Anda di halaman 1dari 81

1 | P a g e

Dampak Keberadaan Kolong Pascatambang di Desa Tempilang


Abdi Fatra Wijaya

Peran Sektor Industri Pertambangan (PT. TIMAH (Persero) Tbk.) Terhadap Pemberdayaan
Masyarakat
Ahmad Reza Setiawan

Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang Timah dengan Penanaman Tanaman Kelapa Sawit di
Desa Pugul
Aleo Saputra

Kerusakan Akibat Pascatambang Timah di Pulau Bangka
Azelia Bonnita

Metode Peledakan Tambang Bawah Tanah
Dito Baskoro

Perkembangan Penambangan Timah di Kepulauan Bangka Belitung di Daerah Kedimpal
Heri Novian


(Inspirasi Anak Tambang)
JURUSAN TEKNI K PERTAMBANGAN
UNI VERSI TAS BANGKA BELI TUNG
No.1 Tahun Pertama Januari 2013
2 | P a g e

(I nspirasi Anak Tambang)

Susunan Personalia


Penanggung Jawab
Ketua Program Studi Teknik Pertambangan
Pemimpin Redaksi
Aleo Saputra
Wakil Pemimpin Redaksi
Azelia Bonita
Sekretaris
Heri Novian
Bendahara
Dito Baskoro
Ketua Penyunting
Ahmad Reza Setiawan
Penyunting Pelaksana
Abdi Fatra Wijaya

3 | P a g e

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karuniaNya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Jurnal ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Intan (Inspirasi Anak Tambang).
Jurnal yang berjudul Intan (Inspirasi Anak Tambang) ini memuat informasi mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan ruang lingkup pertambangan. Kami berharap melalui jurnal
yang kami buat ini bisa menambah informasi dan pengetahuan tentang masalah-masalah
yang berkaitan dengan pertambangan bagi siapapun yang membaca jurnal ini.
Kami menyadari bahwa jurnal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan jurnal ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan jurnal ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.


Balunijuk, 04 Januari 2013


Tim Penyusun





4 | P a g e

DAFTAR ISI
No. 1 Tahun Pertama Januari 2013
J urnal Pertambangan



Judul Jurnal Halaman

Dampak Keberadaan Kolong Pascatambang di Desa Tempilang
Abdi Fatra Wijaya
5 - 13

Peran Sektor Industri Pertambangan (PT. TIMAH (Persero) Tbk.) Terhadap
Pemberdayaan Masyarakat
Ahmad Reza Setiawan
14 - 30

Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang Timah dengan Penanaman Tanaman
Kelapa Sawit di Desa Pugul
Aleo Saputra
31 - 39

Kerusakan Akibat Pascatambang Timah di Pulau Bangka
Azelia Bonita
40 - 55

Metode Peledakan Tambang Bawah Tanah
Dito Baskoro
56 - 71

Perkembangan Penambangan Timah di Kepulauan Bangka Belitung di Daerah
Kedimpal
Heri Novian
72 - 79

5 | P a g e

DAMPAK KEBERADAAN KOLONG PASCA TAMBANG
DI DESA TEMPILANG

Abdi Fatra Wijaya
Mahasiswa Semester 1 Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung
Kampus Terpadu Balunijuk, Merawang, Kabupaten Bangka
abdifatra@gmail.com

Abstrak
Pertambangan timah selalu menimbulkan kolong- kolong pasca penambangan timah
yang sangat merugikan masyarakat dan lingkungan. Berbagai dampak negatif akibat
kolong yang tidak direklamasi menimbulkan kerugian dari sisi kesehatan, lingkungan
bahkan wabah penyakit. Dengan berbekal literatur dan tinjauan lapangan secara umum
untuk mengetahui adanya kolong-kolong yang tergolong muda dan dibiarkan terbuka
menggugah penulis untuk memuat jurnal ini akhirnya tidak ada cara lain kita harus
merubah paradigma kolong-kolong yang dibuka harus direklamasi dan dimanfaatkan
secara optimal.
Kata Kunci: Kolong, Timah, Literatur, Paradigma
Pendahuluan
Latar Belakang
Dewasa ini kegiatan pertambangan
terus berlangsung dan cenderung semakin
marak di masyarakat. Masyarakat luar
daerah pun banyak yang berbondong-
bondong datang ke Bangka Belitung
untuk mengais rezeki dengan menjadi
penambang timah. Regulasi tentang
pertambangan timah yang cenderung
longgar dan adanya peran oknum pejabat
serta belum adanya peraturan pasti
tentang penggunaan lahan untuk
pertambangan menjadikan kegiatan
6 | P a g e

pertimahan semakin banyak. Akibatnya
daerah-daerah yang semestinya tidak
diperkenankan untuk ditambang seperti:
daerah pemukiman atau daerah
penangkapan ikan tetap ada kegiatan
pertambangan dilakukan.
Timah merupakan hasil bumi dan
kekayaan alam Bangka Belitung. Tidak
salah setiap masyarakat menikmati hasil
bumi tersebut. Hanya saja ada regulasi
dan aturan yang harus ditaati agar
kegiatan pertambangan timah tidak
berlangsung sporadis dan merugikan bagi
kehidupan masyarakat terutama bagi
anak cucu kelak.
Dibalik keuntungan hasil tambang
yang besar ternyata tambang menyisakan
suatu permasalahan yang berdampak
negatif bagi kesehatan masyarakat. Hal
ini dikarenakan pada setiap kegiatan
pertambangan baik didaratan maupun
lautan menyisakan kandungan logam
berat berbahaya bagi mahluk hidup dan
manusia. Logam berat pada dasarnya
sudah terdapat di perut bumi. Logam
berat muncul ke permukaan bumi
salahsatunya diakibatkan oleh proses
penyingkapan perut bumi oleh aktivitas
tambang manusia. Akibatnya pada daerah
daratan, kolong-kolong bekas tambang
timah yang digenangi air dipastikan
terkandung logam berat pada air tersebut.
Begitupula halnya pada daerah perairan
laut. Aktivitas tambang di laut
mengakibatkan logam berat tersingkap
keatas permukaan air laut dan pada
perairan laut daerah tambang tersebut
dimungkinkan terkandung logam berat.
Salah satunya adalah dikawasan Desa
Tempilang.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahannya sebagai
berikut :
1. Apa sajakah dampak negatif kolong
pascatambang bagi masyarakat
khususnya didesa Tempilang dan pada
umumnya di Bangka Belitung?
7 | P a g e

2. Bagaimana cara untuk mengatasi
dampak negatifnya?
Tujuan Penelitian
Jurnal ini kami buat dengan tujuan
untuk mengetahui dampak kolong bagi
masyarakat dan upaya menanggulangi
atau mengatasi dampak negatifnya.
Kerangka Teori
Pertambangan bagi masyarakat desa
Tempilang khususnya dan bangka
belitung pada umumnya merupakan
sektor yang sangat vital bagi masyarakat.
Dari hasil pertambangan inilah mereka
memenuhi kebutuhan primer, sekunder
bahkan kebutuhan tersier. Banyaknya
masyarakat yang dulunya berprofesi
sebagai petani, nelayan bahkan karyawan
beralih ke profesi penambangan hal ini
sangat wajar karena pertambangan
menyediakan penghasilan yang sangat
besar dengan usaha yang instan.
Penambangan yang dilakukan oleh
masyarakat secara terus menerus telah
membawa perubahan baru yakni lahan
pasca penambangan tidak lagi menjadi
produktif timbulnya bibit penyakit dan
menjamurnya zat-zat kimia yang
tergolong logam berat didalam kolong
serta timbulnya masalah dengan zat- zat
yang bersifat karsiogenik.
Maka diperlukanlah kerjasama dan
upaya untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan yang timbul akibat adanya
kolong pasca tambang. Mulai dari
kegiatan reklamasi dengan tanah penutup,
pengaturan dan pemanfaatan kembali
kolong bekas tambang yang beasaskan
prinsip pertambangan yang baik dan
benar.
Metodologi Penelitian
Metodelogi yang digunakan oleh
penulis adalah metode studi pustaka,
tinjauan lapangan secara umum.
Hasil dan Pembahasan
1. Dampak Negatif Kolong Pasca
Tambang
Penelitian LIPI dan UBB menemukan
bahwa logam Fe, Al, Mn, Zn dan Pb
adalah logam berat terbesar yang terdapat
di perairan kolong. Butuh waktu puluhan
8 | P a g e

tahun ( >20 tahun), logam berat di air
kolong akan hilang secara alami di
perairan. Hilangnya logam berat ini
dikarenakan logam berat tersebut
mengendap di sedimen perairan.
Selain itu sedimen perairan dengan
usia kolong yang tua mengandung bahan
organik dengan gugus fungsi tertentu
yang mampu mengikat logam berat
dengan ikatan kompleks dan chelate
sehingga penggunaan kolong yang
berumur tua aman digunakan untuk
aktivitas manusia.
Permasalahannya adalah ketika kolong
yang umurnya masih muda digunakan
untuk aktivitasmanusia seperti untuk
minum dan kegiatan perikanan/pertanian.
Kolong muda mengandung logam berat
yang cukup tinggi dan airnya asam.
Logam berat pada konsentrasi yang
tinggi bila masuk kedalam tubuh manusia
akan menyebabkan kematian atau
gangguan kesehatan pada manusia. Pada
konsentrasi yang tidak terlalu tinggi atau
masih dalam ambang batas toleransi
tubuh manusia, logam berat akan
terakumulasi didalam tubuh. Logam berat
merupakan senyawa yang tidak dapat
terdegradasi dan memiliki sifat toksik
dan karsinogenik. Beberapa literatur
menyebutkan bahwa gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh logam berat yaitu
menimbulkan penghambatan sintesis
hemoglobin, disfungsi pada ginjal, sendi
dan sistem reproduksi, sistem
kardiovaskular, dan kerusakan akut dan
kronis dari Sistem Saraf Pusat (SSP) serta
Sistem Saraf Perifer (PNS). Efek lainnya
termasuk kerusakan pada saluran
pencernaan (GIT) dan saluran kemih,
gangguan neurologis, serta kerusakan
otak parah dan permanen.
Penggunaan air kolong yang berusia
muda tanpa ada proses treatment sangat
tidak dibenarkan. Hal ini dikarenakan
logam berat tersebut akan masuk
kedalam tubuh manusia dan terakumulasi
di beberapa organ manusia, seperti : hati,
ginjal dan usus. Dampak jangka panjang
yang timbul adalah penyakit-penyakit
9 | P a g e

yang berhubungan dengan disfungsi
organ tubuh manusia, contohnya : stroke.
Maka dalam memanfaatkan kolong muda
untuk kegiatan manusia perlu ada
treatmen-treatmen tertentu agar air
kolong terbebas dari bahan pencemar
logam berat dan keasaman airnya
menjadi rendah.
Air di Desa Tempilang yang
jumlahnya berlimpah sangat berpotensi
untuk dijadikan media bagi budidaya
ikan. Namun pemanfaatan air kolong
khususnya kolong muda untuk kegiatan
perikanan patut mendapat perhatian
serius. Termasuk pemanfaatan ikan laut
dari hasil penangkapan pada daerah
pertambangan laut. Sifat logam berat
yang tidak dapat terdegradasi dan
mengakumulasi tubuh harus menjadi
sebuah pertimbangan.
Namun hal penting yang harus
ditekankan adalah pada kolong-kolong
yang berusia tua (diatas 20 tahun),
pemanfaatan air kolong untuk kegiatan
rumah tangga ataupun kegiatan perikanan
aman dilakukan. Karena logam berat
pada kolong tua telah mengendap dan
terakumulasi di dasar perairan. Logam
berat tersebut terikat pada bahan organik
sedimen sehingga di badan/kolom air,
jumlah logam berat sangat rendah dan
masih berada dibawah ambang batas
penggunaan bagi kegiatan rumah tangga
dan perikanan. Khusus untuk
pemanfaatan bagi kegiatan perikanan, hal
mendasar yang harus jadi perhatian
adalah spesies ikan yang digunakan
pakan utmananya adalah pelet komersial
dan tidak mengandalkan plankton sebagai
pakan ikan. Karena bagi ikan yang
makan plankton bisa jadi pada kolong tua
logam berat tersebut masuk kedalam
tubuh ikan melalui proses biomagnifikasi
(rantai makanan).
Melihat besarnya dampak kesehatan
dari kegiatan pertambangan ini, maka
tidak salah kiranya pemerintah daerah
memberikan perhatian serius untuk
menangani masalah ini. Hal ini
dikarenakan masalah tambang adalah
10 | P a g e

masalah yang menyangkut multi aspek.
Beberapa kasus struk atau kasus
kesehatan yang berhubungan dengan
disfungsi organ di Bangka Belitung yang
acapkali terjadi perlu diteliti lebih lanjut
apakah terkait dengan limbah logam
berat yang memenuhi perairan Bangka
Belitung. Untuk itu perlu diadakannya
reklamasi sebagai upaya penanggulangan
bahaya logam berat dan beragam dampat
negatif kolong tambang lainnya.
2. Reklamasi Solusi Atasi Dampak
Kolong
Reklamasi sebagai usaha untuk
memperbaiki atau memulihkan kembali
lahan yang rusak sebagai akibat kegiatan
usaha pertambangan, agar dapat
berfungsi secara optimal sesuai dengan
kemampuannya (Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Departemen Kehutanan, 1997).
Kegiatan pertambangan selain
memberikan dampak positif bagi
peningkatan pendapatan nasional dan
devisa Negara, juga telah memberikan
dampak negatif berupa penurunan
kualitas lingkungan fisik, kimiawi dan
biologi. Penambangan batubara dalam
skala besar telah menyebabkan
perubahan bentang alam dan relief,
peningkatan laju erosi tanah, sedimentasi,
degradasi kesuburan tanah dan kualitas
perairan. Lahan-lahan bekas tambang
tersebut cenderung dibiarkan terbuka
tanpa adanya upaya restorasi lahan
sehingga dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem.
Reklamasi merupakan suatu proses
perbaikan pada suatu daerah tertentu
(lahan bekas tambang) sebagai akibat
dari kegiatan penambangan sehingga
dapat berfungsi kembali secara optimal.
Dalam melaksanakan reklamasi
diperlukan perencanaan yang matang
agar tepat pada sasaran. Perencanaan
reklamasi harus sudah dipersiapkan
sebelum kegiatan penambangan Karena
telah di atur dalam dokumen lingkungan.
Lingkup reklamasi meliputi
penatagunaan lahan, pencegahan dan
11 | P a g e

penanggulangan air asam tambang, dan
pekerjaan sipil .
Dalam reklamasi lahan akibat
penambangan harus melihat dari empat
aspek, yaitu aspek teknis, ekonomi,
sosial/lingkungan, dan kelembagaan.
Aspek teknis dapat dilihat dari sifat fisik
dan sifat kimia tanah, aspek lingkungan
dilihat dari dampak penambangan
batubara terhadap sosial masyarakat,
aspek ekonomi dari produktivitas
lahannya. Sedangkan aspek kelembagaan
dilihat dari fungsi dan peran masing-
masing institusi dalam pelaksanaan
kegiatan reklamasi lahan.
a. Pelaksanaan Reklamasi
Secara umum yang harus diperhatikan
dan dilakukan dalam
merehabilitasi/reklamasi lahan bekas
tambang yaitu dampak perubahan dari
kegiatan pertambangan, pencegahan air
asam tambang, pengaturan drainase dan
tata guna lahan pasca tambang.
Rencana reklamasi lahan meliputi:
1. Pengisian kembali bekas tambang,
penebaran tanah pucuk dan penataan
kembali lahan bekas tambang serta
penataan lahan bagi pertambangan
yang kegiatannya tidak dilakukan
pengisian kembali
2. Stabilitas jangka panjang,
penampungan tailing, kestabilan
lereng dan permukaan timbunan,
pengendalian erosi dan pengelolaan
air
3. Keamanan tambang terbuka,
longsoran, pengelolaan B3 dan bahaya
radiasi
4. Karakteristik fisik kandungan bahan
nutrient dan sifat beracun tailing atau
limbah yang dapat berpengaruh
terhadap kegiatan reklamasi
5. Pencegahan dan penanggulangan air
asam tambang
6. Pemanfaatan lahan pasca tambang
Selain itu untuk menghindari atau
menekan sekecil mungkin dampak
negatif terhadap lingkungan akibat
12 | P a g e

kegiatan penambangan, maka yang perlu
diperhatikan lebih lanjut :
1. Lokasi penambangan sedapat mungkin
tidak terletak pada daerah resapan atau
pada akuifer sehingga tidak akan
mengganggu kelestarian air tanah
2. Lokasi penambangan sebaiknya
terletak agak jauh dari pemukiman
penduduk sehingga suara bising
ataupun debu yang timbul akibat
kegiatan tidak menganggu penduduk
3. Lokasi penambangan tidak berdekatan
dengan mata air penting sehingga
tidak menganggu kualitas dan
kuantitas mata air tersebut
4. Lokasi penambangan sedapat mungkin
tidak terletak pada daerah aliran
sungai bagian hulu
5. Lokasi penambangan tidak terletak
dikawasan hutan lindung
b. Prinsip Dasar Kegiatan Reklamasi
1. Kegiatan reklamasi harus dianggap
sebagai kesatuan yang utuh
(holistic) dari kegiatan
penambangan.
2. Kegiatan reklamasi harus dilakukan
sedini mungkin dan tidak harus
menunggu proses penambangan secara
keseluruhan selesai dilakukan.
Reklamasi yang dapat dilakukan pada
kolong pasca tambang timah adalah
sebagai berikut:
a. Mereklamasi kolong air pasca
tambang dengan menutupnya dengan
tanah penutup (overburden ) kemudian
menyuburkan kembali tanah dan
memanfaatkannya untuk lahan
pertanian ataupun lahan bangunan
b. Mensterilkan air asam dan
mengendapkan logam berat kemudian
kolong air dapat dimanfaatkan
menjadi tempat pengembang biakan
ikan atau biota air lainnya.
Kesimpulan
1. Dampak negatif keberadaan kolong
pasca tambang bagi masyarakat
beliling antara lain:
a. Adanya logam berat yang
berpotensi menyebabkan berbagai
penyakit akibat akumulasi
13 | P a g e

transgenik yang dapat memicu
kerusakan hati, jantung, paru-paru,
otak serta berbagai gangguan
lainnya
b. Adanya air asam dengan kadar
yang tinggi pada air kolong
memungkinkan terjadinya
kerusakan organ, kerusakan
tanaman dan hilangnya kesuburan
tanah yang terkena air asam
tersebut
c. Munculnya bibit penyakit seperti
nyamuk demam berdarah karena
kolong tersebut menjadi tempat
berkembang biaknya nyamuk
terutama saat musim penghujan
tiba.
d. Lahan kolong tersebut tidak
produktif dan merusak
pemandangan.
2. Untuk mengatasi permasalahan
masyarakat beliling sebenarnya dapat
dilakukan penanggulangan terhadap
dampak negatif kolong pascatambang
dengan cara :
a. Mereklamasi kolong air pasca
tambang dengan menutupnya
dengan tanah penutup
(overburden).
b. Mensterilkan air asam dan
mengendapkan logam berat
kemudian kolong air dapat
dimanfaatkan menjadi tempat
pengembang biakan ikan atau biota
air lainnya.
Daftar Pustaka
Hasibuan, Rusli. 2004. good mining
practice. Yogyakarta: Dwi Putra.
http://www.wikipedia.org (diakses
tanggal 25 desember 2012)
Sekapurtambang .http://www.duniatamba
ng.or.id/riset/rusli/tambang
semprot .html (diakses tanggal 24
Desember 2012)
Suyartono, dkk. 2003. Good Mining and
Practice. Jakarta: Studi Nusa.
Undang-undang No.4 tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara.
Yanis, ahmad. 2005. Reklamasi tambang.
Bandung : Ganesha Wiati.
14 | P a g e

PERAN SEKTOR INDUSTRI PERTAMBANGAN (PT. TIMAH
(PERSERO) TBK.) TERHADAP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Ahmad Reza Setiawan
Mahasiswa Semester 1 Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung
Kampus Terpadu Balunijuk, Merawang, Kabupaten Bangka
ahmad_reza08@yahoo.com

Abstrak
PT. Timah merupakan industri pertambangan timah terbesar di Indonesia yang
sebagian besar wilayah operasionalnya terletak di Kepulauan Bangka Belitung, maka
sangat dibutuhkan peran dari PT. Timah untuk melakukan pemberdayaan terhadap
masyarakat di sekitar wilayah operasionalnya. Dengan melakukan pengkajian terhadap
informasi yang terdapat pada dokumen resmi milik PT. Timah dalam kurun waktu 2 tahun
belakangan ini yaitu tahun 2010 dan 2011 bahwa setiap tahunnya PT. Timah sebagai
Perusahaan BUMN berkewajiban menjalankan program pemberdayaan masyarakat.
Dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat ini PT. Timah melalui unit kerja
Corpoorate Social Responsibility (CSR) senantiasa memperhatikan dari tiga aspek yang
saling berkaitan, yakni ekonomi, sosial dan lingkungan. Hal ini dibuktikan melalui
program-program yang dijalankan oleh CSR PT. Timah yakni pertama, program
kemitraan yaitu berupa pemberian pinjaman lunak kepada masyarakat; kedua, program
bina lingkungan yaitu berupa pemberian bantuan kepada masyarakat yang berkaitan
dengan aspek-aspek yang mendasar dalam hidup masyarakat; ketiga, program bantuan
sosial yang merupakan perluasan dari program bina lingkungan yang bertujuan
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
15 | P a g e

Kata Kunci: Timah, Pemberdayaan, Corpoorate Social Responsibility (CSR), Taraf Hidup
Pendahuluan
Latar Belakang
Sektor pertambangan tetap menjadi
salah satu sektor utama yang
menggerakkan roda perekonomian
Indonesia baik di tingkat nasional,
Provinsi, maupun daerah tingkat dua. Hal
ini dilihat dari kontribusi penerimaan
negara yang meningkat setiap tahunnya.
Selain itu sektor pertambangan juga
menjadi efek dari pertumbuhan sektor
lainnya serta menyediakan kesempatan
kerja bagi sekitar ribuan tenaga kerja
langsung.
Indonesia merupakan negara dengan
potensi sumber daya alam (SDA) yang
melimpah dan menjanjikan yakni mineral
dan batubara. Indonesia diyakini hanya
memiliki cadangan batubara sebesar 0,5
% dari cadangan dunia, namun produksi
Indonesia berada pada posisi ke-6
sebagai produsen dengan jumlah
produksi mencapai 246 juta ton dan
posisi ke-2 sebagai eksportir setelah
Australia, memiliki cadangan emas
sekitar 2,3 % dari cadangan emas dunia,
memiliki cadangan tembaga dunia sekitar
4,1 %, memiliki cadangan timah terbesar
ke-5 di dunia sebesar 8,1 % dari
cadangan timah dunia, dan masih banyak
lagi mineral-mineral yang terkubur di
dalam tanah Indonesia.
Negara telah menjamin pengelolaan
sumber daya alam tersebut sebagaimana
termuat dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-
Undang Dasar 1945 yang berbunyi:
Bumi dan air dan kekayaan yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Atas hal
tersebut artinya segala sesuatu yang
terdapat di dalam bumi Indonesia harus
digunakan untuk kesejahteraan sosial
karena hal itu merupakan salah satu
tujuan atau cita-cita dari kemardekaan
Indonesia dan kesejahteraan sosial juga
merupakan awal dari pembangunan
ekonomi nasional.
16 | P a g e

Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang
Dasar 1945 juga ada kaitannya dengan
Undang-Undang No. 4 Tahun 2009
tentang pertambangan mineral dan
batubara. Pada Undang-Undang No. 4
Tahun 2009 disebutkan bahwa Mineral
dan batubara sebagai sumber daya alam
yang tak terbarukan merupakan
kekayaan nasional yang dikuasai oleh
negara untuk sebesar-besar
kesejahteraan rakyat, terdapat pada
pasal 4 ayat (1).
Dalam pengelolaan pertambangan
haruslah sesuai dengan prinsip-prinsip
pengelolaan pertambangan yang baik dan
benar (good mining and practice).
Melalui penerapan prosedur
pertambangan yang baik ini maka dapat
dihindari terjadinya pemborosan sumber
daya mineral dan batubara, tercapainya
optimalisasi terhadap sumber daya,
terlindunginya fungsi-fungsi lingkungan
alam dan lingkungan sosial (Suyartono,
dkk, 2003:7).
Salah satu prinsip dari pengelolaan
pertambangan yang baik dan benar (good
mining and practice) yaitu
mengoptimalisasikan manfaat dari
pengelolaan pertambangan tersebut bagi
masyarakat. Artinya peningkatan efek
ganda dari keberadaan usaha
pertambangan yang mengeksploitasi
sumber daya alam yang tak terbarukan
adalah mutlak harus dilakukan. Hal ini
menjadi lebih penting lagi terutama bagi
masyarakat sekitar tambang.
Program optimalisasi manfaat bagi
masyarakat direalisasikan dalam program
pengembangan masyarakat seperti
pengembangan terhadap sumber daya
manusia, pengembangan terhadap
pertumbuhan ekonomi, serta
pengembangan terhadap sosial budaya
dan kesehatan masyarakat.
Pengembangan terhadap sumber daya
manusia dilakukan dengan memberikan
pendidikan terhadap masyarakat sekitar
tambang. Pendidikan yang diberikan
dapat sangat bervariasi, baik yang
17 | P a g e

berhubungan dengan kegiatan
pertambangan maupun yang
berhubungan dengan pengembangan
ekonomi daerah setempat. Kemudian
pengembangan terhadap pertumbuhan
ekonomi dilakukan dengan memberikan
berupa bantuan dana, kemitraan dan
fasilitas untuk menumbuhkan industri,
perdagangan, pariwisata, pertanian,
perkebunan dan perikanan serta
pembangunan sarana dan prasarana yang
diperlukan, seperti pembangunan jalan,
jembatan, waduk dan lain-lain. Dan
pengembangan terhadap sosial budaya
dan kesehatan masyarakat dilakukan
dengan pembangunan tempat-tempat
ibadah, poliklinik, sarana olahraga serta
penciptaan hubungan yang harmonis
antara karyawan beserta keluarganya
dengan masyarakat asli di sekitar lokasi
tambang.
Khususnya di wilayah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung yang
merupakan daerah dengan potensi
kandungan bijih timah terbesar di
Indonesia bahkan dunia tentunya
memberikan keuntungan yang nyata baik
bagi negara maupun bagi daerah ini.
Hampir sebagian besar luas wilayah
kuasa penambangan timah dikuasai oleh
Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yaitu PT.Timah(Persero)tbk. yang
mencapai 473.800,06 Ha. Setiap
tahunnya PT. Timah selalu berperan
penting dalam peningkatan pendapatan
daerah melalui pembayaran pajak dan
royalti yang mereka lakukan yang
tentunya berguna terhadap pembangunan
infrastruktur dan ekonomi daerah. PT.
Timah juga setiap tahunnya selalu
menyiapkan dana yang digunakan untuk
melakukan pengembangan dan
pemberdayaan terhadap masyarakat di
sekitar wilayah operasionalnya yang
sebagian besar terdapat di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung melalui
program-program Corpoorate Social
Responsibility (CSR) yang mereka
jalankan, karena hal itu merupakan
kewajiban bagi perusahaan pertambangan
18 | P a g e

untuk memajukan daerah dan masyarakat
di sekitar wilayah tambang.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahannya yaitu
Bagaimanakah peran dari PT. Timah
dalam upaya melakukan pemberdayaan
terhadap masyarakat di wilayah
operasional Perusahaan?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui peran dari PT. Timah dalam
upaya melakukan pemberdayaan
terhadap masyarakat di wilayah
operasional Perusahaan.
Kerangka Teori
Sumber daya mineral adalah salah satu
aset dimana dengan pemanfaatan melalui
industri pertambangan tentunya dapat
berperan sebagai development agent
dengan memberdayakan kekayaan alam
tidur menjadi kekayaan yang dapat
mensejahterakan rakyat dengan
multiplier effectnya. Pertambangan harus
mampu memberikan kontribusi bagi
perkembangan sarana dan infratsruktur,
peningkatan pendidikan dan kesehatan,
perlindungan lingkungan hingga
kontribusi pembangunan ekonomi. Hal
ini sebagaimana tercantum dalam pasal
95 Undang-Undang No. 4 Tahun 2009
tentang pemegang IUP dan IUPK wajib
untuk melaksanakan pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat setempat
(Prasetyo, 2011, para. 1).
Konsep pemberdayaan masyarakat
yang dimasukkan kedalam ketentuan UU
Pertambangan Mineral dan Batubara,
merupakan salah satu upaya untuk
menyinergikan kegiatan usaha
pertaambangan dengan penciptaan
kesejahteraan rakyat, yang merupakan
wilayah tugas dan fungsi negara
(Sudrajat, 2010:148).
Industri pertambangan hampir selalu
berada di daerah terpencil, tidak ada
manusia yang dapat memaksakan
penentuan lokasi tambang. Industri ini
dengan segala aktivitasnya lambat laun
19 | P a g e

akan menyebabkan perkembangan
daerah, memancing tenaga kerja, dan
pertumbuhan penduduk, menyebabkan
bergulirnya roda ekonomi di sektor
penunjang hingga benar-benar menjadi
agen perubahan.
Untuk memulai operasi pertambangan
tentunya diperlukan banyak izin, mulai
dari izin instansi pusat dan daerah (baik
dalam bentuk IUP maupun KP daerah)
dan perusahaan juga masih memerlukan
izin khusus berupa local permitted dari
masyarakat lingkar tambang. Hal ini
merupakan simbol penerimaan
masyarakat atas operasional
pertambangan di daerahnya. Ini adalah
potret itikad baik atas seluruh stakeholder
yang merupakan perwujudan win win
solutions dan dapat menjadi awal langkah
peningkatan kesejahteraan.
Untuk menghubungkan izin khusus
dan operasional perusahaan dalam jangka
panjang, maka perlu disusun konsep yang
dapat mensinergiskan hubungan
perusahaan dengan masyarakat.
Community Relations adalah salah satu
bentuk implementasinya. Community
relations atau CR merupakan sarana
untuk melakukan konsultasi dan
konsolidasi perusahaan dan masyarakat.
CR ini juga merupakan salah satu
implementasi dariCorporate Sosial
Responsibility (CSR).
Melalui program-program dari
Corporate Sosial Responsibility
(CSR)perusahaan pertambangan
berkewajiban untuk melakukan
pengembangan dan pemberdayaan
terhadap masyarakat lingkar
tambang.Bentuk program yang
dimaksud, misalnya meliputi:
1. Pembinaan dan pengembangan
sumber daya manusia;
2. Pengembangan sistem pelayanan
kesehatan;
3. Pembinaan dan pengembangan
kegiatan dan pertumbuhan ekonomi;
4. Pengembangan wilayah berdimensi
jangka panjang, berkesinambungan,
dan berkelanjutan;
20 | P a g e

5. Melakukan pola-pola kemitraan.
Program-program tersebut, harus
berkaitan dan bersinergi satu sama lain.
Terlebih untuk wilayah-wilayah yang
masih terisolir sebelumnya, sehingga
kehadiran perusahaan harus mampu
membuka akses keluar, agar
pascapenutupan tambang, wilayah itu
diharapkan tetap bisa berkembang
melalui pengembangan potensi yang lain
(Sudrajat, 2010:150).
Metodologi Penelitian
a. Sumber Data
Data-data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder. Data-
data tersebut diambil dari PT.Timah,
dokumen-dokumen perusahaan, buku-
buku, Undang-Undang dan media online.
b. Analisis Data
Analisis pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan kajian pustaka dan
dokumenter dan dianalisis secara
kualitatif.
Hasil dan Pembahasan
Peran PT. Timah Terhadap
Pemberdayaan Masyarakat
PT.Timah sebagai Perusahaan BUMN
memiliki amanat dari negara untuk tidak
hanya menghasilkan nilai atau
keuntungan ekonomis dari beragam
usaha yang dijalankan, tetapi juga
meningkatkan kesejahteraan rakyat
dengan cara memberdayakan
perekonomian masyarakat. Komitmen
PT.Timah terhadap pemberdayaan
ekonomi masyarakat di sekitar wilayah
operasional dilandaskan pada Keputusan
Menteri BUMN No. PER-05/MBU/2007
tentang Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL). Hal ini merupakan
suatu bagian integral dari tanggung jawab
sosial diemban oleh PT.Timah sebagai
perusahaan milik negara melalui unit
kerja Corporate Sosial Responsibility
(CSR).
Agar dapat melaksanakan fungsi,
tugas dan kewenangannya dengan baik,
unit kerja CSR didukung Pedoman
Pelaksana Program CSR PT. Timah
21 | P a g e

(Persero) Tbk. yang ditetapkan
berdasarkan SK No 1141/Tbk/SK-
0000/2009-B1 tertanggal 9 September
2009. Melalui SK ini maka cakupan
program CSR diatur lebih spesifik lagi
yaitu dalam bentuk Program Kemitraan
dan Program Bina Lingkungan. Ini semua
dimaksudkan agar program CSR
perusahaan dapat berjalan sesuai dengan
yang diharapkan.
Kegiatan program CSR dilaksanakan
melalui koordinasi dengan pemerintah
daerah dalam hal ini dinas-dinas terkait
untuk menjalin kemitraan antara BUMN
dan masyarakat. Lebih dari itu, PT Timah
juga melaksanakan program ini secara
komprehensif, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan atas dasar pengakuan
terhadap Hak Asasi Manusia,
penghormatan atas keanekaragaman serta
mengikutsertakan masyarakat secara
proaktif.
Selain itu PT Timah dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut
dengan selalu memperhatikan tiga aspek
yang saling berhubungan yaitu aspek
ekonomi, aspek lingkungan dan aspek
sosial (triple bottom line) sebagai syarat
menuju bisnis berkelanjutan sesuai
dengan harapan.
a. Program Kemitraan
Program kemitraan merupakan sebuah
bentuk usaha Perusahaan agar dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
di wilayah operasional Perusahaan.
Melalui program kemitraan, PT. Timah
membuka peluang seluas-luasnya kepada
masyarakat yang mengelola usaha yang
berpotensi untuk dikembangkan dengan
cara memberikan pinjaman modal
melalui bank dan sumber pendanaan
lainnya. Pinjaman modal yang diberikan
PT. Timah yaitu berupa pinjaman lunak
dengan bunga relatif rendah, tanpa
agunan, dan proses perolehannya relatif
mudah.
Program kemitraan dilaksanakan
sesuai dengan Keputusan Menteri Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) No. Kep-
236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003
22 | P a g e

tentang Program Kemitraan Badan Usaha
Milik Negara dengan Usaha Kecil dan
Koperasi (PUKK) serta Program Bina
Lingkungan (BL), PT Timah telah
mensosialisasikan serta merealisasikan
program-program tersebut di seluruh
wilayah operasinya. Namun, dalam
menyalurkan bantuannya PT Timah
menganut prinsip kehati-hatian agar
program tersebut dapat tepat sasaran.
Program Kemitraan yang merupakan
salah satu program CSR PT. Timah
diberikan kepada masyarakat pengelola
usaha kecil dan menengah serta koperasi
di sekitar wilayah operasional
Perusahaan. Pihak yang menerima
penyaluran dana tersebut disebut sebagai
Mitra Binaan PT. Timah . Pemberian
pinjaman kepada Mitra Binaan ini
bertujuan untuk mengembangkan
kegiatan usaha dan kondisi perekonomian
masyarakat yang lebih merata. Dengan
dana pinjaman tersebut Mitra Binaan
diharapkan dapat mengembangkan
usahanya menjadi lebih mandiri dan
dapat membuka lapangan kerja yang
lebih luas terhadap masyarakat
sekitarnya serta terciptanya pemerataan
pembangunan.
Dana yang dianggarkan untuk
penyaluran melalui Program Kemitraan
ini berasal dari beberapa sumber, yang
terutama adalah penyisihan sebesar satu
hingga tiga persen dari laba setelah pajak
yang diperoleh PT. Timah, sesuai dengan
yang ditentukan oleh RapatUmum
Pemegang Saham. Selain itu,
pengembalian pinjaman dari Mitra
Binaan, hasil bunga pinjaman, bunga
deposito, dan jasa giro juga menjadi
sumber pendanaan.
Kemandirian ekonomi masyarakat
perlahan namun pasti mulai menunjukkan
kemajuan. Masyarakat mulai menyadari
bahwa kemajuan perekonomian tidak
hanya bergantung pada bantuan dan
dukungan dari pemerintah saja. Namun,
usaha dan kerja keras dari masing-masing
individu dibutuhkan agar kemandirian
tersebut dapat tercapai. PT Timah
23 | P a g e

menyadari bahwa, masyarakat tidak
hanya membutuhkan sokongan materiil
namun juga memerlukan pembinaan dan
bantuan permodalan. Untuk itu, seiring
meningkatnya kinerja perusahaan, maka
dana yang disalurkan PT. Timah untuk
membantu peningkatkan perekonomian
masyarakat dan koperasi juga bertambah
setiap tahunnya.
Untuk tahun 2010, PT. Timah telah
menyediakan dana sebesar Rp 11,2 miliar
untuk pembiayaan Program Kemitraan.
Dalam pelaksanaannya, PT. Timah
berhasil menyalurkan dana sebesar lebih
dari Rp 14,75 miliar, atau 132 % dari
sasaran awal tahun kepada para Mitra
Binaan PT. Timah. Sedangkan pada
tahun 2011, PT. Timah telah
menganggarkan dana Rp 18 miliar untuk
pembiayaan Program Kemitraan tersebut.
Dalam pelaksanaannya, PT. Timah
berhasil menyalurkan dana sebesar lebih
dari Rp 22 miliar, atau 124 % dari
sasaran awal tahunnya. Artinya nilai dari
penyaluran dana pada tahun 2011
mengalami peningkatan lebih dari 51 %
dari total penyaluran dana untuk Program
Kemitraan tahun 2010, yaitu Rp 14,75
miliar.
Dalam menyebarkan informasi
mengenai ketersediaan dana pinjaman
tersebut kepada masyarakat, PT. Timah
melakukan program sosialisasi mengenai
kemudahan dalam memperoleh bantuan
dana pinjaman dari perusahaan, termasuk
memasang iklan di media cetak, bekerja
sama dengan dinas Perindustrian dan
Perdagangan, serta menjangkau pelaku
industri kecil hingga tingkat desa.
Dana Program Kemitraan sebesar
14,75 miliar pada tahun 2010 disalurkan
kepada 594 Mitra Binaan sedangkan pada
tahun 2011 Dana sebesar 22,3 miliar
disalurkan PT. Timah kepada 711 Mitra
Binaan yang tersebar di 12 wilayah di
mana perusahaan beroperasi, yang
sebagian besar terdapat di wilayah
Kepulauan Bangka Belitung. Usaha yang
dijalankan oleh Mitra Binaan tersebut
sangatlah beragam, mencakup sektor
24 | P a g e

perdagangan, industri, jasa, pertanian, perikanan, dan koperasi.
Pencapaian Penyaluran Dana Program Kemitraan
Wilayah
Rencana Alokasi
2010
(juta Rp)
Realisasi 2010 Rencana Alokasi
2011
(juta Rp)
Realisasi 2011
Jumlah
Mitra
Binaan
Nilai
(juta Rp)
Jumlah
Mitra
Binaan
Nilai
(juta Rp)
Kota Pangkalpinang 2.000 161 4.467 3.060 137 4.874,5
Kabupaten Bangka 1.600 82 2.117,5 1.800 73 2.246,5
Kabupaten Bangka Barat 1.000 20 514,5 1.080 37 1.641
Kabupaten Bangka Tengah 1.200 91 2.218,5 3.240 118 3.946
Kabupaten Bangka Selatan 2.500 164 3.610 4.140 193 5.122,5
Kabupaten Belitung 700 30 645,5 1.440 20 740
Kabupaten Belitung Timur 700 12 285 1.080 39 1.083
Kabupaten Karimun Kundur 500 7 250 1.080 71 2.012
Dabo Singkep 300 13 228 540 11 279,5
DKI Jakarta 270 2 115 90 3 85
Kota Bandung 270 7 177,5 360 8 260
DI Jogjakarta 160 5 124 90 1 6
Total 11.200 594 14.752,5 18.000 711 22.296

Jumlah Mitra Binaan dan Penyaluran Dana per Sektor Usaha
No Sektor Usaha
Realisasi 2010 Realisasi 2011
Jumlah Mitra
Binaan
Nilai
(juta Rp)
Jumlah Mitra
Binaan
Nilai
(juta Rp)
1 Industri 52 1.217 64 2.087,5
2 Perdagangan 438 10.515 527 16.154
3 Pertanian 2 50 2 40
4 Peternakan - - 3 85
5 Perikanan 7 87 3 70
6 Jasa 89 2.453,5 108 3.599,5
7 Sektor Lainnya dan Koperasi 6 430 4 260
25 | P a g e

TOTAL 594 14.752,5 711 22.296

b. Program Bina Lingkungan
Program Bina Lingkungan (BL) PT.
Timah merupakan bagian dari program
CSR Perusahaan. Dalam Program Bina
Lingkungan ini umumnya dilakukan
dengan memberikan bantuan yang
pendanaan berasal dari penyisihan satu
hingga tiga persen dari laba yang
diperoleh PT. Timah. Bantuan yang
diberikan dalam Program Bina
Lingkungan ini meliputi bantuan untuk
sarana ibadah, kesehatan, pendidikan,
pelatihan untuk anak putus sekolah,
bantuan untuk anak yatim, bantuan untuk
sarana umum, bantuan pelestarian alam
dan lain-lain. Kesemuanya ini dilakukan
sebagai wujud kepedulian PT. Timah
terhadap kesejahteraan dan kebutuhan
masyarakat.
PT. Timah menyadari bahwa,
kemajuan pendidikan dan kemampuan
sumber daya manusia (SDM) yang
handal menjadi hal utama dalam
membangun bangsa. Karena itu,
perusahaan melalui Program Bina
Lingkungan terus meningkatkan
dukungannya terhadap dunia pendidikan.
Selain memberikan bantuan untuk
pembangunan sarana dan prasarana
sekolah, PT. Timah juga memberikan
pelatihan kerja bagi pemuda putus
sekolah untuk mengikuti pelatihan di
bidang pengelasan, permesinan,
kelistrikan, industri pewter, dan bidang
lainnya yang dirasakan dapat bermanfaat
bagi mereka. Setelah menempuh
pelatihan dan masa magang di industri
yang mereka mulai tekuni, diharapkan
mereka dapat mulai mengembangkan
kemampuannya sendiri dan berkarir
dengan lebih mandiri.
Di bidang keagamaan, bantuan Bina
Lingkungan (BL) diserahkan dalam
bentuk pembangunan sarana dan
prasarana ibadah. Pembangunan rumah
ibadah menjadi prioritas utama
26 | P a g e

perusahaan karena perusahaan berharap
masyarakat dapat khusuk dalam
menjalankan ibadahnya.
Dalam bidang pelestarian lingkungan,
PT. Timah bekerja sama dengan Yayasan
Green Babel untuk melaksanakan
proyek-proyek percontohan
pemberdayaan lahan tidur, reklamasi
lahan bekas tambang, dan rehabilitasi
lahanlahan yang kritis. Danjuga mulai
menjalankan proyek pembuatan kompos
dan biogas untuk memanfaatkan bahan-
bahan yang umumnya dianggap sebagai
limbah.
Dalam menyalurkan bantuan Bina
Lingkungan (BL), PT. Timah terlebih
dahulu melakukan koordinasi dengan
pemerintah daerah setempat serta
melibatkan peran aktif masyarakat. Hal
ini dilakukan agar penyaluran dapat
merata serta tidak terjadi tumpang tindih
sehingga seluruh masyarakat dapat
merasakan manfaatnya.
Penyaluran Dana Program Bina Lingkungan per Tujuan Penggunaan
No. Tujuan Rencana Alokasi
2010
Realisasi
2010
Rencana Alokasi
2011
Rencana Alokasi
2011
1
Bencana Alam/Sosial/BUMN
Peduli
150.000.000 1.063.823.500 560.000.000 120.000.000
2
Pendidikan dan Pelatihan 600.000.000 897.868.000 1.680.000.000 1.855.750.000
3
Peningkatan Kesehatan Masyarakat 550.000.000 2.500.000 700.000.000 -
4
Sarana dan Prasarana Umum 950.000.000 443.805.000 8.400.000.000 358.000.000
5
Sarana Ibadah 950.000.000 1.665.343.000 2.100.000.000 3.800.500.000
6
Bantuan Pelestarian Alam 300.000.000 10.000.000 560.000.000 -

Total 3.500.000.000 4.083.339.500 14.000.000.000 6.134.250.000

c. Program Bantuan Sosial
Program Bantuan Sosial merupakan
perluasan dari Program Bina Lingkungan
yang bertujuan meningkatkan taraf hidup
masyarakat dalam aspek-aspek mendasar
dalam hidup, yang meliputi keagamaan,
kesehatan, dan kemasyarakatan. Selain
itu, Perusahaan juga telah
27 | P a g e

mengalokasikan dana yang siap
disalurkan sebagai bantuan dan donasi
bagi korban musibah atau bencana alam.
Penerima fasilitas ataupun dana dari
Program Bantuan Sosial tidaklah
diwajibkan untuk mengembalikan
bantuan tersebut kepada Perusahaan.
Dalam menentukan kalangan masyarakat
yang harus dibantu dan bentuk bantuan
yang paling tepat untuk diberikan,
Perusahaan melakukan survei kebutuhan
masyarakat di berbagai wilayah yang
dekat dengan lokasi operasional
Perusahaan.
Mengingat luasnya wilayah
Perusahaan dan terbatasnya jumlah
sumber daya manusia yang dimiliki
Perusahaan, maka PT. Timah telah
membentuk Satuan Kerja CSR yang
beranggotakan satuan-satuan kerja survei
ini yang diadakan oleh satuan-satuan
kerja di setiap wilayah operasionalnya.
Dengan demikian, aspirasi dari
masyarakat di setiap wilayah operasional
dapat didengar, ditelaah, dan
ditindaklanjuti oleh Satuan Kerja CSR
Perusahaan. Selain itu, PT. Timah juga
membina hubungan dan koordinasi yang
baik dengan Dinas Sosial untuk
memperoleh informasi yangdibutuhkan
terkait penyaluran dana tersebut.
Dana yang dianggarkan untuk
penyaluran melalui Program Bantuan
Sosial berasal dari penyisihan sebesar
satu hingga tiga persen dari laba ditahan
tahun sebelumnya. Dana yang tersedia
tersebut digunakan secara bijaksana dan
bertanggung jawab, serta didasarkan pada
asas transparansi dan asas manfaat
seluas-luasnya bagi masyarakat.
Pelaksanaan Program Bantuan Sosial
secara rutin mencakup perbaikan,
pemugaran, dan pembangunan sarana
umum, seperti sekolah, masjid, gereja,
posyandu, dan jalan. PT. Timah juga
menyediakan bantuan mobil kesehatan
keliling untuk lebih menjangkau
masyarakat tak mampu dan di daerah
terpencil yang sulit mendapatkan akses
terhadap layanan kesehatan dan
28 | P a g e

pendidikan. PT. Timah melakukan
koordinasi dengan Pemerintah Daerah
untuk melaksanakan proyek pembuatan
MCK, penyediaan fasilitas air bersih,
serta perbaikan rumah tidak layak huni
dan pembangunan rumah layak huni.
Secara berkala, PT. Timah juga
melaksanakan program pengobatan
massal untuk membantu meringankan
beban kesehatan masyarakat yang kurang
mampu. Bantuan kesehatan yang
diberikan sangat beragam antara lain
bantuan pengobatan dan operasi untuk
jenis penyakit tertentu, kursi roda dan
tongkat, serta layanan pengasapan untuk
memberantas nyamuk.
Total dana yang diserap untuk
pelaksanaan semua kegiatan Program
Bantuan Sosial sebagai bagian dari
tanggung jawab sosial perusahaan pada
tahun 2010 sebesar Rp 24,076 miliar,
atau 69,25% dari total dana yang
dianggarkan, yaitu Rp 34,767 miliar.
Sedangkan pada tahun 2011 total dana
yang disalurkan mencapai Rp 31,6 miliar.
Jumlah ini mencapai 81% dari total dana
yang dianggarkan yaitu Rp 38,9 miliar.

Rincian Penyaluran Dana Rincian Penyaluran Dana
Program CSR 2010 per Wilayah Program CSR 2011 per Wilayah
No. Wilayah Jumlah (Rp) No. Wilayah Jumlah (Rp)
1 Pangkalpinang 8.590.631.000 1 Pangkalpinang 8.140.590.643
2 Bangka Induk 8.761.218.900 2 Bangka Induk 9.598.201.850
3 Bangka Tengah 646.717.000 3 Bangka Tengah 982.506.000
4 Bangka Barat 718.494.000 4 Bangka Barat 1.437.074.100
5 Bangka Selatan 716.917.850 5 Bangka Selatan 1.581.906.000
6 Belitung 2.291.457.831 6 Belitung 1.226.469.000
7 Belitung Timur 1.333.697.831 7 Belitung Timur 1.315.400.000
8 Karimun & Kundur 896.779.700 8 Karimun & Kundur 2.108.393.000
9 Jabodetabek 120.010.000 9 Jabodetabek 240.000.000
29 | P a g e


Rincian Penyaluran Dana Rincian Penyaluran Dana
Program CSR 2010 per Jenis Bantuan Program CSR 2011 per Jenis Bantuan

Kesimpulan
Peran PT. Timah terhadap
pemberdayaan masyarakat di sekitar
wilayah operasional perusahaan
dilandaskan pada Keputusan Menteri
BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang
Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) yang dijalankan
oleh unit kerja Corporate Sosial
Responsibility (CSR) PT. Timah.
Jumlah 24.075.924.112 10 Singkep 54.000.000

11 Nasional 50.000.000
12 Lintas Wilayah
SMU Unggulan 1.200.000.000
Politeknik Manufaktur 3.600.000.000
Pelestarian Alam 69.095.000
Jumlah 31.603.635.593
No. Jenis Bantuan Jumlah (Rp) No. Jenis Bantuan Jumlah (Rp)
1 Sarana Umum 7.626.925.000 1 Sarana dan Prasarana Umum 17.770.688.200
2 Pendidikan dan Pelatihan 6.277.575.400 2
Pendidikan, Pelatihan dan
Keagamaan
4.144.656.100
3 Rumah Layak Huni 2.470.574.700 3 Sosial 2.696.146.600
4 Pelestarian Alam 2.427.966.500 4 Pelestarian Alam 69.095.000
5 Sarana Kesehatan 1.577.792.512 5 Kesehatan dan Lingkungan 1.336.899.693
6 Sarana Ibadah 108.000.000 6 SMU Unggulan 1.200.000.000
7 Perlengkapan Nelayan 103.890.000 7 Politeknik Manufaktur 3.600.000.000
8
Industri Usaha Kecil
Menengah
3.200.000 8
Pariwisata, Budaya dan
Olahraga
786.150.000
9 Politeknik Manufaktur 3.480.000.000 Jumlah 31.603.635.593
Jumlah 24.075.924.112
30 | P a g e

Program-program yang dijalankan oleh
CSR PT. Timah adalah pertama, program
kemitraan yaitu berupa pemberian
pinjaman lunak kepada masyarakat;
kedua, program bina lingkungan yaitu
berupa pemberian bantuan kepada
masyarakat yang berkaitan dengan aspek-
aspek yang mendasar dalam hidup
masyarakat; ketiga, program bantuan
sosial yang merupakan perluasan dari
program bina lingkungan yang bertujuan
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Daftar Pustaka
Buku
Sudrajat, Nandang. 2010. Teori dan
Praktik Pertambangan Indonesia
Menurut Hukum. Yogyakarta:
Pustaka Yustisia.
Suyartono, dkk. 2003. Good Mining and
Practice. Jakarta: Studi Nusa.
Dokumen Resmi
PT. Timah (Persero) Tbk. 2010. Laporan
Tahunan 2010: Meningkatkan
Kualitas, Menggapai Kejayaan.
Pangkalpinang: PT. Timah (Persero)
Tbk.
PT. Timah (Persero) Tbk. 2011. Laporan
Tahunan 2011: Go Offshore, Go
Deeper.Pangkalpinang: PT. Timah
(Persero) Tbk.
Internet
Hariyadi, Benny. 2012. CSR :
Kemandirian atau Ketergantungan?.
http://www.djmbp.esdm.go.id
/modules.php?_act=detail&sub=new
s_article&news_id=3354. Diakses 11
desember 2012.
Prasetyo, Radyan. 2011. Pertambangan,
Lingkungan dan Kesejahteraan (IV).
Tersedia:http://radyanprasetyo.blogs
pot.com/2011/03/pertambangan-
lingkungan dan_10.html. Diakses. 10
Desember 2012.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945.
Undang-undang No. 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara.
31 | P a g e

PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH DENGAN
PENANAMAN TANAMAN KELAPA SAWIT DI DESA PUGUL

Aleo Saputra
Mahasiswa Semester 1 Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung
Kampus Terpadu Balunijuk, Merawang, Kabupaten Bangka
aleosaputra@gmail.com

Abstrak
Lahan pascatambang timah didominasi oleh hamparan tailing, overburden, dan kolong.
Tailing timah mempunyai karakteristik fisika dan kimia tanah yang sangat buruk. Untuk
memanfaatkan kembali lahan pasca tambang timah, terutama lahan tailing perlu
dilakukan reklamasi dan rehabilitasi. Berbagai aplikasi teknologi telah dan akan
dikembangkan untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Sejumlah spesies tumbuhan
spesifik lokal, tanaman eksotik seperti akasia, dan tanaman budidaya dikembangkan
sebagai tanaman untuk revegatasi lahan pasca tambang timah. Meskipun demikian
sampai saat ini belum ada manfaat ekonomis yang secara nyata dirasakan oleh
masyarakat dari reklamasi tersebut. Observasi terhadap tanaman kelapa sawit yang telah
dilakukan di desa Pugul menunjukkan bahwa tinggi tanaman kelapa sawit cukup baik,
dari hasil pengamatan pertumbuhan tersebut dapat diduga bahwa produksi tanaman
kelapa sawit juga memberikan harapan yang baik. Dengan demikian tanaman kelapasawit
berpotensi dijadikan salah satu tanaman untuk revegetasi lahan bekas tambang timah di
desa Pugul.
Kata Kunci: Tailing, Overburden, Eksotik, Reklamasi

32 | P a g e

Pendahuluan
Latar Belakang
Bangka Belitung adalah wilayah yang
sudah sangat dikenal di mancanegara
karena merupakan salah satu wilayah
penghasil timah terbesar didunia.
Penambangan timah dibangka belitung
sudah memulai operasinya sejak jaman
pemerintahan kolonial Belanda.
Penghasilan timah yang cukup besar
meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat Bangka Belitung.
Namun sangat disayangkan
peningkatan taraf hidup tidak disertakan
dengan pelestarian lingkungan. Akhir-
akhir ini, penambangan inkonvensional
(TI) di Pulau Bangka kondisinya sudah
sangat memprihatinkan, terlebih pada
saat dibukanya izin usaha penambangan
oleh Pemerintah Kabupaten Bangka yang
pada waktu itu, (sebelum adanya
pemekaran kabupaten) guna
mengantisipasi terhadap gejolak krisis
moneter yang melanda Indonesia tahun
1997-1998.
Maraknya kegiatan TI tersebut pada
akhirnya tentu saja berdampak pada
lingkungan. Sebagai upaya
mengantisipasi tingkat kerusakan
lingkungan yang semakin parah
diperlukan payung hukum yang jelas
sebagai acuan dalam pelaksanaan
kegiatan penambangan. Maka pemerintah
Kabupaten Bangka dengan persetujuan
DPRD mengeluarkan beberapa kebijakan
diantaranya:
1. Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Pertambangan
Umum.
2. Peraturan Daerah No. 20 tahun 2001
Tentang Penetapan dan Pengaturan
Tatalaksana Perdagangan barang
Strategis.
3. Peraturan Daerah No. 21 tahun 2001
Tentang Pajak Pertambangan Umum
dan Mineral ikutan Lainnya.
Kontribusi sektor pertambangan
terhadap kerusakan hutan di Indoensia
mencapai 10% dan kini melaju mencapai
2 juta ha per tahun. Di Bangka-Belitung
33 | P a g e

luas lahan bekas pertambangan timah
sudah mencapai 400.000 ha yang terdiri
dari 65% lahan tandus dan 35%
berbentuk telaga-telaga (Sitorus et al.
2008).
Reklamasi terhadap lahan bekas
tambang timah tersebut telah dilakukan,
pada tahun 1992-2008 perusahaan
tambang timah telah mereklamasi sekitar
11.000 ha, pada tahun 2008 seluas 2.000
ha dan selanjutnya direncanakan
reklamasi dilakukan seluas 1.600 ha per
tahun.
Selama ini reklamasi lahan bekas
tambang dilakukan dengan menanaman
tanaman akasia (A. mangium dan A.
auriculiformis), gamal dan sengon,
tanaman lainnya seperti kelapa, jambu
monyet, pisang, pepaya, kacang tanah,
sayuran. Budidaya tanaman tersebut
dikombinasikan dengan usaha
perternakan ayam yang merupakan
sumber bahan organik bagi lahan ini.
Namun budidaya pertanian di tailing
timah sangat intensif dan membutuhkan
masukan modal yang besar dan tentu sulit
untuk dilaksanakan oleh petani
umumnya .
Pada dasarnya kegiatan reklamasi
harus seimbang dengan pembukaan
tambang, tetapi sering reklamasi lahan
yang sudah dilakukan, kembali rusak
yang disebabkan oleh penambangan
ilegal yang dilakukan masyarakat
setempat. Hal ini terjadi disebabkan oleh
beberapa hal antara lain hasil
penambangan dapat langsung dijual tidak
memerlukan waktu yang panjang dan
harga menguntungkan, sedangkan
tanaman hasil reklamasi belum
memberikan nilai ekonomi yang berarti
bagi masyarakat.
Penanaman tanaman kelapa sawit di
lahan bekas tambang dinilai merupakan
salah satu alternatif utama untuk
mengatasi tidak produktifnya lahan
tandus bekas tambang timah tersebut,
masalah lingkungan yang ditimbulkan
oleh sisa penambangan dan sekaligus
memecahkan masalah perekonomian
34 | P a g e

masyarakat. Beberapa hal kenapa
tanaman kelapa sawit berpotensi
dikembang di lahan bekas bekas tambang.
Pertama, tanaman kelapa sawit termasuk
tanaman multiguna (multipurpose tree
species, MPTS), mempunyai adaptasi
yang tinggi pada lahan-lahan marginal.
Kedua, tanaman kelapa sawit adalah
tanaman yang melakukan produktivitas
dalam setiap bulannya. Sehingga
diharapkan dapat membantu kebutuhan
masyarakat.
Untuk daerah Bangka Belitung
tanaman kelapa sawit adalah tanaman
baru, namun petani sudah mengenal
budidaya tanaman ini walaupun belum
menggunakan benih unggul, selain itu
tanaman kelapa sawit dapat dikatakan
menghasilkan pendapatan hampir tiap
bulannya sehingga dapat memenuhi
kebutuhan hidup keluarga tani.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan lahan
pascatambang timah ditinjau dari sifat
fisik maupun sifat kimianya?
2. Apakah tanaman kelapa sawit cocok
untuk dijadikan tanaman pada lahan
pascatambang timah?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui keadaan lahan
pascatambang timah baik kondisi fisik
maupun kimia;
2. Untuk mengetahui apakah tanaman
kelapa sawit bisa tumbuh dengan baik
pada lahan pascatambang timah.
Kerangka Teori
Masalah utama yang timbul pada
wilayah bekas tambang adalah perubahan
lingkungan. Perubahan kimiawi terutama
berdampak terhadap air tanah dan air
permukaan, berlanjut secara fisik
perubahan morfologi dan topografi lahan.
Lebih jauh lagi adalah perubahan iklim
mikro yang disebabkan perubahan
kecepatan angin, gangguan habitat
biologi berupa flora dan fauna, serta
penurunan produktivitas tanah dengan
akibat menjadi tandus atau gundul.
Bahwa tanah bekas tambang timah
mempunyai pH yang rendah dengan
35 | P a g e

kandungan N, P dan K yang rendah pula,
namun unsur Pb lebih tinggi. Setelah
pemberian pupuk organik hasil analisa
tanah bekas tambang timah menunjukkan
pH meningkat mendekati netral, dengan
kandungan N, P dan K yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sebelum diberi
pupuk organik. Pupuk organik selain
berfungsi memperbaiki fisik dan daya
menahan air tetapi juga memperbaiki
kandungan unsur hara lahan marginal
seperti tanah bekas tambang ini, bahwa
pemberian bahan organik pada tanah
dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Penanaman tanaman kelapa sawit di
lahan bekas tambang dinilai merupakan
salah satu alternatif utama untuk
mengatasi tidak produktifnya lahan
tandus bekas tambang timah tersebut,
masalah lingkungan yang ditimbulkan
oleh sisa penambangan dan sekaligus
memecahkan masalah perekonomian
masyarakat. Beberapa hal kenapa
tanaman kelapa sawit berpotensi
dikembang di lahan bekas bekas tambang.
Pertama, tanaman kelapa sawit termasuk
tanaman multiguna (multipurpose tree
species, MPTS), mempunyai adaptasi
yang tinggi pada lahan-lahan marginal,
seperti di lahan yang berbatu. Kedua,
tanaman kelapa sawit adalah tanaman
yang melakukan produktivitas dalam
setiap bulannya. Sehingga diharapkan
dapat membantu kebutuhan masyarakat.
Metodologi Penelitian
Observasi ini dilakukan di Desa Pugul,
Kecamatan Riau Silip, Kabupaten
Bangka Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Pengamatan dilakukan pada
tanaman kelapa sawit yang ditanam
disekitar lahan bekas tambang timah,
umur 3 tahun ,dengan jarak penanaman
8m. Pembenahan tanah dilakukan dengan
pemberian pupuk organik sebanyak 3 kg
per pohon. Pemupukan yang dilakukan
sesuai dengan rekomendasi pemupukan
pada umumnya. Pengamatan meliputi
analisa tanah bekas tambang sebelum dan
sesudah diberi pupuk organik dengan
melihat data-data terdahulu, lingkaran
36 | P a g e

batang dan tinggi batang utama. Data
diolah dengan menggunakan tabel aris.
Hasil dan Pembahasan
1. Keadaan Lahan Pascatambang
Timah
Dari hasil analisa tanah terlihat bawah
tanah bekas tambang timah mempunyai
pH yang rendah dengan kandungan N, P
dan K yang rendah pula, namun unsur Pb
lebih tinggi. Setelah pemberian pupuk
organik hasil analisa tanah bekas
tambang timah menunjukkan pH
meningkat mendekati netral, dengan
kandungan N, P dan K yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sebelum diberi
pupuk organik. Pupuk organik selain
berfungsi memperbaiki fisik dan daya
menahan air tetapi juga memperbaiki
kandungan unsur hara lahan marginal
seperti tanah bekas tambang ini, bahwa
pemberian bahan organik pada tanah
dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Tabel 1. Sifat kimia lahan bekas
tambang timah sebelum dan sudah
pemberian bahan organik pada penelitian
yang dilakukan oleh Balai penelitian
tanaman dan tanah kabupaten Bangka
Tengah.
Pembenahan tanah lahan bekas
tambang dapat dilakukan dengan
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biotik.
Perbaikan fisik dilakukan dengan
menambahkan bahan-bahan pembenah
tanah seperti bahan organik, mineral dan
agens hayati. Bahan organik dapat
berasal dari pupuk kandang, sampah atau
tanaman air. Bahan pembenah tanah yang
berasal dari mineral dapat digunakan
No Parameter Sebelum Sesudah
1 PH 5,1 6,4
2 Kadar N Total (%) 0,01 0,03
3 P (ppm) 0.15 2,29
4 K (me %) 0.03 0,27
5 Timbal (Pb) (ppm) 12 10
37 | P a g e

tanah liat atau zeolit, sedangkan agens
hayati dapat diperolehdari perakaran
tumbuhan pioner yang tumbuh disekitar
lahan bekas tambang atau menggunakan
pupuk hayati yang sudah banyak beredar.
Kelebihan menggunakan pupuk hayati
yang berasal dari agens hayati di lokasi
penggunaan antara lain bahan
pembawanya dapat disesuaikan dengan
kondisi di lapangan dan kemungkinan
besar agens hayati yang diperoleh sudah
beradaptasi di lingkungan
penggunaannya. Sedangkan kelemahan
menggunakan pupuk hayati yang beredar
saat ini antara lain sebagian besar
menggunakan bahan pembawa eolit yang
dapat memasamkan tanah sedangkan
lahan bekas tambang pHnya memang
rendah. Selain itu untuk mendatangkan
pupuk hayati dari luar daerah akan
memerlukan biaya lebih mahal.
Banyak manfaat dari penggunaan
pupuk hayati terutama pada tanah
yangmengandung pasir tinggi, antara lain
dapat meningkatkan kemampuan akar
tanaman mengadsorpsi air dan unsur hara
sampai pada batas minimum yang
tersedia dalam tanah, sehingga tanaman
lebih tahan terhadap kekeringan dan
efisien dalam memanfaatkan pupuk,
dapat menyerap unsur logam berat yang
dapat meracuni tanaman. Pupuk hayati
mampu menambah jumlah mikroba tanah
yang diperlukan oleh akar tanaman, 250
kg pupuk hayati jumlah mikroba yang
dihasilkan setara dengan jumlah mikroba
yang dihasilkan oleh kompos sebanyak 5
ton dan 2 ton pupuk kandang. Selain itu
pupuk hayati dapat menghemat
penggunaan pupuk N 50%, P 27% dan K
20%.
Arah dari upaya rehabilitasi lahan
bekas tambang ditinjau dari aspek teknis
adalah upaya untuk mengembalikan
kondisi tanah agar stabil dan tidak rawan
erosi. Dari aspek ekonomis dan estetika
lahan, kondisi tanah diperbaiki agar
nilai/potensi ekonomisnya dapat
dikembalikan sekurang-kurangnya seperti
keadaan semula. Dari aspek ekosistem,
38 | P a g e

upaya pengembalian kondisi ekosistem
ke ekosistem semula. Dalam hal ini
revegetasi adalah upaya yang dapat
dinilai mencakup kepada kepentingan
aspek-aspek tersebut. Reklamasi hampir
selalu identik dengan revegetasi.
Revegetasi adalah usaha atau kegiatan
penanaman kembali lahan bekas
tambang , tujuan dari revegetasi akan
mencakup re-establishment komunitas
tumbuhan secara berkelanjutan untuk
menahan erosi dan aliran permukaan,
perbaikan biodiversitas dan pemulihan
estetika lanskap. Pemulihan lanskap
secara langsung menguntungkan bagi
lingkungan melalui perbaikan habitat
hewan, biodiversitas, produktivitas tanah
dan kualitas air.
2. Keadaan Tanaman Kelapa Sawit
pada Lahan Pascatambang
Hasil statistik menunjukkan bahwa
pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang
ditanamdisekitar lahan bekas tambang
mempunyai lingkar pangkal batang, dan
tinggi batang 250 cm dengan keragaman
yang rendah dalam kurun waktu 3 tahun
(Tabel 2).
Tabel 2. Lilit pangkal batang, pada
ketinggian cm dan tinggi cabang
tanaman karet umur 3 tahun di daerah
bekas tambang timah.

No Lingkaran Pangkal Tinggi Batang (cm)
1 25 250
2 27 250
3 25 270
4 30 300
5 20 230
6 35 320
7 40 300
8 30 270
39 | P a g e

9 25 230
10 30 340

Tanaman kelapa sawit mempunyai
adaptasi yang lebih tinggi, penyebaran
tanaman kelapa sawit di Indonesia
hampir di semua wilayah. Pada
pengamatan ini juga menunjukkan bahwa
tanaman kelapa sawit mampu beradaptasi
di tanah bekas tambang timah di Bangka
Belitung dan berpotensi dijadikan
tanaman revegetasi pada tanah bekas
tambang timah. lahan marjinal
merupakan lahan di mana sifat tanah dan
lingkungan fisik menjadi faktor pembatas
untuk mencapai produktivitas pertanian
secara optimal. Salah satu tipe lahan
marjinal adalah tekstur tanah yang
mengandung fraksi pasir tinggi dan
miskin unsur hara.
Kesimpulan
Dari hasil observasi ini dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tanaman kelapa sawit yang ditanam
di lahan bekas tambang menunjukkan
pertumbuhan vegetatif yang cukup
baik;
2. Tanaman kelapa sawit dapat dijadikan
salah satu tanaman revegetasi pada
lahan bekas tambang.
Daftar Pustaka
Atmojo. S. W. 2003. Peranan Bahan
Organik Terhadap Kesuburan Tanah
dan Upaya Pengelolaannya.
Bambang Eka, Yulius Ferry. 2010. Balai
Penelitian Tanaman Dan Tanah.
Ferry Yulius., Juniaty Towaha dan
Kurnia Dewi Sasmita. 2010.
Perbaikan lahan bekas tambang
timah: Studi kasus uji media tanah
bekas tambang dengan beberapa
macam kompos untuk budidaya lada.
Buletin Riset Tanaman Rempah dan
Aneka Tanaman Industri. Vol. 1 No. 6.
2010. Hal; 295-308.
http://www.bangka.co.id (diakses tanggal
11 Desember 2012).
40 | P a g e

KERUSAKAN AKIBAT PASCATAMBANG TIMAH DI PULAU
BANGKA

Azelia Bonita
Mahasiswa Semester 1 Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung
Kampus Terpadu Balunijuk, Merawang, Kabupaten Bangka
azellbonita@ymail.com

Abstrak
Kerusakan akibat pascatambang timah di Pulau Bangka sudah semakin menjadi jadi.
Timah merupakan salah satu bahn galian yang banyak terdapat khusunya di daerah pulau
bangka belitung. Timah merupakan salah satu bahan galian yang banyak manfaat nya
seperti misal nya untuk bahan baku logam pelapis, solder, cendera mata dan masih
banyak lagi yang bisa kita manfaatkan dari timah. Metode dalam penambangan timah
meliputi Eksplorasi, Operasional Peenambangan, Pengolahan, Peleburan, Distribusi dan
Pemasaran. Data data yang digunakan adalah data sekunder data tersebut diambil dari
buku-buku, Web PT. Timah Tbk. Pengambilan data lebih merujuk ke data data yang sudah
ada. Berdasarkan data data yang telah ada dalam masalah ini sangat dibutuh kan
Reklamasi lahan pasca tambang timah merupakan kewajiban dilaksanakan oleh
perusahaan tambang timah sebagai wujud tanggung jawabnya untuk memulihkan kembali
lahan yang telah mengalami degradasi akibat operasional tambang. Oleh sebab itu
diperlukan program yang terarah dan terpadu yang melibatkan sejumlah pemangku
kepentingan baik pemerintah, perusahaan tambang, perguruan tinggi maupun masyarakat
dalam rangka memperoleh teknologi tepat guna yang dapat diterapkan dalam melakukan
reklamasi dan rehabilitasi lahan pasca tambang.
41 | P a g e

Kata kunci : Pascatambang, Timah, Kerusakan, Reklamasi.
Pendahuluan
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki sumber bahan
galian. Salah satu wilayah penambangan
di tanah air yang cukup terkenal dengan
penambangan timah nya adalah
Kepulauan Bangka Belitung dalam
beberapa tahun terakhir ini ramai dengan
kegiatan penambangan ilegal. TI adalah
singkatan dari Tambang Inkonvensional.
Aktivitas TI yang terus
berkembang,karena tidak hanya
kegiatannya yang tidak mengindahkan
peraturan maupun ketentuan yang
berlaku, namun berdampak bagi
kerusakan lingkungan di wilayah ini.
Dalam waktu yang relatif singkat akibat
dari kegiatan TI yang tidak terkendali ini,
beberapa sungai dan sumber air yang
sebelumnya dapat dimanfaatkan
masyarakat telah berubah menjadi keruh,
bagaikan kolam susu. Beberapa areal
yang dilindungi pemerintah daerah
setempat sedikit demi sedikit telah
menjadi tempat masyarakat untuk
menambang timah.
Akibat dari aktivitas penambangan
timah menghasilkan kerusakan
lingkungan hidup di beberapa tempat di
pulau Bangka. Kerusakan yang terjadi
sudah sangat mengkhawatirkan sehingga
sangat diperlukan perhatian khusus dan
tindak lanjut yang serius untuk
menangani masalah ini. Kerusakan ini
menjadi tugas kita bersama dalam
mencari cara yang baik dan benar sesuai
dengan kaidah yang berlaku sehingga
kerusakan yang terjadi tidak
berkelanjutan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahannya sebagai
berikut :
1. Apa saja kah kerusakan
pascapertambangan timah di pulau
bangka?
42 | P a g e

2. Upaya apa yang harus di lakukan agar
kerusakan pascatambang ini tidak
berkelanjutan?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui dampak yang akan
terjadi akibat pasca pertambangan
timah;
2. Untuk mengetahui upaya apa yang
harus dilakukan agar kerusakan
pascatambang timah ini tidak
berkelanjutan.
Kerangka Teori
Pertambangan adalah sebagian atau
seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan
mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pascatambang.
Penambangan adalah bagian kegiatan
usaha pertambangan untuk memproduksi
mineral dan/atau batubara dan mineral
ikutannya.
Kegiatan pascatambang, yang
selanjutnya disebut pascatambang, adalah
kegiatan terencana, sistematis, dan
berlanjut setelah akhir sebagian atau
seluruh kegiatan usaha pertambangan
untuk memulihkan fungsi lingkungan
alam dan fungsi sosial menurut kondisi
lokal di seluruh wilayah penambangan.
Timah adalah unsur kimia dengan
nomor atom 50 dan nomor massa 118,69.
Merupakan unsur logam, dengan warna
putih keabuan. Timah memiliki titik lebur
231,89 Celcius dan titik didih 2.260
Celcius. Timah banyak berada di pulau
Bangka dan Belitung. Biji timah terdapat
dalam bentuk kasiterit. Penggunaan
timah sendiri sering digunakan untuk
membuat campuran atau paduan logam
yaitu kuningan, perunggu, campuran
timah putih dan timah hitam, patri,
logam-logam yang dapat melebur, serta
logam untuk lonceng. Logam paduannya
digunakan untuk kertas perak, pelapisan
43 | P a g e

pembuatan pipa, pembuatan alat minum,
dan pematrian. Lambang kimia untuk
timah adalah Sn.
Proses penambangan timah terdiri dari
beberapa tahapan yang dilakukan secara
menyeluruh, hal ini oleh PT. TIMAH di
sebut dengan Penambangan Timah
Terpadu.
1. EKSPLORASI (exploration)
Eksplorasi merupakan kegiatan kajian
dan analisa sistematis guna mengetahui
seberapa besar cadangan biji timah yang
terkandung. Didalam operasional
kegiatan eksplorasi melibatkan beberapa
komponen seperti surveyor (pemetaan
awal), sumur bor/small bore (mengambil
sample timah dengan teknik bor tanah),
lab analisis, hingga pemetaan akhir
geologis (geological map).
Proses eksplorasi sangat menentukan
berjalannya suatu proses penambangan
timah. Karena dari tahap inilah muncul
DATA PETA GEOLOGIS secara
lengkap sebagai panduan utama dalam
kebijakan penambangan timah. Sehingga
proses selanjutnya dapat ditempuh
dengan berbagai analisa operasional yang
baik, termasuk rencana anggaran dan
sebagainya.
2. OPERASIONAL PENAMBANGAN
( mining )
Didalam proses penambangan timah
dikenal 2 jenis penambangan yang
dikenal di Bangka Belitung.
a. Penambangan Lepas Pantai
Pada kegiatan penambangan lepas
pantai, perusahaan mengoperasikan
armada kapal keruk untuk operasi
produksi di daerah lepas pantai (off
shore). Armada kapal keruk mempunyai
kapasitas mangkok (bucket) mulai dari
ukuran 7 cuft sampai dengan 24 cuft.
Kapal keruk dapat beroperasi mulai dari
kedalaman 15 meter sampai 50 meter di
bawah permukaan laut dan mampu
menggali lebih dari 3,5 juta meter kubik
material setiap bulan. Setiap kapal keruk
dioperasikan oleh karyawan yang
berjumlah lebih dari 100 karyawan yang
waktu bekerjanya terbagi atas 3
44 | P a g e

kelompok dalam 24 jam sepanjang tahun.
Hasil produksi bijih timah dari kapal
keruk diproses di instalasi pencucian
untuk mendapatkan kadar minimal 30%
Sn dan diangkut dengan kapal tongkang
untuk dibawa ke Pusat Pengolahan Bijih
Timah (PPBT) untuk dipisahkan dari
mineral ikutan lainnya selain bijih timah
dan ditingkatkan kadarnya hingga
mencapai persyaratan peleburan yaitu
minimal 70-72% Sn.
b. Penambangan Darat
Penambangan darat dilakukan di
wilayah daratan pulau Bangka Belitung,
tentunya system operasional yang
digunakan tidaklah sama seperti pada
wilayah lepas pantai. Proses
penambangan timah alluvial
menggunakan pompa semprot (gravel
pump). Setiap kontraktor atau mitra
usaha melakukan kegiatan penambangan
berdasarkan perencanaan yang diberikan
oleh perusahaan dengan memberikan peta
cadangan yang telah dilakukan pemboran
untuk mengetahui kekayaan dari
cadangan tersebut dan mengarahkan agar
sesuai dengan pedoman atau prosedur
pengelolaan lingkungan hidup dan
keselamatan kerja di lapangan. Hasil
produksi dari mitra usaha dibeli oleh
perusahaan sesuai harga yang telah
disepakati dalam Surat Perjanjian Kerja
Sama. Pada daerah tertentu,
penambangan timah darat menghasilkan
wilayah sungai besar yang disebut
dengan kolong/danau. Kolong/danau
itulah merupakan inti utama cara kerja
penambangan darat, karena pola kerja
penambangan darat sangat tergantung
pada pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya air dalam jumlah besar.
Sehingga bila kita lihat dari udara,
penambangan timah darat selalu
menimbulkan genangan ari dalam jumlah
besar seperti danau dan tampak
berlobang-lobang besar.
Produksi penambangan darat yang
berada di wilayah Kuasa Pertambangan
(KP) perusahaan dilaksanakan oleh
kontraktor swasta yang merupakan mitra
45 | P a g e

usaha dibawah kendali perusahaan.
Hampir 80% dari total produksi
perusahaan berasal dari penambangan di
darat mulai dari Tambang Skala Kecil
berkapasitas 20 m3/jam sampai dengan
Tambang Besar berkapasitas 100 m3/jam.
Produksi penambangan timah
menghasilkan bijih pasir timah dengan
kadar tertentu.
3. PENGOLAHAN (smelting)
Untuk meningkatkan kadar bijih timah
atau konsentrat yang berkadar rendah,
bijih timah tersebut diproses di Pusat
Pencucian Bijih Timah (Washing Plant).
Melalui proses tersebut bijih timah dapat
ditingkatkan kadar (grade) Sn-nya dari
20 30% Sn menjadi 72 % Sn untuk
memenuhi persyaratan peleburan. Proses
peningkatan kadar bijih timah yang
berasal dari penambangan di laut maupun
di darat diperlukan untuk mendapatkan
produk akhir berupa logam timah
berkualitas dengan kadar Sn yang tinggi
dengan kandungan pengotor (impurities)
yang rendah.
4. PELEBURAN (refining)
Proses peleburan merupakan proses
melebur bijih timah menjadi logam
Timah. Untuk mendapatkan logam timah
dengan kualitas yang lebih tinggi, maka
harus dilakukan proses pemurnian
terlebih dahulu dengan menggunakan
suatu alat pemurnian yang disebut
crystallizer. Produk yang dihasilkan
berupa logam timah dalam bentuk balok
atau batangan dengan skala berat antara
16 kg sampai dengan 26 kg per batang.
Produk yang dihasilkan juga dapat
dibentuk sesuai permintaan pelanggan
(customize) dan mempunyai merek
dagang yang terdaftar di London Metal
Exchange (LME).
5. DISTRIBUSI DAN PEMASARAN
(marketing)
Kegiatan pemasaran mencakup
kegiatan penjualan dan pendistribusian
logam timah.Pendistribusian logam timah
hampir 95% dilaksanakan untuk
memenuhi pasar di luar negeri atau
ekspor dan sebesar 5% untuk memenuhi
46 | P a g e

pasar domestik. Negara tujuan ekspor
logam Timah antara lain adalah wilayah
Asia Pasifik yang meliputi Jepang, Korea,
Taiwan, Cina dan Singapura, wilayah
Eropa meliputi Inggris, Belanda, Perancis,
Spanyol dan Italia serta Amerika dan
Kanada.
Pendistribusian dilaksanakan melalui
pelabuhan di Singapura untuk ekspor
sedangkan untuk domestik dilaksanakan
secara langsung dan melalui gudang di
Jakarta. Tipe pembeli logam timah dapat
dikelompokkan atas pengguna langsung
(end user) seperti pabrik atau industri
solder serta industri pelat timah serta
pedagang besar (trader).
Produk yang dihasilkan mempunyai
kualitas yang telah diterima oleh pasar
internasional dan terdaftar dalam pasar
bursa logam di London (London Metal
Exchange). Kualitas setiap produk yang
dihasilkan oleh perusahaan dijamin
dengan sertifikat produk (weight and
analysis certificate) yang berstandar
internasional dan berpedoman kepada
standar produk yang ditetapkan oleh
London Metal Exchange (LME) sehingga
dapat diperdagangkan sebagai komoditi
di pasar bursa logam.
Jenis-jenis produk yang diproduksi
oleh PT Tambang Timah dibedakan atas
kualitas dan bentuknya.
A. Berdasarkan kualitas produk dapat
dibedakan atas:
Banka Tin (kadar Sn 99.9%)
Mentok Tin (kadar Sn 99,85%)
Banka Low Lead (Banka LL) terdiri
atas Banka LL100ppm, Banka
LL50ppm, Banka LL40ppm, Banka
LL80ppm, Banka LL200ppm
Tin Alloy, dalam bentuk babbit (kadar
Sn 80-88 %) dan Pewter (kadar Sn 91-
95 %)
Tin Solder, produk solder (info lebih
lanjut dapat dilihat di situs resmi
PT.TIMAH.)
B. Berdasarkan bentuk dapat dibedakan
atas:
Banka Small Ingot
Banka Tin Shot
47 | P a g e

Banka Pyramid
Banka Anoda
Manfaat Timah dan Kegunaan Timah:
Banyak sekali Kegunaan Timah dan
manfaat timah terutama untuk bahan
baku logam pelapis, solder, cendera mata,
Dan Yang Lainya. Timah abu-abu
memiliki sedikit kegunaan. Timah dapat
dipoles sangat licin dan digunakan untuk
menyelimuti logam lain untuk mencegah
korosi dan aksi kimia. Lapisan tipis timah
pada baja digunakan untuk membuat
makanan tahan lama.
Campuran logam timah sangat penting.
Solder lunak, perunggu, logam babbit,
logam bel, logam putih, campuran logam
bentukan dan perunggu fosfor adalah
beberapa campuran logam yang
mengandung timah. Garam timah yang
disemprotkan pada gelas digunakan
untuk membuat lapisan konduktor listrik.
Aplikasi ini telah dipakai untuk kaca
mobil yang tahan beku. Kebanyakan kaca
jendela sekarang ini dibuat dengan
mengapungkan gelas cair di dalam timah
cair untuk membentuk permukaan datar
(proses Pilkington).
Baru-baru ini, campuran logam kristal
timah-niobium menjadi superkonduktor
pada suhu sangat rendah, menjadikannya
sebagai bahan konstruksi magnet
superkonduktif yang menjanjikan.
Magnet tersebut, yang terbuat oleh kawat
timah-niobium memiliki berat hanya
beberapa kilogram tetapi dengan baterai
yang kecil dapat memproduksi medan
magnet hampir sama dengan kekuatan
100 ton elektromagnet yang dijalankan
dengan sumber listrik yang besar.
Berikut Ciri Ciri Fisik Timah:
1. Keadaan benda : Padat
2. Titik lebur : 505.08 K (449.47
°F)
3. Titik didih : 2875 K (4716 °F)
4. Volume molar : 16.29 ×10-6
m3/mol
5. Kalor penguapan : 295.8 kJ/mol
6. Kalor peleburan : 7.029 kJ/mol
7. Tekanan uap : 5.78 E-21 Pa at 505 K
48 | P a g e

8. Kecepatan suara : 2500 m/s pada
293.15 K
Berikut Properti Atomik:
1. Bobot atom : 118.710 sma
2. Jari-jari atom : 145 (145) pm
3. Jari-jari kovalen : 141 pm
4. Jari-jari van der Waals : 217 pm
5. Konfigurasi elektron : (Kr)4d10 5s2
5p2
6. Elektron per tingkat energi : 2, 8, 18,
18, 4
7. Bilangan oksidasi (Oksida) : 4,2
(amfoter)
8. Struktur kristal : Tetragonal
Metode Penelitian
a. Sumber data
Data data yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder. Data
tersebut diambil dari buku-buku , Web
PT. Timah Tbk.
b. Analisis data
Analisis data yang digunakan dari
kajian pustaka yang sudah ada. Data data
yang ada lebih merujuk dari data yang
sudah ada.
Hasil dan Pembahasan
1. Kerusakan Akibat Pascatambang
Timah di Pulau Bangka
a. Lubang Tambang
Sebagian besar pertambangan mineral
di Indonesia dilakukan dengan cara
terbuka. Ketika selesai beroperasi,
perusahaan meninggalkan lubang-lubang
raksasa di bekas areal pertambangannya.
Lubang-lubang itu berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan jangka
panjang, terutama berkaitan dengan
kualitas dan kuantitas air. Air lubang
tambang mengandung berbagai logam
berat yang dapat merembes ke sistem air
tanah dan dapat mencemari air tanah
sekitar. Potensi bahaya akibat rembesan
ke dalam air tanah seringkali tidak
terpantau akibat lemahnya sistem
pemantauan perusahaan-perusahaan
pertambangan tersebut. Di pulau Bangka
dan Belitung banyak di jumpai lubang-
lubang bekas galian tambang timah
(kolong) yang berisi air bersifat asam dan
sangat berbahaya. Secara kuantitas di
49 | P a g e

kepulaun bangka jumlah kolong ada 544
kolong dengan luas 1.035,51 ha . Dari
jumlah tersebut sebagian besar
terkonsentrasi di kecematan Belinyu dan
Riau silip sejumlah 125 kolong ( 202,2
ha) dan sisa nya 83 kolong (134,11 ha )
terdapat di kecamatan Sungailiat dan
Pemali.
Kondisi dan luas lahan bekas
penambangan timah di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung tahun 2006.

NO
WILAYAH
PRODUKSI
Lahan Reklamasi
Tambang
Inkonvensional
Kolong Revegetasi
SUDAH BELUM SUDAH BELUM SUDAH BELUM SUDAH BELUM
1
Bangka
Tengah
(Sungailiat dan
Belinyu)
1.621,5 418,00 90,5 1.953 1.243 296 1621,5 418,00
2
Bangka
Selatan
(Toboali,
Koba dan
Sungai Selan
686,02 39,66 350 1400 471,26 296 686,02 39,66
3
Bangka Barat
(Muntok,
Jebus
dan
Tempilang)
718,5 115,5 127,5 871 118,08 130 718,5 115,5
50 | P a g e

4
Belitung
(Belitung dan
Belitung
Timur)
1.528,7 185,21 195 782 677,14 343 1.528,7 185,21
5
PT. Koba Tin
(Koba dan
Payung)
3.363 1.942 245 1.243 2.925,2 104 3.364 1.942
JUMLAH 6.683,27 2.700,37 1.008 6.259 4.637,85 991 7.918,72 2.700,37
Sumber: Bapedalda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2007.
b. Air Asam Tambang
Air asam tambang mengandung
logam-logam berat berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan dalam
jangka panjang. Ketika air asam tambang
sudah terbentuk maka akan sangat sulit
untuk menghentikannya karena sifat
alamiah dari reaksi yang terjadi pada
batuan. Air asam tambang baru terbentuk
bertahun-tahun kemudian sehingga
perusahaan pertambangan yang tidak
melakukan monitoring jangka panjang
bisa salah menganggap bahwa batuan
limbahnya tidak menimbulkan air asam
tambang. Air asam tambang berpotensi
mencemari air permukaan dan air tanah.
Reaksi tanah tailing tergolong sangat
masam sampai masam dengan kisaran pH
2,7 sampai pH 4,75, sedangkan hasil
penelitian Pusat Penelitian Bioteknologi
Hutan dan Lingkungan IPB (2002), pH
berkisar 4,7-5,6. Kandungan bahan
organik di sandy tailing dan overburden
tergolong sangat rendah sedangkan pada
humic tailing relatif lebih tinggi dan
tergolong sedang.
c. Tailing
Tailing dihasilkan dari operasi
pertambangan dalam jumlah yang sangat
besar. Sekitar 97 persen dari bijih yang
diolah oleh pabrik pengolahan bijih akan
berakhir sebagai tailing. Tailing
mengandung logam-logam berat dalam
kadar yang cukup mengkhawatirkan,
51 | P a g e

seperti tembaga, timbal atau timah hitam,
merkuri, seng, dan arsen. Tailing pasir
(sandy tailing) sangat didominasi oleh
fraksi pasir (lebih dari 90%) dan
termasuk kelastekstur pasir. Sementara
tailing humat (humic tailing) fraksi pasir
dan debu lebih mendominasi sehingga
kelas tekstur tergolong lempung. Pada
lahan overburden, kandungan pasir relatif
lebih rendah dibandingkan sandy tailing
dan kandungan debu dan liat lebih tinggi
sehingga termasuk tekstur pasir
berlempung. Hasil analisis tailing di
lahan bekas tambang timah PT. Koba Tin
di Bemban Kabupaten Bangka Tengah
menunjukkan kandungan fraksi pasir
sangat tinggi (88-96%) (Pusat Penelitian
Bioteknologi Hutan dan Lingkungan IPB,
2002). Ketika masuk kedalam tubuh
makhluk hidup logam-logam berat
tersebut akan terakumulasi di dalam
jaringan tubuh dan dapat menimbulkan
efek yang membahayakan kesehatan. Q2
Akibat aktifitas liar ini, banyak
program kehutanan dan pertanian tidak
berjalan, karena tidak jelasnya alokasi
atau penetapan wilayah TI. Aktivitas TI
juga mengakibatkan pencemaran air
permukaan dan perairan umum. Lahan
menjadi tandus, kolong-kolong (lubang
eks-tambang) tidak terawat, tidak adanya
upaya reklamasi/ rehabilitasi pada lahan
eks-tambang, terjadi abrasi pantai dan
kerusakan cagar alam, yang untuk
memulihkannya perlu waktu setidaknya
150 tahun secara suksesi alami.
d. Kerusakan Lingkungan Abiotik
Tidak dapat dipungkiri bahwa
kegiatan TI di Pulau Bangka telah
memacu pertumbuhan ekonomi yang
pesat. Namun, bukan hanya pertumbuhan
ekonomi yang dihasilkan TI. Aktivitas
pertambangan yang dilakukan secara
sporadis dan massal itu juga
mengakibatkan kerusakan lingkungan
yang dahsyat. Sebagian besar penambang
menggunakan peralatan besar sehingga
dengan mudah mencabik-cabik
permukaan tanah. Sisa pembuangan
tanah dari TI menyebabkan pendangkalan
52 | P a g e

sungai. Lumpur-lumpur tanah dari TI dan
TR telah membuat hampir seluruh aliran
sungai di Kecamatan Belinyu menjadi
berwarna coklat muda dan keruh.
e. Kerusakan Lingkungan Biotik
Penambangan timah inkonvensional di
Kecamatan Belinyu kini masih terus
berlangsung, termasuk di kawasan hutan
lindung. Salah satunya adalah di kawasan
hutan lindung Gunung Pelawan.
Penambang secara sembunyi-sembunyi
tetap menambang timah di kawasan
terlarang tersebut. TI juga merusak
daerah aliran sungai, kawasan sempadan
pantai, hutan lindung, dan hutan
produksi. Lubang-lubang bekas
penambangan tandus karena tidak
direklamasi.
Perusakan hutan karena tambang
membuat banyak wilayah kekeringan
hebat pada musim kemarau. Jika dilihat
dari udara sebelum mendarat di Bandara
Depati Amir, wajah bumi Bangka
Belitung dipenuhi kawah dan lubang
menganga. Lubang-lubang itu terisi air
hujan dan menjadi tempat subur
perkembangan nyamuk anofeles.
Akibatnya, penularan penyakit malaria di
Pulau Bangka cukup tinggi.
Pertambangan timah Bangka Belitung
yang dikelola PT Timah telah
berkontribusi bagi perekonomian negara,
baik menyumbang devisa negara serta
menjadi penggerak perekonomian di
wilayah Bangka Belitung. Pendapatan PT
Timah pada 2007, seperti disebutkan
sebelumnya, mencapai Rp. 8, 626 triliun
dan pada 2008 mencapai Rp. 9, 053
triliun. Namun, pertambangan timah
Bangka Belitung juga telah mengabaikan
pengelolaan lingkungan hingga
menimbulkan dampak kerusakan
ekosistem.
Perlahan kondisi lingkungan provinsi
pemasok 40 persen timah dunia ini
mengalami kehancuran. Tambang timah
ilegal pun telah membuat bumi Bangka
Belitung tercabik-cabikyang
menyebabkan flora dan fauna berada di
ambang kepunahan.
53 | P a g e

2. Upaya yang Harus Dilakukan Agar
Kerusakan Pascatambang Tidak
Berkelanjutan
a. Penggunaan Bahan Organik untuk
Reklamasi
Pada tahap awal kegiatan reklamasi
lahan di lapangan awal, perlu dilakukan
rekonstuksi lahan dan manajemen top
soil. Pada kegiatan ini, lahan yang masih
belum rata harus terlebih dahulu ditata
dengan penimbunan kembali
(backfilling) dengan memperhatikan jenis
dan asal bahan urugan, ketebalan dan ada
tidaknya sistem aliran air (drainase) yang
kemungkinan terganggu (Rahmawaty,
2002). Pengembalian lapisan top soil
yang relatif subur dengan cara
menghamparkan dan meratakannya
diatas overburden atau tailing pasir
(Jasper, 2002).
Amandemen tanah (soil amandment)
dilakukan untuk memperbaiki
karakteristik sifat fisik dan kimia lahan
tailing. Ang (1994) mengemukakan
apabila suksesi secara alami pada tailing
pasir timah tanpa adanya campur tangan
manusia akan membutuhkan waktu yang
lama. Sejumlah bahan organik telah
dicobakan di lahan pascatambang timah
untuk memperoleh jenis dan dosis yang
tepat. Komposisi media terbaik yaitu
50% tailing, 30% overburden dan 20%
kompos. Jenis bahan organik yang lazim
digunakan untuk reklamasi lahan pasca
tambang timah adalah pupuk kotoran
ternak seperti kotoran sapi dan ayam.
Kotoran ternak dikomposkan bersama-
sama dengan seresah dengan
menggunakan aktivator untuk
mempercepat pelapukan.
b. Tataguna Lahan Pascatambang
Timah
Lahan-lahan pascatambang timah
yang banyak tersebar di Pulau Bangka
perlu ditata agar dapatberfungsi secara
ekologi dan estetika. Lahan bekas
tambang tidak selalu dikembalikan ke
peruntukansemula, tergantung pada
penetapan tataguna lahan di wilayah
tersebut. Untuk lahan-lahan yang berada
54 | P a g e

didalam kawasan hutan maka reklamasi
diarahkan untuk mengembalikan lahan
tersebut sampai mendekatikondisi hutan
sebelum ditambang, kecuali ada
pelepasan hutan untuk peruntukan lain.
Sementara lahanlahandi luar kawasan
hutan, dapat diarahkan untuk lahan
perkebunan, pertanian tanaman pangan,
hortikultura ataupun penggunaan non
pertanian. Perkembangan sutau wilayah
menghendaki ketersediaanlahan yang
baru yang dapat dipergunakan untuk
pengembangan pemukiman atau kota.
Kesimpulan
1. Penambangan timah di Pulau Bangka,
termasuk di Kabupaten Bangka Barat
telah menyebabkan terjadi kerusakan
lahan sehingga menghasilkan lahan
kritis berupa lahan tailing yang
mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia
tanah serta iklim mikro yang jelek dan
tidak sesuai untuk budidaya tanaman.
Reklamasi lahan pasca tambang timah
merupakan kewajiban dilaksanakan
oleh perusahaan tambang timah
sebagai wujud tanggung jawabnya
untuk memulihkan kembali lahan
yang telah mengalami degradasi
akibat operasional tambang.
2. Untuk memperbaiki sifat tailing pasca
tambang timah agar dapat direvegetasi
dan dimanfaatkan untuk keperluan
budidaya tanaman telah dilakukan
sejumlah penelitian terutama
penggunaan bahan-bahan organik
yang tersedia secara lokal dengan
biaya yang relatif murah. Revegetasi
lahan bekas tambang timah perlu
menggunakan spesies-spesies yang
bermanfaat secara ekologi dan
ekonomi, terutama bagi masyarakat
tambang. Oleh sebab itu diperlukan
program yang terarah dan terpadu
yang melibatkan sejumlah pemangku
kepentingan baik pemerintah,
perusahaan tambang, perguruan tinggi
maupun masyarakat dalam rangka
memperoleh teknologi tepat guna
yang dapat diterapkan dalam
55 | P a g e

melakukan reklamasi dan rehabilitasi
lahan pasca tambang.
Daftar Pustaka
Buku
Bahan Presentasi Bapedalda Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. 2007.
Kondisi kerusakan lingkungan hidup
di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Pangkalpinang:Bapedalda
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Suryatono, dkk.2003. Good Mining
Pratice. Jakarta : Studi Nusa.
Internet
http://www.bang-
is.web.id/2012/10/proses-
penambangan-timah-di-bangka.html
http://www.jejakbocah.com/2012/10/man
faat-timah-dan-kegunaan-timah.html
http://info-
pertambangan.blogspot.com/2012/10/
pengertian-pertambangan.html
Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945.
Undang-undang No.4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara.










56 | P a g e

METODE PELADAKAN TAMBANG BAWAH TANAH

Dito Baskoro
Mahasiswa Semester 1 Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung
Kampus Terpadu Balunijuk, Merawang, Kabupaten Bangka
Dito_baskoro46@gmail.com

Abstrak
Pada proses penambangan bawah tanah terdapat bermacam-macam cara untuk
membuat lubang bukaan atau terowongan. Salah satunya adalah dengan cara peledakan.
Peledakan pada pembuatan terowongan adalah pekerjaan melepas dan memecah
batuan dengan menggunakan bahan peledak sehingga didapatkan bentuk yang diinginkan
dengan ukuran material yang mudah diangkut dan dibuang dengan peralatan yang
tersedia.
Peledakan pada tambang bawah tanah berbeda dengan peledakan pada tembang
terbuka, perbedaannya yaitu pada peledakan tambang terbuka dilakukan dengan dua atau
lebih arah bidang bebas sedangkan pada peledakan tambang bawah tanah hanya
mempunyai satu arah bidang bebas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam peledakan tambang bawah tanah yaitu:
Pemilihan bahan peledak
Metode dan teknik yang digunakan
Pengendalian peledak terkait dengan keselamatan dan kondisi lingkungan
Asap dan uap hasil peledakan yang mengandung gas-gas berbahaya
Mengingat dalam proses peledakan tambang bawah tanah membutuhkan biaya yang
besar dan resiko keselamatan kerja dan lingkungan yang tinggi, maka hendaknya proses
57 | P a g e

peledakan peledakan dilakukan dengan efektif dan seefisien mungkin dengan
memperhatikan keselamatan kerja dan lingkungan.
Kata Kunci: terowongan, Peledakan, material, efektif.
Pendahuluan
Latar belakang
Pada proses penambangan bawah
tanah terdapat bermacam-macam cara
untuk membuat lubang bukaan atau
terowongan. Salah satunya adalah dengan
cara peledakan.
Peledakan pada pembuatan
terowongan adalah pekerjaan melepas
dan memecah batuan dengan
menggunakan bahan peledak sehingga
didapatkan bentuk yang diinginkan
dengan ukuran material yang mudah
diangkut dan dibuang dengan peralatan
yang tersedia atau peledakan pada proses
penambangan pada tambang bawah tanah
dilakukan untuk melepaskan bijih dari
batuan induknya ataupun untuk
memperkecil ukurannya untuk
memudahkan pengangkutan
kepermukaan.
Peledakan pada tambang bawah tanah
berbeda dengan peledakan pada tembang
terbuka, perbedaannya yaitu pada
peledakan tambang terbuka dilakukan
dengan dua atau lebih arah bidang bebas
sedangkan pada peledakan tambang
bawah tanah hanya mempunyai satu arah
bidang bebas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
peledakan tambang bawah tanah yaitu:
Pemilihan bahan peledak
Metode dan teknik yang digunakan
Pengendalian peledak terkait dengan
keselamatan dan kondisi lingkungan
Asap dan uap hasil peledakan yang
mengandung gas-gas berbahaya
Mengingat dalam proses peledakan
tambang bawah tanah membutuhkan
biaya yang besar dan resiko keselamatan
kerja dan lingkingan yang tinggi, maka
hendaknya proses peledakan peledakan
dilakukan dengan efektif dan seefisien
58 | P a g e

mungkin dengan memperhatikan
keselamatan kerja dan lingkungan.
Dalam penulisan jurnal ini saya
mengutamakan kosentrasi pada metode
peledakan pada terowongan secara umum,
pemilihan bahan peledak dan
pengendalian bahan peledak
hubungannya dengan kesehatan dan
keselamatan kerja.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahannya sebagai
berikut :
1. Hal apa saja yang perlu diperhatikan
dalam proses peledakan?
2. Seperti apa bahan peledak explosive
itu?
3. Bagaimana efisiensi peledakan?
4. Bagaimana sistem kemajuan
pembuatan terowongan?
5. Bagaimana tujuan primer blasting?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui hal apa saja yang perlu
diperhatikan dalam proses peledakan;
2. Mengetetahi bahan peledak itu seperti
apa;
3. Mengetahui efisiensi peledakan;
4. Mengetahui sistem kemajaun
pembuatan terowongan;
5. Mengetahui tujuan primer blasting.
Kerangka Teori
Patut disadari bahwa perkembangan
teknik peledakan saat ini berjalan dengan
sangat cepat, perkembangan bahwa
peledak mulai dari black powder,
nitrogiseria, ammonium nitrat, yang
dicampur dengan fuel oil sampai kepada
wather gel explosive. Ssstem inisiasi
penyelaan yang tradisional yaitu metode
cap and face telah banyak diganti dengan
system yang lebih aman dan fleksibel
dari system elektrik dan non elektrik
yang memakai sitem tunda (the like).
Sedangkan pemilihan didalam proses
peledakan ada dua unsure utama yaitu
batuan dan bahan peledak unsure utama
tersebut akan terlihat juga unsure-unsur
59 | P a g e

penunjang seperti manusia, metode,
pelengkap, dan peraltan peledakan serta
biaya, semua unsure yang terlihat akan
dibahas secara umum alam 9 pokok
bahasan kaitannya dengan unsure lain
pokok bahasan yang akan diberi secara
berturut-turut batuan bahan peledak,
pelengkap, dan pemboran,
penyambungan dan penambangan,
prinsip mekanisme peledakan, teknik
peledakan, dan ekonomi peledakan.
1. Batuan
a. Macam-macam batuan
Dalam peledakan terlihat 2 unsur
utama yang memegang peranan penting
yaitu :
Batuan atau material yang akan
diledakkan
Bahan peledak dan peralatan yang
akan digunakan disamping unsure
manusia khususnya, sehingga untuk
memilih metode peledakan yang tepat
diperlukan pengetahuan yang baik
terutama kedua unsure tersebut
berdasarkan mineral pembentuknya
batuan secara konvensional dapat
dibagi menjadi : batuan beku, batuan
sedimen, batuan metamorf.
Sedangkan menurut leonart chert yang
bertitik tolak dari suatu pengertian teknik,
batuan dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Intract rock
Bagian atau possibly goodies dari
suatu batuan yang relative uniform dari
suatu tipe petronik yang mengalami suatu
pengerusan mekanis berat dari keadaan
geologi semula seperti patahan atau join.
b) Insitu rock
Massa batuan dari suatu ukuran
tertentu yang mengandung contoh
represan tatik yang sudah mengalami
kerusakan-kerusakan berat massa batuan
dapat lebih dari satu tipe.
Karakteristik dari intec rock berhubungan
dengan proses seperti pemboran,
pemecahan, grinding atau operasi-operasi
mechanic lainnya dimana persentase
terbesar dari permukaan batuan adalah
feash, sedangkn karakteristik dari insitu
rock berhubungan dengan persoalan-
60 | P a g e

persoalan dalam desaing terhadap
stabilitas lereng ataupun bukaan-bukaan
dalam tbt
b. Sifat batuan/bahan galian yang
mempengaruhi hasil peledakan
Kebanyakan batuan atau bahan galian
mempunyai sifat tidak merata dan
homogen sifat-sifat batuan/bahan galian
yang tidak mempengaruhi hasil
peledakan menurut prof. R.L Ash
terutama :
1) Structur seperti patahan, rekahan,
perlapisan atau perlipatan yang akan
memepengaruhi perencaan pemboran
untuk keperluan lubang tembak.
Apabila hal ini kurang mendapat
perhatian maka dapat terjadi hasil
yang tidak diharapkan seperti boulder,
back break, dsb.
Dip dan strike dari batuan yang
mempunyai struktur berlapis-
lapis (bedde D dr stractified rock)
Bila peledakan searah dengan dip hal-hal
yang diharapkan terjadi :
Lebih banyak bad break
Lantai pit (pit floor) yang lebih rata
atau halus
Penggunaan energy bahan peledak
yang lebih baik karena strata/berlapis
terletak sejajar ke lubang bor
persoalan akan lebih sedikit
Pergerakan batuan dari space lebih
banyak sehingga dihasilkan profil
yang lebih rendah dan lebih
menguntungkan didalam operasi
terutama untuk alat pemuatan
misalnya dari shovel ke frount looder.
Bila peledakan berlawanan arah
dengan dip maka diharapkan terjadi :
a) Block break lebih sedikit karena
strata (pelapisan) miring kearah
dinding wall
b) Persoalan-peroalan akan lebih
banyak muncul
c) kondisi lantai pit akan lebih kasar
d) Pergerakan batuan dari face lebih
kurang sehingga menghasilkan
muck yang lebih tinggi.
Bila peledakan berlawanan dengan strike
diharapkan terjadi sbb :
61 | P a g e

a) Saw-tooth floor formation, sebagai
akibat dari berbagai reaksi
peledakan oleh berbagai macam
jenis batuan yang terletak berselang
seling pada lantai jenjang
b) Kondisi back break tidak menentu
bias baik, bias juga buruk
c) Orientasi working face (peremukan
kerja) tidak menguntungkan
sehingga diperlukan suatus seri
peledakan kembali untuk
mendapatkan kondisi yang baik.
Baik kedalam pemboran maupun
face mempunyai pengaruh
langsung terhadap floor atau
elevasi dasar.
c. Resistance
Adalah sifat batuan yang untuk
mempertahankan diri menahan kejutan
agar keadaannya tetap seperti semula.
Sifat ini penting diketahui untuk dapat
menentukan jumlah dan jenis bahan.
d. Straight
Sifat ii biasanya dihubungkan dengan
tarikan (tension) batuan sangat lemah
terhadap tarikan dan lebih tahan terhadap
tekanan (compersion) pada prinsipnya
compersive straigt jauh lebih besar dari
pada tensile straigt (limostone : batu
gamping mempunyai kompersive straight
antara 3500- 25.000 psi akan tetapi
tensile straigt antara 500-2500 psi.
karakteristik ini erat hubungannya
dengan peledakan.
e. Density
Batuan atau bahan galian yang lebih
erat memerlukan lebih banyak energy
untuk pecah dan pindah tempat, sehingga
diperlukan bahan peledak dengan
kekuatan atau jumlah muatan yang lebih
besar.
f. Velocity of energy prepagation
percepatan merambatkan energy
dalam batuan adalah sawah atau lebih
kecil dari kecepatan reaksi untuk
bahan peledak dan akan bertambah
besar dengan bertambahnya density
kecepatan rambat gelombang pada
batuan selalu dicirikan sebagai
kecepatan longingtudinal.
62 | P a g e

Metodologi Penelitian
Jurnal ini dibuat dengan menggunakan
metode literatur, yaitu mengacu kepada
buku-buku yang relevan dengan
pembahasan dalam jurnal ini.
Hasil dan Pembahasan
1. Pemilihan Bahan Peledak
Pada dasarnya bahan peledak
(explosive) terdiri dari campuran tiga
bahan yaitu :
a. Zat kimia yang mudah bereaksi, yang
berfungsi sebagai bahan peledak dasar
(explosive base), misalnya
Nitrogliserin (NG), Trinitrotiliene
(TNT), Ethylene glycoldinitrate,dan
lain-lain.
b. Oksidator, yang berfungsi
memberikan oksigen, misalnya KClO
3
,
NaClO
3
, NaNO
3
, dan sebagainya
c. Zat penyerap/tambahan misalnya
serbuk kayu, serbuk batubara, dan
lain-lain.
Berdasarkan kecepatan perambatan
reaksinya, bahan peledak dapat dibagi
menjadi :
1. Low Explosive, ciri-cirinya adalah :
kecepatan perambatan reaksinya
rendah
Tidak seluruhnya bahan yang ada
berubah dari phase padat menjadi
phase gas sehingga menimbulkan
tekanan dan temperatur yang tinggi
Hanya menghasilkan proses
pembakaran yang relatif lambat
(deflagrasi) dan tidak menghasilkan
getaran gelombang.
2. High Explosive, ciri-cirinya adalah :
Kecepatan perambatan reaksinya
relatif lebih cepat dari low
ecplosive
Semua bahan peledak berubah
menjadi phase gas
Menghasilkan peoses propagasi
yaitu mengembangbiakan daripada
gelombang getaran melalui bahan
yang diikuti dengan reaksi kimia
yang menyediakan energi untuk
kelanjutan propagasi secara stabil.
63 | P a g e

Penggunaan bahan peledak didalam
tambang bawah tanah harus diperhatikan
faktor-faktor :
1. Sifat dari bahan peledak
Api peledaknya kecil
Peledakan berlangsung cepat
Temperatur peledakan relative
rendah
Tidak menghasilkan gas beracun
2. Disesuaikan dengan material yang
diledakkan
3. Particular set dari standar blasting (OB
dan BR)
4. Besarnya biaya
Macam bahan peledak yang
digunakan untuk pembuatan terowongan
dan proses penambangan pada tambang
bawah tanah yaitu :
1. Blasting agent, yaitu bahan peledak
yang merupakan suatu campuran
kimiawi atau komposisi kimia dari
bahan-bahan yang tak mengandung
Nitrogliserin dan hanya dapat
diledakkan oleh High strength
ecplosive primer. Sifat-sifatnya yang
mengentungkan adalah lebih aman
dalam faktor pengangkuta karena
tidak mengandung Nitrogliserin, tidak
membuat rasa pusing akibat baunya,
dapat dipaket dalam satu tabung metal
sehingga tahan terhadap air dan
harganya lebih murah.
2. Permissible Explosive, yaitu bahan
peledak yang khusus dipakai pada
tambang bawah tanah, misalnya
tambang batubara. Bahan peledak ini
tidak mengandung gas-gas beracun,
mengandung 60-80% Amonium
Nitrate dan 7-15% Nitrogliserin.
Syarat-syarat untuk permissible
explosive adalah :
Api peledakannya kecil dan
peledakan berlangsung cepat
Temperatur peledakan relatif
rendah
Tidak menghasilkan gas-gas
beracun.
3. Water gels (slurries), yaitu campuran
oxidizer seperti sodium nitrat dan
ammonium nitrat, bahan bakar sebagai
64 | P a g e

sensitizer dan air kurang lebih 15%.
Water gels sangat cocok digunakan
pada tambang bawah tanah oleh
karena ketahanannya terhadap air.
Kelebihan lain water gels adalah:
Tidak meledak bila dibanting
ataupun diledakkan secara tiba-tiba
Tidak meledak bila dipanaskan
ataupun dibakar tetapi akan
mengeluarkan asap dengan tekanan
tinggi
Setelah ledakan uap atau asap
ledakannya lebih sedikit bila
dibandingkan dengan ANFO atau
Dinamit.
4. Dinamit, terdiri dari granular dinamit,
semi gelatin dan gelatir dinamit.
2. Metode Peledakan di Dalam
Terowongan
a. Pola Lubang Tembak
Peledakan didalam terowongan selalu
dimulai dengan satu atau lebih peledakan
pemula untuk menciptakan satu gua atau
bolongan pada permukaan terowongan
yang akan ditembus. Gua atau bolongan
ini disebut Cut yang berfungsi sebagai
bidang bebas terhadap paledakan
berikutnya. Cut ini kemudian
diperbesar dengan peledakan dua atau
lebih susunan lubang tembak easer.
Peledakan berikutnya atau yang terakhir
adalah peledakan lubang trimmer yang
menentukan bentuk dari terowongan.
Efisiensi peledakan didalam
terowongan sangat tergantung pada
sukses tidaknya peledakan cut. Cut
dapat dibuat melalui beberapa pola
lubang tembak. Nama-nama pola ini
disebut sesuai dengan jenis cut yang
dibentuk. Dalam memilih tipe cut yang
sesuai maka pertimbangan harus
didasarkan atas :
Kondisi batuan yang akan ditembus
Bentuk dan ukuran terowongan
Kemajuan yang ditargetkan, yaitu
besar kemajuan setiap ronde
peledakan yang ditentukan oleh
kedalaman daripada cut.
65 | P a g e

Jenis-jenis pola lubang tembak yang
sering dan pernah dipakai pada peledakan
didalam terowongan yaitu:
a. Drag Cut
Pola ini sesuai dipakai pada batuan
yang mempunyai struktur bidang
perlapisan, misalnya batuan serpih.
Lubang cut dibuat menyudut terhadap
bidang perlapisan pada bidang tegak
lurus, sehingga batuan akan terbongkar
menurut bidang perlapisan. Cut ini
cocok untuk terowongan berukuran kecil
(lebar 1,5-2m) dimana kemajuan yang
besar tidak terlalu penting.
b. Fan Cut
Pada Fan Cut lubang tembaknya
dibuat menyudut dan berada pada bidang
mendatar. Setelah cut diledakkan maka
batuan yang ada diantara dua baris
lubang cut akan terbongkar.
Selanjutnya lubang-lubang easer dan
trimmer akan memperbesar bukaan
cut sampai kepada bentuk geometri
daripada terowongan. Cut ini cocok
dipakai pada batuan yang berstruktur
berlapis-lapis.
c. V-Cut
V-Cut sering dipakai dalam
peledakan didalam terowongan. Lubang
tembak pada pola ini diatur sedemikian
rupa sehingga tiap dua lubang
membentuk V. Sebuah Cut dapat
terdiri dari dua atau tiga pasang V,
masing-masing pada posisi horizontal.
Lubang-lubang tembak pada cut
biasanya dibuat membentuk sudut 60
o

terhadap permukaan terowongan. Dengan
demikian panjang kemajuan tergantung
pada lebar daripada terowongan karena
panjang batang bor terbatas pada lebar
tersebut. Satu atau dua buah lubang
tembak yang lebih pendek disebut
burster dan dapat dibuat ditengah cut
untuk memperbaiki hasil fragmentasi.
d. Pyramid Cut
Pyramid Cut terdiri dari 4 buah
lubang tembak yang saling bertemu pada
satu titik ditengah terowongan. Pada
66 | P a g e

batuan yang keras banyaknya lubang
cut ditambah hingga menjadi 6 buah.
e. Burn Cut
Pola ini berbeda dengan cut yang
lain. Perbedaannya yaitu pada cut lain
lubang cut membentuk sudut satu sama
lain sedang dalam burn cut lubang
cut dibuat sejajar satu sama lain dan
tegak lurus terhadap permukaan
terowongan. Pada pola ini beberapa
lubang cut tidak diisi dengan bahan
peledak yang berfungsi sebagai bidang
bebas terhadap lubang cut yang diisi
dengan bahan peledak. Lubang cut
yang kosong dapat lebih dari satu dan
ukurannya lebih besar dari lubang cut
yang diisi. Keuntungan dari pada burn
cut adalah :
Kemajuan tidak lagi tergantung pada
lebar terowongan karena semua
lubang dibuat sejajar dengan sumbu
terowongan
Proses pemboran menjadi lebih
mudah.
b. Lubang easer dan Trimmer
Lubang easer dibuat mengelilingi
cut untuk memperbesar bukaan cut
sehingga lubang trimmer dapat
membuat bentuk daripada terowongan.
Untuk terowongan berukuran biasa, satu
ronde peledakan terdiri dari sekitar 40
buah lubang tembak dimana setiap
lubang tembak membuat bukaan seluas
sekitar 0,25-0,5 m
2
.
Banyaknya lubang easer serta
penempatannya tergantung kepada pola
lubang cut. Pada pola burn cut
penempatan lubang easer tidak boleh
terlalu dekat pada cut untuk
menghindari terjadinya ledakan
premature daripada lubang easer.
Disarankan untuk menempatkan lubang
easer antara 30-50 cm dari cut.
Lubang trimmer pada akhirnya akan
membuat bentuk dari terowongan.
Banyak dan posisi daripada lubang
trimmer tergantung daripada ukuran
terowongan, kekerasan batuan, dan
fragmentasi yang disesuaikan dengan
system pemuatan.
67 | P a g e

c. Sistem Kemajuan
Pada prinsipnya pembuatan
terowongan sama dengan shaft, hanya
arahnya saja yang berbeda yaitu
horizontal. Apabila pembuatan lubang
bukaan sudah lebih besar daripada 45
o

maka ini sudah dinamakan shift. Sistem
kemajuan tergantung kepada alat bor
yang tersedia, kondisi batuan dan sistem
penyangga yang dipergunakan, tetapi
cara yang umum dipakai dalam
pembuatan terowongan terdiri dari dua
system yaitu :
Cara full face
Cara top heading and bench
Dalam cara full face seluruh
permukaan lubang bukaan dibor dengan
sistem pola pemboran tertentu dan
kemudian sekaligus diledakkan,
sedangkan cara pembuatan bench
method, dimana lubang bukaan dibuat
menjadi dua bagian dalam pemboran dan
peledakan yaitu bagian atas dan bagian
bawah. Pekerjaan peledakan dilakukan
pertama pada bagian atas.
d. Perimeter Blasting
Perimeter Blasting adalah proses
peledakan yang dilaksanakan dengan
sangat hatu-hati. Untuk mendapatkan
permukaan akhir lubang bukaan yang
tepat dan kondisi batuan disekitar lubang
tersebut tidak mengalami kerusakan.
Maksud dari perimeter blasting tidak
hanya untuk memperoleh permukaan
bukaan yang rata tetapi juga untuk
menjaga agar daerah disekitar permukaan
tidak mengalami keretakan dan
kerusakan selama bukaan tersebut
digunakan.
Perimeter Blasting berguna untuk :
Membuat rata permukaan terowongan
Membuat agar permukaan terowongan
lebih stabil
Mengurangi over break
Mengurangi pemakaian beton
Mengurangi retakan dan masuknya
aur tanah kedalam terowongan.
Dikenal dua teknik untuk pelaksanaan
perimeter blasting yaitu:
pre-splitting
68 | P a g e

smooth blasting
Dasar kedua teknik tersebut adalah
pada pengisian bahan peledak dengan
diameter yang lebih kecil dari diameter
lubang tembak sehingga bahan peledak
tidak langsung bersentuhan dengan
dinding lubang tembak atau disebut
dengan istilah decoupled charge.
Lubang-lubang ini dibuat pada kontur
akhir terowongan yang direncanakan dan
diledakkan secara bersama-sama.
Perbedaan pre-spliting dan smooth
blasting adalah pada peledakan daripada
lubang-lubang kontur ini. Pada pre-
splitting lubang kontur diledakkan
sebelum peledakan utama sedang pada
smooth blasting lubang kontur
diledakkan setelah peledakan utama.
Perbedaan lain adalah dalam hal jarak
lubang tembak (spacing) dimana pada
presplitting lubang kontur lebih rapat
letaknya satu sama lain. Pada pre-
splitting jarak lubang kontur biasanya
antara 8-12 kali diameter lubang dan
jarak antara lubang tembak dengan
bidang bebas (burden) adalah tak
terterhingga. Konsentrasi isian bahan
peledak (dalam kg per meter) pada pre-
splitting dan smooth blasting adalah
sama.
3. Pengendalian Bahan Peledak
Bahan peledak selain merupakan
bahan yang bermanfaat bagi kepentingan
manusia, juga merupakan barang yang
berbahaya sehingga penanganan bahan
peledak pada kegiatan penambangan
sangat penting untuk diketahui.
a. Pengamanan sebelum Peledakan.
Sebelum pekerjaan peledakan
dilakukan, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu :
Melakukan kontrol keadaan
disekeliling daerah yang akan
diledakkan untuk menghindari hal-hal
yang bakal terjadi diluar perhitungan.
Sebelum dimulai pekerjaan
mempersiapkan primer/ bahan peledak
dan mengisinya kelubang bor, maka
terlebih dahulu semua jalan masuk
ditempat peledakan harus pada jarak
69 | P a g e

yang cukup jauh dipasang tanda-tanda
perhatian yang menyolok mata dan
dimengerti, juga ditempat aman pada
jalan masuk tersebut tidak
ditempatkan penjaga.
Pekerja/orang-orang serta peralatan
yang ada ditempat yang akan
diledakkan harus segera diamankan.
Bila tempat peledakan yang akan
diledakkan itu terletak sedemikian
dekat dari tempat kerja lain, dimana
akibat dari peledakan itu dapat
membahayakan, maka petugas
peledakan wajib memberitahukan
kepada karyawan-karyawan yang ada
ditempat kerja tersebut supaya
menyingkir ditempat perlindungan
yang aman pada saat pelaksanaan
peledakan.
Untuk pemegang blasting machine
harus memperhitungkan arah angin /
ventilasi, dan tempat berlindung
terhadap kejatuhan benda atau batuan
khususnya dari batuan atap.
b. Pengamanan Sesudah Peledakan
Sesudah peledakan, maka yang harus
dilakukan adalah :
Tidak memperkenankan seorangpun
memasuki tempat yang sudah
diledakkan dalam jangka waktu 30
menit
Setelah melampaui batas waktu
tersebut maka juru ledak harus terlebih
dahulu memeriksa dan membuktikan
bahwa daerah tersebut sudah bebas
dari pengaruh gas-gas yang berbahaya,
misfire dan batu-batu menggantung
dari hasil peledakan, sebelum
mengijinkan pekerja lain memasuki
tempat kerja tersebut.
Pada lubang ledak yang misfire harus
diberi tanda dengan menutup lubang
ledak tersebut dengan sumbat/ tongkat
kayu yang dapat dilihat dengan jelas
dan tidak dibenarkan mengorek keluar
material stemming lubang ledak
tersebut.
Usaha untuk menangani lubang ledak
yang misfire diusahakan
mengeluarkan stemming dengan alat
70 | P a g e

kompressor udara telanan tunggi atau
memakai air, setelah keluar sebagian
besar stemmingnya maka dipasang
primer baru kemudian diledakkan.
Semua usaha ini harus dibawah
pengawasan terus-menerus dari ahli
berdasarkan intruksi tertulis dari
Kepala Teknik Tambang.
c. Gudang Bahan Peledak Dibawah
Tanah
Persyaratan mengenai gudang bahan
peledak dibawah tanah dan penyimpanan
Handak dibawah tanah telah diatur
berdasarkan Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi Nomor
555.K/26/M.PE/1995.
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
beberapa hal yaitu :
1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
peledakan tambang bawah tanah yaitu:
a. Pemilihan bahan peledak
b. Metode dan teknik yang digunakan
c. Pengendalian peledak terkait
dengan keselamatan dan kondisi
lingkungan
d. Asap dan uap hasil peledakan yang
mengandung gas-gas berbahaya.
2. Pada dasarnya bahan peledak
(explosive) terdiri dari campuran tiga
bahan yaitu :
a. Zat kimia yang mudah bereaksi,
yang berfungsi debagai bahan
peledak dasar (explosive base),
misalnya Nitrogliserin (NG),
Trinitrotiliene (TNT), Ethylene
glycoldinitrate,dan lain sebagainya.
3. Efisiensi peledakan didalam
terowongan sangat tergantung pada
sukses tidaknya peledakan cut. Cut
dapat dibuat melalui beberapa pola
lubang tembak. Dalam memilih tipe
cut yang sesuai maka pertimbangan
harus didasarkan atas :
a. Kondisi batuan yang akan ditembus
b. Bentuk dan ukuran terowongan
Kemajuan yang ditargetkan, yaitu
besar kemajuan setiap ronde peledakan
71 | P a g e

yang ditentukan oleh kedalaman daripada
cut.
4. Sistem kemajuan pda peledakan
tambang bawah tanah tergantung
kepada alat bor yang tersedia, kondisi
batuan dan sistem penyangga yang
dipergunakan, tetapi cara yang umum
dipakai dalam pembuatan terowongan
terdiri dari dua system yaitu :cara full
face dan cara top heading and
bench
5. Perimeter Blasting pada peleldakan
tambang bawah tanah berguna untuk :
a. Membuat rata permukaan
terowongan
b. Membuat agar permukaan
terowongan lebih stabil
c. Mengurangi over break
d. Mengurangi pemakaian beton
e. mengurangi retakan dan masuknya
aur tanah kedalam terowongan.
Daftar Pustaka
PUSDIKLAT TEKNOLOGI MINERAL
DAN BATUBARA. 2011.Makalah
Pendidikan Dan Pelatihan
Pelaksanaan Peledakan Pada
Kegiatan Penambangan Bahan Galian.
Bandung: PUSDIKLAT
TEKNOLOGI MINERAL DAN
BATUBARA.
Sudrajat, Nandang. 2010. Teori dan
Praktik Pertambangan Indonesia
Menurut Hukum. Yogyakarta: Pustaka
Yustisia.
Suyartono, dkk. 2003. Good Mining and
Practice. Jakarta: Studi Nusa.
Narasumber:
Nama: Muhammad Faisal Said
Umur: 27 Tahun
Pekerjaan: Peserta Pendidikan Dan
Pelatihan Pelaksanaan Peledakan Pada
Kegiatan Penambangan Bahan Galian




72 | P a g e

PERKEMBANGAN PENAMBANGAN TIMAH DIKEPULAUAN
BANGKA BELITUNG DI DAERAH KEDIMPAL

Heri Novian
Mahasiswa Semester 1 Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung
Kampus Terpadu Balunijuk, Merawang, Kabupaten Bangka
Heri_novian@ymail.com

Abstrak
Penambangan timah merupakan mata pencaharian masyarakat kepulauan Bangka
Belitung, begitupun halnya dengan masyarakat di pesisir pantai kedimpel.Penambangan
timah memang memberikan keuntungan dan sangat menjanjikan untuk kelangsungan
hidup masyarakat di peisisr pantai kedimpel daripada bila di bandingkan dengan melaut
yang hasilnya tidak menentu.Penambangan yang dilakukan di pantai kedimpel dilakukan
dengan penyedotan ke dasar lautan yang biasa dikenal dengan penambangan apung.
Penambangan ini telah dilakukan beberapa tahun yang lalu oleh masyarakat daerah ini
untuk meningkatkan taraf hidup.
Kata kunci: Timah, Pesisir, Kedimpel, Taraf hidup
Pendahuluan
Latar Belakang
Praktek penambangan timah di
Kepulauan Bangka Belitung akhir-akhir
ini telah menjadi suatuaktivitas
keseharian bagi sebagian besar
masyarakat di pesisir pantai kedimpel. Di
daerah perarian Bangka dan Belitung,
praktek menambang timah di laut ini kian
marak dilakukan secaramasal. Dalam
sehari puluhan ton timah disedot dari
dasar laut. Setelah pasir timah itu diambil,
limbah berupa tanah dibuang lagi ke laut.
Bagi perusahaan resmi seperti PT. Timah,
73 | P a g e

penambangan dilakukan dengan
menggunakan kapal besar yang berfungsi
untuk menyedot, timah dari dalam tanah
di bawah laut, sementara bagi
perusahaan-perusahaan swasta yang lebih
kecil, penambangan dilakukan dengan
menggunakan kapal-kapal sedang.
Kegiatan menambang timah di laut ini
pun mulai ramai dilakukan oleh
penambang di luar PT. Timah pada tahun
2006 sehingga mendorong masyarakat
setempat, yang awalnya berprofesi
sebagai nelayan,membanting setir
menjadi penambang timah. Hal itu
dilakukan dengan alasan bahwa
keuntungan yang didapat lebih besar
daripada melaut untuk mencari ikan.
Dalam waktu seminggu merekadapat
menghasilkan uang dari Rp 400.000,-
hingga Rp. 1.000.000,-. Apabila mereka
pergi melaut, keuntungan yang didapat
belum tentu mencapai seperempat dari
keuntungan menambang timah. Hal ini
pula yang menyebabkan banyaknya para
pendatang dari luarkepulauan untuk
melakukan aktivitas yang sama, yaitu
mengeruk sumber daya timah
yangdimiliki oleh bumi laskar pelangi
tersebut. Aksi ini kemudian mengundang
para penambangilegal yang berusaha
mencari kesempatan dalam kesempitan
untuk keuntangan pribadi.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahannya sebagai
berikut :
1. Bagaimana dampak lingkungan?
2. Bagaimana perubahan mata
pencaharian masyarakat Kedimpel?
3. Bagaimana keadaan perekonomian
masyarakat Kedimpel?
Tujuan penilitian
Tujuan Penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui dampak lingkungan
akibat pertambangan timah di Provinsi
Bangka Belitung;
2. Mengetahui perubahan mata
pencaharian masyarakat Kedimpel;
74 | P a g e

3. Mengetahui Keadaan perekonomian
masyarakat Kedimpel.
Kerangka teori
Pengertian pertambangan sendiri
adalah sebagian atau seluruh tahapan
kegiatan dalam rangka
penelitian,pengelolaan dan pengusahaan
mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan,konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian,pengangkutan
dan penjualan,serta kegiatan pesca
tambang (UU No 4 Tahun 2009).
Ada dua tipe penambangan timah.
Pertama penambangan lepas pantai yang
menggunakan kapal isap dan kapal keruk.
Penambangan ini dibutuhkan investasi
yang besar untuk pembelian kapal dan
biaya operasionalnya. Yang kedua adalah
penambangan darat. Penambangan timah
darat di pulau Bangka Belitung sudah
dilakukan semenjak tahun 1700an pada
saat imigran dari cina datang ke Pulau
ini. Lalu setelah Belanda mengetahui
potensi yang luar biasa, diambil alih dan
dikuasai oleh Belanda. Setelah Indonesia
merdeka, penambangan darat hanya
dikuasai PN Timah (sekarang PT Timah),
namun setelah jaman reformasi, kegiatan
penambangan ini dibebaskan untuk
umum tentunya dengan surat kuasa
penambangan. Namun, tetap saja masih
banyak penambangan liar yang dilakukan
oleh rakyat kecil. Penambangan kecil
yang biasa dilakukan 2-10 orang ini biasa
disebut Tambang inkonvensional (TI).
Pengerukan tanah yang dilakukan
dalam penambangan timah di lepas
pantai kepualuan BangkaBelitung
menyebabkan rusaknya topografi pantai.
Pantai yang sehat adalah pantai yang
memilikibentuk tanah yang landai. Akan
tetapi, kegiatan penambangan timah
membuat struktur tanah dilepas pantai
menjadi lebih curam sehingga daya
abrasi pantai menjadi semakin kuat.
Akibat lain yang ditimbulkan dari
pengerukan tanah di dasar laut adalah
berubahnya garis pantai yang semakin
mengarah ke daratan. Pengerukan tanah
75 | P a g e

dan pembuangan sedimen
jugamenyebabkan air laut menjadi keruh.
Dengan makin maraknya aktivitas
penambangan, intensitas kekeruhan air
semakin tinggi dan radiusnya ke kawasan
lain di luar kawasan penambangan
semakin luas. Hal ini tidak menutup
kemungkinan bahwa kawasan terumbu
karang yang bukan merupakan wilayah
penambangan mendapatkan imbas
kekeruhan air. Sedimentasi tanah yang
menjadi penyebab kekeruhan air ini akan
menutup dan mematikan terumbu karang.
Matinya terumbu karang akan merusak
habitat kehidupan laut yang indah,
lingkungan laut akan berubah menjadi
habitat alga yang merugikan. Oleh karena
itu, kerusakanlaut di lepas pantai di
Kepulauan Bangka Belitung menjadi
semakin parah.
Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Metode kualitatif adalah
metode yang mengumpulkan data bersifat
non-statistik (berupa kata-kata atau
kalimat). Dengan menggunakan metode
ini, penulis mencoba untuk memahami
dan menafsirkan makna fenomena yang
diteliti agar dapat menarik simpulan akhir
yang logis. sedangkan kuantitatif adalah
dengan mencari satu narasumber untuk
diwawancara sehingga bisa didapatkan
data yang logis.
Hasil dan Pembahasan
1. Dampak Lingkungan Akibat
Pertambangan Timah
Penambangan timah yang marak
terjadi di lingkungan laut Kedimpel
dilakukan oleh masyarakat setempat atau
beberapa perusahaan swasta skala
menengah yang mendapat izin resmi,
masyarakat setempat yang beralih profesi
sebagai pelaku tambang inkonvensional
(TI) apung dan beberapa pihak yang
melakukan kegiatan penambangan secara
ilegal (cukong tambang timah).
Tingginya harga timah membuat
banyak perubahan bagi kehidupan
masyarakat,mudahnya mendapatkan uang
76 | P a g e

membuat masyakat tidak sadar akan apa
yang terjadi dimasa yang datang. Situasi
ini memberi efek yang sangat buruk
kepada siswa sekolah yang masih dalam
usia wajib belajar, mudahnya mereka
mendapatkan uang dengan cara
mangambil tailing bekas TI (ngelimbang)
membuat mereka lupa akan tugas dan
tanggung jawab mereka sebagai
pelajar.Sehingga di daerah Kedimpel
banyak ditemui anak anak yang tidak
sekolah lagi dalam usiayang masih wajib
belajar.
Kegiatan menambang ini dilakukan
untuk memenuhi produksi timah. PT.
Timah yang mendapatkan wewenang ini
melakukan penggalian timah selama
puluhan tahun di daerah perairan dan
daratan Kepulauan Bangka Belitung.
Kegiatan semakin meluas ke wilayah
laut.Hal ini dilakukan karena adanya
pertimbangan bahwa penggalian timah di
laut memakan biaya yang lebih rendah
dari pada di daratan.Pengerukan tanah
menyebabkan habitat di laut terganggu
sehingga mengganggu kegiatan para
nelayan. Kerugian yang ditimbulkan
karena semakin sulitnya mendapatkan
ikan, menjadi faktor utama bagi beberapa
nelayan untuk beralih profesi menjadi
penambang timah inkonvensional,
dengan alasan manusiawi, yaitu alasan
untuk meneruskan hidup.
Penambangan yang semakin marak
dilakukan secara masal sejak tahun 2006
ini juga merupakan dampak dari
diberlakukannya izin untuk melakukan
penambangan timah skala menengah
danskala kecil atau inkonvensional oleh
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Izin ini mengakibatkan kegiatan
penambangan menjadi semakin membabi
buta untuk memenangkan persaingan di
antara para pengusaha tambang timah.
Pihak yang dirugikan secara langsung
dari kegiatan menambang timah di laut
adalah para nelayan (masyarakat) dan
juga lingkungan lautnya sendiri.
Penambangan timah telah merubah
bentuk struktur tanah dan garis pantai
77 | P a g e

yang mengarah ke daratan. Pengerukan
tanah dan pembuangan limbah juga
menyebabkan sedimentasi yang merusak
habitat terumbu karang dan memicu
berkembangnya habitat alga yang
merugikan. Rusaknya habitat terumbu
karang juga berdampak kepada hilangnya
sumber daya ikan karena terumbu karang
adalah salah satu tempat utama bagi ikan-
ikan untuk hidup dan berkembang biak.
Ikan semakin sedikit, para nelayan
kehilangan mata pencaharian. Masalah
kemiskinan di daerah Bangka Belitung
pun semakin meningkat. Para nelayan
melakukan aksi dengan menyerang
beberapa kapal besar penyedot timah
yang beroperasi di lepas pantai tempat
kawasan para nelayan melaut. Hal ini
menegaskan bahwa para nelayan merasa
sangat dirugikan oleh aksi penambangan
timah tersebut. Meskipun banyak nelayan
yang membanting setir menjadi
penambang timah inkonvesional, tetapi
sebagian besar mengaku bahwa masalah
ini sebenarnya berakar pada kegiatan
penambangan timah yang telah merusak
laut sehingga menghilangkan mata
pencaharian mereka. Pilihan untuk
beralih profesi hanyalah sebuah tuntutan
untuk melanjutkan hidup.
Minimnya kesadaran dan reaksi sosial
dari masyarakat ini menjadikan alasan
bahwa praktek penambangan timah di
Kepulauan Bangka Belitung adalah suatu
tindak kejahatan terhadap lingkungan.
Karena berbeda dengan kejahatan
konvensional, kejahatan lingkungan
adalah kejahatan yang memiliki
karakteristik yang unik, diantaranya
adalah reaksi sosial yang diberikan
masyarakat tidak secara langsung.
Dampak dari kegiatan ini baru akan
dirasakan sekitar puluhan tahun yang
akan datang, misalnya di masa ketika
seluruh lingkungan laut di Bangka
Belitung rusak total dan persediaan
timahnya sudah tidak ada. Oleh karena
itu, kerusakan yang ditimbulkan dari
aktivitas penambangan timah di wilayah
laut Kepulauan Bangka Belitung
78 | P a g e

memberikan kerugian yang besar bagi
masyarakat setempat.
2. Perubahan Mata Pencaharian
Masyarakat Kedimpel
Mata pencaharian masyarakat di
Kedimpel adalah menangkap ikan, tetapi
profesi nelayan ini terganggu karena
penambangan timah. Kerusakan
ekosistem laut yang terjadi menyebabkan
rusaknya habitat tumbuhan dan binatang
laut. Karena semakin sulit mendapatkan
ikan,keuntungan yang di dapat oleh
nelayan semakin kecil pula. Situasi
seperti ini kemudian mendorong sebagian
besar nelayan untuk merubah profesi
menjadi penambang timah
inkonvensional (TI) apung dengan
menggunakan perahu-perahu kecil atau
bagan terapung, baiksecara legal
(menjalin kerja sama dengan PT. Timah
atau perusahaan swasta yang memiliki
izin resmi) maupun secara ilegal dengan
menjadi cukong atau bekerja kepada
cukong tambang timah ilegal.
3. Keadaan Perekonomian
Masyarakat Kedimpel
Harga timah yang tinggi juga
memberikan imbas kepada masyarakat
kedimpel untuk merubah mata
pencaharian mereka yang awalnya
nelayan menjadi pekerja TI. Dengan
tingginya harga timah otomatis juga
memberikan perubahan ekonomi
masyarakat yang meningkat. ini
dibuktikan dengan banyaknya kendaraan
berupa mobil dan motor serta
pembangunan rumah yang cukup bagus
yang merupakan hasil dari TI tersebut.
Kesimpulan
1. Penyedotan timah yang dilakukan
secara terus menerus telah
menyebabkan kerusakan yang parah
bagi lingkungan laut. Kerusakan itu
sudah mulai terlihat dengan jelas dan
juga sudah dirasakan oleh masyarakat
setempat, seperti mulai sedikitnya
sumber daya ikan yang berdampak
buruk pada aktivitas para nelayan
dalam memenuhi kebutuhan hidup.
79 | P a g e

2. Akibat dari harga timah yang tinggi
juga turut memberikan dampak bagi
masyarakat Kedimpel yang merubah
mata pencaharian mereka yang
awalnya merupakan seorang nelayan
menjadi seorang pekerja tambang .ini
diikuti oleh banyaknya anak usia
sekolah yang berhenti sekolah akibat
dari mudahnya mencari uang dengan
cara mengambil pasir tailing bekas
dari tambang masyarakat tersebut
(ngelimbang).
3. Keadaan ekonomi masyrakat kedimpel
meningkat drastis,ini dibukitkan yang
awalnya terdiri dari banyak rumah
papan nelayan ,berubah menjadi
rumah-rumah gedung yang
berlantaikan keramik. Banyaknya
kendaraan berupa mobil dan motor
yang merupakan hasil dari TI tersebut.
Daftar Pustaka
Harjono, Yulvianus dan Dewabrata .
Segenggam Pasir Timah, Segunung
Risiko. Hentikan Kerusakan
Lingkungan, di Darat dan Laut
Bangka Belitung Sekarang Juga.
Suyartono, dkk. 2003. Good Mining and
Practice. Jakarta: Studi Nusa.
Undang-undang No.4 tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara.










80 | P a g e

METODELOGI PENULISAN

Pedoman Penulisan
1. Tim Redaksi Intan menerima dan mengumpulkan tulisan/naskah yang berhubungan
dengan bidang Teknik Pertambangan.
2. Tulisan/naskah dapat berupa:
a. Hasil studi pustaka dan penelitian, atau
b. Kajian yang ditambah pemikiran penetapannya pada kasus tertentu, yang belum
dan tidak akan dipublikasikan dalam media cetak lain.
3. Naskah yang ditulis dalam bahasa Indonesia. Naskah menggunakan kertas dengan
ukuran A4, spasi dua, jenis huruf Times New Roman (font size 10,12 dan 14). Naskah
diketik dalam pengolahan kata MS Word.
Format Penulisan:
Sistematik penulisan disusun sebagai berikut:
a. Batas pengetikan: atas, bawah dan kanan (2, 45 cm), kiri (3 cm);
b. Bagian awal: Judul (ditulis menggunakan huruf capital dan bold, serta menggunakan
jenis huruf Times New Roman font size 14, spasi dua), jarak antara judul dengan nama
penulis menggunakan spasi empat, nama penulis (ditulis menggunakan jenis huruf
Times New Roman font size 12, spasi dua), alamat ( ditulis menggunakan jenis huruf
Times New Roman font size 12, spasi dua), jarak antara alamat dengan abstrak
menggunakan spasi empat, abstrak (ditulis menggunakan huruf sentence case, italic
serta jenis huruf Times New Roman font 12, spasi dua);
c. Bagian Utama: Pendahuluan, Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Metodologi Penelitian, Hasil dan Pembahasan dan Kesimpulan, sub paragraf dan
kalimat (ditulis menggunakan jenis huruf Times New Roman font size 12 Bold), dan
paragraf dan kalimat ( ditulis menggunakan jenis huruf Times New Roman font size 12),
dan ditulis format justify dengan dua kolom;
d. Untuk bahasa asing, ditulis dengan huruf miring;
e. Untuk daftar pustaka ditulis dengan memakai sistem nama yang disusun sesuai abjad.


81 | P a g e
























JURUSAN TEKNI K PERTAMBANGAN
UNI VERSI TAS BANGKA BELI TUNG

Anda mungkin juga menyukai