Anda di halaman 1dari 2

PAJAK DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

Dewasa ini pajak memiliki banyak sudut pandang yang negative dalam kepercayaan
masyarakat. Menurut (http://www.riaupos.co/opini.php?act=full&id=906&kat=2#.UPQYg-
SIGSo) yang lebih penting dilakukan oleh DJP adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat
yang sekian lama hancur akibat mafia pajak yang mengemplang dana yang dikumpulkan dari
pajak rakyat tersebut. Kasus Gayus Tambunan dan sekian kasus pajak lainnya membuat
masyarakat banyak berpikir ketika harus taat kepada negara untuk membayar pajak mereka.
Sebab, pameo bahwa untuk apa membayar pajak kalau pajak itu dikorupsi masih begitu kuat.
Apalagi para pelaku pengemplang pajak itu di pengadilan dituntut hukuman rendah, bahkan
malah ada yang tak terjamah oleh hukum.
Maka, yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah serius mengejar para pelaku
pembobolan dana pajak dan memprosesnya secara hukum dengan serius. Jika itu tak dilakukan,
maka upaya untuk menaikkan setinggi mungkin penerimaan pajak, bisa jadi hanya jalan di
tempat karena tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas pajak tetap akan berada di titik
rendah, kalau tak mau disebut di titik nol.
Dalam pandangan yang saya lihat akhir-akhir ini pun sudah banyak kasus korupsi yang
tidak ada kejelasan sanksi yang tegas untuk membuat jerah para pelaku, karena saat dia
melakukan tindak korupsi dia masih bisa bernafas lega karena dalam kenyataan nya setelah
keluar dari jeruji besi mereka masih bisa berfoya-foya dengam melakukan money loundrey.
Bahkan setelah mereka keluar pun masih bisa tersenyum manis kepada para wartawan yang
meliput.
Dari situlah masyarakat menjadi enggan untuk membayar pajak karena tak ada
transparasi aliran dana pajak yang sesungguhnya. Seharusnya DJP harus membekali masyarakat
dengan konsuler akan transparasi aliran dana pajak di institusi-institusi pajak agar masyarakat
menaruh kepercayaan kembali dan mulai mempunyai kesadaran diri untuk membayar pajak.
Menurut (http://www.antaranews.com/berita/343929/hendri-saparini-ditjen-pajak-harus-
bijak-sikapi-boikot-pajak) Ditjen Pajak juga harus bisa memperbaiki sistem dan kelemahan
karena faktanya masih banyak dispute pajak yang terjadi. Ada yang salah dalam sistem tersebut.
Tingkat pembayaran pajak dari Wajib Pajak juga masih rendah. Ini yang harus diperbaiki dan
menjadi pekerjaan rumah (PR) Ditjen Pajak, Ditjen Pajak menilai, perbuatan korupsi terjadi
setelah APBN disahkan, dan bukan dilakukan oleh Ditjen Pajak. "Sehingga dapat dikatakan
bahwa boikot pajak adalah salah sasaran, kata Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak, A. Fuad
Rahmany. Namun demikian, Hendri menganjurkan agar Ditjen Pajak lebih bijak dalam
menyikapi inisiatif PBNU tersebut. Saya rasa, itu sudah melalui banyak pertimbangan, baik dari
segi agama maupun sosial. Mereka pasti punya pertimbangan sendiri, katanya. Hendri pun
mengajak semua pihak untuk tidak alergi dari kritik, sebaliknya semakin besar dan sigap
memperbaiki diri oleh bekal-bekal kritik publik seperti itu.

Anda mungkin juga menyukai