Dikerjakan oleh : Kelompok II B Nama : NPM : 1. Hamid 1141173300130 2. Taun 1141173300043 3. Fajar Sobirin 1141173300141 4. Ahmad Jamaludin 1141173300039 5. Intan Meitasari 1241173300112 6. Sindi Melvianti 1141173300018
Rengasdengklok, 25 Februari 2013 POLISI SEKTOR RENGASDENGKLOK STANDART OPERASIONAL PROSEDURAL MEKANISME PEMBUATAN / PENERIMAAN LAPORAN / PENGADUAN (LAPORAN POLISI)
Narasumber Nama : Kurnadi Satuan : Polsek Rengasdengklok Pangkat : Bripka Jabatan : Anggota Reskrim NRP : 63040294
POLSEK RENGASDENGKLOK RESERSE KRIMINAL
STANDAR OPERASIONAL PROSEDURAL No Pol : SOP/ /XII/2011 Tentang MEKANISME PEMBUATAN LAPORAN/PENGADUAN (LAPORAN POLISI) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara penegak hukum, pelindung, pengayom serta pembimbing masyarakat memiliki kewenangan untuk melakukan penyidikan tindak pidana, guna membuat terang suatu perkara dan menemukan pelakunya. Sebagai pengemban tugas penyidikan Polri dituntut dapat meningkatkan kemampuan secara profesional. Dalam proses penyidikan sudah barang tentu dimulai dengan adanya laporan dan atau pengaduan yang dibuat secara formal oleh pejabat yang berwenang yang di atur dalam undang-undang dan dibuat dalam bentuk tertu!is yang lazim disebut dengan Laporan Polisi. Untuk terlaksananya dan tuntasnya proses penyidikan cepat sampai ditemukannya siapa pelaku kejahatan, yang mana Laporan Polisi dibuat harus memenuhi kriteria-kriteria, seperti harus adanya Pelapor atau korban, saksi-saksi dan barang bukti, dan bukti kebenaran materil sehingga dapat dengan mudah menemukan pelaku, namun pada kenyataannya ada beberapa
kendala yang dihadapi pada saat akan dibuatnya Laporan/pengaduan dalam bentuk tertulis yaitu Laporan Polisi. B. Dasar 1. Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia 2. Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana 3. Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika 4. Surat Telegram Kaqpolda Metro Jaya nomor : ST/859/XI/2011 tanggal 7 Nopember 2011 tentang laporan SOP yang telah dilaksanakan.
C. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Penulisan Adapun maksud penulisan adalah : a. Untuk dijadikan pedoman di dalam melakukan pembuatan dan atau penerimaan Laporan (Laporan Polisi) bagi anggota Reserse Kriminal Polisi Sektor Rengasdengklok. Untuk mengetahui, hambatan atau kendala apa saja yang dihadapi oleh anggota reserse kriminal Polsek Rengasdengklok. b. Untuk mengetahui, hambatan atau kendala apa saja yang dihadapi oleh anggota reserse kriminal Polsek Rengasdengklok, dalam proses pembuatan atau penerimaan Laporan/pengaduan. 2. Tujuan penulisan Adapun tujuan penulisan ini, agar diperoleh kesamaan tindak didalam melakukan pembuatan dan atau penerimaan Laporan/pengaduan yang akan dibuat tertulis dalam bentuk Laporan Polisi. D. Ruang Lingkup Ada beberapa permasalahan yang perlu dirumuskan, antara lain: 1. Bagaimana mekanisme melakukan pembuatan dan penerimaan Lapaoran oleh Anggota Direktorat Reserse Kriminal. 2. Hambatan atau kendala apa saja yang dihadapi oleh anggota reserse kriminal Polsek Rengasdengklok, dalam membuat dan penerimaan Laporan / pengaduan. E. Pengertian Adapun pengertian- pengertian dalam penulisan ini, sebagai berikut: 1. Mekanisme adalah : Tata Cara atau proses 2. Pembuatan adalah : pelaksanaan kegiatan sesuatu 3. Laporan adalah : pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena hak atau kewajiban berdasarkan Undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadi peristiwa pidana. (Undang-undang RI No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana).
4. Pengaduan adalah : pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum seorang yang telah melakukan tindak pidana aduan yang merugikan (Undang-undang RI No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana) 5. Laporan Polisi adalah : Laporan tertulis yang dibuat oleh petugas Polri tentang adanya pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak dan kewajiban berdasarkan undang-undang, bahwa telah atau sedang terjadi peristiwa pidana. 6. Tertangkap Tangan adalah : Tertangkap Tangan adalah tertangkapnya seseorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana, atau dengan segera sesudah, beberapa saat tindak pidana itu dilakukan atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian dan padanya diketemukan benda yang diduga keras sebagai hasil kejahatan atau dipergunakan untuk melakukan kasus narkoba itu yang menunjukan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan kasus narkoba. 7. Hak Asasi Manusia, adalah : Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Undang-undang RI No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia). 8. Penyelidikan, ialah : Serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. (Undang-undang RI No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana). 9. Penyidikan, adalah : Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti ini membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. (Undang-undang RI No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana). 10. Penyidik adalah : Pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan (Undang-undang RI No. U Tahun 1961 tentang Hukum Acara Pidana). 11. Tindak Pidana adalah : Setiap perbuatan yang diancam hukuman sebagai kejahatan atau pelanggaran balk yang disebut dalam KUHP maupun peraturan perundang-undangan, lainnya (Undang-undang Rl No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana).
II. MEKANISME PEMBUATAN DAN ATAU PENERIMAAN LAPORAN/PENGADUAN (LAPORAN POLISI) A. Penyidikan Tindak Pidana
1. Penyidikan tindak pidana dilaksanakan setelah diketahui bahwa sesuatu peristiwa yang terjadi merupakan tindak pidana. 2. Suatu peristiwa pidana dan atau tindak pidana dapat diketahui melalui : a. Laporan Laporan diterima dan seseorang balk tertulis maupun lisan dicatat oleh penyidik/penyidik pembantu/penyelidik kemudian dituangkan dalam Laporan Polisi yang ditanda tangani oleh pelapor dan penyidik/penyidik pembantu/penyelidik. Setelah selesai penerimaan laporan, kepada pelapor diberikan Surat Tanda Penerimaan Laporan. b. Pengaduan Pengaduan bisa dilakukan baik secara lisan atau tertulis kepada Polri disertai permintaan untuk menindak menurut hukurn terhadap seorang melakukan tindak pidana aduan (delik aduan relatif) dari pihak yang dirugikan. Terhadap pengaduan tersebut harus dibuatkan laporan perigaduan oleh Pejabat Kepolisian yang berwenang, Setelah selesai dibuat laporan pengaduan kepada pengadu diberikan tanda bukti penerimaan pengaduan. c. Tertangkap Tangan 1). Dalarn hal tertangkap tangan setiap petugas Polri tanpa Surat Perintah dapat melakukan tindakan : a). Penangkapan, penggeledahan, penyitaan dan melakukan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. b). Segera melakukan tindakan pertama di TKP dan setelah itu memberitahukan dan atau menyerahkan tersangka beserta atau tanpa barang bukti kepada Petugas Polri yang berwenang melakukan penanganan selanjutnya.
2). Petugas Polri yang berwenang apabila menerima penyerahan tersangka beserta atau tanpa barang bukti baik dan anggota Polri maupun masyarakat wajib : a). Membuat Laporan Polisi. b). Mendatangani TKP dan melakukan tindakan yang diperlukan. c). Membuat Berita Acara atas setiap tindakan yang dilakukan. d). Diketahui langsung oleh petugas Polri dalam nal suatu tindak pidana diketahui langsung oleh petugas polri maka petugas Polri tersebut wajib segera melakukan tindakan-tindakan sesuai kewenangan masing-masing kemudian membuat laporan polisi atau Berita Acara tentang tindakan- tindakan yang dilakukan guna penyelesaian selanjutnya. B. Pengawasan dan pengedalian penerimaan Laporan dan Penanganan laporan Polisi. 1. Penerimaan laporan / pengaduan Laporan diperoleh dan a. Laporan I pengaduan dari masyarakat dalam bentuk tertulis maupun lisan (Laporan Polisi model B). b. Laporan yang dibuat oleh anggota Polri (Laporan Model A). c. Laporan Polisi yang berasal dari pelimpahan satuan kewilayahan. 2. Pembuatan Laporan Polisi
a. Setelah laporan/pengaduan diteliti dan dipelajari oleh petugas penerimaan laporan, dan materi laporan/pengaduan tersebut mengandung unsur unsur, maka pejabat/petugas Polri yang ditunjuk menuangankan laporan/pengauan tersebut ke dalam Lapoaran Polisi. b. Laporarn Polisi yang berasal dari pelimpahan kesatuan kewilayahan diajukan kepada Dirtipidnarkoba Bareskrim Polri/Dir Resnarkoba Polda/Polres/Kapolsek untuk mendapatkan pengarahan lebih lanjut. c. Laporan/pengaduan tertulis yang diterima dari masyarakat baik yang dialamatkan langsung kepada Dirtipidnarkoba Bareskrim Polri/Dir Resnarkoba Polda/Polres/Kapolsek diteruskan sesuai dengan alamat surat. 3. Penanganan Laporan Polisi 4. Petugas penerima laporan polisi menuangkan laporan yang diterima kedalam Laporan Polisi dan memberikan surat tanda penerimaan laporan kepada pelapor. a. Laporan Polisi diagendakan dalam Buku register Laporan Polisi (Buku Register B.1) b.Laporan Polisi disampaikan kepada Dirtipidnarkoba Bareskrim Polri/Dir Resnarkobam/Kapolres/Kapolsek dengan menggunakan Buku Expedisi khusus Laporan Polisi. c. Setelah Laporan-Polisi ini di disposisi/mendapat arahan Bareskrim/Dir Resnarkoba / Kasat Resnarkoba / Kapolsek maka Laporan Polisi d. tersebut didistribuksikan kepada alamat sesuai dengan disposisi tersebut dan diagendakan dalam buku agenda khusus Laporan Polisi. e. Buku Register Laporan Polisi tersebut ditangani/dipertanggung jawabkan kepada : 1). Tingkat Dirtipidnarkoba Bareskrim Polri oleh Kabag Bin Opsnal 2). Tingkat Polda Oleh Kabag Bin Opsnal 3). Tingkat Polwil/Wiltabes oleh Kasubbag Analis 4). Tingkat Poltabes/Polres oleh 5). Tingkat Polsek/Ta oleh kanit f. Buku Register laporan Polisi tersebut dimaksudkan untuk digunakan sebagai sarana kontrol dan untuk mengetahui. g. Bagian/Satuan/Unit mana yang menangani penyidikan atas laporan polisi yang diterima dikesatuan itu. h. Laporan Polisi sudah harus sampai kepada penyidik yang ditunjuk selambat-lambatnya 2 x 24 jam, sedangkan Laporan Polisi yang disertai dengan tersangka selambat-lambatnya 1 x 24 jam telah mendapat keputusan tentang status tersangkanya (ditahan atau tidak). 5. Sarana Pengawasan dan Pengendalian Laporan dan Penanganan Laporan Polisi. a. Pada unit Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) /petugas penerima Iaporan/Yanmas disemua tingkat Bareskrim s/d Polsek) harus ada : b. Buku register Laporan Polisi (B1) c. Buku expedisi pengiriman Laporan Polisi
d. Buku register Surat Tanda Penerimaan Laporan e. Arsip laporan Polisi f. Arsip Surat Tanda Penerimaan Laporan g. Pada Dirtipidnarkoba Bareskrim Polri harus ada 1) Buku register Laporan Polisi (B1) 2) Buku ekspedisi Laporan Polisi h. Pada Dir Resnarkoba Polda 1) Buku Register Laporan Polisi (B1) 2) Buku Register Kejahatan/Pelanggaran (B2) 3) Buku expedisi Laporan Polisi C. Cara Penerimaan Laporan/Pengaduan Bahwa Penerimaan LaporanlPengaduan dari masyarakat khususnya di Polda Metro Jaya yang akan dibuat tertulis yang disebut dengan laporan Polisi yaitu : 1. Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya menyediakan piket atau petugas anggota Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya yang terdiri dari Pamen Was, Pama dan Bintara yang ditempatkan di kantor Biro Operasi bagian Sentral Pelayanan Kepolisian (SPK) Polda Metro Jaya, piket atau petugas tersebut bertugas melayani masyarakat yang akan melaporkan peristiwa penyalahgunaan narkoba yang terjadi,untuk mengarahkan Kapan, dimana, perbuatan tersebut apa yang terjadi, siapa korban dan pelakunya dan dalam bentuk apa kerugian tersebut materi tersebut ditulis dalam blanko yang sudah disediakan, yang ditanda tangani oleh Pelapor dan Petugas Piket yang menerima Laporan/pengaduan, blanko yang sudah diisi dan mendapat rekomendasi dari petugas untuk dibawa ke petugas SPK Po!da Metro Jaya untuk dibuat Laporan/Pengaduan secara tertulis dalam bentuk Laporan Polisi 2. Petugas Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polda Metro Jaya yang disediakan oleh Biro Oprerasi Folda Metro Jaya yaitu anggota Biro Operasi yang bertugas membuat Laporan/pengaduan dari masyarakat Pelapor dalam bentuk tertulis yang disebut dengan Laporan Polisi, setelah mendapat rekomendasi dari piket/petugas Dit Resnarkoba Polda Metro Jaya yang mana isi dari Laporan Polisi tersebut berisi materi yang sudah tertuang dalam blanko hasil pemeriksaan/penelitian petugas Dit Resnarkoba, setelah dibuat Laporan Polisi,. Petugas SPK memberikan Surat Tanda Penerimaan Laporan kepada Pelapor sebagai tanda bukti telah dibuatlditerimanye Laporan/pengaduan masyakarat / pelapor. 3. Laporan Polisi tersebut setelah itu dikirim oleh SPK Biro Operasi Pol Metro Jaya kepada Direktorat Reserse Nasrkoba guna proses penyidikan lanjut. D. Hambatan atau Kendala Bahwa dalam proses pembuatan atau penerimaan Laporan/pengaduan ada beberapa kendala atau hambatan yang dihadapi atau ditemui oleh anggota resnarkoba Polda Metro Jaya pada scat bertugas yaitu dalam penerima laporan/pengaduan :
1. Tempat Kejadian Perkara (TKP) 2. Waktu Kejadian 3. Laporan Polisi yang diterima dari Pelimpahan III. PEMBAHASAN A. Bagaimana mekanisme melakukan pembuatan dan penerimaan Laporan/pengaduan yang dibuat dalam bentuk Laporan Polisi oleh Anggota Direktorat Reserse Narkoba . Bahwa Laporan/Pengaduan tidak dibuat oleh Anggota Dit Resnarkoba Polda Metro Jaya, namun sebelum dibuat Laporan Polisi, masyarakat/pelapor mengisi blanko yang sudah disediakan, pada saat pengisian sudah diarahankan oleh petugas apa yang harus ditulis/dibuat dalam blangko setelah itu pelapor membawa blanko tersebut kepada petugas SPK Polda Metro Jaya untuk dibuat Laporan Polisi. Mekanisme ini sudah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Juknis dan Juklap Kapolri.
1. Berkaitan dengan laporan/pengaduan masyarakat yang disampaikan kepada Anggota Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, untuk dibuat dalam bentuk tertulis yang disebut dengan Laporan Polisi tome mengalami kendala dan atau hambatan seperti : a. Tempat Kejadian Perkara (TKP) Bahwa pada saat akan dibuatnya Laporan Polisi ternyata TKP bukan berada diwilayah hukum Polda Metro Jaya. Demikian petugas pada saat menerima Laporan/Pengaduan tidak memperhatikan dimana Tempa Kejadian Perkara, pada saat kejadian Pelapor/Korban telah membawa Tersangka. Bahwa Apabila Tersangkanya ada pada saat dibuat Laporan/pengaduan 1 X 24 Jam harus dilakukan pemeriksaan, setelah dilakukan pemeriksaan baik terhadap saksi-saksi dan Tersangka ternyata TKPnya bukan masuk diwilayah hukum Polda Metro Jaya, sehingga Penyidik melimpahkan perkara tersebut berikut tersangka dan barang bukti (Laporan Polisi No. Pol. : tanggal) dalam hal ini petugas yang membuat Laporan Polisi kurang melakukan pendalaman pemeriksaan/penelitian (apakah sudah terjawab pertanyaan Sl ADI DEMEN BABI) untuk proses pembuatan Laporan Polisi. Wilayah Hukum Polda Metro Jaya selain DKl Jakarta, termasuk Tangerang, Bekasi dar Depok dimana Tangerang termasuk wiiayah pemerintahan Propinsi Banten sedangkan Bekasi dan Depok termasuk vvilayah pemerintahan Jawa Barat, bahwa setiap Surat Pemberitahuan di mulai Penyidikan harus dikirim kepada Kejati Banten atau Kejati Jawa Barat dalam hal ini memerlukan waktu dan biaya untuk proses koordinasi baik atas berkas yang bolak balik (P.10 - P.19), maupun saksi- saksi padahal petugas bisa mengarahkan untuk dibuat Laporan Polisi sesuai Tempat Kejadian Perkara untuk memudahkan pemeriksaan para saksi dan lain sebagainya, nama ada kecendrungan dari pihak Kuasa Hukum, Pelapor/korban lebih benar melaporkan peristiwa pidana yang terjadi ke Polda Metro Jaya, dengan berbagai alasan antara lain proses penanganan oleh pihak Polda Metro Jaya lebih cepat dan transparan dan sebagainya.
b. Waktu Kejadian 1). Pada saat akan dibuat Laporan Polisi ternyata waktu kejadiannya sudah kadaluarsa. 2). Pelapor/korban melaporkan dalam tengang waktu yang lain sehingga Setelah peristiwa pidana terjadi sehingga TKP sudah berubah atau rusak. c. ............................................................... Laporan Polisi yang diterima dari Pelimpahan Bahwa sebagian Lapor Polisi yang diterima dari pelimpahan yang mana Saksi-saksi yang diperiksa tidak ada, (pemeriksaan tidak maksimal) sedangkan Laporan Polis tersebut sudah lama dibuat dan baru dikirim kepada Dit Resnarkoba Polda Metro Jaya seperti laporan Polisi No. Pol.: ................. ... Tanggalpengiriman dari Polda. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Bahwa pembuatan/penerimaan Laporan/Pengaduan yang dilakukan oleh Petugas Piket Dit Reserse Narkoba, sudah sesuai dengan ketentuan atau pentunjuk yang sudah ditentukan sesuai juklak. Juknis. Jukmin. 2. Masih ada petugas yang kurang cermat/teliti dalam pembuatan Laporan/pengaduan, dalam penerapan pasal-pasal dan TKP. B. Saran 1. Bahwa petugas yang menerima laporan/pengaduan masyarakat hendaknya yang mengerti materi apa saja yang dimasukan dalam Laporan Polisi, sehingga tidak ada penerapan pasal, TKP yang keliru.
2. Perlunya pedoman/petunjuk tertulis dari Pimpinan dalam proses pembuatan Laporan/Pengaduan sehingga tidak ada keraguan atau ketakutan dari petugas untuk mengarahkan masyarakat/pelapor kewilayah mana yang tepat dibuatnya Laporan Polisi, hal ini untuk efisiensi waktu dan biaya penyidikan. Ditetapkan di : Rengasdengklok Pada tanggal : Polsek Rengasdengklok