Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

PENGARUH DISTRIBUSI TULANGAN TERHADAP


POLA RETAK BETON BERTULANG DENGAN
MENGGUNAKAN SOFTWARE ATENA 2D

DISUSUN OLEH;
NAMA : AGUNG MARDHIKA
BIDANG : REKAYASA STRUKTUR KONSTRUKSI

PENGARUH DISTRIBUS PENULANGAN TERHADAP POLA RETAK BETON


BERTULANG
Menurut Mulyono (2004 : 318), kuat geser beton adalah kekuatan suatu

komponen struktur atas penampang yang berfungsi untuk meningkatkan kekakuan


struktur dan menahan gaya-gaya lateral.

Menurut Popov (1978 : 23), geser suatu elemen struktur atau material secara

numerik adalah sama dengan jumlah dari semua komponen vertikal gaya-gaya luar yang
bekerja pada segmen yang terisolasi tetapi dengan arah yang berlawanan.

Elemen akan berputar apabila hanya kedua tegangan vertikal yang timbul dan

akan bekerja. Oleh karena itu untuk mempertahankan kesinambungan harus ada
tegangan geser yang bekerja pada permukaan horizontal yang besarnya sama tetapi
arahnya berlawanan terhadap tegangan geser vertikal (Dipohusodo, 1994 : 111).
Menurut Jack C. McCormac (2001 : 234), semua nilai

yang mempengaruhi Vc

dan Mcr dikalikan dengan 0,75 untuk semua beton ringan dan 0,85 untuk beton ringan
pasir. Jika digunakan pasir parsial pengganti, interpolasi linier nilai tersebut diizinkan.

Dalam perencanaan kekuatan geser, Jack C. McCormac (2001 : 240) meninjau

kekuatan geser nominal (Vn) sebagai jumlah dari dua bagian, yaitu:
Vn =

Vc +

Vs

........................................................................ (2.1)

dimana :

Vn = Kekuatan geser nominal (kg) ;

Vc = Kekuatan geser akibat beton (kg) ;

Vs = Kekuatan geser akibat tegangan geser (kg) ;

= Faktor reduksi (untuk semua beton ringan = 0,75)

Namun pada penelitian ini, benda uji yang akan diuji tidak memakai sengkang,

sehingga hanya diperoleh kekuatan geser akibat beton saja (Vs = 0).

Kapasitas kemampuan beton (tanpa penulangan geser) untuk menahan gaya

geser dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.2.

Vc

= 1 . f ' c .bw .d
6

Vc

Kapasitas geser beton (N) ;

fc

Kuat tekan beton (MPa) ;

di mana :

bw
d

=
=
=

.....................................................................

(2.2)

Faktor reduksi

Lebar balok (mm) ; dan

Tinggi efektif penampang beton (mm).

Pada percobaan ini dilaksanakan dengan menggunakan mutu beton 25 Mpa, dan

Baja dengan Fy=240Mpa. Percobaan dilakukan dengan mengggunakan tulangan dengan

luasan yang sama yaitu 0,00011308 m2. Besi dicoba dengan luasan yang sama namun di
sebar (dibedakan) di setiap benda uji. Pada benda uji sati digunakan 1 tulangan dengan

Luas 0,00011308 m2, Benda uji 2 digunakan Besi dengan 2 sebaran, dan benda uji ke 3

dengan 3 sebaran tulangan. Berikut adalah hasil yang didapatkan dengan menggunakan
software ATENA 2d.

Dalam tulisan ini dipaparkan bagaimana perilaku pola retak benda uji, terhadap

distribusi penulangan geser yang diberikan. Seperti yang tersebut diatas, benda uji yang

digunakan memiliki properti yang sama, yang dibedakan hanyalah letak penulangan
(Bar Reinforcement).

Berikut ini dipaparkan beberapa hasil output Atena 2D. Pada tulisan ini ditinjau

benda uji pada step 6, 9 dan 50.

1 Tulangan
Step 6,
Scalars:rendering, Basic material, in nodes, Displacements, x(1), <-8.921E-05;5.121E-06>[m]
Cracks: in elements, openning: <4.829E-07;1.076E-05>[m], Sigma_n: <1.050E+00;1.878E+00>[MPa], Sigma_T : <-2.252E-01;2.080E-02>[MPa]
-8.921E-05
-7.885E-05
-6.840E-05
-5.795E-05
-4.750E-05
-3.610E-05
-2.565E-05
-1.520E-05
-4.750E-06

5.121E-06

Step 9,
Scalars:rendering, Basic material, in nodes, Displacements, x(1), <-1.744E-04;7.095E-06>[m]
Cracks: in elements, openning: <2.772E-07;4.072E-05>[m], Sigma_n: <4.295E-01;1.620E+00>[MPa], Sigma_T: <-6.234E-01;1.528E-01>[MPa]
-1.744E-04
-1.560E-04
-1.360E-04
-1.140E-04
-9.400E-05
-7.400E-05
-5.200E-05
-3.200E-05

-1.200E-05
7.095E-06

-0
28 E

-3.873E-03

4 .7

-3.440E-03
-2.960E-03
-2.480E-03
-2.000E-03

7.297E-09
5.263E-07
-0 5
6
0
9E
2 .6 3

-9.000E-08
-6.000E-08
-3.000E-08

-1.800E-07
-1.500E-07
-1.200E-07

-2.400E-07
-2.100E-07

-3.000E-07
-2.700E-07

M2: 2

n
o
i
s
r

-4.800E-07
-4.500E-07
-4.200E-07

-5.400E-07
-5.100E-07

6.402E-06

-0 4

4
1.

42

-6.300E-07
-6.000E-07
-5.700E-07

-6.900E-07
-6.600E-07

2.887E-04

-3.900E-07
-3.600E-07
-3.300E-07

2.
3 .4 9
6E

1.

e
v
o

-7.500E-07
-7.200E-07

-8.400E-07
-8.100E-07
-7.800E-07

-9.300E-07
-9.000E-07
-8.700E-07

[-]

m
e
d

-1.200E-04

4
3
04
1 E -0
E -0
E - .4 1 0 1 .3 8
5
7
0
4

M1: 1

-9.896E-07
-9.600E-07

[MPa]

-6.000E-04

0
E-

8E-01.603E-0
4
5

0.000E+00
-1.000E-03
-2.000E-03
-3.000E-03
-4.000E-03
-5.000E-03
-6.000E-03
-7.000E-03
-8.000E-03
-9.000E-03
-1.000E-02
-1.100E-02
-1.200E-02
-1.300E-02
-1.395E-02

-1.080E-03

E
0 03

2 .5 8

2.

50

0
E-

6 .8 9

3 E -0

6.554E-0

-1.560E-03

0.000E+00

80
-6 .

4.853E-06

04

8E
2-0.87
14

-0 3 4 2 E
1.948E-013.448E 9.8

E -0

Step 50,
Scalars:rendering, Basic material, in nodes, Displacements, x(1), <-3.873E-03;2.887E-04>[m]
Cracks: in elements, openning: <-6.808E-07;1.948E-03>[m], Sigma_n: <-1.892E+00;1.626E+00>[MPa], Sigma_T : <-1.020E+00;1.109E+00>[MPa]

2 Tulangan
Step 6,
Scalars:rendering, Basic material, in nodes, Displacements, x(1), <-8.751E-05;5.237E-06>[m]
Cracks: in elements, openning: <8.603E-07;9.349E-06>[m], Sigma_n: <1.065E+00;1.692E+00>[MPa], Sigma_T: <-1.867E-01;1.651E-02>[MPa]
-8.751E-05
-7.790E-05
-6.745E-05
-5.700E-05
-4.655E-05
-3.610E-05
-2.565E-05
-1.520E-05
-4.750E-06

5.237E-06

Step 9,
Scalars:rendering, Basic material, in nodes, Displacements, x(1), <-1.762E-04;7.072E-06>[m]
Cracks: in elements, openning: <2.298E-07;4.126E-05>[m], Sigma_n: <4.260E-01;1.646E+00>[MPa], Sigma_T: <-6.109E-01;1.370E-01>[MPa]
-1.762E-04
-1.560E-04
-1.360E-04
-1.140E-04
-9.400E-05
-7.400E-05
-5.200E-05
-3.200E-05
-1.200E-05

7.072E-06

[-]

-1.400E-03
-9.600E-04
-5.600E-04
-1.200E-04
2.628E-04

-0 4 2 E -0 3
04
E - .5 9 1 E 1 .3 7
8
63 7

e
v
o-

n
o
i
s
r
M2: 2

M1: 1

m
e
d

-2.240E-03
-1.840E-03

4.887E-06

-0 4

1.361E-06
1 .2 0
4.473E-06
6 E -0
9.75
4.266E-06
6
E -0
55
1.994
E -0
7

1.890E-07 1.918E-06
1.

0 91

1E
1 .3 8

1.

-2.680E-03

-1.548E-06
-1.530E-06
-1.485E-06
-1.440E-06
-1.395E-06
-1.350E-06
-1.305E-06
-1.260E-06
-1.215E-06
-1.170E-06
-1.125E-06
-1.080E-06
-1.035E-06
-9.900E-07
-9.450E-07
-9.000E-07
-8.550E-07
-8.100E-07
-7.650E-07
-7.200E-07
-6.750E-07
-6.300E-07
-5.850E-07
-5.400E-07
-4.950E-07
-4.500E-07
-4.050E-07
-3.600E-07
-3.150E-07
-2.700E-07
-2.250E-07
-1.800E-07
-1.350E-07
-9.000E-08
-4.500E-08
0.000E+00

[MPa]

3 .8 0

1.125E-05

84
-3 .
1
04

3.

0E-01.570E-0
4
5

0.000E+00
-1.000E-03
-2.000E-03
-3.000E-03
-4.000E-03
-5.000E-03
-6.000E-03
-7.000E-03
-8.000E-03
-9.000E-03
-1.000E-02
-1.100E-02
-1.200E-02
-1.300E-02
-1.400E-02
-1.461E-02

6
E -0

E -0 6
7 .0 7 1

Y
6
0
E-

2 .8 8

-3.496E-03
-3.120E-03

5
9 E -0

2E

-0 4

0E
2-0.57
3

-0 3 6 6 E
1.859E-013.312E 7.8

-0 4

Step 50,
Scalars:rendering, Basic material, in nodes, Displacements, x(1), <-3.496E-03;2.628E-04>[m]
Cracks: in elements, openning: <-3.840E-07;1.859E-03>[m], Sigma_n: <-1.591E+00;1.686E+00>[MPa], Sigma_T: <-1.023E+00;1.300E+00>[MPa]

3 Tulangan
Step 6,
Scalars:rendering, Basic material, in nodes, Displacements, x(1), <-8.746E-05;5.240E-06>[m]
Cracks: in int. points, openning: <3.380E-07;1.505E-05>[m], Sigma_n: <9.400E-01;1.821E+00>[MPa], Sigma_T : <-3.259E-01;1.654E-02>[MPa]
-8.746E-05
-7.695E-05
-6.650E-05
-5.605E-05
-4.560E-05
-3.515E-05
-2.470E-05
-1.425E-05
-3.800E-06

5.240E-06

Step 9,
Scalars:rendering, Basic material, in nodes, Displacements, x(1), <-1.759E-04;7.074E-06>[m]
Cracks: in int. points, openning: <2.668E-07;5.550E-05>[m], Sigma_n: <3.023E-01;1.730E+00>[MPa], Sigma_T : <-8.860E-01;5.706E-01>[MPa]
-1.759E-04
-1.560E-04
-1.360E-04
-1.140E-04
-9.400E-05
-7.400E-05
-5.200E-05
-3.200E-05

-1.200E-05
7.074E-06

E -0 7
6.436

-1.800E-03
-1.400E-03

1.583E-06

-9.600E-04
-5.600E-04

-0 4 5 E -0 3
04
E - .5 7 3 E 1 .3 6
8
88 7

M2: 2
-5.200E-07
-4.550E-07
-3.900E-07
-3.250E-07
-2.600E-07
-1.950E-07
-1.300E-07
-6.500E-08

-1.430E-06
-1.365E-06
-1.300E-06
-1.235E-06
-1.170E-06
-1.105E-06
-1.040E-06
-9.750E-07

n
o
i
s
r
-9.100E-07
-8.450E-07
-7.800E-07
-7.150E-07
-6.500E-07
-5.850E-07

1.

-0

3.910E-06

2E

6 E -0

3
1 .0

3 .9 2

5
E -0

2
9 .9 6

-1.375E-06

2.568E-06

-1.200E-04
2.581E-04

0.000E+00

1.024E-06 2.138E-06
1.

2 03

5.139

-2.240E-03

e
v
o-

-1.885E-06
-1.820E-06
-1.755E-06
-1.690E-06
-1.625E-06
-1.560E-06
-1.495E-06

m
e
d
-2.210E-06
-2.145E-06
-2.080E-06
-2.015E-06
-1.950E-06

[-]

-2.640E-03

M1: 1

-2.291E-06

[MPa]

2 E -0

8.228E-06

17
-5 .
7
44

4.

4E-01.492E-0
4
5

0.000E+00
-1.000E-03
-2.000E-03
-3.000E-03
-4.000E-03
-5.000E-03
-6.000E-03
-7.000E-03
-8.000E-03
-9.000E-03
-1.000E-02
-1.100E-02
-1.200E-02
-1.300E-02
-1.400E-02
-1.454E-02

6
E -0

E -0 6

07
E-

Y
6 5 .8
92
0
E-

2 .6 9

-3.477E-03
-3.080E-03

1 .0 3

04

4E
2-0.47
79 E

EE -0 3 8 0
1.840E-013.300 7.7

-0 4

Step 50,
Scalars:rendering, Basic material, in nodes, Displacements, x(1), <-3.477E-03;2.581E-04>[m]
Cracks: in elements, openning: <-1.375E-06;1.840E-03>[m], Sigma_n: <-8.827E-01;1.805E+00>[MPa], Sigma_T : <-1.014E+00;1.281E+00>[MPa]

Pada step 6, dapat dilihat benda uji sudah mulai retak. Pada benda uji dengan 1

tulangan dan 2 mempunyai pola retak yang sama. Pada benda uji dengan 3 tulangan,

memiliki pola retak agak berbeda. Benda uji dengan 3 tulangan memiliki lebih banyak
retak pada retak awalanya, tapi bila dilihat, memiliki retak lebih kecil dari pada 2 benda
uji lainnya yaitu benda uji yang diperkuat dengan 1 tulangan, dan dengan 2 tulangan.

Pada step 9, dapat dilihat pada benda uji sudah mulai banyak terdapat retak.

Sama seperti step 6, namun benda uji yang diperkuat 1 tulangan dan 2 tulangan sudah

berbeda. Dari pola retak yang di tampilakn oleh hasil ATENA 2D, terlihat bahwa benda
uji dengan tulangan 1 memiliki retak lebih sedikit dari 2 benda uji lainnya, dan begitu
pula benda uji dengan 2 tulangan lebih sedikit terjadi retak daripada yang diperkuat 3

tulangan. Namun lebar retak yang dihasilakan adalah sebaliknya, benda uji dengan 1
penulangan memiliki retak lebih lebar daripada 2 benda uji lainnya.

Pada step 50, terlihat jelas. Pada step ini lebar retak ditampilakn. Dari gambar

tebaca bahawa benda uji dengan 1 tulangan memiliki sedikit retak, namun memiliki

lebar retak paling besar, yaitu 6mm (pada bidang geser). Pada benda uji dengan
perkuatan 2 penulangan, memiliki retak lebih banyak dari benda uji dngan 1 tulangan,
namun lebar retak yang terjadi pada bidang geser yang paling besar adalah 4mm. Pada

benda uji dengan 3 sebaran tulangan, memiliki banyak retak yang sama dengan benda
uji dengan perkuatan 2 tulangan, namun lebar retak yang dihasilkan pada bidang
gesernya adalah 2mm.
KESIMPULAN:

1. Distribusi penulangan berpengaruh pada distribusi gaya yang terjadi pada tubuh
elemen beton bertulang, sehingga mempengaruhi pola retak yang terjadi

2. Dari pengujian diatas, semakin banyak distribusi tulangan adalah semakin baik,

karena menghasilkan retak yang lebih halus. Sehingga keruntuhan elemen bisa
terjadi lebih lama.

Anda mungkin juga menyukai