileum
Dewasa



Neonatus
Tumor (umumnya di kolon kiri), divertikulitis (umumnya
di kolon sigmoid), volvulus di sigmoid atau
sekum,fekalit, penyakit Hirschprung.


Kanker di duodenum atau kanker kepala pankreas,
ulkus.

Atresia, volvulus, adhesi


Hernia, adhesi (paling sering), tumor, benda asing,
divertikulum Meckel, penyakit Crohn (jarang),
ascariasis, volvulus, intususepsi karena tumor (jarang)

Ileus mekonium, volvulus, atresia, intususepsi

2.5. Patogenesis
Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus
yang berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang
menyeluruh menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah
berkurang (iskemik), dapat terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi usus oleh karena
obstruksi menyebabkan perubahan ekologi, kuman tumbuh berlebihan sehingga
potensial untuk terjadi translokasi kuman.

Gangguan vaskularisasi menyebabkan
mortalitas yang tinggi, air dan elektrolit dapat lolos dari tubuh karena muntah.
Dapat terjadi syok hipovolemik, absorbsi dari toksin pada usus yang mengalami
strangulasi.
Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi
berlebihan atau ruptur. Dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi.
Dinding sekum merupakan bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi
ruptur bila terlalu tegang. Gejala dan tanda obstruksi usus halus atau usus besar
tergantung kompetensi valvula Bauhini. Bila terjadi insufisiensi katup, timbul
refluks dari kolon ke ileum terminal sehingga ileum turut membesar.
8

Pengaruh obstruksi kolon tidak sehebat pengaruh pada obstruksi usus halus
karena pada obstruksi kolon, kecuali pada volvulus, hampir tidak pernah terjadi
strangulasi. Kolon merupakan alat penyimpanan feses sehingga secara relatif
fungsi kolon sebagai alat penyerap sedikit sekali. Oleh karena itu kehilangan
cairan dan elektrolit berjalan lambat pada obstruksi kolon distal.

2.6. Manifestasi Klinis
1. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya
disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus
bagian oral dari obstruksi, maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus
meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus
proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah
fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri
abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.
Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen.
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan
dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai
demam. Distensi abdomen dapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi
proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang
meningkat dan metallic sound dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri
pada obstruksi di daerah distal.

2. Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai
dengan nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi
atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana
nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan
operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.

3. Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat
sumbatan biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus
9

menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan
timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum
obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar.
Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah
refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak
gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada keadaan
valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan
perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis.
Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan
usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan terdengar metallic sound pada
auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa menunjukkan adanya
strangulasi.

2.7. Diagnosis
Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab
misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia.
Gejala umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Selanjutnya
ditemukan meteorismus dan kelebihan cairan di usus, hiperperistaltis berkala
berupa kolik yang disertai mual dan muntah. Kolik tersebut terlihat pada inspeksi
perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktu serangan
kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Penderita
tampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu dua kali defekasi
tidak ada lagi flatus atau defekasi. Pemeriksaan dengan meraba dinding perut
bertujuan untuk mencari adanya nyeri tumpul dan pembengkakan atau massa yang
abnormal. Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan kebiasaan
buang air besar terutama berupa obstipasi dan kembung yang kadang disertai
kolik pada perut bagian bawah. Pada inspeksi diperhatikan pembesaran perut yang
tidak pada tempatnya misalnya pembesaran setempat karena peristaltis yang hebat
sehingga terlihat gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding perut.
Biasanya distensi terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal karena bagian
ini mudah membesar.
10

Dengan stetoskop, diperiksa suara normal dari usus yang berfungsi (bising
usus). Pada penyakit ini, bising usus mungkin terdengar sangat keras dan bernada
tinggi, atau tidak terdengar sama sekali.
Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi
hemokonsentrasi, leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pada pemeriksaan
radiologis, dengan posisi tegak, terlentang dan lateral dekubitus menunjukkan
gambaran anak tangga dari usus kecil yang mengalami dilatasi dengan air fluid
level. Pemberian kontras akan menunjukkan adanya obstruksi mekanis dan
letaknya. Pada ileus obstruktif letak rendah jangan lupa untuk melakukan
pemeriksaan rektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colok dubur dan barium in
loop) untuk mencari penyebabnya. Periksa pula kemungkinan terjadi hernia.
Pada saat sekarang ini radiologi memainkan peranan penting dalam
mendiagnosis secara awal ileus obstruktifus secara dini.

2.8. Gambaran Radiologi
Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif
dilakukan foto abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto
abdomen ini antara lain :
1. Ileus obstruksi letak tinggi :
- Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal
junction) dan kolaps usus di bagian distal sumbatan.
- Coil spring appearance
- Herring bone appearance
- Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)
2. Ileus obstruksi letak rendah :
- Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi
- Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi
abdomen
- Air fluid level yang panjang-panjang di kolon
Sedangkan pada ileus paralitik gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang
menyeluruh dari gaster sampai rektum.

11

A. Intususepsi/Invaginasi
Diagnosis invaginasi secara preoperatif sangatlah sulit, meskipun pada
umumnya diagnosis preoperatifnya adalah obstruksi usus tanpa dapat memastikan
kausanya adalah intususepsi, pemerikasaan fisik saja tidaklah cukup sehingga
diagnosis memerlukan pemeriksaan penunjang yaitu dengan radiologi.
Pemeriksaan radiologi yang dapat digunakan untuk mendiagnosis invaginasi
antara lain : foto polos abdomen 3 posisi, barium enema/colon in loop, ultra
sonography, computed tomography serta Magnetic Resonance Imaging.


1. Foto Polos Abdomen
Tujuan untuk mengetahui adanya tanda obstruksi, seperti Distensi, Air
fluid level, Hering bone (gambaran plika circularis usus). Foto polos perut
dibuat dalam 2 arah, posisi supine dan lateral dekubitus kiri. Posisi lateral
dekubitus kiri ialah posisi penderita yang dibaringkan dengan bagian kiri di
atas meja dan sinar dari arah mendatar. Dengan posisi ini, selain
untuk mengetahui invaginasi juga dapat mendeteksi adanya perforasi.
Gambaran X-ray pada invaginasi ileo-coecal memper-lihatkan daerah
bebas udara yang fossa iliaca kanan karena terisi massa. Pada invaginasi
tingkatlanjut kelihatan air fluid level. Foto abdomen tegak didapatkan tanda-
tanda obstruksi saluran cerna, distribusi udara yang tidak merata
perselubungan daerah kanan bawah, tengah dan atas, udara hanya menempati
perut kiri atas. Pada keadaan lanjut telah terlihat tanda-tanda obstruksi usus
berupa multipel air fluid level, dilatasi loop usus atau minimal feses pada
kolon. Tetapi 30% pemeriksaan foto abdomen adalah normal. Massa
intususeptum kelihatan pada setengah pasien yang dilakukan pemeriksaan
foto polos abdomen.

Apex dari intussuseption mungkin menunjukkan tanda patognomonik
radioluscent yang disebut crescent sign, karena udara usus yang terjebak
diantara permukaan usus yang berlawanan. Lusensi ini lebih lebar daripada
usus normal dan mengelilingi sekitar densitas jaringan lunak dari
intussuseption. Karena negatif palsu yang tinggi dari foto polos ini, USG
direkomendasikan sebagai tehnik imaging primer.
12


Gambar 2. Foto polos abdomen. Panjang segmen menyempit di usus besar,
melintang proksimal sekunder untuk intususepsi colocolic ( panah).
2. Barium enema / Colon in loop
Barium enema merupakan pemeriksaan system gastrointestinal bagian
bawah, merupakan pemeriksaan X-ray pada colon dan rectum. Untuk
membuat usus terlihat pada gambaran X-ray, colon diisi dengan
menggunakan bahan kontras yang mengandung barium. Dilakukan dengan
memasukkan bahan kontras melalui tabung yang dimasukkan ke anus.
Barium menghalangi sinar X sehingga menyebabkan colon yang terisi barium
terlihat jelas.

Barium enema merupakan gold standard dan telah teruji dapat
mendiagnosa sekaligus dapat mereduksi intususepsi pada anak dengan rata-
rata keberhasilan 55-90% dan resiko perforasi kurang dari 1 %, jika gejala
muncul kurang dari 24 jam, tingkat keberhasilan menggunakan barium enema
menjadi 80-90%.
Terdapat dua gambaran klasik pada intususepsi pada bacaan barium
enema. Cup shaped appearance atau Meniscus sign yang dihasilkan
karena obstruksi aliran barium pada apeks bulat intususeptum yang menonjol
ke dalam kolom bahan kontras. Selain itu ketika tekanan ditingkatkan,
sebagian atau keseluruhan intususepsi mungkin akan tereduksi. Jika barium
13

dapat melewati tempat obstruksi, dapat diperoleh suatu Coil spring
appearance .


Gambar 3. Cupping sign atau Meniscus sign pada foto dengan barium enema



Gambar 4.Coil spring appearance pada foto barium enema

14

B. Volvulus
Untuk mendapatkan diagnosis pasti, pemeriksaan imaging atau radiologis
diperlukan. Secara umum, pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan adalah :
1. Foto Abdomen
Foto polos abdomen anterior-posterior dan lateral dapat menunjukan
adanya obstruksi usus, dengan adanya pelebaran loop, dilatasi lambung dan
duodenum, dengan atau tanpa gas usus serta batas antara udara dengan
cairan (air-fluid level). Foto dengan kontras dapat menunjukan adanya
obstruksi, baik bagian proksimal maupun distal. Malrotasi dengan volvulus
midgut patut dicurigai bila duodenojejunal junction berada di lokasi yang
tidak normal atau ditunjukan dengan letak akhir dari kontras berada. Foto
dengan kontras juga dapat menunjukan obstruksi bagian bawah, dilakukan
juga pada pasien dengan gejala bilious vomiting untuk mencurigai adanya
penyakit Hirschsprung, meconium plug syndrome dan atresia.
2. Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi tidak banyak membantu diagnosis volvulus,
namun pada pemeriksaan ini dapat didapatkan cairan intraluminal dan
edema di abdomen. Kemudian, adanya perubahan anatomikal arteri dan
vena mesenterika superior dapat terlihat, hal ini menunjukan adanya
malrotasi, walaupun tidak selalu.
3. CT scanning
CT scanning mempunyai sensitivitas spesifisitas yang baik untuk
mendiagnosis adanya obstruksi usus, termasuk volvulus. Pengambilan titik
transisi di beberapa lokasi dengan CT scan signifikan untuk mendiagnosis
volvulus. Sebuah penelitian menyatakan bahwa titik transisi yang
berhubungan dengan volvulus cenderung terlokasi lebih dari 7 cm anterior
spinal. The Whirl Sign merupakan gambaran khas pada CT scan yang
menunjukan adanya volvulus. Arah putaran volvulus juga dapat dilihat pada
CT scan.
Volvulus gaster dapat didiagnosis dengan foto thorax, dimana terdapat
gambaran air fluid level di retrocardiaka. Dengan kontras, gambaran obstruksi
lambung di tempat volvulus terjadi dapat mengkonfirmasi adanya volvulus.
15


Gambar 5. Volvulus Gaster; gambar menunjukan distensi gaster mengisi
hemitoraks bagian kiri dan mendesak mediastinum (gambar kiri)
Gambar menunjukan gaster berada di dada bagian bawah pada
hernia hiatal yang besar. Gaster berotasi dengan putaran
organoaksial. Inkarserata tidak terjadi secara komplit


Gambar 6 CT Scan menunjukan gambaran khas The Whirl Sign
(panah); Volvulus intestinal (kanan) dan Volvulus Midgut (kiri)


Diagnosis volvulus sekum jarang ditegakkan melalui gejala klinis, 50%
ditegakan melalui gambaran radiologi dengan karakteristik coffe bean atau tear
drop (bascule) appearances. Foto dengan kontras barium beresiko terjadi
perforasi karena agar kontras barium mencapai kolon bagian kanan, insuflasi yang
ekstensif diperlukan. Namun jika diagnosis belum dapat dipastikan dari foto,
kontras water soluble dapat dimasukan melalui kolonoskopi. Laparotomi juga
dapat dilakukan dalam rangka diagnosis volvulus.
1

16


Gambar 7. Coffee bean appearance; gambaran di tengah bawah abdomen
terlihat dilatasi usus; khas pada volvulus sekum dan sigmoid.
20


Berdasarkan penelitian, volvulus sigmoid paling sering terjadi diantara
volvulus lainnya. Volvulus sigmoid ditegakan melalui gambaran radiologi foto
polos abdomen dimana menggambarkan karakteristik "omega" atau "inverted
loop". Pada kasus yang meragukan, foto dengan kontras dapat menunjukan
adanya gambaran "beaked apperances" yaitu gambaran seperti paruh burung di
bagian kolon sigmoid.


Gambar 8. Birds Beak appearance; foto kontras khas pada volvulus
sigmoid dan sekum.





17

C. Atresia Ileum
1. Plain abdominal foto
Terlihat dilatasi usus halus multipel dengan gambaran air fluid level
didalamnya makin distal letak atresia, maka makin tampak pula distensinya
2. Kontras enema :
Jenis kontras yang dipakai adalah isoosmolal water soluble. Disini
didapatkan gambaran mikrokolon, dimana kontras yang dimasukkan tidak
akan mengalami refluks ke usus yang mengalami distensi dan letaknya lebih
proksimal.
Pada literatur yang lain dikatakan bahwa terdapat gambaran
mikrokolon, tetapi data terjadi refluks dari kontras melalui katub ileovalvula
menuju ke ileum, sehingga akan tampak lokasi distal atresia. Perlu diketahui
bahwa tidak didapatkan filling defek baik dalam mikrokolon maupun pada
usus halus sisi distal.


Gambar 9. Atresia Ileum

D. Atresia Kolon
1. Plain abdominal foto
Terdapat obstruksi yang tidak spesifik dan dilatasi usus yang luas serta tidak
proporsional. Distensi yang masiv ini terdapat pada kolon proksimal menuju
ke atresia / stenosis. Pada literatur lain disebutkan bahwa distensi menyerupai
obstruksi usus halus (dari mekonium ileus) atau obstruksi kolon (seperti pada
Penyakit Hirschprung). Pada bagian usus yang distensi ini dapat pula terlihat
bintik-bintik mekonium.
18

2. Kontras Enema
Barium enema dapat menunjukkan lokasi obstruksi secara akurat. Jika
kontras terdorong masuk menuju membrane yang obstruksi akan tampak
windsock sign, dimana sekat/diafragma mencembung ke dalam kolon
yang lebih proksimal. Sedangkan pada literatur lain disebutkan bahwa
seringnya terjadi kesalahan diagnosa dengan mikrokolon disebabkan
obstruksi usus lainnya karena barium tidak dapat mengisi kolon proksimal
yang mengalami dilatasi secara adekuat.


Gambar 10. Atresia Kolon

E. Mekonium Ileus
1. Uncomplicated / Simple mekonium ileus
- Plain abdominal foto
Seringkali menunjukkan distensi usus yang multipel, dan
menyerupai atresia ileum ataupun bentuk lain obstruksi usus halus.
Diameter usus yang mengalami distensi bervariasi, beberapa dilatasinya
sangat besar, lainnya hanya mengalami dilatasi sedang, sisanya dengan
ukuran relativ normal, tampak gambaran usus halus baik ukuran
maupun lokasinya menyerupai kolon.
Adanya gambaran soap bubble yang kasar dan granular, yang
disebabkan bercampurnya gelembung udara dalam mekonium yang
tebal yang disebut juga ground-glass appearance.
Jika dibuat foto dalam posisi erect, maka tidak didapatkan air-fuid
level,atau hanya relatif sedikit. Hal ini disebabkan karena usus terisi
19

penuh dengan cairan atau mekonium yang liat. Inipun bukan diagnostik,
karena mungkin didapatkan pula pada bentuk obstruksi usus lain.
2. Complicated mekonium ileus
- Plain Abdominal Foto
Biasanya didapatkan komplikasi berupa: segmental volvulus disebelah
proksimal, kemungkinan juga ada atresia atau stenosis. Dapat
ditemukan air fluid level pada segmen yang dilatasi diatas atresia.



Gambar 11. Mekonium Ileus

F. Penyakit Hirschprung
1. Plain abdominal foto
Adanya tanda-tanda obstruksi usus letak rendah. Seringkali posisi usus
yang mengalami dilatasi mencurigakan terdaat obstruksi kolon, tetapi
penentuan ini sulit dilakukan pada periode neonatus. Udara pada rektum
mungkin sedikit atau tidak ada, dan pada posisi prone atau prone cross-
table proyeksi lateral dapat terlihat udara yang mengisi rektum berkaliber
kecil dengan dilatasi usus pada bagian proksimalnya. Biasanya pada anak
yang usianya lebih besar tampak sejumlah besar feses mengisi kolon yang
dilatasi.
2. Kontras Enema
Didapatkan distensi pada usus halus, sedangkan kolon terlihat memiliki
panjang dan kaliber yang normal. Pada beberapa pasien, terlihat gambaran
kolon yang memendek dan tampak kolon sigmoid yang biasanya redundan.


20

Transitional zone terlihat sebagai area dengan perubahan lebar usus
yang mendadak dari segmen yang spastik dengan segmen proksimalnya
yang mengalami dilatasi karena obstruksi dan biasanya terisi feses, 80 %
berlokasi di rekto-sigmoid. Transitional zone tidak selalu ditemukan, lebih
reliable ada pada anak dibandingkan pada neonatus. Pada neonatus,
hipertrofi dan dilatasi segmen proksimal masih belum berkembang,
mambutuhkan waktu beberapa minggu untuk berkembang. Tetapi
transitional zone masih tampak sebagai perubahan kaliber usus antara yang
spastik dan yang normal.

Gambar 11. Hirschprung















21

BAB III
KESIMPULAN

Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi
usus.
Pada bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya disebabkan oleh
cacat lahir, massa yang keras dari isi usus (mekonium) atau ususnya berputar
(volvulus).

Invaginasi merupakan penyebab tersering dari sumbatan usus akut
pada anak, dan sumbatan usus akut ini merupakan salah satu tindakan bedah
darurat yang sering terjadi pada anak.
Pada saat ini, radiologi memainkan peranan penting dalam mendiagnosis
secara awal ileus obstruktif secara dini. Dunia kedokteran saat ini sangat maju
dengan pesat terutama dengan pekembangan dan aplikasi komputer bidang
kedokteran sehingga ilmu radiologi turut berkembang pesat mulai dari pencitraan
organ sampai ke pencitraan selular atau molekular. Pada pemeriksaan radiologis,
dengan posisi tegak, terlentang dan lateral dekubitus menunjukkan gambaran
anak tangga dari usus kecil yang mengalami dilatasi dengan air fluid level.
Pemberian kontras akan menunjukkan adanya obstruksi mekanis dan letaknya.
Pada ileus obstruktif letak rendah jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan
rektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colok dubur dan barium inloop) untuk
mencari penyebabnya. Periksa pula kemungkinan terjadi hernia.










22

DAFTAR PUSTAKA

Cribbs, Randolph K., KW, Gow., ML, Wulkan. Gastric Volvulus in Infants and
Children. Pediatrics. 2008; 122: 752-62

Jabra, A., J.Eng., CG. Zaleski., GE. Abdenour., HV. Voung., UO. Aideyan., EK.
Fishman. CT of Small-Bowel Obstruction in Children : Sensitivity and
Specificity. AJR. 2001; 177: 431-6

Jennifer J Garza, MD, Intestinal Atresia, Stenosis, and Webs, Division of
Pediatric Surgery, The University of Oklahoma Health Sciences Center,
2003.

Khurana, Bharti. The Whirl Sign. Radiology. 2003; 226: 69-70

Markowitz, J.E. Volvulus. Tersedia di http://www.emedicine.medscape.com.
Diakses 7 Juli 2013.

Park, Seok Jun., S.J. Cha., BG. Kim., YS. Choi., IT. Chang., GW. Kim.
Intrauterine Midgut Volvulus without Malrotation : Diagnosis from the
Coffee Bean Sign. World J Gastroenterol. 2008; 14: 1456-8

Sjamsuhidajat, R., de Jong, W. Usus Halus, Apediks, Kolon dan Anorektum. In:
Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2004. 616-7

Wiliam Adamson, MD., Bowel Obstruction in the Newborn, Departement of
Surgery, University of South Florida School of Medicine, 2004

Anda mungkin juga menyukai