Anda di halaman 1dari 2

Pembentukan Lingkup Kehidupan Manusia dalam Bermasyarakat

Pritha Hanindita S.
1106051351
Sebagian besar kehidupan yang terlihat di dunia, tersusun atas kompleksitas struktur
kemasyarakatan yang dibentuk oleh manusia. Dalam struktur masyarakat tersebut muncul
nilainilai, etika, norma, hukum dan aturan, pandangan umum, paradigma, hingga kon!lik.
Studi mengenai kehidupan manusia terus berkembang baik dari segi sains, sosial, ekonomi,
politik, maupun psikologi. "amun apakah yang sebenarnya membuat kehidupan manusia
men#adi begitu kompleks$
%ika kita menarik mundur pertanyaan tersebut ke bahasan yang paling sederhana,
setiap masyarakat dibentuk oleh indi&iduindi&idu dengan beragam peran dan kepentingan.
Setiap indi&idu pun memiliki bentuk kehidupan yang kompleks' mereka memiliki karakter
dan pola pikir khas, ditun#ang oleh sistem otak yang memiliki tingkat e&olusi tertinggi
sehingga terbagi oleh (comple), sistem limbik, dan neocorte) *+ac,ean, The Triune Brain,
1--0., yang masingmasing perannya terkoordinasi sempurna. Dengan sistem otak tersebut,
manusia tidak hanya dapat memutuskan, misalnya, akan melangkah ke kanan atau ke kiri,
namun #uga memikirkan dampak bagi orang lain dan lingkungan sekitarnya setelah ia
mengambil langkah, dan merancang rencana #angka pan#ang yang akan ditempuh setelah ia
melangkah.
Dilihat dari bagaimana seseorang menempatkan dan menggunakan pola pikir khas
sebagai dasar kepribadiannya, terdapat empat tipe dasar kepribadian, yaitu
ekstrovert/introvert, sensoring/intuitives, thinker/feeler, dan judger/perceiver, yang mana
kombinasi keempatnya dapat digunakan untuk menganalisis temperamen seseorang secara
umum dalam ilmu psikologi, yaitu guardians/tradisionalist (sensing judgers),
artist/experiencers (sensing perceivers), idealist (intuitive feelers), dan conseptualist (intuitve
thinkers), seperti di#elaskan dalam teori +yers/riggs 0ype 1ndicator, yang masingmasing
memiliki kekuatan dan kelemahan, sesuai dengan peran yang mereka #alankan.
2arena manusia memiliki emosi yang terkait dengan keinginan untuk menganalisis
lebih dalam, maka manusia membutuhkan sosialisasi untuk mengembangkan diri disamping
atas kebutuhannya akan keberadaan manusia lain. Dari proses sosialisasi ini terbentuklah
kelompok, dengan pembentukan bertahap sampai akhirnya tercipta sebuah kelompok stabil
yang melakukan tugasnya secara tetap atau tidak lagi men#adi kelompok #ika tugasnya telah
selesai, dan sebagai gantinya akan muncul kelompokkelompok baru. 1ni adalah sebuah
siklus di mana manusia selalu berusaha mengembangkan diri dan berino&asi, berhubungan
dengan lebih banyak orang, menciptakan lebih banyak hal baru.
3ntuk terciptanya e!ekti&itas dalam kelompok tersebut, manusia membangun cara
berkomunikasi dan mengembangkannya agar selalu e!isien. 2omunikasi, se#atinya adalah
proses menggunakan pesan untuk menghasilkan makna *Pearson, "elson, 0its4orth, dan
Harter, 5011.. Selain berkomunikasi dengan orang lain, manusia #uga berkomunikasi dengan
diri sendiri secara intrapersonal, misalnya dengan berintrospeksi.
Selain komunikasi, diperlukan organisasi dan koordinasi yang baik dalam sebuah
kelompok agar tugasnya dapat terlaksana dengan baik. 3ntuk itu diperlukan pemimpin yang
bertugas mengarahkan dan mengontrol halhal yang akan dilakukan dalam kelompok, akan
tetapi, pemimpin harus bertindak bi#aksana agar kepentingan pribadinya tidak mendominasi
keadaan kelompok. 2arakteristik kepemimpinan yang e!ekti! adalah tertantang untuk
melakukan suatu usaha, menginspirasi tu#uan bersama dengan #elas, memungkinkan orang
lain untuk bertindak, seorang model untuk dicontoh sikapnya, dan mendorong setiap anggota
untuk melakukan yang terbaik,
Dari kelompokkelompok ini, terciptalah sebuah kebudayaan dalam lingkup yang
lebih besar. 2ebudayaan ini adalah kelompokkelompok dengan ciri karakter dasar yang
mirip, memiliki nilai bersama yang telah disetu#ui dan dianut, dan dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan sekitar. 6leh karena itu terciptalah keberagaman, seperti masyarakat desa dan
kota, pedesaan dan pesisir, dan sebagainya. 7gama #uga turut membantu membentuk sebuah
kebudayaan. 2arena setiap kebudayaan mungkin memiliki nilai yang berbeda, sangat
mungkin ter#adi kon!lik pada masyarakat antar kebudayaan.
Salah satu hal esensial pembentuk kebudayaan adalah perilaku ekonomi pada
masyarakatnya, di mana setiap manusia memiliki keinginan dan kebutuhan untuk bertahan
hidup, namun tidak ingin kebutuhan bertahan hidup ini membatasi dirinya untuk
berkembang, maka muncul caracara memenuhi kebutuhan dan menyimpan cadangan
kebutuhan untuk esok hari, agar selalu terdapat kemungkinan bagi indi&idu untuk melakukan
hal lain disamping memenuhi kebutuhan dasar kehidupannya.

Anda mungkin juga menyukai