Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KELOMPOK HOSPITAL TOUR

JUDUL KASUS : FRAKTUR FEMUR




I. Pendahuluan

a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Etiologi
d. Patofisiologi
e. Manifestasi Klinis
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangandan contur terjadi seperti :
Rotasi pemendekan tulang.
Penekanan tulang.
2. Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
3. Echimosis dari perdarahan Subculaneous.
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
5. Tenderness / keempukan.
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur didaerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi ( mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya
syaraf/perdarahan ).
8. Pergerakan abnormal.
9. Dari hilangnya darah.
10. Krepitasi
(Muttakin, 2008)
f. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan fraktur adalah untuk menempatkan ujung-ujung
dari patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan, selain itu
menjaga agar tulang tetap menempel sebagaimana mestinya. Proses
penyembuhan memerlukan waktu minimal 4 minggu, tetapi pada usia
lanjut biasanya memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah sembuh,
tulang biasanya kuat dan kembali berfungsi.
Fraktur biasanya terjadi dalam waktu yang bersamaan dengan
traume. Untuk itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan terhadap
jalan napas (airway), pernafasan (breathing), dan sirkulasi (circulating),
untuk mengetahui ada atau tidaknya gangguan yang dapat mengancam
nyawa. Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan
pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi.
1. Terapi non farmakologi, terdiri dari :
Proteksi, untuk fraktur dengan kedudukan baik. Mobilisasi saja
tanpa
reposisi, misalnya pemasangan gips pada fraktur inkomplet dan
fraktur
tanpa kedudukan baik.
Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips. Reposisi dapat dalam
anestesi umum atau lokal.
Traksi, untuk reposisi secara berlebihan.
(Asmadi, 2008)

2. Terapi farmakologi, terdiri dari :
Reposisi terbuka, fiksasi eksternal.
Reposisi tertutup kontrol radiologi diikuti interial.

Terapi ini dengan reposisi anatomi diikuti dengan fiksasi internal.
Tindakan pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin,
penundaan waktu untuk melakukan tindakan segera dapat
mengakibatkan komplikasi. Golden period untuk fraktur femur
adalah sebelum 6-7 jam berikan toksoid, anti tetanus serum (ATS) /
tetanus hamaglobidin. Berikan antibiotik untuk kuman gram positif
dan negatif dengan dosis tinggi. Lakukan pemeriksaan kultur dan
resistensi kuman dari dasar luka fraktur terbuka. (Asmadi, 2008)

g. Pencegahan
h. Komplikasi
Komplikasi yang biasanya ditemukan antara lain :
1. Komplikasi Awal
Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak
adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma
yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh
tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit,
tindakan reduksi, dan pembedahan.
Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang
terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh
darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau
perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah.
Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan
yang terlalu kuat.
Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang
sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi
karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning
masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam
darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan,
tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial)
dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur
terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat.
Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke
tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis
tulang dan diawali dengan adanya Volkmans Ischemia.
Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
(Price, 2006)

2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi
sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk
menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai darah ke
tulang.
Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah
6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang
berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau
pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang
kurang.
Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk
(deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan
reimobilisasi yang baik. (Price, 2006)

i. Prognosis



II. Hasil Survey Masalah Komunitas Yang Terkait Dengan Traumatology
Data Umum Pasien
Nama : Ny. Siti Hawa
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Umur : 70 tahun
Alamat : Tapaktuan
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Kawin
Berat Badan : -
Tinggi Badan : -

Anamnesis
Keluhan Utama : Pasien jatuh dan tidak bisa bangun.
RPS : Pasien jatuh dari sepeda sejak sejak 2
minggu yang lalu, mengeluh kaki sebelah
kanan nyeri dan tidak bisa berdiri. Setelah 4
hari kejadian, pasien pergi ke tukang urut
untuk mengurut kakinya namun tidak ada
perubahan. Akhirnya, pasien memutuskan
untuk pergi ke Rumah Sakit dan sekarang
sudah di rawat di RSUDZA selama 14 hari.

Keluhan tambahan : Sakit pinggang kanan

RPD : Pasien mengalami hipertensi sejak tahun
2005.
RPK : -
RKS : Pasien sering menggunakan sepeda untuk
melakukan kativitas sehari-hari.

RPO : Pasien mengkonsumsi obat hipertensi dari
Puskesmas.

Pemeriksaan Fisik
Vital Sign :
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- RR : 17 x/menit
- Suhu : -

Pemeriksaan fisik lanjutan tidak dapat dilakukan karena keterbatasan
waktu.

Pemeriksaan Penunjang (Foto X-Ray Pelvis AP/Lat)


Keterangan :
1. Tampak complete fracture a/r 1/3 collum femur dextra
2. Kedudukan baik
3. Belum unionisasi
4. Soft tissue normal
5. Tak tampak osteomyelitis dan cellulitis

III. Masalah Yang Didapat Dari Hasil Survey
Karena keterbatasan waktu maka kami tidak dapat melakukan
pemeriksaan fisik secara detail, data yang kami peroleh berdasarkan
anamnesis dan rekam medik

IV. Analisis masalah dan saran solusnya.
Berdasarkan hasil anamnesis dan rekam medik maka pasien
didiagnosa FrakturFemur. Dokter ahli bedah menyarankan untuk
dilakukan tindakan pembedahan, danpasien setuju dilakukan operasi. Jadwal
operasi direncanakan pada hari senin tanggal 7April 2014..

EVALUASI
a. Hal-hal positif dan menyenangkan yang di dapatkan selama kunjungan:
Pasien sangat komunikatif dalam memberikan penjelasan pada saat
anamnesis
Dokter yang bertugas pada saat hospital tour membimbing kami dengan
baik dan juga abang-kakak dokter muda.

b. Hal-hal negatif selama kunjungan:
Manajemen waktu dokter yang tidak tepat, sehingga pada saat kami
melaksanakan hospital tour harus menunggu selama +- 2 jam.



DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Muttakin, A. (2008). Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal . Jakarta: EGC.
Price, S. A. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai