Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem

Vol. 1 No. 3, Oktober 2013, 194-203


194

Uji Performansi Motor Bakar Bensin Agrariksa F.A., dkk

Uji Performansi Motor bakar Bensin (On Chassis)
Menggunakan Campuran Premium dan Etanol

Fintas Afan Agrariksa, Bambang Susilo, dan Wahyunanto Agung Nugroho

Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya
Jl. Veteran, Malang 65145

ABSTRAK

Ada pendapat dari masyarakat yang menyatakan bahwa hanya dengan memakai
bahan bakar premium yang ada saat ini kendaraan yang mereka miliki sudah bisa
berjalan. Akan tetapi dalam penelitian ini penulis ingin mengajak masyarakat untuk
lebih memahami situasi yang terjadi pada satu atau dua generasi ke depan. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh campuran bahan bakar bensin dan
etanol terhadap unjuk kerja motor bakar bensin berdasarkan nilai kalor bahan bakar.
Prosedur pengujian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: Pengujian nilai kalor bahan
bakar; Pengujian motor bensin; Pengujian emisi gas buang. Pengujian menggunakan
bahan pencampuran bensin dan bioetanol (0%, 5%, 15%, 25% etanol). Hasil pengujian
nilai kalor bahan bakar diperoleh nilai kalor premium 11.414,453 kal/gram; campuran
etanol 5% = 8905,921 kal/gram; campuran etanol 15% = 8717,552 kal/gram; campuran
etanol 25% = 8358,941 kal/gram. Hasil pengujian performansi diperoleh daya
tertinggi ada pada campuran 15% yaitu 9,02 kW dan mampu menghabiskan 10 ml
bahan bakar dalam waktu 35,87 detik. Hasil pengujian emisi gas buang diperoleh nilai
CO terendah ada pada campuran 25% etanol yaitu 0,85% volume udara; nilai CO
2

tertinggi ada pada campuran 25% etanol yaitu 10,6% volume udara.

Kata Kunci: Etanol, Oktan, Bom Kalorimeter, Hofman Dynatest

Performance Test of Gasoline Engine (On Chassis) by Use
Mixed Premium and Ethanol

ABSTRACT

There are opinions from people who claim that only by using premium fuel existing vehicles that
they have been able to walk. However, in this study the author would like to invite the public to
better understand the situation that occurs in one or two generations ahead. The purpose of this
study was to determine the effect of a mixture of gasoline and ethanol to gasoline combustion
engine performance based on fuel heating value. The testing procedure is divided into three
stages, namely: Testing calorific value of the fuel; testing gasoline motors; Testing of exhaust
emissions. The tests would using the material mixing gasoline and ethanol (0%, 5%, 15%, 25%
ethanol). The test results obtained calorific value fuel heating value premium 11414.453 cal /
gram; 5% ethanol blend = 8905.921 cal / gram; mixture of 15% ethanol = 8717.552 cal / gram;
mixture of 25% ethanol cal = 8358.941 / gram. Performance testing results obtained supreme
power is in a mixture of 15% ie 9.02 kW and able to spend 10 ml of fuel in 35.87 seconds.
Exhaust emissions test results obtained by the value of the lowest CO exist in a mixture of 25%
ethanol is 0.85% by volume of air; highest CO
2
value is in a mixture of 25% ethanol is 10.6%
by volume of air.

Key Word: Ethanol, Octane, Bomb Calorimeter, Hofmann Dynatest


Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 1 No. 3, Oktober 2013, 194-203
195

Uji Performansi Motor Bakar Bensin Agrariksa F.A., dkk
PENDAHULUAN

Etanol merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui. Sebagai salah satu bahan bakar,
etanol bisa dihasilkan dari fermentasi glukosa yang bisa didapatkan dari tanaman-tanaman yang
banyak mengandung karbohidrat. Termasuk bahan dari selulosa meskipun membutuhkan
langkah awal untuk dapat merubah struktur karbonnya menjadi karbohidrat.
Nilai oktan etanol yang lebih tinggi meningkatkan rasio kompresi mesin dan juga
meningkatkan efisiensi termal. Dalam sebuah studi, kontrol mesin yang kompleks ditambah
sirkulasi ulang pipa gas buang yang ditingkatkan bisa meningkatkan rasio kompresi sampai 19,5
dengan bahan bakarnya etanol murni sampai E50. Hal ini nantinya akan menghasilkan ekonomi
bahan bakar mobil etanol sama dengan ekonomi bahan bakar mobil bensin (Brusstar, 2008).
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dilakukan pengujian motor bensin dengan menggunakan
campuran bahan bakar premium dan etanol dengan memanfaatkan secara maksimal peralatan
laboratorium yang memadai.


BAHAN DAN METODE

Bahan
Bahan yang menjadi obyek pengujian adalah bensin jenis premium dari pertamina dan
ethanol hidrat 96% dengan komposisi campuran (0%, 5%, 15%, 25% etanol).
Alat
Alat yang dipakai dalam eksperimental ini terdiri dari: Mesin otto 4-langkah 1-silinder
merk Yamaha Vega R-110 3S0/4D7; Bom kalorimeter untuk mengukur nilai kalor bahan bakar;
Untuk emisi gas buang menggunakan alat uji multi gas analizer;Alat bantu perbengkelan;
Pipette fuel consumption; Hofmann Dynatest, untuk mengukur torsi motor dalam keadaan on
chassis.
Metode
Pengujian nilai kalor bahan bakar menggunakan metode standard benzoid. Yaitu pengujian
dibagi menjadi dua langkah; yang pertama menentukan standard benzoid dengan mencari nilai
kalor rata-rata benzoid, kedua menguji nilai kalor bahan bakar yang akan diuji tanpa melakukan
pengulangan. Sehingga bisa dimasukkan ke dalam rumus:

EE = 6318 x Massa Benzoit .......(1)
( Selisih Suhu)
Nilai Kalor=(EExT)(Acid)(Fulse).(2)
Massa bahan

Pengujian performansi motor bensin dilakukan pada 2 variasi putaran mesin yaitu 2000 dan
3000 rpm. Untuk pengujian performansi motor bensin menggunakan rangkaian alat Hofmann
Dynatest yang terdiri dari:
Roller set sensor dengan diameter 1 m berfungsi sebagai pembebanan roda belakang
Panel power sebagai pengatur sumber tegangan
Klem hidrolik untuk menjepit roda depan motor
Blower sebagai pengganti fungsi pendingin udara
Seperangkat komputer dilengkapi dengan pemrograman Hofmann Dynatest Program untuk
menampilkan hasil pengujian
Port Magnetic Tachometer sebagai sensor pengukur rpm
IR Remote control untuk menyalakan blower.
Pengujian emisi gas buang yang dilakukan meliputi kadar CO, CO
2
, HC, O
2
dan NOx yang
terdapat pada hasil pembakaran bahan bakar. Pengujian ini dilakukan bersamaan dengan
pengujian performansi motor bakar bensin. Sementara metode pengujian emisi gas buang yang
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 1 No. 3, Oktober 2013, 194-203
196

Uji Performansi Motor Bakar Bensin Agrariksa F.A., dkk
dilakukan pada putaran idle berdasarkan SNI 19-7118.3-2005. Pengujian emsi gas buang yang
dilakukan dalam penelitian ini menggunakan alat multi gas analizer.


Gambar 1. Skema pengujian performansi motor bensin on chassis


HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar
Data temperatur air pendingin sebelum dan sesudah penyalaan (suhu awal dan suhu akhir)
yang telah diperoleh pada pengujian bom kalorimeter selanjutnya digunakan untuk
menghitung nilai kalor bahan bakar dengan persamaan (2). Pada pengujian pertama bahan
bakar premium diperoleh data temperatur air pendingin sebelum dan sesudah penyalaan serta
hasil perhitungan nilai kalor bahan bakar campuran premium dan etanol 0%, 5%, 15%, 25%
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Data hasil pengujian dan perhitungan bom kalorimeter
Campuran
Etanol
Suhu awal
(
o
C)
Suhu akhir
(
o
C)
T (
o
C)
Massa
bahan (gr)
Sisa
kawat
(cm)
Nilai Kalor
Bahan Bakar
(kal/gram)
0% 29,32 32,37 3,05 0,64 0,8 11414,453
5% 26,23 28,50 2,27 0,61 1,3 8905,921
10% 25,98 28,42 2,44 0,67 1,2 8717,552
25% 26,19 28,46 2,27 0,65 2 8358,941

Pengujian Performansi Motor Bakar Bensin
Hasil pengolahan data pengujian motor bensin empat langkah dibuat dalam bentuk grafik
hubungan. Data hasil yang didapat merupakan data hasil yang terbaik dari pengujian yang sudah
dilakukan.

Daya Mesin dan Daya Roda
Hubungan antara jumlah campuran premium dan etanol dengan daya keluaran mesin, dan
daya keluaran roda pada putaran input 2000 dan 3000 rpm dapat dilihat pada Gambar 2 dan
Gambar 3 berikut ini:

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 1 No. 3, Oktober 2013, 194-203
197

Uji Performansi Motor Bakar Bensin Agrariksa F.A., dkk

Gambar 2. Grafik hubungan antara jumlah campuran etanol dengan daya mesin


Gambar 3. Grafik hubungan antara jumlah campuran etanol dengan daya roda

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa daya tertinggi yang mampu dihasilkan mesin ada pada
campuran etanol 15% dan pada putaran input 3000rpm. Sedangkan daya terendah ada pada
campuran etanol 25% dan pada putaran input 2000rpm. Hal yang sama juga dapat dilihat pada
Gambar 3 menunjukkan bahwa daya tertinggi yang dihasilkan melalui roda ada pada campuran
etanol 15% dan pada putaran input 3000rpm. Sedangkan daya terendah roda ada pada campuran
25% dan pada putaran input 2000rpm.
Adanya peningkatan daya tersebut terjadi karena adanya penambahan oktan pada premium
setelah ditambahkan etanol. Oleh karena oktan yang tinggi dapat meningkatkan rasio kompresi,
maka ketika mesin bekerja terjadi efisiensi termal (Brusstar, 2008). Yaitu kemampuan etanol
meredam temperatur pembakaran yang dibutuhkan oleh mesin agar bisa mengeluarkan daya
optimal. Dan puncak efisiensi terjadi pada campuran premium dan etanol 15%, sehingga
menghasilkan daya mesin 9,02 kW dan pada daya keluaran roda sebesar 7,23 kW. Sedangkan
penurunan daya yang terjadi pada campuran 25% lebih disebabkan adanya kelebihan kadar air
pada campuran bahan bakar. Namun pada dasarnya hasil yang ada pada grafik tidak banyak
menunjukkan perbedaan yang mencolok. Yang artinya penambahan etanol pada bahan bakar
premium tidak banyak mempengaruhi kemampuan motor bensin.

Konsumsi Bahan Bakar Spesifik
Hubungan antara jumlah campuran premium dan etanol dengan waktu menghabiskan
bahan bakar sejumlah 10 ml, konsumsi bahan bakar, dan konsumsi bahan bakar spesifik pada
putaran input 2000 dan 3000 rpm dapat dilihat pada Gambar 4, Gambar 5, dan Gambar 6 berikut
ini:

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 1 No. 3, Oktober 2013, 194-203
198

Uji Performansi Motor Bakar Bensin Agrariksa F.A., dkk

Gambar 4. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan waktu menghabiskan bahan bakar
10 ml

Gambar 5. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan konsumsi bahan bakar

Gambar 6. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan konsumsi bahan bakar spesifik

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa waktu terlama motor bensin dalam menghabiskan 10
ml bahan bakar ada pada campuran etanol 15% dan pada putaran input 3000rpm. Sedangkan
waktu paling singkat motor bensin dalam menghabiskan 10 ml bahan bakar ada pada campuran
etanol 0% atau premium murni dan pada putaran input 2000rpm. Sementara hal berbeda dapat
dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai tertinggi konsumsi bahan bakar
maupun konsumsi bahan bakar spesifiknya ada pada campuran etanol 0% dan pada putaran
input 2000rpm. Sedangkan nilai konsumsi bahan bakar dan konsumsi bahan bakar spesifik
terendah ada pada campuran etanol 15% dan pada putaran input 3000 rpm.
Konsumsi bahan bakar erat hubungannya dengan nilai kalor bahan bakar. Yaitu semakin
besar nilai kalor bahan bakar, maka nilai konsumsi bahan bakar semakin kecil (Turnip,2009).
Akan tetapi dalam penelitian ini, campuran premium dan etanol yang mampu menghasilkan
tenaga yang lebih besar sama dengan premium murninya, akan didapatkan nilai konsumsi bahan
bakar yang lebih rendah dari nilai konsumsi bahan bakar premium itu sendiri. Yang mana
membuktikan bahwa penambahan etanol pada bahan bakar premium mampu memberikan
efisiensi termal pada reaksi pembakaran dalam mesin (Brusstar,2008). Dengan adanya efisiensi
termal, pemborosan panas yang terjadi pada mesin akibat hasil pembakaran bahan bakar yang
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 1 No. 3, Oktober 2013, 194-203
199

Uji Performansi Motor Bakar Bensin Agrariksa F.A., dkk
melebihi suhu yang dibutuhkan menjadi berkurang. Sehingga kerja mesin semakin irit bahan
bakar.

Efisiensi Termal Efektif (pada Mesin)
Hubungan antara jumlah campuran premium dan etanol dengan efisiensi efektif pada
putaran input 2000 dan 3000 rpm dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini:

Gambar 7. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan efisiensi efektif
Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa efisiensi efektif tertinggi yang mampu dihasilkan
mesin ada pada campuran etanol 15% dan pada putaran input 3000rpm. Sedangkan efisiensi
efektif terendah yang dihasilkan mesin ada pada campuran etanol 0% dan pada putaran input
2000rpm.
Tingginya nilai efisiensi efektif pada campuran premium dan etanol 15% disebabkan oleh
nilai oktan yang tinggi sehingga bahan bakar dapat terbakar sempurna (Firman,2007). Sehingga
dapat menghasilkan daya efektif yang tinggi pula. Sedangkan pada campuran etanol 0% atau
premium murni yang memiliki oktan rendah, terjadi detonasi pada proses pembakaran.
Sehingga daya efektif yang dihasilkan lebih kecil. Sementara pada campuran premium dan
etanol 25%, kandungan air yang mencapai 1% menghasilkan timbunan uap air berlebih pada
mesin. Sehingga dapat menurunkan nilai kalor hasil pembakaran.

Efisiensi Termal Brake(pada Roda)
Hubungan antara jumlah campuran premium dan etanol dengan efisiensi termal brake pada
roda pada putaran input 2000 dan 3000 rpm dapat dilihat pada Gambar 8. Di sini karena beban
pengereman pengujian on chassis ada di roda maka digunakan daya roda sebagai
perhitungannya. Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa efisiensi pengereman tertinggi yang
mampu dihasilkan mesin ada pada campuran etanol 15% dan pada putaran input 3000rpm.
Sedangkan efisiensi pengereman terendah yang dihasilkan mesin ada pada campuran etanol 0%
dan pada putaran input 2000 rpm.

Gambar 8. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan efisiensi termal brake




Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 1 No. 3, Oktober 2013, 194-203
200

Uji Performansi Motor Bakar Bensin Agrariksa F.A., dkk
Pengujian Emisi Gas Buang
Hasil pengujian emisi gas buang pada motor bensin menggunakan alat multi gas analizer
bertujuan untuk mengetahui nilai emisi CO(%V), CO
2
(%V), HC(ppm), NOx(ppm) dan
kandungan O
2
(%V) pada gas buang. Hasil pengujian dapat ditunjukkan melalui grafik hungan
antara campuran etanol dengan CO, CO
2
, HC, O
2
, dan NOx.

Emisi CO
Hubungan antara jumlah campuran premium dan etanol dengan emisi CO pada putaran
input 2000 dan 3000 rpm dapat dilihat pada Gambar 9 berikut ini:


Gambar 9. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan emisi CO
Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa emisi CO tertinggi yang keluar dari knalpot gas buang
ada pada campuran etanol 0% dan pada putaran input 2000rpm. Sedangkan emisi CO terendah
yang keluar dari knalpot gas buang ada pada campuran etanol 25% dan pada kondisi idle. Hal
tersebut menunjukkan bahwa semakin besar campuran etanol ke dalam premium, maka emisi
CO semakin menurun (Bourne,2007). Hal ini terjadi bila proses pembakaran kurang optomal
akibat dari kekuaran oksigen sehingga bahan bakar tidak terbakar sempurna (Turnip,2009).
Dengan adanya penambahan etanol dapat mengoptimalkan reaksi pembakaran. Hasil reaksi
pembakaran tak sempurna berupa CO berubah menjadi pembakaran sempurna yang
menghasilkan CO
2
. Dan membuktikan bahwa etanol dapat mengurangi emisi gas buang,
setidaknya untuk zat yang lebih bersifat racun bagi lingkungan.

Emisi CO
2

Hubungan antara jumlah campuran premium dan etanol dengan emisi CO
2
pada putaran
input 2000 dan 3000 rpm dapat dilihat pada Gambar 10 berikut ini:

Gambar 10. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan CO
2

Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa emisi CO
2
tertinggi yang keluar dari knalpot gas
buang ada pada campuran etanol 25% dan pada putaran input 3000rpm. Sedangkan emisi CO
2

terendah yang keluar dari knalpot gas buang ada pada campuran etanol 0% dan pada putaran
input 3000rpm. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar campuran etanol ke dalam
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 1 No. 3, Oktober 2013, 194-203
201

Uji Performansi Motor Bakar Bensin Agrariksa F.A., dkk
premium, maka emisi CO
2
semakin meningkat. Dalam suatu reaksi kimia premium
menghasilkan CO
2
lebih banyak dari etanol. Akan tetapi energi yang dihasilkan etanol hanya
80% dari energi yang mampu dihasilkan premium (Popa, 2009). Sehingga dalam penelitian ini
motor bensin yang mampu mengeluarkan daya yang hampir sama (dapat dilihat pada Gambar
11) akan menghasilkan emisi CO
2
yang lebih banyak dari bahan bakar premium saja. Kecuali
pada kondisi idle yang mana pada saat tersebut motor belum mengeluarkan daya maksimal.

Emisi HC
Hubungan antara jumlah campuran premium dan etanol dengan emisi HC pada putaran
input 2000 dan 3000 rpm dapat dilihat pada Gambar 11 berikut ini:


Gambar 11. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan emisi HC
Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa emisi HC tertinggi yang keluar dari knalpot gas buang
ada pada campuran etanol 25% dan pada putaran input 3000rpm. Sedangkan emisi HC terendah
yang keluar dari knalpot gas buang ada pada campuran etanol 15% dan pada putaran input
2000rpm. Pada grafik emisi HC tersebut tidak nampak perbedaan yang begitu mencolok. Yang
artinya bahwa penambahan etanol ke dalam bahan bakar premium tidak mempengaruhi tingkat
emisi HC. Sementara pengaruh perbedaan jumlah HC lebih dipengaruhi oleh tingkat tenaga
yang dihasilkan motor bensin. Tetapi berbeda hasilnya pada keadaan idle (mesin berputar
bebas). Menurut Turnip (2009), pengaruh pencampuran bahan bakar dan udara lebih berperan
besar terhadap nilai HC. Yang mana ketika terjadi campuran bahan bakar dan udara miskin
(kecepatan aliran udara dan bahan bakar rendah) pada suhu pembakaran yang rendah,
mengakibatkan bahan bakar tidak terbakar sempurna. Ditambah dengan etanol hidrat yang
masih mengandung air. Ketika perbandingan bahan bakar dan udara tidak memenuhi kebutuhan
pembakaran bahan bakar, penambahan etanol hidrat akan menghambat pembakaran. Sehingga
emisi HC yang semakin meningkat pada campuran etanol menunjukkan adanya fenomena
bahan bakar yang tidak bisa terbakar.
Emisi NOx
Hubungan antara jumlah campuran premium dan etanol dengan emisi NOx pada putaran
input 2000 dan 3000 rpm dapat dilihat pada Gambar 12 berikut ini:
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 1 No. 3, Oktober 2013, 194-203
202

Uji Performansi Motor Bakar Bensin Agrariksa F.A., dkk

Gambar 12. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan emisi NOx
Pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa emisi NOx tertinggi yang keluar dari knalpot gas
buang ada pada campuran etanol 25% dan pada putaran input 2000rpm. Sedangkan emisi NOx
terendah yang keluar dari knalpot gas buang ada pada campuran etanol 0% dan pada putaran
input 2000rpm.

Kandungan O
2
pada gas buang
Hubungan antara jumlah campuran premium dan etanol dengan kandungan O
2
pada gas
buang pada putaran input 2000 dan 3000 rpm dapat dilihat pada Gambar 14 berikut ini:

Gambar 13. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan emisi O
2

Pada Gambar 13 dapat dilihat bahwa emisi O
2
tertinggi yang keluar dari knalpot gas buang
ada pada campuran etanol 15% dan pada putaran input 3000rpm. Sedangkan emisi O
2
terendah
yang keluar dari knalpot gas buang ada pada campuran etanol 0% dan pada putaran input
2000rpm. Pada proses pembakaran pada suatu motor bakar lebih cenderung berlangsungnya
pada campuran bahan bakar dan udara yang miskin. Yaitu adanya kelebihan udara yang
bertujuan untuk menjamin kelangsungan proses pembakaran. Sehingga dalam gas buang hasil
pembakaran masih mengandung sisa O
2
. Sementara pada kondisi idle, tidak adanya tarikan gas
mengakibatkan rendahnya suplai udara ke dalam campuran bahan bakar sehingga sisa oksigen
yang keluar dari knalpot gas buang menjadi sedikit.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2006
Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama Pasal 3, dijelaskan
bahwa metode pengujian kandungan CO dan HC untuk kendaraan bermotor kategori L (sepeda
motor) pada kondisi idle menggunakan SNI 19-7118.3-2005. Dan parameter ambang batas
emisi gas buang kendaraan bermotor kategori L berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat pada
tabel 2 berikut ini:

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 1 No. 3, Oktober 2013, 194-203
203

Uji Performansi Motor Bakar Bensin Agrariksa F.A., dkk
Tabel 2. Kendaraan bermotor kategori L
Kategori Tahun
Pembuatan
Parameter Metode Uji
CO(%) HC(ppm)
Sepeda motor 2 langkah <2010 4.5 12000 idle
Sepeda motor 4 langkah <2010 5.5 2400 idle
Sepeda motor (2 langkah dan 4
langkah)
2010 4.5 2000 idle
Sumber:Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006

Di sini dapat dibandingkan antara hasil pengujian emisi CO (dapat dilihat pada Gambar 18)
dan emisi HC (dapat dilihat pada Gambar 11) dengan ambang batas emisi CO dan HC
kendaraan bermotor (dapat dilihat pada Tabel 2). Hasil pengujian yang didapat menunjukkan
bahwa nilai CO dan HC tidak melebihi ambang batas yang sudah ditentukan. Sehingga dapat
dikatakan kesemua hasil pengujian emisi gas buang masih memenuhi standar nasional.

SIMPULAN

Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat diambil kesimpulan di antaranya: Nilai kalor
premium murni 11.414,453 kal/gram; campuran etanol 5% = 8905,921 kal/gram; campuran
etanol 15% = 8717,552 kal/gram; campuran etanol 25% = 8358,941 kal/gram. Penambahan
etanol tidak banyak mempengaruhi daya keluaran motor, akan tetapi mampu meningkatkan
daya keluaran motor meskipun sedikit. Kecuali pada campuran etanol 25% yang terdapat
kelebihan kadar air. Penambahan etanol menurunkan konsumsi bahan bakar dari 1,59 kg/jam
menjadi 0,75 kg/jam. Sehingga bisa dikatakan dengan penambahan etanol, motor menjadi 50%
lebih irit. Penambahan etanol dapat meningkatkan efisiensi daya motor terhadap energi yang
mampu dihasilkan bahan bakar. Penambahan etanol mampu menciptakan pembakaran yang
lebih sempurna. Pada hal ini terbukti dengan penurunan nilai emisi gas buang CO dan
peningkatan emisi CO
2
.

DAFTAR PUSTAKA

Brusstar, M, M. Bakenhus. 2008. Economical, High-Efficiency Engine Technologies for Alcohol
Fuels. Journal U. S. Environmental Protection Agency.
Numan dan Indra Herlamba Siregar. 2013. Performa Mesin Dan Emisi Gas Buang Motor
Bensin Berbahan Bahan Bakar LPG Dengan Penambahan Gas HHO. Jurnal Teknik Mesin
Volume 01 Nomor 02 (Hal: 271-276). Surabaya:Universitas Negeri Surabaya.
Popa, Bogdan. 2009. Emissions: Gasoline vs. Diesel vs. Bioethanol. autoevolution.com.
(Retrieved 27 December 2010). Diambil dari id.wikipedia.org. (Diakses tanggal 8 Mei
2013)
SNI 19-7118.3-2005
Turnip, Jekson. 2009. Pengujian dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan
Biodiesel Dimethil Ester B-01 dan B-02. Medan: Skripsi Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Yulianto, Firman. 2007. Skripsi:Pengaruh Variasi Fraksi Volume Etanol-Bensin Terhadap
Unjuk Kerja dan Emisi Gas Buang Motor Otto 4 Langkah. Malang:Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai