Bagikan
Hal seperti itu sesungguhnya sangat kontradiktif dari makna pendidikan yang
susungguhnya. Pendidikan dimaksudkan untuk mengantarkan para siswa
memiliki akhlak yang luhur, cerdas, trampil, percaya pada diri sendiri, maka
dengan ekspresi kegembiraan yang melebihi batas itu justru menunjukkan
bahwa esensi pendidikan menjadi hilang, tidak membekas. Pendidikan
seolah-olah hanya mengantarkan para anak didik mendapatkan selembar
ijazah. Padahal ijazah tersebut semestinya dijadikan petunjuk atau simbol
bahwa tujuanpendidikan telah selesai.
Persoalan lainnya, dapat dilihat dan dirasakan bahwa tatkala para siswa
dihadapkan pada kehidupan nyata di tengah-tengah masyarakat, ternyata
masih gagap . Mereka setelah lulus, tidak sedikit yang belum mampu
beradaptasi dan menjawab persoalan kehidupannyasendiri di tengah
masyarakat. Sekalipun sudah lulus perguruan tinggi, sementara mereka
masih harus menganggur, kesulitan mencari pekerjaan. Sebagai alternatif
yang bisa dipilih, mereka bekerja apa saja yang bisa dilakukan, walaupun
sesungguhnya tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan yang
diperolehnya. Atau, jika ada jalan mereka ikut pergi ke luar negeri mencari
pekerjaan di sana.
Dari selintas gambaran itu, seolah-olah masih ada jarak yang sedemikian
jauh antara apa yang diprogram di sekolah dengan tuntutan di tengah
masyarakat. Di sekolah diajarkan tentang biologi, fisika, kimia, bahasa
Inggris, Bahasa Indonesia dan ilmu sosial, tetapi ternyata seolah-olah mata
pelajaran tersebut belum ada rerevansinya dengan kehidupan nyata di
masyarakat. Para siswa telahdinyatakan lulus ujian, baik ujian sekolah atau
ujian nasional. Tetapi, apa yang didapat itu ternyata belum bisa dijadikan
bekal hidupnya di tengah-tengah masyarakat.
Sayangnya, kegagalan dari aspek yang justru bersifat esensial atau inti
pendidikan tersebut belum banyak dirasakan oleh kalangan luas. Pada
umumnya orang masih sedemikian percaya dengan ijazah, sekalipun
selembar kertas yang dianggap penting itu sesunguhnya belum tentu
bermakna apa-apa.Tulisan singkat dan sederhana ini bukan dimaksudkan
mengajak agar tidak mempercayai lembaga pendidikan yang sudah ada,
melainkaningin mengintakan kembali pada pembaca tentang pesan
pendidikan yang sesungguhnya. Tatkala berbicara pendidikan, semestinya
dipahahami secara kritis dan mendalam makna pendidikan yang paling
dalam itu, sehingga selanjutnya menjadi kekuatan pendorong terhadap
peningkatan kualitas pendidikan yang sebenarnya.