Anda di halaman 1dari 8

Format Laporan Laba-Rugi (Income Statements)

Dalam Format Laporan Keuangan Bagian 1 ini saya akan menyajikan contoh format dasar
Laporan Laba-Rugi, beserta penjelasan-penjelasan yang diperlukan:

Penjelasan:
PT. J AK Ini adalah nama perusahaan yang dilaporkan
LAPORAN LABA-RUGI Ini adalah nama laporannya, yaitu Laporan-Laba Rugi
1 31 J anuari 2012 Ini adalah periode laporan. Periodisasi laporan keuangan lumrahnya
ada 4, sehingga format inipun ada empat macam, yaitu:
(1) Bulanan (monthly), formatnya: seperti pada contoh di atas
(2) Kuartalan (quarterly), fromatnya: Kuartal I (1 Januari 31 Maret) 2012
(3) Semesteran (semi-annually), formatnya: Semester I (1 Januari 30 Juni) 2012
(4) Tahunan (Annually), formatnya: 1 Januari 31 Desember 2012
Pendapatan Dalam kelompok ini lah segala macam pendapatan ditampung, yang rinciannya
bisa dibuat dibawahnya (dalam contoh ini dari a hingga d).
Penjualan Ini adalah akun yang khusus menampung penjualan, baik itu penjualan barang
maupun jasa, sepanjang itu adalah barang/jasa utama yang dijual oleh perusahaan. Bisa dibilang
akun penjualan adalah sumber pendapatan utama perusahaan.
Diskon/Potongan Ini adalah diskon/potongan yang diberikan kepada pelanggan sehubungan
dengan penjualan barang/jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Sehingga, akun diskon
ini bersifat mengurangi penjualan bersih perusahaan. Misal: Penjualan 3 unit monitor @800,000,
dalam masa promosi perusahaan mengadakan program Beli 2 Gratis 1. Maka ke dalam akun
penjualan dimasukan 2,400,000 (=3 x 800,000), tetapi 1 barang yang diberikan secara percuma
800,000 bisa dimasukkan ke akun diskon. Sehingga penjualan bersih menjadi hanya 1,600,000
(=2,400,000 800,000) saja.
Retur Ini akun untuk barang retur/kembali, entah karena cacat atau karena pembelian
memang dibatalkan. Sifatnya sama seperti diskon, yaitu mengurangi penjualan bersih.
Catatan: Ada juga perusahaan yang laporan laba-rugi-nya tidak menampilkan diskon maupun
retur. Yang disajikan dalam laporan laba-rugi hanya nilai penjualan bersih saja. Jika
menggunakan contoh laba-rugi di atas, maka yang tampil hanya Penjualan = 2,150, sedangkan
akun diskon dan retur tidak ditampilkan. Tetapi pada jurnal harian maupun buku besar (ledger),
tetap saja diskon dan retur di jurnal. Hanya saja, untuk diskon dan retur dibuat kebalikan dari
jurnal penjualan. Mengapa tetap dijurnal? Karena Harga PokokPenjualan dan pengurangan
nilai persediaan barangjadi dari barang terdiskon tetap harus diakui. Misalnya dalam kasus
penjualan monitor di atas, jurnalnya menjadi:
[Debit]. Piutang Dagang = Rp 2,400,000
[Kredit]. Penjualan = Rp 2,400,000
(Untuk penjualan 3 monitor @800,000)
dan:
[Debit]. Harga Pokok Penjualan = Rp 1,200,000
[Kredit]. Persediaan Barang Jadi = Rp 1,200,000
(Untuk mengakui Harga Pokok Penjualan sekaligus mengurangi persediaan)
Lalu discount dicatat:
[Debit]. Penjualan = Rp 800,000
[Kredit]. Piutang Dagang = Rp 800,000
(Untuk diskon 1 monitor @800,000)
Sehingga, setelah semua transaksi terkumpul, maka buku besar Penjualan akan nampak sbb:
3 monitor @800,000 = 2,400,000 (Di sisi kredit)
1 monitor @800,000 = (800,000) (Di sisi debit)
Saldo = 1,600,000 (nilai netto penjualan setelah discount)

Demikian juga kalau ada retur, misalnya: 1 monitor dikembalikan, maka dicatat:
[Debit]. Penjualan = Rp 800,000
[Kredit]. Piutang Dagang = Rp 800,000
(Untuk diskon 1 monitor @800,000)

Pendapatan Lain-Lain Akun ini untuk menampung pendapatan-pendapatan yang berasal
dari aktivitas yang BUKAN merupakan aktivitas utama perusahaan. Misalnya: hasil menjual
aktiva tetap yang sudah ditarik dari opersional perusahaan, mengontrakan salah satu ruangan
kantor untuk perusahaan lain, dan lain sebagainya.
Kita lanjut ke akun berikutnya, yaitu Harga Pokok Penjualan. Khusus mengenai Harga
Pokok Penjualanyang dalam bahasa inggrisnya disebut Cost of Goods Sold, pembahasannya
sedikit agak panjang dan rumit. Untuk itu saya jadikan sub-topik khusus di bawah ini.
Tetapi jangan khawatir, sepanjang anda cukup sabar, telatenterutama sekali mau menelaah
secara serius, saya yakin anda akan bisa mengikuti tanpa hambatan. Saya akan berusaha untuk
menjelaskan sejelas dan segamblang mungkin. Mudah-mudahan waktu yang anda pergunakan
untuk membaca di sini tidak akan sia-sia. Lanjut.

Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold)
Yang nampak pada laporan laba-rugi, pada umumnya, hanya harga pokok penjualan
ditampilkan dalam satu baris saja. TETAPI, sesungguhnya, harga pokok penjualan terdiri dari
beberapa akun yang dikalkulasi secara terpisah. Sehingga, laporan laba-rugi disertai dengan satu
lampiran yang disebut dengan Rincian Perhitungan Harga Pokok Penjualan yang item-
itemnya bervariasi antara satu jenis perusahaan dengan perusahaan lainnya.
Sebagai contoh, saya sajikan format Rincian Perhitungan Harga Pokok Penjualan untuk
perusahaan MANUFAKTUR saja. Dengan penjelasan yang akan saya berikan, mudah-mudahan
anda bisa membuat rincian perhitungan harga pokok penjualan untuk jenis usaha lainnya.
Berikut adalah contoh Rincian Perhitungan Harga Pokok Penjualan yang saya maksudkan:





Penjelasan:
Seperti terlihat dalam contoh di atas, Rincian Perhitungan Harga Pokok Penjualan terdiri
dari 2 komponen utama, yaitu: (I) Harga Pokok Produksi (Manufacturing Cost) ; dan (II)
Persediaan Barang Jadi. Kita bahas satu-per-satu:
I. Harga Pokok Produksi (Cost of Goods Manufactured bisa juga disebut Manufacturing
Cost) Komponen ini hanya ada pada laporan laba rugi perusahaan manufaktur. Setiap cost dan
biaya yang timbul akibat proses produksi (proses mengolah bahan baku dan barang dalam
proses menjadi barang jadi) ditampung di dalam akun-akun komponen ini, itu sebabnya
mengapa disebut dengan Harga Pokok Produksi. Komponen harga pokok produksi dibagi lagi
menjadi 3 kelompok besar, yaitu:
Persediaan Bahan Baku Nilai yang ditampilkan (1700 dalam contoh ini) adalah total
bahan baku yang digunakan dalam periode pelaporan. Dengan kata lain, total penggunaan
bahan baku adalah total bahan baku yang dioleh menjadi barang dalam proses (setengah
jadi). Mengenai perhitungannya bisa dilihat dalam contoh (saldo awal persediaan
ditambah pembelian lalu dikurangi saldo akhir).
Persediaan Barang Dalam Proses (Work-in-Process yang sering disingkat dengan
WIP) Nilai yang ditampilkan dalam WIP (4000 dalam contoh ini) adalah total
barang setengah jadi yang digunakan dalam periode pelaporan (1-31 januari 2012 dalam
hal ini) beserta Biaya Tenaga Kerja Langsung yang dipergunakan dalam proses
pengolahan. Perhitungannya bisa dilihat di dalam contoh: Persediaan awal ditambah
Mutasi dari bahan baku ke WIP ditambah Biaya Tenaga Kerja Langsung, lalu
dikurangi Saldo akhir.
Overhead Setahu saya, overhead ini yang paling sering menimbulkan kebingungan:
pengeluaran atau biaya apa saja yang masuk ke dalam kelompok overhead?
Silahkan lihat di dalam contoh. Logika dasarnya: Aktivitas mengolah bahan baku
menjadi barang dalam proses, lalu mengolah barang dalam proses menjadi barang
jadi, tidak bisa dihindari PASTI menimbulkan cost (beban). Nah beban inilah yang
disebut dengan overhead. Terdiri dari cost apa saja? Bisa berbeda antara suatu
perusahaan dengan perusahaan lainnya. Apa yang saya tampilkan di dalam contoh di atas
hanya dasar, pada prakteknya mungkin anda perlu tambahkan atau kurangkan sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya. Yang jelas semua biaya produksi selain bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung, masuk kelompok overhead. Catatan: Dalam perusahaan
jasa, cost yang timbul karena aktivitas untuk menghasilkan jasa yang dijual juga masuk
kelompok overhead.
Sehingga secara kesuluruhan, Harga Pokok Produksi (cost of goods manufactured) adalah
cost atau beban yang timbul akibat adanya aktivitas produksi, yang dalam contoh ini senilai
6700.
II. Persediaan Barang Jadi Dari penjelasan di atas, jika sungguh-sungguh mengikuti, saya
yakin anda sudah bisa menemukan jawaban mengapa komponen Persediaan Barang Jadi
dipisahkan dari komponen Harga Pokok Produksi, yaitu: oleh karena persediaan barang jadi
sudah tidak memerlukan proses produksi (manufacturing) lagi. Disebut persediaan barang jadi,
karena barangnya sudah jadi dan siap untuk dijual. Nila yang ditampilkan dalam komponen
Persediaan barang jadi (7200 dalam contoh ini) adalah total nilai barang jadi yang siap untuk
dijual, sehingga disebut Total Barang Tersedia Untuk Dijual. Perhitungannya bisa dilihat
dalam contoh: Persediaan Awal ditambah Mutasi Dari WIP ke Barang Jadi (setelah
ditambahkan overhead).
Harga Pokok Penjualan baru bisa diketahui setelah barang terjual. Berapa harga pokok
barang yang terjual? Nilai Total Barang Tersedia Untuk Dijual (7200) dikurangi Saldo Akhir
(50), yang hasilnya menunjukan angka 7150. Itulah total Harga Pokok Penjualan.
Catatan: Yang sangat penting untuk dipahami disini adalah, bagaimana ketiga kelompok
(bahan baku, barang dalam proses dan overhead) tersebut saling terkait antara yang satu dengan
lainnya. Misalnya: Bagimana bahan baku dimutasikan ke barang dalam proses (work in
process/WIP)? Bagimana WIP bersama-sama dengan Overhead dimutasikan ke Persediaan
Barang Jadi? Dan seterusnya. Dalam contoh saya sudah sertakan tanda panah berwarna biru yang
menunjukan alur tersebut. Memahami hal ini, bisa menjawab berbagai ganjalan pertanyaan yang
mungkin timbul di wilayah ini.
Sampai pada titik ini, pertanyaan yang sering muncul: Bagaimana Rincian Harga Pokok
Penjualan jika perusahaan saya bukan manufaktur? Bisa kasih contohnya tidak?
Jika anda sudah memahami apa itu penggunaan bahan baku, apa itu penggunaan barang dalam
proses, apa itu overhead, dan mengapa timbul overheadsehingga secara keseluruhan anda
memahami apa itu harga pokok produksi, apa itu penggunaan persediaan barang jadi dan
bagiamana harga pokok penjualan terbentuk, saya yakin anda tidak memerlukan contoh lagi.
Sebagai panduan dasar, anda bisa menggunakan check list berikut ini:
Apakah ada penjualan barang jadi? JIKA TIDAK SAMASEKALI, berarti perusahaan
anda murni perusahaan jasa, sehingga dalam Rincian Perhitungan Harga Pokok
Penjualan-nya hanya ada overheadyang timbul dari aktivitas menghasilkan jasa yang
diserahkan (di jual). JIKA IYA, lanjut ke check list berikutnya
Apakah barang jadi yang dijual adalah hasil pembelian dari perusahaan lain? JIKA
TIDAK, berarti perusahaan anda adalah perusahaan manufaktur, sehingga Rincian
Perhitungan Harga Pokok Penjualan-nya sama seperti contoh yang saya tampilkan
(hanya perlu disesuaikan dengan kebutuhan). JIKA IYA, lanjut ke checklist berikutnya.
Apakah barang jadi yang dibeli harus melalui proses tertentu lagi, sebelum dijual? JIKA
IYA, berarti perusahaan anda semi-manufaktur, sehingga Rincian Perhitungan Harga
Pokok Penjualan-nya tidak berisi kelompok Bahan Baku, anda bisa menggunakan
contoh di atas, tinggal hilangkan kelompok Persediaan Bahan Baku dan beberapa
penyesuaian di kelompok Overhead. JIKA TIDAK SAMASEKALI, berarti perusahaan
anda adalah murni perusahaan dagang, sehingga Rincian Perhitungan Harga Pokok
Penjualannya hanya berisi kelompok Persediaan Barang Jadi dan Overhead saja.

Catatan: Mengenai penilaian persediaan (inventory valuation) untuk menentukan harga pokok
penjualan (apakah memakai metode LIFO, FIFO, Weighted Average, Dollar Value, Lower
Market Value, dll), akan saya bahas secara terpisah di kesempatan lain.

Biaya-Biaya
Tak banyak yang perlu saya jelaskan di wilayah ini, masing-masing akun biaya sudah self-
explanatory. Yang jelas, dalam setiap perusahaanapapun jenis usahanya, pasti timbul biaya-
biaya, hanya saja jenisnya mungkin bervariasi.
Dalam akuntansi biaya (cost accounting) kelompok biaya-biaya ini sering disebut dengan istilah
fixed cost. Bukan berarti nilainya tetap dari waktu-ke-waktu, disebut fixed karena Biaya-
Biaya ini adalah biaya rutin yang besar-kecilnya tidak dipengaruhi oleh volume aktivitas
produksi (dalam perusahaan manufaktur), tidak dipengaruhi volume aktivitas jual-beli barang
(dalam perusahaan dagang), tidak dipengaruhi oleh volume aktivitas sehubungan dengan proses
pembentukan jasa yang diserahkan (dalam perusahaan jasa.)
Di tempat kerja saya, macam biayanya banyak, mengapa dalam contoh anda sangat
sedikit?; atau
Ditempat kerja saya, semua biaya penyusutan dijadikan satu, mengapa dalam contoh anda
dipisah-pisah?
Pada kenyataannya, anda BISA membuat akun biaya SEBANYAK atau SESEDIKIT yang anda
inginkan (lebih tepatnya yang anda butuhkan)bebas-bebas saja, karena memang TIDAK ada
aturan baku untuk hal itu.
Misalnya:
PT. ABC mungkin memasukan pembelian tissue untuk kamar mandi kantor, kertas untuk mesin
photo copy, isi staples, clip papers, dan yang sejenisnya ke dalam akun Office Supplies saja.
Nah, jika anda mau akunnya lebih banyak lagi, anda bisa membuat akun yang berbeda-beda
untuk masing-masing pengeluaran tersebut (misal: Biaya Tissue Paper, Biaya Kertas Photo
Copy, Biaya Isi Staples dan seterusnya).
Sebaliknya, anda juga bisa membuat akun biaya sesedikit mungkin. Misalnya: Akun Biaya
Stationary, Biaya Listrik dan Biaya Telepon menjadi satu akun saja, mungkin disebut akun
Biaya Kantor. Tak masalah. Sekalilagi, TIDAK ADA aturan baku untuk hal itu.
Hal yang penting untuk dipertimbangkan adalah untung-rugi-nya bagi perusahaan dan
anda sendiri sebagai orang yang menjalankan tugas tersebut sehari-hari:
Di satu sisi, semakin banyak akun biaya yang anda buat, makin detail laporan yang akan
anda hasilkan sehingga mendekati kondisi realnya, dan pengendalian biaya menjadi
semakin efektifkarena semua pengeluaran bisa anda pantau sampai ke hal yang paling
kecil. Demikian sebaliknya.
Di sisi lainnya, semakin banyak akun biaya yang anda buat, kemungkinannya untuk
menjadi tidak konsisten semakin tinggianda akan sering menemukan biaya-biaya yang
sulit untuk dikelompokan ke dalam akun-aku yang spesifik. Disamping itu, dalam proses
tutup buku, akan semakin banyak pula akun yang harus anda periksa (review),
rekonsiliasi, lalu anda tutup satu-persatu.
Saya menyebut fenomena ini dengan account paradox. Di sini anda harus mempertimbangkan
matang-matang sejauh mana kemanfaatan yang timbul antara pilihan menjadi detail atau
general. Setiap pilihan yang anda ambil sudah pasti ada risikonya. Tinggal pintar-pintar
menentukan titik trade-off yang paling optimum bagi perusahaan dan anda.
Secara keseluruhan, Format Laporan Laba-Rugi terdiri dari:
Pendapatan Harga Pokok Penjualan = Laba Kotor
Laba Kotor Biaya-biaya = Laba/Rugi Bersih Sebelum Pajak
Sekiranya ada yang kurang atau salah, mohon dikoreksi. Di Format Laporan Keuangan
bagian berikutnya saya akan bahas mengenai format Neraca, format Laporan Arus Kas,
dan format Laporan Perubahan Modal, satu per-satu secara bertahap

Anda mungkin juga menyukai