Dampak Keberadaan Kolong Pascatambang di Desa Tempilang
Abdi Fatra Wijaya
Peran Sektor Industri Pertambangan (PT. TIMAH (Persero) Tbk.) Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Ahmad Reza Setiawan
Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang Timah dengan Penanaman Tanaman Kelapa Sawit di Desa Pugul Aleo Saputra
Kerusakan Akibat Pascatambang Timah di Pulau Bangka Azelia Bonnita
Metode Peledakan Tambang Bawah Tanah Dito Baskoro
Perkembangan Penambangan Timah di Kepulauan Bangka Belitung di Daerah Kedimpal Heri Novian
(Inspirasi Anak Tambang) JURUSAN TEKNI K PERTAMBANGAN UNI VERSI TAS BANGKA BELI TUNG No.1 Tahun Pertama Januari 2013 2 | P a g e
(I nspirasi Anak Tambang)
Susunan Personalia
Penanggung Jawab Ketua Program Studi Teknik Pertambangan Pemimpin Redaksi Aleo Saputra Wakil Pemimpin Redaksi Azelia Bonita Sekretaris Heri Novian Bendahara Dito Baskoro Ketua Penyunting Ahmad Reza Setiawan Penyunting Pelaksana Abdi Fatra Wijaya
3 | P a g e
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Jurnal ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Intan (Inspirasi Anak Tambang). Jurnal yang berjudul Intan (Inspirasi Anak Tambang) ini memuat informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ruang lingkup pertambangan. Kami berharap melalui jurnal yang kami buat ini bisa menambah informasi dan pengetahuan tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan pertambangan bagi siapapun yang membaca jurnal ini. Kami menyadari bahwa jurnal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan jurnal ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan jurnal ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Balunijuk, 04 Januari 2013
Tim Penyusun
4 | P a g e
DAFTAR ISI No. 1 Tahun Pertama Januari 2013 J urnal Pertambangan
Judul Jurnal Halaman
Dampak Keberadaan Kolong Pascatambang di Desa Tempilang Abdi Fatra Wijaya 5 - 13
Peran Sektor Industri Pertambangan (PT. TIMAH (Persero) Tbk.) Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Ahmad Reza Setiawan 14 - 30
Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang Timah dengan Penanaman Tanaman Kelapa Sawit di Desa Pugul Aleo Saputra 31 - 39
Kerusakan Akibat Pascatambang Timah di Pulau Bangka Azelia Bonita 40 - 55
Metode Peledakan Tambang Bawah Tanah Dito Baskoro 56 - 71
Perkembangan Penambangan Timah di Kepulauan Bangka Belitung di Daerah Kedimpal Heri Novian 72 - 79
5 | P a g e
DAMPAK KEBERADAAN KOLONG PASCA TAMBANG DI DESA TEMPILANG
Abdi Fatra Wijaya Mahasiswa Semester 1 Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung Kampus Terpadu Balunijuk, Merawang, Kabupaten Bangka abdifatra@gmail.com
Abstrak Pertambangan timah selalu menimbulkan kolong- kolong pasca penambangan timah yang sangat merugikan masyarakat dan lingkungan. Berbagai dampak negatif akibat kolong yang tidak direklamasi menimbulkan kerugian dari sisi kesehatan, lingkungan bahkan wabah penyakit. Dengan berbekal literatur dan tinjauan lapangan secara umum untuk mengetahui adanya kolong-kolong yang tergolong muda dan dibiarkan terbuka menggugah penulis untuk memuat jurnal ini akhirnya tidak ada cara lain kita harus merubah paradigma kolong-kolong yang dibuka harus direklamasi dan dimanfaatkan secara optimal. Kata Kunci: Kolong, Timah, Literatur, Paradigma Pendahuluan Latar Belakang Dewasa ini kegiatan pertambangan terus berlangsung dan cenderung semakin marak di masyarakat. Masyarakat luar daerah pun banyak yang berbondong- bondong datang ke Bangka Belitung untuk mengais rezeki dengan menjadi penambang timah. Regulasi tentang pertambangan timah yang cenderung longgar dan adanya peran oknum pejabat serta belum adanya peraturan pasti tentang penggunaan lahan untuk pertambangan menjadikan kegiatan 6 | P a g e
pertimahan semakin banyak. Akibatnya daerah-daerah yang semestinya tidak diperkenankan untuk ditambang seperti: daerah pemukiman atau daerah penangkapan ikan tetap ada kegiatan pertambangan dilakukan. Timah merupakan hasil bumi dan kekayaan alam Bangka Belitung. Tidak salah setiap masyarakat menikmati hasil bumi tersebut. Hanya saja ada regulasi dan aturan yang harus ditaati agar kegiatan pertambangan timah tidak berlangsung sporadis dan merugikan bagi kehidupan masyarakat terutama bagi anak cucu kelak. Dibalik keuntungan hasil tambang yang besar ternyata tambang menyisakan suatu permasalahan yang berdampak negatif bagi kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan pada setiap kegiatan pertambangan baik didaratan maupun lautan menyisakan kandungan logam berat berbahaya bagi mahluk hidup dan manusia. Logam berat pada dasarnya sudah terdapat di perut bumi. Logam berat muncul ke permukaan bumi salahsatunya diakibatkan oleh proses penyingkapan perut bumi oleh aktivitas tambang manusia. Akibatnya pada daerah daratan, kolong-kolong bekas tambang timah yang digenangi air dipastikan terkandung logam berat pada air tersebut. Begitupula halnya pada daerah perairan laut. Aktivitas tambang di laut mengakibatkan logam berat tersingkap keatas permukaan air laut dan pada perairan laut daerah tambang tersebut dimungkinkan terkandung logam berat. Salah satunya adalah dikawasan Desa Tempilang. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : 1. Apa sajakah dampak negatif kolong pascatambang bagi masyarakat khususnya didesa Tempilang dan pada umumnya di Bangka Belitung? 7 | P a g e
2. Bagaimana cara untuk mengatasi dampak negatifnya? Tujuan Penelitian Jurnal ini kami buat dengan tujuan untuk mengetahui dampak kolong bagi masyarakat dan upaya menanggulangi atau mengatasi dampak negatifnya. Kerangka Teori Pertambangan bagi masyarakat desa Tempilang khususnya dan bangka belitung pada umumnya merupakan sektor yang sangat vital bagi masyarakat. Dari hasil pertambangan inilah mereka memenuhi kebutuhan primer, sekunder bahkan kebutuhan tersier. Banyaknya masyarakat yang dulunya berprofesi sebagai petani, nelayan bahkan karyawan beralih ke profesi penambangan hal ini sangat wajar karena pertambangan menyediakan penghasilan yang sangat besar dengan usaha yang instan. Penambangan yang dilakukan oleh masyarakat secara terus menerus telah membawa perubahan baru yakni lahan pasca penambangan tidak lagi menjadi produktif timbulnya bibit penyakit dan menjamurnya zat-zat kimia yang tergolong logam berat didalam kolong serta timbulnya masalah dengan zat- zat yang bersifat karsiogenik. Maka diperlukanlah kerjasama dan upaya untuk mengatasi permasalahan- permasalahan yang timbul akibat adanya kolong pasca tambang. Mulai dari kegiatan reklamasi dengan tanah penutup, pengaturan dan pemanfaatan kembali kolong bekas tambang yang beasaskan prinsip pertambangan yang baik dan benar. Metodologi Penelitian Metodelogi yang digunakan oleh penulis adalah metode studi pustaka, tinjauan lapangan secara umum. Hasil dan Pembahasan 1. Dampak Negatif Kolong Pasca Tambang Penelitian LIPI dan UBB menemukan bahwa logam Fe, Al, Mn, Zn dan Pb adalah logam berat terbesar yang terdapat di perairan kolong. Butuh waktu puluhan 8 | P a g e
tahun ( >20 tahun), logam berat di air kolong akan hilang secara alami di perairan. Hilangnya logam berat ini dikarenakan logam berat tersebut mengendap di sedimen perairan. Selain itu sedimen perairan dengan usia kolong yang tua mengandung bahan organik dengan gugus fungsi tertentu yang mampu mengikat logam berat dengan ikatan kompleks dan chelate sehingga penggunaan kolong yang berumur tua aman digunakan untuk aktivitas manusia. Permasalahannya adalah ketika kolong yang umurnya masih muda digunakan untuk aktivitasmanusia seperti untuk minum dan kegiatan perikanan/pertanian. Kolong muda mengandung logam berat yang cukup tinggi dan airnya asam. Logam berat pada konsentrasi yang tinggi bila masuk kedalam tubuh manusia akan menyebabkan kematian atau gangguan kesehatan pada manusia. Pada konsentrasi yang tidak terlalu tinggi atau masih dalam ambang batas toleransi tubuh manusia, logam berat akan terakumulasi didalam tubuh. Logam berat merupakan senyawa yang tidak dapat terdegradasi dan memiliki sifat toksik dan karsinogenik. Beberapa literatur menyebutkan bahwa gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh logam berat yaitu menimbulkan penghambatan sintesis hemoglobin, disfungsi pada ginjal, sendi dan sistem reproduksi, sistem kardiovaskular, dan kerusakan akut dan kronis dari Sistem Saraf Pusat (SSP) serta Sistem Saraf Perifer (PNS). Efek lainnya termasuk kerusakan pada saluran pencernaan (GIT) dan saluran kemih, gangguan neurologis, serta kerusakan otak parah dan permanen. Penggunaan air kolong yang berusia muda tanpa ada proses treatment sangat tidak dibenarkan. Hal ini dikarenakan logam berat tersebut akan masuk kedalam tubuh manusia dan terakumulasi di beberapa organ manusia, seperti : hati, ginjal dan usus. Dampak jangka panjang yang timbul adalah penyakit-penyakit 9 | P a g e
yang berhubungan dengan disfungsi organ tubuh manusia, contohnya : stroke. Maka dalam memanfaatkan kolong muda untuk kegiatan manusia perlu ada treatmen-treatmen tertentu agar air kolong terbebas dari bahan pencemar logam berat dan keasaman airnya menjadi rendah. Air di Desa Tempilang yang jumlahnya berlimpah sangat berpotensi untuk dijadikan media bagi budidaya ikan. Namun pemanfaatan air kolong khususnya kolong muda untuk kegiatan perikanan patut mendapat perhatian serius. Termasuk pemanfaatan ikan laut dari hasil penangkapan pada daerah pertambangan laut. Sifat logam berat yang tidak dapat terdegradasi dan mengakumulasi tubuh harus menjadi sebuah pertimbangan. Namun hal penting yang harus ditekankan adalah pada kolong-kolong yang berusia tua (diatas 20 tahun), pemanfaatan air kolong untuk kegiatan rumah tangga ataupun kegiatan perikanan aman dilakukan. Karena logam berat pada kolong tua telah mengendap dan terakumulasi di dasar perairan. Logam berat tersebut terikat pada bahan organik sedimen sehingga di badan/kolom air, jumlah logam berat sangat rendah dan masih berada dibawah ambang batas penggunaan bagi kegiatan rumah tangga dan perikanan. Khusus untuk pemanfaatan bagi kegiatan perikanan, hal mendasar yang harus jadi perhatian adalah spesies ikan yang digunakan pakan utmananya adalah pelet komersial dan tidak mengandalkan plankton sebagai pakan ikan. Karena bagi ikan yang makan plankton bisa jadi pada kolong tua logam berat tersebut masuk kedalam tubuh ikan melalui proses biomagnifikasi (rantai makanan). Melihat besarnya dampak kesehatan dari kegiatan pertambangan ini, maka tidak salah kiranya pemerintah daerah memberikan perhatian serius untuk menangani masalah ini. Hal ini dikarenakan masalah tambang adalah 10 | P a g e
masalah yang menyangkut multi aspek. Beberapa kasus struk atau kasus kesehatan yang berhubungan dengan disfungsi organ di Bangka Belitung yang acapkali terjadi perlu diteliti lebih lanjut apakah terkait dengan limbah logam berat yang memenuhi perairan Bangka Belitung. Untuk itu perlu diadakannya reklamasi sebagai upaya penanggulangan bahaya logam berat dan beragam dampat negatif kolong tambang lainnya. 2. Reklamasi Solusi Atasi Dampak Kolong Reklamasi sebagai usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan kemampuannya (Direktorat Jenderal Rehabilitasi Hutan dan Lahan Departemen Kehutanan, 1997). Kegiatan pertambangan selain memberikan dampak positif bagi peningkatan pendapatan nasional dan devisa Negara, juga telah memberikan dampak negatif berupa penurunan kualitas lingkungan fisik, kimiawi dan biologi. Penambangan batubara dalam skala besar telah menyebabkan perubahan bentang alam dan relief, peningkatan laju erosi tanah, sedimentasi, degradasi kesuburan tanah dan kualitas perairan. Lahan-lahan bekas tambang tersebut cenderung dibiarkan terbuka tanpa adanya upaya restorasi lahan sehingga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Reklamasi merupakan suatu proses perbaikan pada suatu daerah tertentu (lahan bekas tambang) sebagai akibat dari kegiatan penambangan sehingga dapat berfungsi kembali secara optimal. Dalam melaksanakan reklamasi diperlukan perencanaan yang matang agar tepat pada sasaran. Perencanaan reklamasi harus sudah dipersiapkan sebelum kegiatan penambangan Karena telah di atur dalam dokumen lingkungan. Lingkup reklamasi meliputi penatagunaan lahan, pencegahan dan 11 | P a g e
penanggulangan air asam tambang, dan pekerjaan sipil . Dalam reklamasi lahan akibat penambangan harus melihat dari empat aspek, yaitu aspek teknis, ekonomi, sosial/lingkungan, dan kelembagaan. Aspek teknis dapat dilihat dari sifat fisik dan sifat kimia tanah, aspek lingkungan dilihat dari dampak penambangan batubara terhadap sosial masyarakat, aspek ekonomi dari produktivitas lahannya. Sedangkan aspek kelembagaan dilihat dari fungsi dan peran masing- masing institusi dalam pelaksanaan kegiatan reklamasi lahan. a. Pelaksanaan Reklamasi Secara umum yang harus diperhatikan dan dilakukan dalam merehabilitasi/reklamasi lahan bekas tambang yaitu dampak perubahan dari kegiatan pertambangan, pencegahan air asam tambang, pengaturan drainase dan tata guna lahan pasca tambang. Rencana reklamasi lahan meliputi: 1. Pengisian kembali bekas tambang, penebaran tanah pucuk dan penataan kembali lahan bekas tambang serta penataan lahan bagi pertambangan yang kegiatannya tidak dilakukan pengisian kembali 2. Stabilitas jangka panjang, penampungan tailing, kestabilan lereng dan permukaan timbunan, pengendalian erosi dan pengelolaan air 3. Keamanan tambang terbuka, longsoran, pengelolaan B3 dan bahaya radiasi 4. Karakteristik fisik kandungan bahan nutrient dan sifat beracun tailing atau limbah yang dapat berpengaruh terhadap kegiatan reklamasi 5. Pencegahan dan penanggulangan air asam tambang 6. Pemanfaatan lahan pasca tambang Selain itu untuk menghindari atau menekan sekecil mungkin dampak negatif terhadap lingkungan akibat 12 | P a g e
kegiatan penambangan, maka yang perlu diperhatikan lebih lanjut : 1. Lokasi penambangan sedapat mungkin tidak terletak pada daerah resapan atau pada akuifer sehingga tidak akan mengganggu kelestarian air tanah 2. Lokasi penambangan sebaiknya terletak agak jauh dari pemukiman penduduk sehingga suara bising ataupun debu yang timbul akibat kegiatan tidak menganggu penduduk 3. Lokasi penambangan tidak berdekatan dengan mata air penting sehingga tidak menganggu kualitas dan kuantitas mata air tersebut 4. Lokasi penambangan sedapat mungkin tidak terletak pada daerah aliran sungai bagian hulu 5. Lokasi penambangan tidak terletak dikawasan hutan lindung b. Prinsip Dasar Kegiatan Reklamasi 1. Kegiatan reklamasi harus dianggap sebagai kesatuan yang utuh (holistic) dari kegiatan penambangan. 2. Kegiatan reklamasi harus dilakukan sedini mungkin dan tidak harus menunggu proses penambangan secara keseluruhan selesai dilakukan. Reklamasi yang dapat dilakukan pada kolong pasca tambang timah adalah sebagai berikut: a. Mereklamasi kolong air pasca tambang dengan menutupnya dengan tanah penutup (overburden ) kemudian menyuburkan kembali tanah dan memanfaatkannya untuk lahan pertanian ataupun lahan bangunan b. Mensterilkan air asam dan mengendapkan logam berat kemudian kolong air dapat dimanfaatkan menjadi tempat pengembang biakan ikan atau biota air lainnya. Kesimpulan 1. Dampak negatif keberadaan kolong pasca tambang bagi masyarakat beliling antara lain: a. Adanya logam berat yang berpotensi menyebabkan berbagai penyakit akibat akumulasi 13 | P a g e
transgenik yang dapat memicu kerusakan hati, jantung, paru-paru, otak serta berbagai gangguan lainnya b. Adanya air asam dengan kadar yang tinggi pada air kolong memungkinkan terjadinya kerusakan organ, kerusakan tanaman dan hilangnya kesuburan tanah yang terkena air asam tersebut c. Munculnya bibit penyakit seperti nyamuk demam berdarah karena kolong tersebut menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk terutama saat musim penghujan tiba. d. Lahan kolong tersebut tidak produktif dan merusak pemandangan. 2. Untuk mengatasi permasalahan masyarakat beliling sebenarnya dapat dilakukan penanggulangan terhadap dampak negatif kolong pascatambang dengan cara : a. Mereklamasi kolong air pasca tambang dengan menutupnya dengan tanah penutup (overburden). b. Mensterilkan air asam dan mengendapkan logam berat kemudian kolong air dapat dimanfaatkan menjadi tempat pengembang biakan ikan atau biota air lainnya. Daftar Pustaka Hasibuan, Rusli. 2004. good mining practice. Yogyakarta: Dwi Putra. http://www.wikipedia.org (diakses tanggal 25 desember 2012) Sekapurtambang .http://www.duniatamba ng.or.id/riset/rusli/tambang semprot .html (diakses tanggal 24 Desember 2012) Suyartono, dkk. 2003. Good Mining and Practice. Jakarta: Studi Nusa. Undang-undang No.4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Yanis, ahmad. 2005. Reklamasi tambang. Bandung : Ganesha Wiati. 14 | P a g e
PERAN SEKTOR INDUSTRI PERTAMBANGAN (PT. TIMAH (PERSERO) TBK.) TERHADAP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Ahmad Reza Setiawan Mahasiswa Semester 1 Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung Kampus Terpadu Balunijuk, Merawang, Kabupaten Bangka ahmad_reza08@yahoo.com
Abstrak PT. Timah merupakan industri pertambangan timah terbesar di Indonesia yang sebagian besar wilayah operasionalnya terletak di Kepulauan Bangka Belitung, maka sangat dibutuhkan peran dari PT. Timah untuk melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat di sekitar wilayah operasionalnya. Dengan melakukan pengkajian terhadap informasi yang terdapat pada dokumen resmi milik PT. Timah dalam kurun waktu 2 tahun belakangan ini yaitu tahun 2010 dan 2011 bahwa setiap tahunnya PT. Timah sebagai Perusahaan BUMN berkewajiban menjalankan program pemberdayaan masyarakat. Dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat ini PT. Timah melalui unit kerja Corpoorate Social Responsibility (CSR) senantiasa memperhatikan dari tiga aspek yang saling berkaitan, yakni ekonomi, sosial dan lingkungan. Hal ini dibuktikan melalui program-program yang dijalankan oleh CSR PT. Timah yakni pertama, program kemitraan yaitu berupa pemberian pinjaman lunak kepada masyarakat; kedua, program bina lingkungan yaitu berupa pemberian bantuan kepada masyarakat yang berkaitan dengan aspek-aspek yang mendasar dalam hidup masyarakat; ketiga, program bantuan sosial yang merupakan perluasan dari program bina lingkungan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat. 15 | P a g e
Kata Kunci: Timah, Pemberdayaan, Corpoorate Social Responsibility (CSR), Taraf Hidup Pendahuluan Latar Belakang Sektor pertambangan tetap menjadi salah satu sektor utama yang menggerakkan roda perekonomian Indonesia baik di tingkat nasional, Provinsi, maupun daerah tingkat dua. Hal ini dilihat dari kontribusi penerimaan negara yang meningkat setiap tahunnya. Selain itu sektor pertambangan juga menjadi efek dari pertumbuhan sektor lainnya serta menyediakan kesempatan kerja bagi sekitar ribuan tenaga kerja langsung. Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya alam (SDA) yang melimpah dan menjanjikan yakni mineral dan batubara. Indonesia diyakini hanya memiliki cadangan batubara sebesar 0,5 % dari cadangan dunia, namun produksi Indonesia berada pada posisi ke-6 sebagai produsen dengan jumlah produksi mencapai 246 juta ton dan posisi ke-2 sebagai eksportir setelah Australia, memiliki cadangan emas sekitar 2,3 % dari cadangan emas dunia, memiliki cadangan tembaga dunia sekitar 4,1 %, memiliki cadangan timah terbesar ke-5 di dunia sebesar 8,1 % dari cadangan timah dunia, dan masih banyak lagi mineral-mineral yang terkubur di dalam tanah Indonesia. Negara telah menjamin pengelolaan sumber daya alam tersebut sebagaimana termuat dalam Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 yang berbunyi: Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Atas hal tersebut artinya segala sesuatu yang terdapat di dalam bumi Indonesia harus digunakan untuk kesejahteraan sosial karena hal itu merupakan salah satu tujuan atau cita-cita dari kemardekaan Indonesia dan kesejahteraan sosial juga merupakan awal dari pembangunan ekonomi nasional. 16 | P a g e
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 juga ada kaitannya dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara. Pada Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 disebutkan bahwa Mineral dan batubara sebagai sumber daya alam yang tak terbarukan merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat, terdapat pada pasal 4 ayat (1). Dalam pengelolaan pertambangan haruslah sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan pertambangan yang baik dan benar (good mining and practice). Melalui penerapan prosedur pertambangan yang baik ini maka dapat dihindari terjadinya pemborosan sumber daya mineral dan batubara, tercapainya optimalisasi terhadap sumber daya, terlindunginya fungsi-fungsi lingkungan alam dan lingkungan sosial (Suyartono, dkk, 2003:7). Salah satu prinsip dari pengelolaan pertambangan yang baik dan benar (good mining and practice) yaitu mengoptimalisasikan manfaat dari pengelolaan pertambangan tersebut bagi masyarakat. Artinya peningkatan efek ganda dari keberadaan usaha pertambangan yang mengeksploitasi sumber daya alam yang tak terbarukan adalah mutlak harus dilakukan. Hal ini menjadi lebih penting lagi terutama bagi masyarakat sekitar tambang. Program optimalisasi manfaat bagi masyarakat direalisasikan dalam program pengembangan masyarakat seperti pengembangan terhadap sumber daya manusia, pengembangan terhadap pertumbuhan ekonomi, serta pengembangan terhadap sosial budaya dan kesehatan masyarakat. Pengembangan terhadap sumber daya manusia dilakukan dengan memberikan pendidikan terhadap masyarakat sekitar tambang. Pendidikan yang diberikan dapat sangat bervariasi, baik yang 17 | P a g e
berhubungan dengan kegiatan pertambangan maupun yang berhubungan dengan pengembangan ekonomi daerah setempat. Kemudian pengembangan terhadap pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan memberikan berupa bantuan dana, kemitraan dan fasilitas untuk menumbuhkan industri, perdagangan, pariwisata, pertanian, perkebunan dan perikanan serta pembangunan sarana dan prasarana yang diperlukan, seperti pembangunan jalan, jembatan, waduk dan lain-lain. Dan pengembangan terhadap sosial budaya dan kesehatan masyarakat dilakukan dengan pembangunan tempat-tempat ibadah, poliklinik, sarana olahraga serta penciptaan hubungan yang harmonis antara karyawan beserta keluarganya dengan masyarakat asli di sekitar lokasi tambang. Khususnya di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan daerah dengan potensi kandungan bijih timah terbesar di Indonesia bahkan dunia tentunya memberikan keuntungan yang nyata baik bagi negara maupun bagi daerah ini. Hampir sebagian besar luas wilayah kuasa penambangan timah dikuasai oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT.Timah(Persero)tbk. yang mencapai 473.800,06 Ha. Setiap tahunnya PT. Timah selalu berperan penting dalam peningkatan pendapatan daerah melalui pembayaran pajak dan royalti yang mereka lakukan yang tentunya berguna terhadap pembangunan infrastruktur dan ekonomi daerah. PT. Timah juga setiap tahunnya selalu menyiapkan dana yang digunakan untuk melakukan pengembangan dan pemberdayaan terhadap masyarakat di sekitar wilayah operasionalnya yang sebagian besar terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui program-program Corpoorate Social Responsibility (CSR) yang mereka jalankan, karena hal itu merupakan kewajiban bagi perusahaan pertambangan 18 | P a g e
untuk memajukan daerah dan masyarakat di sekitar wilayah tambang. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu Bagaimanakah peran dari PT. Timah dalam upaya melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat di wilayah operasional Perusahaan? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dari PT. Timah dalam upaya melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat di wilayah operasional Perusahaan. Kerangka Teori Sumber daya mineral adalah salah satu aset dimana dengan pemanfaatan melalui industri pertambangan tentunya dapat berperan sebagai development agent dengan memberdayakan kekayaan alam tidur menjadi kekayaan yang dapat mensejahterakan rakyat dengan multiplier effectnya. Pertambangan harus mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan sarana dan infratsruktur, peningkatan pendidikan dan kesehatan, perlindungan lingkungan hingga kontribusi pembangunan ekonomi. Hal ini sebagaimana tercantum dalam pasal 95 Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang pemegang IUP dan IUPK wajib untuk melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat (Prasetyo, 2011, para. 1). Konsep pemberdayaan masyarakat yang dimasukkan kedalam ketentuan UU Pertambangan Mineral dan Batubara, merupakan salah satu upaya untuk menyinergikan kegiatan usaha pertaambangan dengan penciptaan kesejahteraan rakyat, yang merupakan wilayah tugas dan fungsi negara (Sudrajat, 2010:148). Industri pertambangan hampir selalu berada di daerah terpencil, tidak ada manusia yang dapat memaksakan penentuan lokasi tambang. Industri ini dengan segala aktivitasnya lambat laun 19 | P a g e
akan menyebabkan perkembangan daerah, memancing tenaga kerja, dan pertumbuhan penduduk, menyebabkan bergulirnya roda ekonomi di sektor penunjang hingga benar-benar menjadi agen perubahan. Untuk memulai operasi pertambangan tentunya diperlukan banyak izin, mulai dari izin instansi pusat dan daerah (baik dalam bentuk IUP maupun KP daerah) dan perusahaan juga masih memerlukan izin khusus berupa local permitted dari masyarakat lingkar tambang. Hal ini merupakan simbol penerimaan masyarakat atas operasional pertambangan di daerahnya. Ini adalah potret itikad baik atas seluruh stakeholder yang merupakan perwujudan win win solutions dan dapat menjadi awal langkah peningkatan kesejahteraan. Untuk menghubungkan izin khusus dan operasional perusahaan dalam jangka panjang, maka perlu disusun konsep yang dapat mensinergiskan hubungan perusahaan dengan masyarakat. Community Relations adalah salah satu bentuk implementasinya. Community relations atau CR merupakan sarana untuk melakukan konsultasi dan konsolidasi perusahaan dan masyarakat. CR ini juga merupakan salah satu implementasi dariCorporate Sosial Responsibility (CSR). Melalui program-program dari Corporate Sosial Responsibility (CSR)perusahaan pertambangan berkewajiban untuk melakukan pengembangan dan pemberdayaan terhadap masyarakat lingkar tambang.Bentuk program yang dimaksud, misalnya meliputi: 1. Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia; 2. Pengembangan sistem pelayanan kesehatan; 3. Pembinaan dan pengembangan kegiatan dan pertumbuhan ekonomi; 4. Pengembangan wilayah berdimensi jangka panjang, berkesinambungan, dan berkelanjutan; 20 | P a g e
5. Melakukan pola-pola kemitraan. Program-program tersebut, harus berkaitan dan bersinergi satu sama lain. Terlebih untuk wilayah-wilayah yang masih terisolir sebelumnya, sehingga kehadiran perusahaan harus mampu membuka akses keluar, agar pascapenutupan tambang, wilayah itu diharapkan tetap bisa berkembang melalui pengembangan potensi yang lain (Sudrajat, 2010:150). Metodologi Penelitian a. Sumber Data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data- data tersebut diambil dari PT.Timah, dokumen-dokumen perusahaan, buku- buku, Undang-Undang dan media online. b. Analisis Data Analisis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kajian pustaka dan dokumenter dan dianalisis secara kualitatif. Hasil dan Pembahasan Peran PT. Timah Terhadap Pemberdayaan Masyarakat PT.Timah sebagai Perusahaan BUMN memiliki amanat dari negara untuk tidak hanya menghasilkan nilai atau keuntungan ekonomis dari beragam usaha yang dijalankan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan cara memberdayakan perekonomian masyarakat. Komitmen PT.Timah terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitar wilayah operasional dilandaskan pada Keputusan Menteri BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Hal ini merupakan suatu bagian integral dari tanggung jawab sosial diemban oleh PT.Timah sebagai perusahaan milik negara melalui unit kerja Corporate Sosial Responsibility (CSR). Agar dapat melaksanakan fungsi, tugas dan kewenangannya dengan baik, unit kerja CSR didukung Pedoman Pelaksana Program CSR PT. Timah 21 | P a g e
(Persero) Tbk. yang ditetapkan berdasarkan SK No 1141/Tbk/SK- 0000/2009-B1 tertanggal 9 September 2009. Melalui SK ini maka cakupan program CSR diatur lebih spesifik lagi yaitu dalam bentuk Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Ini semua dimaksudkan agar program CSR perusahaan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Kegiatan program CSR dilaksanakan melalui koordinasi dengan pemerintah daerah dalam hal ini dinas-dinas terkait untuk menjalin kemitraan antara BUMN dan masyarakat. Lebih dari itu, PT Timah juga melaksanakan program ini secara komprehensif, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan atas dasar pengakuan terhadap Hak Asasi Manusia, penghormatan atas keanekaragaman serta mengikutsertakan masyarakat secara proaktif. Selain itu PT Timah dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut dengan selalu memperhatikan tiga aspek yang saling berhubungan yaitu aspek ekonomi, aspek lingkungan dan aspek sosial (triple bottom line) sebagai syarat menuju bisnis berkelanjutan sesuai dengan harapan. a. Program Kemitraan Program kemitraan merupakan sebuah bentuk usaha Perusahaan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah operasional Perusahaan. Melalui program kemitraan, PT. Timah membuka peluang seluas-luasnya kepada masyarakat yang mengelola usaha yang berpotensi untuk dikembangkan dengan cara memberikan pinjaman modal melalui bank dan sumber pendanaan lainnya. Pinjaman modal yang diberikan PT. Timah yaitu berupa pinjaman lunak dengan bunga relatif rendah, tanpa agunan, dan proses perolehannya relatif mudah. Program kemitraan dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No. Kep- 236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 22 | P a g e
tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) serta Program Bina Lingkungan (BL), PT Timah telah mensosialisasikan serta merealisasikan program-program tersebut di seluruh wilayah operasinya. Namun, dalam menyalurkan bantuannya PT Timah menganut prinsip kehati-hatian agar program tersebut dapat tepat sasaran. Program Kemitraan yang merupakan salah satu program CSR PT. Timah diberikan kepada masyarakat pengelola usaha kecil dan menengah serta koperasi di sekitar wilayah operasional Perusahaan. Pihak yang menerima penyaluran dana tersebut disebut sebagai Mitra Binaan PT. Timah . Pemberian pinjaman kepada Mitra Binaan ini bertujuan untuk mengembangkan kegiatan usaha dan kondisi perekonomian masyarakat yang lebih merata. Dengan dana pinjaman tersebut Mitra Binaan diharapkan dapat mengembangkan usahanya menjadi lebih mandiri dan dapat membuka lapangan kerja yang lebih luas terhadap masyarakat sekitarnya serta terciptanya pemerataan pembangunan. Dana yang dianggarkan untuk penyaluran melalui Program Kemitraan ini berasal dari beberapa sumber, yang terutama adalah penyisihan sebesar satu hingga tiga persen dari laba setelah pajak yang diperoleh PT. Timah, sesuai dengan yang ditentukan oleh RapatUmum Pemegang Saham. Selain itu, pengembalian pinjaman dari Mitra Binaan, hasil bunga pinjaman, bunga deposito, dan jasa giro juga menjadi sumber pendanaan. Kemandirian ekonomi masyarakat perlahan namun pasti mulai menunjukkan kemajuan. Masyarakat mulai menyadari bahwa kemajuan perekonomian tidak hanya bergantung pada bantuan dan dukungan dari pemerintah saja. Namun, usaha dan kerja keras dari masing-masing individu dibutuhkan agar kemandirian tersebut dapat tercapai. PT Timah 23 | P a g e
menyadari bahwa, masyarakat tidak hanya membutuhkan sokongan materiil namun juga memerlukan pembinaan dan bantuan permodalan. Untuk itu, seiring meningkatnya kinerja perusahaan, maka dana yang disalurkan PT. Timah untuk membantu peningkatkan perekonomian masyarakat dan koperasi juga bertambah setiap tahunnya. Untuk tahun 2010, PT. Timah telah menyediakan dana sebesar Rp 11,2 miliar untuk pembiayaan Program Kemitraan. Dalam pelaksanaannya, PT. Timah berhasil menyalurkan dana sebesar lebih dari Rp 14,75 miliar, atau 132 % dari sasaran awal tahun kepada para Mitra Binaan PT. Timah. Sedangkan pada tahun 2011, PT. Timah telah menganggarkan dana Rp 18 miliar untuk pembiayaan Program Kemitraan tersebut. Dalam pelaksanaannya, PT. Timah berhasil menyalurkan dana sebesar lebih dari Rp 22 miliar, atau 124 % dari sasaran awal tahunnya. Artinya nilai dari penyaluran dana pada tahun 2011 mengalami peningkatan lebih dari 51 % dari total penyaluran dana untuk Program Kemitraan tahun 2010, yaitu Rp 14,75 miliar. Dalam menyebarkan informasi mengenai ketersediaan dana pinjaman tersebut kepada masyarakat, PT. Timah melakukan program sosialisasi mengenai kemudahan dalam memperoleh bantuan dana pinjaman dari perusahaan, termasuk memasang iklan di media cetak, bekerja sama dengan dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta menjangkau pelaku industri kecil hingga tingkat desa. Dana Program Kemitraan sebesar 14,75 miliar pada tahun 2010 disalurkan kepada 594 Mitra Binaan sedangkan pada tahun 2011 Dana sebesar 22,3 miliar disalurkan PT. Timah kepada 711 Mitra Binaan yang tersebar di 12 wilayah di mana perusahaan beroperasi, yang sebagian besar terdapat di wilayah Kepulauan Bangka Belitung. Usaha yang dijalankan oleh Mitra Binaan tersebut sangatlah beragam, mencakup sektor 24 | P a g e
perdagangan, industri, jasa, pertanian, perikanan, dan koperasi. Pencapaian Penyaluran Dana Program Kemitraan Wilayah Rencana Alokasi 2010 (juta Rp) Realisasi 2010 Rencana Alokasi 2011 (juta Rp) Realisasi 2011 Jumlah Mitra Binaan Nilai (juta Rp) Jumlah Mitra Binaan Nilai (juta Rp) Kota Pangkalpinang 2.000 161 4.467 3.060 137 4.874,5 Kabupaten Bangka 1.600 82 2.117,5 1.800 73 2.246,5 Kabupaten Bangka Barat 1.000 20 514,5 1.080 37 1.641 Kabupaten Bangka Tengah 1.200 91 2.218,5 3.240 118 3.946 Kabupaten Bangka Selatan 2.500 164 3.610 4.140 193 5.122,5 Kabupaten Belitung 700 30 645,5 1.440 20 740 Kabupaten Belitung Timur 700 12 285 1.080 39 1.083 Kabupaten Karimun Kundur 500 7 250 1.080 71 2.012 Dabo Singkep 300 13 228 540 11 279,5 DKI Jakarta 270 2 115 90 3 85 Kota Bandung 270 7 177,5 360 8 260 DI Jogjakarta 160 5 124 90 1 6 Total 11.200 594 14.752,5 18.000 711 22.296
Jumlah Mitra Binaan dan Penyaluran Dana per Sektor Usaha No Sektor Usaha Realisasi 2010 Realisasi 2011 Jumlah Mitra Binaan Nilai (juta Rp) Jumlah Mitra Binaan Nilai (juta Rp) 1 Industri 52 1.217 64 2.087,5 2 Perdagangan 438 10.515 527 16.154 3 Pertanian 2 50 2 40 4 Peternakan - - 3 85 5 Perikanan 7 87 3 70 6 Jasa 89 2.453,5 108 3.599,5 7 Sektor Lainnya dan Koperasi 6 430 4 260 25 | P a g e
TOTAL 594 14.752,5 711 22.296
b. Program Bina Lingkungan Program Bina Lingkungan (BL) PT. Timah merupakan bagian dari program CSR Perusahaan. Dalam Program Bina Lingkungan ini umumnya dilakukan dengan memberikan bantuan yang pendanaan berasal dari penyisihan satu hingga tiga persen dari laba yang diperoleh PT. Timah. Bantuan yang diberikan dalam Program Bina Lingkungan ini meliputi bantuan untuk sarana ibadah, kesehatan, pendidikan, pelatihan untuk anak putus sekolah, bantuan untuk anak yatim, bantuan untuk sarana umum, bantuan pelestarian alam dan lain-lain. Kesemuanya ini dilakukan sebagai wujud kepedulian PT. Timah terhadap kesejahteraan dan kebutuhan masyarakat. PT. Timah menyadari bahwa, kemajuan pendidikan dan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang handal menjadi hal utama dalam membangun bangsa. Karena itu, perusahaan melalui Program Bina Lingkungan terus meningkatkan dukungannya terhadap dunia pendidikan. Selain memberikan bantuan untuk pembangunan sarana dan prasarana sekolah, PT. Timah juga memberikan pelatihan kerja bagi pemuda putus sekolah untuk mengikuti pelatihan di bidang pengelasan, permesinan, kelistrikan, industri pewter, dan bidang lainnya yang dirasakan dapat bermanfaat bagi mereka. Setelah menempuh pelatihan dan masa magang di industri yang mereka mulai tekuni, diharapkan mereka dapat mulai mengembangkan kemampuannya sendiri dan berkarir dengan lebih mandiri. Di bidang keagamaan, bantuan Bina Lingkungan (BL) diserahkan dalam bentuk pembangunan sarana dan prasarana ibadah. Pembangunan rumah ibadah menjadi prioritas utama 26 | P a g e
perusahaan karena perusahaan berharap masyarakat dapat khusuk dalam menjalankan ibadahnya. Dalam bidang pelestarian lingkungan, PT. Timah bekerja sama dengan Yayasan Green Babel untuk melaksanakan proyek-proyek percontohan pemberdayaan lahan tidur, reklamasi lahan bekas tambang, dan rehabilitasi lahanlahan yang kritis. Danjuga mulai menjalankan proyek pembuatan kompos dan biogas untuk memanfaatkan bahan- bahan yang umumnya dianggap sebagai limbah. Dalam menyalurkan bantuan Bina Lingkungan (BL), PT. Timah terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat serta melibatkan peran aktif masyarakat. Hal ini dilakukan agar penyaluran dapat merata serta tidak terjadi tumpang tindih sehingga seluruh masyarakat dapat merasakan manfaatnya. Penyaluran Dana Program Bina Lingkungan per Tujuan Penggunaan No. Tujuan Rencana Alokasi 2010 Realisasi 2010 Rencana Alokasi 2011 Rencana Alokasi 2011 1 Bencana Alam/Sosial/BUMN Peduli 150.000.000 1.063.823.500 560.000.000 120.000.000 2 Pendidikan dan Pelatihan 600.000.000 897.868.000 1.680.000.000 1.855.750.000 3 Peningkatan Kesehatan Masyarakat 550.000.000 2.500.000 700.000.000 - 4 Sarana dan Prasarana Umum 950.000.000 443.805.000 8.400.000.000 358.000.000 5 Sarana Ibadah 950.000.000 1.665.343.000 2.100.000.000 3.800.500.000 6 Bantuan Pelestarian Alam 300.000.000 10.000.000 560.000.000 -
Total 3.500.000.000 4.083.339.500 14.000.000.000 6.134.250.000
c. Program Bantuan Sosial Program Bantuan Sosial merupakan perluasan dari Program Bina Lingkungan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam aspek-aspek mendasar dalam hidup, yang meliputi keagamaan, kesehatan, dan kemasyarakatan. Selain itu, Perusahaan juga telah 27 | P a g e
mengalokasikan dana yang siap disalurkan sebagai bantuan dan donasi bagi korban musibah atau bencana alam. Penerima fasilitas ataupun dana dari Program Bantuan Sosial tidaklah diwajibkan untuk mengembalikan bantuan tersebut kepada Perusahaan. Dalam menentukan kalangan masyarakat yang harus dibantu dan bentuk bantuan yang paling tepat untuk diberikan, Perusahaan melakukan survei kebutuhan masyarakat di berbagai wilayah yang dekat dengan lokasi operasional Perusahaan. Mengingat luasnya wilayah Perusahaan dan terbatasnya jumlah sumber daya manusia yang dimiliki Perusahaan, maka PT. Timah telah membentuk Satuan Kerja CSR yang beranggotakan satuan-satuan kerja survei ini yang diadakan oleh satuan-satuan kerja di setiap wilayah operasionalnya. Dengan demikian, aspirasi dari masyarakat di setiap wilayah operasional dapat didengar, ditelaah, dan ditindaklanjuti oleh Satuan Kerja CSR Perusahaan. Selain itu, PT. Timah juga membina hubungan dan koordinasi yang baik dengan Dinas Sosial untuk memperoleh informasi yangdibutuhkan terkait penyaluran dana tersebut. Dana yang dianggarkan untuk penyaluran melalui Program Bantuan Sosial berasal dari penyisihan sebesar satu hingga tiga persen dari laba ditahan tahun sebelumnya. Dana yang tersedia tersebut digunakan secara bijaksana dan bertanggung jawab, serta didasarkan pada asas transparansi dan asas manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat. Pelaksanaan Program Bantuan Sosial secara rutin mencakup perbaikan, pemugaran, dan pembangunan sarana umum, seperti sekolah, masjid, gereja, posyandu, dan jalan. PT. Timah juga menyediakan bantuan mobil kesehatan keliling untuk lebih menjangkau masyarakat tak mampu dan di daerah terpencil yang sulit mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan dan 28 | P a g e
pendidikan. PT. Timah melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan proyek pembuatan MCK, penyediaan fasilitas air bersih, serta perbaikan rumah tidak layak huni dan pembangunan rumah layak huni. Secara berkala, PT. Timah juga melaksanakan program pengobatan massal untuk membantu meringankan beban kesehatan masyarakat yang kurang mampu. Bantuan kesehatan yang diberikan sangat beragam antara lain bantuan pengobatan dan operasi untuk jenis penyakit tertentu, kursi roda dan tongkat, serta layanan pengasapan untuk memberantas nyamuk. Total dana yang diserap untuk pelaksanaan semua kegiatan Program Bantuan Sosial sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan pada tahun 2010 sebesar Rp 24,076 miliar, atau 69,25% dari total dana yang dianggarkan, yaitu Rp 34,767 miliar. Sedangkan pada tahun 2011 total dana yang disalurkan mencapai Rp 31,6 miliar. Jumlah ini mencapai 81% dari total dana yang dianggarkan yaitu Rp 38,9 miliar.
Rincian Penyaluran Dana Rincian Penyaluran Dana Program CSR 2010 per Wilayah Program CSR 2011 per Wilayah No. Wilayah Jumlah (Rp) No. Wilayah Jumlah (Rp) 1 Pangkalpinang 8.590.631.000 1 Pangkalpinang 8.140.590.643 2 Bangka Induk 8.761.218.900 2 Bangka Induk 9.598.201.850 3 Bangka Tengah 646.717.000 3 Bangka Tengah 982.506.000 4 Bangka Barat 718.494.000 4 Bangka Barat 1.437.074.100 5 Bangka Selatan 716.917.850 5 Bangka Selatan 1.581.906.000 6 Belitung 2.291.457.831 6 Belitung 1.226.469.000 7 Belitung Timur 1.333.697.831 7 Belitung Timur 1.315.400.000 8 Karimun & Kundur 896.779.700 8 Karimun & Kundur 2.108.393.000 9 Jabodetabek 120.010.000 9 Jabodetabek 240.000.000 29 | P a g e
Rincian Penyaluran Dana Rincian Penyaluran Dana Program CSR 2010 per Jenis Bantuan Program CSR 2011 per Jenis Bantuan
Kesimpulan Peran PT. Timah terhadap pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah operasional perusahaan dilandaskan pada Keputusan Menteri BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang dijalankan oleh unit kerja Corporate Sosial Responsibility (CSR) PT. Timah. Jumlah 24.075.924.112 10 Singkep 54.000.000
11 Nasional 50.000.000 12 Lintas Wilayah SMU Unggulan 1.200.000.000 Politeknik Manufaktur 3.600.000.000 Pelestarian Alam 69.095.000 Jumlah 31.603.635.593 No. Jenis Bantuan Jumlah (Rp) No. Jenis Bantuan Jumlah (Rp) 1 Sarana Umum 7.626.925.000 1 Sarana dan Prasarana Umum 17.770.688.200 2 Pendidikan dan Pelatihan 6.277.575.400 2 Pendidikan, Pelatihan dan Keagamaan 4.144.656.100 3 Rumah Layak Huni 2.470.574.700 3 Sosial 2.696.146.600 4 Pelestarian Alam 2.427.966.500 4 Pelestarian Alam 69.095.000 5 Sarana Kesehatan 1.577.792.512 5 Kesehatan dan Lingkungan 1.336.899.693 6 Sarana Ibadah 108.000.000 6 SMU Unggulan 1.200.000.000 7 Perlengkapan Nelayan 103.890.000 7 Politeknik Manufaktur 3.600.000.000 8 Industri Usaha Kecil Menengah 3.200.000 8 Pariwisata, Budaya dan Olahraga 786.150.000 9 Politeknik Manufaktur 3.480.000.000 Jumlah 31.603.635.593 Jumlah 24.075.924.112 30 | P a g e
Program-program yang dijalankan oleh CSR PT. Timah adalah pertama, program kemitraan yaitu berupa pemberian pinjaman lunak kepada masyarakat; kedua, program bina lingkungan yaitu berupa pemberian bantuan kepada masyarakat yang berkaitan dengan aspek- aspek yang mendasar dalam hidup masyarakat; ketiga, program bantuan sosial yang merupakan perluasan dari program bina lingkungan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Daftar Pustaka Buku Sudrajat, Nandang. 2010. Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia Menurut Hukum. Yogyakarta: Pustaka Yustisia. Suyartono, dkk. 2003. Good Mining and Practice. Jakarta: Studi Nusa. Dokumen Resmi PT. Timah (Persero) Tbk. 2010. Laporan Tahunan 2010: Meningkatkan Kualitas, Menggapai Kejayaan. Pangkalpinang: PT. Timah (Persero) Tbk. PT. Timah (Persero) Tbk. 2011. Laporan Tahunan 2011: Go Offshore, Go Deeper.Pangkalpinang: PT. Timah (Persero) Tbk. Internet Hariyadi, Benny. 2012. CSR : Kemandirian atau Ketergantungan?. http://www.djmbp.esdm.go.id /modules.php?_act=detail&sub=new s_article&news_id=3354. Diakses 11 desember 2012. Prasetyo, Radyan. 2011. Pertambangan, Lingkungan dan Kesejahteraan (IV). Tersedia:http://radyanprasetyo.blogs pot.com/2011/03/pertambangan- lingkungan dan_10.html. Diakses. 10 Desember 2012. Peraturan Perundang-undangan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Undang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. 31 | P a g e
PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH DENGAN PENANAMAN TANAMAN KELAPA SAWIT DI DESA PUGUL
Aleo Saputra Mahasiswa Semester 1 Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung Kampus Terpadu Balunijuk, Merawang, Kabupaten Bangka aleosaputra@gmail.com
Abstrak Lahan pascatambang timah didominasi oleh hamparan tailing, overburden, dan kolong. Tailing timah mempunyai karakteristik fisika dan kimia tanah yang sangat buruk. Untuk memanfaatkan kembali lahan pasca tambang timah, terutama lahan tailing perlu dilakukan reklamasi dan rehabilitasi. Berbagai aplikasi teknologi telah dan akan dikembangkan untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Sejumlah spesies tumbuhan spesifik lokal, tanaman eksotik seperti akasia, dan tanaman budidaya dikembangkan sebagai tanaman untuk revegatasi lahan pasca tambang timah. Meskipun demikian sampai saat ini belum ada manfaat ekonomis yang secara nyata dirasakan oleh masyarakat dari reklamasi tersebut. Observasi terhadap tanaman kelapa sawit yang telah dilakukan di desa Pugul menunjukkan bahwa tinggi tanaman kelapa sawit cukup baik, dari hasil pengamatan pertumbuhan tersebut dapat diduga bahwa produksi tanaman kelapa sawit juga memberikan harapan yang baik. Dengan demikian tanaman kelapasawit berpotensi dijadikan salah satu tanaman untuk revegetasi lahan bekas tambang timah di desa Pugul. Kata Kunci: Tailing, Overburden, Eksotik, Reklamasi
32 | P a g e
Pendahuluan Latar Belakang Bangka Belitung adalah wilayah yang sudah sangat dikenal di mancanegara karena merupakan salah satu wilayah penghasil timah terbesar didunia. Penambangan timah dibangka belitung sudah memulai operasinya sejak jaman pemerintahan kolonial Belanda. Penghasilan timah yang cukup besar meningkatkan taraf kehidupan masyarakat Bangka Belitung. Namun sangat disayangkan peningkatan taraf hidup tidak disertakan dengan pelestarian lingkungan. Akhir- akhir ini, penambangan inkonvensional (TI) di Pulau Bangka kondisinya sudah sangat memprihatinkan, terlebih pada saat dibukanya izin usaha penambangan oleh Pemerintah Kabupaten Bangka yang pada waktu itu, (sebelum adanya pemekaran kabupaten) guna mengantisipasi terhadap gejolak krisis moneter yang melanda Indonesia tahun 1997-1998. Maraknya kegiatan TI tersebut pada akhirnya tentu saja berdampak pada lingkungan. Sebagai upaya mengantisipasi tingkat kerusakan lingkungan yang semakin parah diperlukan payung hukum yang jelas sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan penambangan. Maka pemerintah Kabupaten Bangka dengan persetujuan DPRD mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya: 1. Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Pertambangan Umum. 2. Peraturan Daerah No. 20 tahun 2001 Tentang Penetapan dan Pengaturan Tatalaksana Perdagangan barang Strategis. 3. Peraturan Daerah No. 21 tahun 2001 Tentang Pajak Pertambangan Umum dan Mineral ikutan Lainnya. Kontribusi sektor pertambangan terhadap kerusakan hutan di Indoensia mencapai 10% dan kini melaju mencapai 2 juta ha per tahun. Di Bangka-Belitung 33 | P a g e
luas lahan bekas pertambangan timah sudah mencapai 400.000 ha yang terdiri dari 65% lahan tandus dan 35% berbentuk telaga-telaga (Sitorus et al. 2008). Reklamasi terhadap lahan bekas tambang timah tersebut telah dilakukan, pada tahun 1992-2008 perusahaan tambang timah telah mereklamasi sekitar 11.000 ha, pada tahun 2008 seluas 2.000 ha dan selanjutnya direncanakan reklamasi dilakukan seluas 1.600 ha per tahun. Selama ini reklamasi lahan bekas tambang dilakukan dengan menanaman tanaman akasia (A. mangium dan A. auriculiformis), gamal dan sengon, tanaman lainnya seperti kelapa, jambu monyet, pisang, pepaya, kacang tanah, sayuran. Budidaya tanaman tersebut dikombinasikan dengan usaha perternakan ayam yang merupakan sumber bahan organik bagi lahan ini. Namun budidaya pertanian di tailing timah sangat intensif dan membutuhkan masukan modal yang besar dan tentu sulit untuk dilaksanakan oleh petani umumnya . Pada dasarnya kegiatan reklamasi harus seimbang dengan pembukaan tambang, tetapi sering reklamasi lahan yang sudah dilakukan, kembali rusak yang disebabkan oleh penambangan ilegal yang dilakukan masyarakat setempat. Hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa hal antara lain hasil penambangan dapat langsung dijual tidak memerlukan waktu yang panjang dan harga menguntungkan, sedangkan tanaman hasil reklamasi belum memberikan nilai ekonomi yang berarti bagi masyarakat. Penanaman tanaman kelapa sawit di lahan bekas tambang dinilai merupakan salah satu alternatif utama untuk mengatasi tidak produktifnya lahan tandus bekas tambang timah tersebut, masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh sisa penambangan dan sekaligus memecahkan masalah perekonomian 34 | P a g e
masyarakat. Beberapa hal kenapa tanaman kelapa sawit berpotensi dikembang di lahan bekas bekas tambang. Pertama, tanaman kelapa sawit termasuk tanaman multiguna (multipurpose tree species, MPTS), mempunyai adaptasi yang tinggi pada lahan-lahan marginal. Kedua, tanaman kelapa sawit adalah tanaman yang melakukan produktivitas dalam setiap bulannya. Sehingga diharapkan dapat membantu kebutuhan masyarakat. Untuk daerah Bangka Belitung tanaman kelapa sawit adalah tanaman baru, namun petani sudah mengenal budidaya tanaman ini walaupun belum menggunakan benih unggul, selain itu tanaman kelapa sawit dapat dikatakan menghasilkan pendapatan hampir tiap bulannya sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga tani. Rumusan Masalah 1. Bagaimana keadaan lahan pascatambang timah ditinjau dari sifat fisik maupun sifat kimianya? 2. Apakah tanaman kelapa sawit cocok untuk dijadikan tanaman pada lahan pascatambang timah? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui keadaan lahan pascatambang timah baik kondisi fisik maupun kimia; 2. Untuk mengetahui apakah tanaman kelapa sawit bisa tumbuh dengan baik pada lahan pascatambang timah. Kerangka Teori Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah perubahan lingkungan. Perubahan kimiawi terutama berdampak terhadap air tanah dan air permukaan, berlanjut secara fisik perubahan morfologi dan topografi lahan. Lebih jauh lagi adalah perubahan iklim mikro yang disebabkan perubahan kecepatan angin, gangguan habitat biologi berupa flora dan fauna, serta penurunan produktivitas tanah dengan akibat menjadi tandus atau gundul. Bahwa tanah bekas tambang timah mempunyai pH yang rendah dengan 35 | P a g e
kandungan N, P dan K yang rendah pula, namun unsur Pb lebih tinggi. Setelah pemberian pupuk organik hasil analisa tanah bekas tambang timah menunjukkan pH meningkat mendekati netral, dengan kandungan N, P dan K yang lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum diberi pupuk organik. Pupuk organik selain berfungsi memperbaiki fisik dan daya menahan air tetapi juga memperbaiki kandungan unsur hara lahan marginal seperti tanah bekas tambang ini, bahwa pemberian bahan organik pada tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah. Penanaman tanaman kelapa sawit di lahan bekas tambang dinilai merupakan salah satu alternatif utama untuk mengatasi tidak produktifnya lahan tandus bekas tambang timah tersebut, masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh sisa penambangan dan sekaligus memecahkan masalah perekonomian masyarakat. Beberapa hal kenapa tanaman kelapa sawit berpotensi dikembang di lahan bekas bekas tambang. Pertama, tanaman kelapa sawit termasuk tanaman multiguna (multipurpose tree species, MPTS), mempunyai adaptasi yang tinggi pada lahan-lahan marginal, seperti di lahan yang berbatu. Kedua, tanaman kelapa sawit adalah tanaman yang melakukan produktivitas dalam setiap bulannya. Sehingga diharapkan dapat membantu kebutuhan masyarakat. Metodologi Penelitian Observasi ini dilakukan di Desa Pugul, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pengamatan dilakukan pada tanaman kelapa sawit yang ditanam disekitar lahan bekas tambang timah, umur 3 tahun ,dengan jarak penanaman 8m. Pembenahan tanah dilakukan dengan pemberian pupuk organik sebanyak 3 kg per pohon. Pemupukan yang dilakukan sesuai dengan rekomendasi pemupukan pada umumnya. Pengamatan meliputi analisa tanah bekas tambang sebelum dan sesudah diberi pupuk organik dengan melihat data-data terdahulu, lingkaran 36 | P a g e
batang dan tinggi batang utama. Data diolah dengan menggunakan tabel aris. Hasil dan Pembahasan 1. Keadaan Lahan Pascatambang Timah Dari hasil analisa tanah terlihat bawah tanah bekas tambang timah mempunyai pH yang rendah dengan kandungan N, P dan K yang rendah pula, namun unsur Pb lebih tinggi. Setelah pemberian pupuk organik hasil analisa tanah bekas tambang timah menunjukkan pH meningkat mendekati netral, dengan kandungan N, P dan K yang lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum diberi pupuk organik. Pupuk organik selain berfungsi memperbaiki fisik dan daya menahan air tetapi juga memperbaiki kandungan unsur hara lahan marginal seperti tanah bekas tambang ini, bahwa pemberian bahan organik pada tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah. Tabel 1. Sifat kimia lahan bekas tambang timah sebelum dan sudah pemberian bahan organik pada penelitian yang dilakukan oleh Balai penelitian tanaman dan tanah kabupaten Bangka Tengah. Pembenahan tanah lahan bekas tambang dapat dilakukan dengan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biotik. Perbaikan fisik dilakukan dengan menambahkan bahan-bahan pembenah tanah seperti bahan organik, mineral dan agens hayati. Bahan organik dapat berasal dari pupuk kandang, sampah atau tanaman air. Bahan pembenah tanah yang berasal dari mineral dapat digunakan No Parameter Sebelum Sesudah 1 PH 5,1 6,4 2 Kadar N Total (%) 0,01 0,03 3 P (ppm) 0.15 2,29 4 K (me %) 0.03 0,27 5 Timbal (Pb) (ppm) 12 10 37 | P a g e
tanah liat atau zeolit, sedangkan agens hayati dapat diperolehdari perakaran tumbuhan pioner yang tumbuh disekitar lahan bekas tambang atau menggunakan pupuk hayati yang sudah banyak beredar. Kelebihan menggunakan pupuk hayati yang berasal dari agens hayati di lokasi penggunaan antara lain bahan pembawanya dapat disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan kemungkinan besar agens hayati yang diperoleh sudah beradaptasi di lingkungan penggunaannya. Sedangkan kelemahan menggunakan pupuk hayati yang beredar saat ini antara lain sebagian besar menggunakan bahan pembawa eolit yang dapat memasamkan tanah sedangkan lahan bekas tambang pHnya memang rendah. Selain itu untuk mendatangkan pupuk hayati dari luar daerah akan memerlukan biaya lebih mahal. Banyak manfaat dari penggunaan pupuk hayati terutama pada tanah yangmengandung pasir tinggi, antara lain dapat meningkatkan kemampuan akar tanaman mengadsorpsi air dan unsur hara sampai pada batas minimum yang tersedia dalam tanah, sehingga tanaman lebih tahan terhadap kekeringan dan efisien dalam memanfaatkan pupuk, dapat menyerap unsur logam berat yang dapat meracuni tanaman. Pupuk hayati mampu menambah jumlah mikroba tanah yang diperlukan oleh akar tanaman, 250 kg pupuk hayati jumlah mikroba yang dihasilkan setara dengan jumlah mikroba yang dihasilkan oleh kompos sebanyak 5 ton dan 2 ton pupuk kandang. Selain itu pupuk hayati dapat menghemat penggunaan pupuk N 50%, P 27% dan K 20%. Arah dari upaya rehabilitasi lahan bekas tambang ditinjau dari aspek teknis adalah upaya untuk mengembalikan kondisi tanah agar stabil dan tidak rawan erosi. Dari aspek ekonomis dan estetika lahan, kondisi tanah diperbaiki agar nilai/potensi ekonomisnya dapat dikembalikan sekurang-kurangnya seperti keadaan semula. Dari aspek ekosistem, 38 | P a g e
upaya pengembalian kondisi ekosistem ke ekosistem semula. Dalam hal ini revegetasi adalah upaya yang dapat dinilai mencakup kepada kepentingan aspek-aspek tersebut. Reklamasi hampir selalu identik dengan revegetasi. Revegetasi adalah usaha atau kegiatan penanaman kembali lahan bekas tambang , tujuan dari revegetasi akan mencakup re-establishment komunitas tumbuhan secara berkelanjutan untuk menahan erosi dan aliran permukaan, perbaikan biodiversitas dan pemulihan estetika lanskap. Pemulihan lanskap secara langsung menguntungkan bagi lingkungan melalui perbaikan habitat hewan, biodiversitas, produktivitas tanah dan kualitas air. 2. Keadaan Tanaman Kelapa Sawit pada Lahan Pascatambang Hasil statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang ditanamdisekitar lahan bekas tambang mempunyai lingkar pangkal batang, dan tinggi batang 250 cm dengan keragaman yang rendah dalam kurun waktu 3 tahun (Tabel 2). Tabel 2. Lilit pangkal batang, pada ketinggian cm dan tinggi cabang tanaman karet umur 3 tahun di daerah bekas tambang timah.
No Lingkaran Pangkal Tinggi Batang (cm) 1 25 250 2 27 250 3 25 270 4 30 300 5 20 230 6 35 320 7 40 300 8 30 270 39 | P a g e
9 25 230 10 30 340
Tanaman kelapa sawit mempunyai adaptasi yang lebih tinggi, penyebaran tanaman kelapa sawit di Indonesia hampir di semua wilayah. Pada pengamatan ini juga menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit mampu beradaptasi di tanah bekas tambang timah di Bangka Belitung dan berpotensi dijadikan tanaman revegetasi pada tanah bekas tambang timah. lahan marjinal merupakan lahan di mana sifat tanah dan lingkungan fisik menjadi faktor pembatas untuk mencapai produktivitas pertanian secara optimal. Salah satu tipe lahan marjinal adalah tekstur tanah yang mengandung fraksi pasir tinggi dan miskin unsur hara. Kesimpulan Dari hasil observasi ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tanaman kelapa sawit yang ditanam di lahan bekas tambang menunjukkan pertumbuhan vegetatif yang cukup baik; 2. Tanaman kelapa sawit dapat dijadikan salah satu tanaman revegetasi pada lahan bekas tambang. Daftar Pustaka Atmojo. S. W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Bambang Eka, Yulius Ferry. 2010. Balai Penelitian Tanaman Dan Tanah. Ferry Yulius., Juniaty Towaha dan Kurnia Dewi Sasmita. 2010. Perbaikan lahan bekas tambang timah: Studi kasus uji media tanah bekas tambang dengan beberapa macam kompos untuk budidaya lada. Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri. Vol. 1 No. 6. 2010. Hal; 295-308. http://www.bangka.co.id (diakses tanggal 11 Desember 2012). 40 | P a g e
KERUSAKAN AKIBAT PASCATAMBANG TIMAH DI PULAU BANGKA
Azelia Bonita Mahasiswa Semester 1 Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung Kampus Terpadu Balunijuk, Merawang, Kabupaten Bangka azellbonita@ymail.com
Abstrak Kerusakan akibat pascatambang timah di Pulau Bangka sudah semakin menjadi jadi. Timah merupakan salah satu bahn galian yang banyak terdapat khusunya di daerah pulau bangka belitung. Timah merupakan salah satu bahan galian yang banyak manfaat nya seperti misal nya untuk bahan baku logam pelapis, solder, cendera mata dan masih banyak lagi yang bisa kita manfaatkan dari timah. Metode dalam penambangan timah meliputi Eksplorasi, Operasional Peenambangan, Pengolahan, Peleburan, Distribusi dan Pemasaran. Data data yang digunakan adalah data sekunder data tersebut diambil dari buku-buku, Web PT. Timah Tbk. Pengambilan data lebih merujuk ke data data yang sudah ada. Berdasarkan data data yang telah ada dalam masalah ini sangat dibutuh kan Reklamasi lahan pasca tambang timah merupakan kewajiban dilaksanakan oleh perusahaan tambang timah sebagai wujud tanggung jawabnya untuk memulihkan kembali lahan yang telah mengalami degradasi akibat operasional tambang. Oleh sebab itu diperlukan program yang terarah dan terpadu yang melibatkan sejumlah pemangku kepentingan baik pemerintah, perusahaan tambang, perguruan tinggi maupun masyarakat dalam rangka memperoleh teknologi tepat guna yang dapat diterapkan dalam melakukan reklamasi dan rehabilitasi lahan pasca tambang. 41 | P a g e
Kata kunci : Pascatambang, Timah, Kerusakan, Reklamasi. Pendahuluan Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber bahan galian. Salah satu wilayah penambangan di tanah air yang cukup terkenal dengan penambangan timah nya adalah Kepulauan Bangka Belitung dalam beberapa tahun terakhir ini ramai dengan kegiatan penambangan ilegal. TI adalah singkatan dari Tambang Inkonvensional. Aktivitas TI yang terus berkembang,karena tidak hanya kegiatannya yang tidak mengindahkan peraturan maupun ketentuan yang berlaku, namun berdampak bagi kerusakan lingkungan di wilayah ini. Dalam waktu yang relatif singkat akibat dari kegiatan TI yang tidak terkendali ini, beberapa sungai dan sumber air yang sebelumnya dapat dimanfaatkan masyarakat telah berubah menjadi keruh, bagaikan kolam susu. Beberapa areal yang dilindungi pemerintah daerah setempat sedikit demi sedikit telah menjadi tempat masyarakat untuk menambang timah. Akibat dari aktivitas penambangan timah menghasilkan kerusakan lingkungan hidup di beberapa tempat di pulau Bangka. Kerusakan yang terjadi sudah sangat mengkhawatirkan sehingga sangat diperlukan perhatian khusus dan tindak lanjut yang serius untuk menangani masalah ini. Kerusakan ini menjadi tugas kita bersama dalam mencari cara yang baik dan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku sehingga kerusakan yang terjadi tidak berkelanjutan. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : 1. Apa saja kah kerusakan pascapertambangan timah di pulau bangka? 42 | P a g e
2. Upaya apa yang harus di lakukan agar kerusakan pascatambang ini tidak berkelanjutan? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui dampak yang akan terjadi akibat pasca pertambangan timah; 2. Untuk mengetahui upaya apa yang harus dilakukan agar kerusakan pascatambang timah ini tidak berkelanjutan. Kerangka Teori Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi mineral dan/atau batubara dan mineral ikutannya. Kegiatan pascatambang, yang selanjutnya disebut pascatambang, adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan. Timah adalah unsur kimia dengan nomor atom 50 dan nomor massa 118,69. Merupakan unsur logam, dengan warna putih keabuan. Timah memiliki titik lebur 231,89 Celcius dan titik didih 2.260 Celcius. Timah banyak berada di pulau Bangka dan Belitung. Biji timah terdapat dalam bentuk kasiterit. Penggunaan timah sendiri sering digunakan untuk membuat campuran atau paduan logam yaitu kuningan, perunggu, campuran timah putih dan timah hitam, patri, logam-logam yang dapat melebur, serta logam untuk lonceng. Logam paduannya digunakan untuk kertas perak, pelapisan 43 | P a g e
pembuatan pipa, pembuatan alat minum, dan pematrian. Lambang kimia untuk timah adalah Sn. Proses penambangan timah terdiri dari beberapa tahapan yang dilakukan secara menyeluruh, hal ini oleh PT. TIMAH di sebut dengan Penambangan Timah Terpadu. 1. EKSPLORASI (exploration) Eksplorasi merupakan kegiatan kajian dan analisa sistematis guna mengetahui seberapa besar cadangan biji timah yang terkandung. Didalam operasional kegiatan eksplorasi melibatkan beberapa komponen seperti surveyor (pemetaan awal), sumur bor/small bore (mengambil sample timah dengan teknik bor tanah), lab analisis, hingga pemetaan akhir geologis (geological map). Proses eksplorasi sangat menentukan berjalannya suatu proses penambangan timah. Karena dari tahap inilah muncul DATA PETA GEOLOGIS secara lengkap sebagai panduan utama dalam kebijakan penambangan timah. Sehingga proses selanjutnya dapat ditempuh dengan berbagai analisa operasional yang baik, termasuk rencana anggaran dan sebagainya. 2. OPERASIONAL PENAMBANGAN ( mining ) Didalam proses penambangan timah dikenal 2 jenis penambangan yang dikenal di Bangka Belitung. a. Penambangan Lepas Pantai Pada kegiatan penambangan lepas pantai, perusahaan mengoperasikan armada kapal keruk untuk operasi produksi di daerah lepas pantai (off shore). Armada kapal keruk mempunyai kapasitas mangkok (bucket) mulai dari ukuran 7 cuft sampai dengan 24 cuft. Kapal keruk dapat beroperasi mulai dari kedalaman 15 meter sampai 50 meter di bawah permukaan laut dan mampu menggali lebih dari 3,5 juta meter kubik material setiap bulan. Setiap kapal keruk dioperasikan oleh karyawan yang berjumlah lebih dari 100 karyawan yang waktu bekerjanya terbagi atas 3 44 | P a g e
kelompok dalam 24 jam sepanjang tahun. Hasil produksi bijih timah dari kapal keruk diproses di instalasi pencucian untuk mendapatkan kadar minimal 30% Sn dan diangkut dengan kapal tongkang untuk dibawa ke Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT) untuk dipisahkan dari mineral ikutan lainnya selain bijih timah dan ditingkatkan kadarnya hingga mencapai persyaratan peleburan yaitu minimal 70-72% Sn. b. Penambangan Darat Penambangan darat dilakukan di wilayah daratan pulau Bangka Belitung, tentunya system operasional yang digunakan tidaklah sama seperti pada wilayah lepas pantai. Proses penambangan timah alluvial menggunakan pompa semprot (gravel pump). Setiap kontraktor atau mitra usaha melakukan kegiatan penambangan berdasarkan perencanaan yang diberikan oleh perusahaan dengan memberikan peta cadangan yang telah dilakukan pemboran untuk mengetahui kekayaan dari cadangan tersebut dan mengarahkan agar sesuai dengan pedoman atau prosedur pengelolaan lingkungan hidup dan keselamatan kerja di lapangan. Hasil produksi dari mitra usaha dibeli oleh perusahaan sesuai harga yang telah disepakati dalam Surat Perjanjian Kerja Sama. Pada daerah tertentu, penambangan timah darat menghasilkan wilayah sungai besar yang disebut dengan kolong/danau. Kolong/danau itulah merupakan inti utama cara kerja penambangan darat, karena pola kerja penambangan darat sangat tergantung pada pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air dalam jumlah besar. Sehingga bila kita lihat dari udara, penambangan timah darat selalu menimbulkan genangan ari dalam jumlah besar seperti danau dan tampak berlobang-lobang besar. Produksi penambangan darat yang berada di wilayah Kuasa Pertambangan (KP) perusahaan dilaksanakan oleh kontraktor swasta yang merupakan mitra 45 | P a g e
usaha dibawah kendali perusahaan. Hampir 80% dari total produksi perusahaan berasal dari penambangan di darat mulai dari Tambang Skala Kecil berkapasitas 20 m3/jam sampai dengan Tambang Besar berkapasitas 100 m3/jam. Produksi penambangan timah menghasilkan bijih pasir timah dengan kadar tertentu. 3. PENGOLAHAN (smelting) Untuk meningkatkan kadar bijih timah atau konsentrat yang berkadar rendah, bijih timah tersebut diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah (Washing Plant). Melalui proses tersebut bijih timah dapat ditingkatkan kadar (grade) Sn-nya dari 20 30% Sn menjadi 72 % Sn untuk memenuhi persyaratan peleburan. Proses peningkatan kadar bijih timah yang berasal dari penambangan di laut maupun di darat diperlukan untuk mendapatkan produk akhir berupa logam timah berkualitas dengan kadar Sn yang tinggi dengan kandungan pengotor (impurities) yang rendah. 4. PELEBURAN (refining) Proses peleburan merupakan proses melebur bijih timah menjadi logam Timah. Untuk mendapatkan logam timah dengan kualitas yang lebih tinggi, maka harus dilakukan proses pemurnian terlebih dahulu dengan menggunakan suatu alat pemurnian yang disebut crystallizer. Produk yang dihasilkan berupa logam timah dalam bentuk balok atau batangan dengan skala berat antara 16 kg sampai dengan 26 kg per batang. Produk yang dihasilkan juga dapat dibentuk sesuai permintaan pelanggan (customize) dan mempunyai merek dagang yang terdaftar di London Metal Exchange (LME). 5. DISTRIBUSI DAN PEMASARAN (marketing) Kegiatan pemasaran mencakup kegiatan penjualan dan pendistribusian logam timah.Pendistribusian logam timah hampir 95% dilaksanakan untuk memenuhi pasar di luar negeri atau ekspor dan sebesar 5% untuk memenuhi 46 | P a g e
pasar domestik. Negara tujuan ekspor logam Timah antara lain adalah wilayah Asia Pasifik yang meliputi Jepang, Korea, Taiwan, Cina dan Singapura, wilayah Eropa meliputi Inggris, Belanda, Perancis, Spanyol dan Italia serta Amerika dan Kanada. Pendistribusian dilaksanakan melalui pelabuhan di Singapura untuk ekspor sedangkan untuk domestik dilaksanakan secara langsung dan melalui gudang di Jakarta. Tipe pembeli logam timah dapat dikelompokkan atas pengguna langsung (end user) seperti pabrik atau industri solder serta industri pelat timah serta pedagang besar (trader). Produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang telah diterima oleh pasar internasional dan terdaftar dalam pasar bursa logam di London (London Metal Exchange). Kualitas setiap produk yang dihasilkan oleh perusahaan dijamin dengan sertifikat produk (weight and analysis certificate) yang berstandar internasional dan berpedoman kepada standar produk yang ditetapkan oleh London Metal Exchange (LME) sehingga dapat diperdagangkan sebagai komoditi di pasar bursa logam. Jenis-jenis produk yang diproduksi oleh PT Tambang Timah dibedakan atas kualitas dan bentuknya. A. Berdasarkan kualitas produk dapat dibedakan atas: Banka Tin (kadar Sn 99.9%) Mentok Tin (kadar Sn 99,85%) Banka Low Lead (Banka LL) terdiri atas Banka LL100ppm, Banka LL50ppm, Banka LL40ppm, Banka LL80ppm, Banka LL200ppm Tin Alloy, dalam bentuk babbit (kadar Sn 80-88 %) dan Pewter (kadar Sn 91- 95 %) Tin Solder, produk solder (info lebih lanjut dapat dilihat di situs resmi PT.TIMAH.) B. Berdasarkan bentuk dapat dibedakan atas: Banka Small Ingot Banka Tin Shot 47 | P a g e
Banka Pyramid Banka Anoda Manfaat Timah dan Kegunaan Timah: Banyak sekali Kegunaan Timah dan manfaat timah terutama untuk bahan baku logam pelapis, solder, cendera mata, Dan Yang Lainya. Timah abu-abu memiliki sedikit kegunaan. Timah dapat dipoles sangat licin dan digunakan untuk menyelimuti logam lain untuk mencegah korosi dan aksi kimia. Lapisan tipis timah pada baja digunakan untuk membuat makanan tahan lama. Campuran logam timah sangat penting. Solder lunak, perunggu, logam babbit, logam bel, logam putih, campuran logam bentukan dan perunggu fosfor adalah beberapa campuran logam yang mengandung timah. Garam timah yang disemprotkan pada gelas digunakan untuk membuat lapisan konduktor listrik. Aplikasi ini telah dipakai untuk kaca mobil yang tahan beku. Kebanyakan kaca jendela sekarang ini dibuat dengan mengapungkan gelas cair di dalam timah cair untuk membentuk permukaan datar (proses Pilkington). Baru-baru ini, campuran logam kristal timah-niobium menjadi superkonduktor pada suhu sangat rendah, menjadikannya sebagai bahan konstruksi magnet superkonduktif yang menjanjikan. Magnet tersebut, yang terbuat oleh kawat timah-niobium memiliki berat hanya beberapa kilogram tetapi dengan baterai yang kecil dapat memproduksi medan magnet hampir sama dengan kekuatan 100 ton elektromagnet yang dijalankan dengan sumber listrik yang besar. Berikut Ciri Ciri Fisik Timah: 1. Keadaan benda : Padat 2. Titik lebur : 505.08 K (449.47 °F) 3. Titik didih : 2875 K (4716 °F) 4. Volume molar : 16.29 ×10-6 m3/mol 5. Kalor penguapan : 295.8 kJ/mol 6. Kalor peleburan : 7.029 kJ/mol 7. Tekanan uap : 5.78 E-21 Pa at 505 K 48 | P a g e
8. Kecepatan suara : 2500 m/s pada 293.15 K Berikut Properti Atomik: 1. Bobot atom : 118.710 sma 2. Jari-jari atom : 145 (145) pm 3. Jari-jari kovalen : 141 pm 4. Jari-jari van der Waals : 217 pm 5. Konfigurasi elektron : (Kr)4d10 5s2 5p2 6. Elektron per tingkat energi : 2, 8, 18, 18, 4 7. Bilangan oksidasi (Oksida) : 4,2 (amfoter) 8. Struktur kristal : Tetragonal Metode Penelitian a. Sumber data Data data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut diambil dari buku-buku , Web PT. Timah Tbk. b. Analisis data Analisis data yang digunakan dari kajian pustaka yang sudah ada. Data data yang ada lebih merujuk dari data yang sudah ada. Hasil dan Pembahasan 1. Kerusakan Akibat Pascatambang Timah di Pulau Bangka a. Lubang Tambang Sebagian besar pertambangan mineral di Indonesia dilakukan dengan cara terbuka. Ketika selesai beroperasi, perusahaan meninggalkan lubang-lubang raksasa di bekas areal pertambangannya. Lubang-lubang itu berpotensi menimbulkan dampak lingkungan jangka panjang, terutama berkaitan dengan kualitas dan kuantitas air. Air lubang tambang mengandung berbagai logam berat yang dapat merembes ke sistem air tanah dan dapat mencemari air tanah sekitar. Potensi bahaya akibat rembesan ke dalam air tanah seringkali tidak terpantau akibat lemahnya sistem pemantauan perusahaan-perusahaan pertambangan tersebut. Di pulau Bangka dan Belitung banyak di jumpai lubang- lubang bekas galian tambang timah (kolong) yang berisi air bersifat asam dan sangat berbahaya. Secara kuantitas di 49 | P a g e
kepulaun bangka jumlah kolong ada 544 kolong dengan luas 1.035,51 ha . Dari jumlah tersebut sebagian besar terkonsentrasi di kecematan Belinyu dan Riau silip sejumlah 125 kolong ( 202,2 ha) dan sisa nya 83 kolong (134,11 ha ) terdapat di kecamatan Sungailiat dan Pemali. Kondisi dan luas lahan bekas penambangan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2006.
NO WILAYAH PRODUKSI Lahan Reklamasi Tambang Inkonvensional Kolong Revegetasi SUDAH BELUM SUDAH BELUM SUDAH BELUM SUDAH BELUM 1 Bangka Tengah (Sungailiat dan Belinyu) 1.621,5 418,00 90,5 1.953 1.243 296 1621,5 418,00 2 Bangka Selatan (Toboali, Koba dan Sungai Selan 686,02 39,66 350 1400 471,26 296 686,02 39,66 3 Bangka Barat (Muntok, Jebus dan Tempilang) 718,5 115,5 127,5 871 118,08 130 718,5 115,5 50 | P a g e
4 Belitung (Belitung dan Belitung Timur) 1.528,7 185,21 195 782 677,14 343 1.528,7 185,21 5 PT. Koba Tin (Koba dan Payung) 3.363 1.942 245 1.243 2.925,2 104 3.364 1.942 JUMLAH 6.683,27 2.700,37 1.008 6.259 4.637,85 991 7.918,72 2.700,37 Sumber: Bapedalda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2007. b. Air Asam Tambang Air asam tambang mengandung logam-logam berat berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dalam jangka panjang. Ketika air asam tambang sudah terbentuk maka akan sangat sulit untuk menghentikannya karena sifat alamiah dari reaksi yang terjadi pada batuan. Air asam tambang baru terbentuk bertahun-tahun kemudian sehingga perusahaan pertambangan yang tidak melakukan monitoring jangka panjang bisa salah menganggap bahwa batuan limbahnya tidak menimbulkan air asam tambang. Air asam tambang berpotensi mencemari air permukaan dan air tanah. Reaksi tanah tailing tergolong sangat masam sampai masam dengan kisaran pH 2,7 sampai pH 4,75, sedangkan hasil penelitian Pusat Penelitian Bioteknologi Hutan dan Lingkungan IPB (2002), pH berkisar 4,7-5,6. Kandungan bahan organik di sandy tailing dan overburden tergolong sangat rendah sedangkan pada humic tailing relatif lebih tinggi dan tergolong sedang. c. Tailing Tailing dihasilkan dari operasi pertambangan dalam jumlah yang sangat besar. Sekitar 97 persen dari bijih yang diolah oleh pabrik pengolahan bijih akan berakhir sebagai tailing. Tailing mengandung logam-logam berat dalam kadar yang cukup mengkhawatirkan, 51 | P a g e
seperti tembaga, timbal atau timah hitam, merkuri, seng, dan arsen. Tailing pasir (sandy tailing) sangat didominasi oleh fraksi pasir (lebih dari 90%) dan termasuk kelastekstur pasir. Sementara tailing humat (humic tailing) fraksi pasir dan debu lebih mendominasi sehingga kelas tekstur tergolong lempung. Pada lahan overburden, kandungan pasir relatif lebih rendah dibandingkan sandy tailing dan kandungan debu dan liat lebih tinggi sehingga termasuk tekstur pasir berlempung. Hasil analisis tailing di lahan bekas tambang timah PT. Koba Tin di Bemban Kabupaten Bangka Tengah menunjukkan kandungan fraksi pasir sangat tinggi (88-96%) (Pusat Penelitian Bioteknologi Hutan dan Lingkungan IPB, 2002). Ketika masuk kedalam tubuh makhluk hidup logam-logam berat tersebut akan terakumulasi di dalam jaringan tubuh dan dapat menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan. Q2 Akibat aktifitas liar ini, banyak program kehutanan dan pertanian tidak berjalan, karena tidak jelasnya alokasi atau penetapan wilayah TI. Aktivitas TI juga mengakibatkan pencemaran air permukaan dan perairan umum. Lahan menjadi tandus, kolong-kolong (lubang eks-tambang) tidak terawat, tidak adanya upaya reklamasi/ rehabilitasi pada lahan eks-tambang, terjadi abrasi pantai dan kerusakan cagar alam, yang untuk memulihkannya perlu waktu setidaknya 150 tahun secara suksesi alami. d. Kerusakan Lingkungan Abiotik Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan TI di Pulau Bangka telah memacu pertumbuhan ekonomi yang pesat. Namun, bukan hanya pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan TI. Aktivitas pertambangan yang dilakukan secara sporadis dan massal itu juga mengakibatkan kerusakan lingkungan yang dahsyat. Sebagian besar penambang menggunakan peralatan besar sehingga dengan mudah mencabik-cabik permukaan tanah. Sisa pembuangan tanah dari TI menyebabkan pendangkalan 52 | P a g e
sungai. Lumpur-lumpur tanah dari TI dan TR telah membuat hampir seluruh aliran sungai di Kecamatan Belinyu menjadi berwarna coklat muda dan keruh. e. Kerusakan Lingkungan Biotik Penambangan timah inkonvensional di Kecamatan Belinyu kini masih terus berlangsung, termasuk di kawasan hutan lindung. Salah satunya adalah di kawasan hutan lindung Gunung Pelawan. Penambang secara sembunyi-sembunyi tetap menambang timah di kawasan terlarang tersebut. TI juga merusak daerah aliran sungai, kawasan sempadan pantai, hutan lindung, dan hutan produksi. Lubang-lubang bekas penambangan tandus karena tidak direklamasi. Perusakan hutan karena tambang membuat banyak wilayah kekeringan hebat pada musim kemarau. Jika dilihat dari udara sebelum mendarat di Bandara Depati Amir, wajah bumi Bangka Belitung dipenuhi kawah dan lubang menganga. Lubang-lubang itu terisi air hujan dan menjadi tempat subur perkembangan nyamuk anofeles. Akibatnya, penularan penyakit malaria di Pulau Bangka cukup tinggi. Pertambangan timah Bangka Belitung yang dikelola PT Timah telah berkontribusi bagi perekonomian negara, baik menyumbang devisa negara serta menjadi penggerak perekonomian di wilayah Bangka Belitung. Pendapatan PT Timah pada 2007, seperti disebutkan sebelumnya, mencapai Rp. 8, 626 triliun dan pada 2008 mencapai Rp. 9, 053 triliun. Namun, pertambangan timah Bangka Belitung juga telah mengabaikan pengelolaan lingkungan hingga menimbulkan dampak kerusakan ekosistem. Perlahan kondisi lingkungan provinsi pemasok 40 persen timah dunia ini mengalami kehancuran. Tambang timah ilegal pun telah membuat bumi Bangka Belitung tercabik-cabikyang menyebabkan flora dan fauna berada di ambang kepunahan. 53 | P a g e
2. Upaya yang Harus Dilakukan Agar Kerusakan Pascatambang Tidak Berkelanjutan a. Penggunaan Bahan Organik untuk Reklamasi Pada tahap awal kegiatan reklamasi lahan di lapangan awal, perlu dilakukan rekonstuksi lahan dan manajemen top soil. Pada kegiatan ini, lahan yang masih belum rata harus terlebih dahulu ditata dengan penimbunan kembali (backfilling) dengan memperhatikan jenis dan asal bahan urugan, ketebalan dan ada tidaknya sistem aliran air (drainase) yang kemungkinan terganggu (Rahmawaty, 2002). Pengembalian lapisan top soil yang relatif subur dengan cara menghamparkan dan meratakannya diatas overburden atau tailing pasir (Jasper, 2002). Amandemen tanah (soil amandment) dilakukan untuk memperbaiki karakteristik sifat fisik dan kimia lahan tailing. Ang (1994) mengemukakan apabila suksesi secara alami pada tailing pasir timah tanpa adanya campur tangan manusia akan membutuhkan waktu yang lama. Sejumlah bahan organik telah dicobakan di lahan pascatambang timah untuk memperoleh jenis dan dosis yang tepat. Komposisi media terbaik yaitu 50% tailing, 30% overburden dan 20% kompos. Jenis bahan organik yang lazim digunakan untuk reklamasi lahan pasca tambang timah adalah pupuk kotoran ternak seperti kotoran sapi dan ayam. Kotoran ternak dikomposkan bersama- sama dengan seresah dengan menggunakan aktivator untuk mempercepat pelapukan. b. Tataguna Lahan Pascatambang Timah Lahan-lahan pascatambang timah yang banyak tersebar di Pulau Bangka perlu ditata agar dapatberfungsi secara ekologi dan estetika. Lahan bekas tambang tidak selalu dikembalikan ke peruntukansemula, tergantung pada penetapan tataguna lahan di wilayah tersebut. Untuk lahan-lahan yang berada 54 | P a g e
didalam kawasan hutan maka reklamasi diarahkan untuk mengembalikan lahan tersebut sampai mendekatikondisi hutan sebelum ditambang, kecuali ada pelepasan hutan untuk peruntukan lain. Sementara lahanlahandi luar kawasan hutan, dapat diarahkan untuk lahan perkebunan, pertanian tanaman pangan, hortikultura ataupun penggunaan non pertanian. Perkembangan sutau wilayah menghendaki ketersediaanlahan yang baru yang dapat dipergunakan untuk pengembangan pemukiman atau kota. Kesimpulan 1. Penambangan timah di Pulau Bangka, termasuk di Kabupaten Bangka Barat telah menyebabkan terjadi kerusakan lahan sehingga menghasilkan lahan kritis berupa lahan tailing yang mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia tanah serta iklim mikro yang jelek dan tidak sesuai untuk budidaya tanaman. Reklamasi lahan pasca tambang timah merupakan kewajiban dilaksanakan oleh perusahaan tambang timah sebagai wujud tanggung jawabnya untuk memulihkan kembali lahan yang telah mengalami degradasi akibat operasional tambang. 2. Untuk memperbaiki sifat tailing pasca tambang timah agar dapat direvegetasi dan dimanfaatkan untuk keperluan budidaya tanaman telah dilakukan sejumlah penelitian terutama penggunaan bahan-bahan organik yang tersedia secara lokal dengan biaya yang relatif murah. Revegetasi lahan bekas tambang timah perlu menggunakan spesies-spesies yang bermanfaat secara ekologi dan ekonomi, terutama bagi masyarakat tambang. Oleh sebab itu diperlukan program yang terarah dan terpadu yang melibatkan sejumlah pemangku kepentingan baik pemerintah, perusahaan tambang, perguruan tinggi maupun masyarakat dalam rangka memperoleh teknologi tepat guna yang dapat diterapkan dalam 55 | P a g e
melakukan reklamasi dan rehabilitasi lahan pasca tambang. Daftar Pustaka Buku Bahan Presentasi Bapedalda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2007. Kondisi kerusakan lingkungan hidup di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pangkalpinang:Bapedalda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Suryatono, dkk.2003. Good Mining Pratice. Jakarta : Studi Nusa. Internet http://www.bang- is.web.id/2012/10/proses- penambangan-timah-di-bangka.html http://www.jejakbocah.com/2012/10/man faat-timah-dan-kegunaan-timah.html http://info- pertambangan.blogspot.com/2012/10/ pengertian-pertambangan.html Peraturan Perundang-undangan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Undang-undang No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
56 | P a g e
METODE PELADAKAN TAMBANG BAWAH TANAH
Dito Baskoro Mahasiswa Semester 1 Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung Kampus Terpadu Balunijuk, Merawang, Kabupaten Bangka Dito_baskoro46@gmail.com
Abstrak Pada proses penambangan bawah tanah terdapat bermacam-macam cara untuk membuat lubang bukaan atau terowongan. Salah satunya adalah dengan cara peledakan. Peledakan pada pembuatan terowongan adalah pekerjaan melepas dan memecah batuan dengan menggunakan bahan peledak sehingga didapatkan bentuk yang diinginkan dengan ukuran material yang mudah diangkut dan dibuang dengan peralatan yang tersedia. Peledakan pada tambang bawah tanah berbeda dengan peledakan pada tembang terbuka, perbedaannya yaitu pada peledakan tambang terbuka dilakukan dengan dua atau lebih arah bidang bebas sedangkan pada peledakan tambang bawah tanah hanya mempunyai satu arah bidang bebas. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam peledakan tambang bawah tanah yaitu: Pemilihan bahan peledak Metode dan teknik yang digunakan Pengendalian peledak terkait dengan keselamatan dan kondisi lingkungan Asap dan uap hasil peledakan yang mengandung gas-gas berbahaya Mengingat dalam proses peledakan tambang bawah tanah membutuhkan biaya yang besar dan resiko keselamatan kerja dan lingkungan yang tinggi, maka hendaknya proses 57 | P a g e
peledakan peledakan dilakukan dengan efektif dan seefisien mungkin dengan memperhatikan keselamatan kerja dan lingkungan. Kata Kunci: terowongan, Peledakan, material, efektif. Pendahuluan Latar belakang Pada proses penambangan bawah tanah terdapat bermacam-macam cara untuk membuat lubang bukaan atau terowongan. Salah satunya adalah dengan cara peledakan. Peledakan pada pembuatan terowongan adalah pekerjaan melepas dan memecah batuan dengan menggunakan bahan peledak sehingga didapatkan bentuk yang diinginkan dengan ukuran material yang mudah diangkut dan dibuang dengan peralatan yang tersedia atau peledakan pada proses penambangan pada tambang bawah tanah dilakukan untuk melepaskan bijih dari batuan induknya ataupun untuk memperkecil ukurannya untuk memudahkan pengangkutan kepermukaan. Peledakan pada tambang bawah tanah berbeda dengan peledakan pada tembang terbuka, perbedaannya yaitu pada peledakan tambang terbuka dilakukan dengan dua atau lebih arah bidang bebas sedangkan pada peledakan tambang bawah tanah hanya mempunyai satu arah bidang bebas. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam peledakan tambang bawah tanah yaitu: Pemilihan bahan peledak Metode dan teknik yang digunakan Pengendalian peledak terkait dengan keselamatan dan kondisi lingkungan Asap dan uap hasil peledakan yang mengandung gas-gas berbahaya Mengingat dalam proses peledakan tambang bawah tanah membutuhkan biaya yang besar dan resiko keselamatan kerja dan lingkingan yang tinggi, maka hendaknya proses peledakan peledakan dilakukan dengan efektif dan seefisien 58 | P a g e
mungkin dengan memperhatikan keselamatan kerja dan lingkungan. Dalam penulisan jurnal ini saya mengutamakan kosentrasi pada metode peledakan pada terowongan secara umum, pemilihan bahan peledak dan pengendalian bahan peledak hubungannya dengan kesehatan dan keselamatan kerja. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : 1. Hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam proses peledakan? 2. Seperti apa bahan peledak explosive itu? 3. Bagaimana efisiensi peledakan? 4. Bagaimana sistem kemajuan pembuatan terowongan? 5. Bagaimana tujuan primer blasting? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam proses peledakan; 2. Mengetetahi bahan peledak itu seperti apa; 3. Mengetahui efisiensi peledakan; 4. Mengetahui sistem kemajaun pembuatan terowongan; 5. Mengetahui tujuan primer blasting. Kerangka Teori Patut disadari bahwa perkembangan teknik peledakan saat ini berjalan dengan sangat cepat, perkembangan bahwa peledak mulai dari black powder, nitrogiseria, ammonium nitrat, yang dicampur dengan fuel oil sampai kepada wather gel explosive. Ssstem inisiasi penyelaan yang tradisional yaitu metode cap and face telah banyak diganti dengan system yang lebih aman dan fleksibel dari system elektrik dan non elektrik yang memakai sitem tunda (the like). Sedangkan pemilihan didalam proses peledakan ada dua unsure utama yaitu batuan dan bahan peledak unsure utama tersebut akan terlihat juga unsure-unsur 59 | P a g e
penunjang seperti manusia, metode, pelengkap, dan peraltan peledakan serta biaya, semua unsure yang terlihat akan dibahas secara umum alam 9 pokok bahasan kaitannya dengan unsure lain pokok bahasan yang akan diberi secara berturut-turut batuan bahan peledak, pelengkap, dan pemboran, penyambungan dan penambangan, prinsip mekanisme peledakan, teknik peledakan, dan ekonomi peledakan. 1. Batuan a. Macam-macam batuan Dalam peledakan terlihat 2 unsur utama yang memegang peranan penting yaitu : Batuan atau material yang akan diledakkan Bahan peledak dan peralatan yang akan digunakan disamping unsure manusia khususnya, sehingga untuk memilih metode peledakan yang tepat diperlukan pengetahuan yang baik terutama kedua unsure tersebut berdasarkan mineral pembentuknya batuan secara konvensional dapat dibagi menjadi : batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf. Sedangkan menurut leonart chert yang bertitik tolak dari suatu pengertian teknik, batuan dibagi menjadi 2 yaitu : a) Intract rock Bagian atau possibly goodies dari suatu batuan yang relative uniform dari suatu tipe petronik yang mengalami suatu pengerusan mekanis berat dari keadaan geologi semula seperti patahan atau join. b) Insitu rock Massa batuan dari suatu ukuran tertentu yang mengandung contoh represan tatik yang sudah mengalami kerusakan-kerusakan berat massa batuan dapat lebih dari satu tipe. Karakteristik dari intec rock berhubungan dengan proses seperti pemboran, pemecahan, grinding atau operasi-operasi mechanic lainnya dimana persentase terbesar dari permukaan batuan adalah feash, sedangkn karakteristik dari insitu rock berhubungan dengan persoalan- 60 | P a g e
persoalan dalam desaing terhadap stabilitas lereng ataupun bukaan-bukaan dalam tbt b. Sifat batuan/bahan galian yang mempengaruhi hasil peledakan Kebanyakan batuan atau bahan galian mempunyai sifat tidak merata dan homogen sifat-sifat batuan/bahan galian yang tidak mempengaruhi hasil peledakan menurut prof. R.L Ash terutama : 1) Structur seperti patahan, rekahan, perlapisan atau perlipatan yang akan memepengaruhi perencaan pemboran untuk keperluan lubang tembak. Apabila hal ini kurang mendapat perhatian maka dapat terjadi hasil yang tidak diharapkan seperti boulder, back break, dsb. Dip dan strike dari batuan yang mempunyai struktur berlapis- lapis (bedde D dr stractified rock) Bila peledakan searah dengan dip hal-hal yang diharapkan terjadi : Lebih banyak bad break Lantai pit (pit floor) yang lebih rata atau halus Penggunaan energy bahan peledak yang lebih baik karena strata/berlapis terletak sejajar ke lubang bor persoalan akan lebih sedikit Pergerakan batuan dari space lebih banyak sehingga dihasilkan profil yang lebih rendah dan lebih menguntungkan didalam operasi terutama untuk alat pemuatan misalnya dari shovel ke frount looder. Bila peledakan berlawanan arah dengan dip maka diharapkan terjadi : a) Block break lebih sedikit karena strata (pelapisan) miring kearah dinding wall b) Persoalan-peroalan akan lebih banyak muncul c) kondisi lantai pit akan lebih kasar d) Pergerakan batuan dari face lebih kurang sehingga menghasilkan muck yang lebih tinggi. Bila peledakan berlawanan dengan strike diharapkan terjadi sbb : 61 | P a g e
a) Saw-tooth floor formation, sebagai akibat dari berbagai reaksi peledakan oleh berbagai macam jenis batuan yang terletak berselang seling pada lantai jenjang b) Kondisi back break tidak menentu bias baik, bias juga buruk c) Orientasi working face (peremukan kerja) tidak menguntungkan sehingga diperlukan suatus seri peledakan kembali untuk mendapatkan kondisi yang baik. Baik kedalam pemboran maupun face mempunyai pengaruh langsung terhadap floor atau elevasi dasar. c. Resistance Adalah sifat batuan yang untuk mempertahankan diri menahan kejutan agar keadaannya tetap seperti semula. Sifat ini penting diketahui untuk dapat menentukan jumlah dan jenis bahan. d. Straight Sifat ii biasanya dihubungkan dengan tarikan (tension) batuan sangat lemah terhadap tarikan dan lebih tahan terhadap tekanan (compersion) pada prinsipnya compersive straigt jauh lebih besar dari pada tensile straigt (limostone : batu gamping mempunyai kompersive straight antara 3500- 25.000 psi akan tetapi tensile straigt antara 500-2500 psi. karakteristik ini erat hubungannya dengan peledakan. e. Density Batuan atau bahan galian yang lebih erat memerlukan lebih banyak energy untuk pecah dan pindah tempat, sehingga diperlukan bahan peledak dengan kekuatan atau jumlah muatan yang lebih besar. f. Velocity of energy prepagation percepatan merambatkan energy dalam batuan adalah sawah atau lebih kecil dari kecepatan reaksi untuk bahan peledak dan akan bertambah besar dengan bertambahnya density kecepatan rambat gelombang pada batuan selalu dicirikan sebagai kecepatan longingtudinal. 62 | P a g e
Metodologi Penelitian Jurnal ini dibuat dengan menggunakan metode literatur, yaitu mengacu kepada buku-buku yang relevan dengan pembahasan dalam jurnal ini. Hasil dan Pembahasan 1. Pemilihan Bahan Peledak Pada dasarnya bahan peledak (explosive) terdiri dari campuran tiga bahan yaitu : a. Zat kimia yang mudah bereaksi, yang berfungsi sebagai bahan peledak dasar (explosive base), misalnya Nitrogliserin (NG), Trinitrotiliene (TNT), Ethylene glycoldinitrate,dan lain-lain. b. Oksidator, yang berfungsi memberikan oksigen, misalnya KClO 3 , NaClO 3 , NaNO 3 , dan sebagainya c. Zat penyerap/tambahan misalnya serbuk kayu, serbuk batubara, dan lain-lain. Berdasarkan kecepatan perambatan reaksinya, bahan peledak dapat dibagi menjadi : 1. Low Explosive, ciri-cirinya adalah : kecepatan perambatan reaksinya rendah Tidak seluruhnya bahan yang ada berubah dari phase padat menjadi phase gas sehingga menimbulkan tekanan dan temperatur yang tinggi Hanya menghasilkan proses pembakaran yang relatif lambat (deflagrasi) dan tidak menghasilkan getaran gelombang. 2. High Explosive, ciri-cirinya adalah : Kecepatan perambatan reaksinya relatif lebih cepat dari low ecplosive Semua bahan peledak berubah menjadi phase gas Menghasilkan peoses propagasi yaitu mengembangbiakan daripada gelombang getaran melalui bahan yang diikuti dengan reaksi kimia yang menyediakan energi untuk kelanjutan propagasi secara stabil. 63 | P a g e
Penggunaan bahan peledak didalam tambang bawah tanah harus diperhatikan faktor-faktor : 1. Sifat dari bahan peledak Api peledaknya kecil Peledakan berlangsung cepat Temperatur peledakan relative rendah Tidak menghasilkan gas beracun 2. Disesuaikan dengan material yang diledakkan 3. Particular set dari standar blasting (OB dan BR) 4. Besarnya biaya Macam bahan peledak yang digunakan untuk pembuatan terowongan dan proses penambangan pada tambang bawah tanah yaitu : 1. Blasting agent, yaitu bahan peledak yang merupakan suatu campuran kimiawi atau komposisi kimia dari bahan-bahan yang tak mengandung Nitrogliserin dan hanya dapat diledakkan oleh High strength ecplosive primer. Sifat-sifatnya yang mengentungkan adalah lebih aman dalam faktor pengangkuta karena tidak mengandung Nitrogliserin, tidak membuat rasa pusing akibat baunya, dapat dipaket dalam satu tabung metal sehingga tahan terhadap air dan harganya lebih murah. 2. Permissible Explosive, yaitu bahan peledak yang khusus dipakai pada tambang bawah tanah, misalnya tambang batubara. Bahan peledak ini tidak mengandung gas-gas beracun, mengandung 60-80% Amonium Nitrate dan 7-15% Nitrogliserin. Syarat-syarat untuk permissible explosive adalah : Api peledakannya kecil dan peledakan berlangsung cepat Temperatur peledakan relatif rendah Tidak menghasilkan gas-gas beracun. 3. Water gels (slurries), yaitu campuran oxidizer seperti sodium nitrat dan ammonium nitrat, bahan bakar sebagai 64 | P a g e
sensitizer dan air kurang lebih 15%. Water gels sangat cocok digunakan pada tambang bawah tanah oleh karena ketahanannya terhadap air. Kelebihan lain water gels adalah: Tidak meledak bila dibanting ataupun diledakkan secara tiba-tiba Tidak meledak bila dipanaskan ataupun dibakar tetapi akan mengeluarkan asap dengan tekanan tinggi Setelah ledakan uap atau asap ledakannya lebih sedikit bila dibandingkan dengan ANFO atau Dinamit. 4. Dinamit, terdiri dari granular dinamit, semi gelatin dan gelatir dinamit. 2. Metode Peledakan di Dalam Terowongan a. Pola Lubang Tembak Peledakan didalam terowongan selalu dimulai dengan satu atau lebih peledakan pemula untuk menciptakan satu gua atau bolongan pada permukaan terowongan yang akan ditembus. Gua atau bolongan ini disebut Cut yang berfungsi sebagai bidang bebas terhadap paledakan berikutnya. Cut ini kemudian diperbesar dengan peledakan dua atau lebih susunan lubang tembak easer. Peledakan berikutnya atau yang terakhir adalah peledakan lubang trimmer yang menentukan bentuk dari terowongan. Efisiensi peledakan didalam terowongan sangat tergantung pada sukses tidaknya peledakan cut. Cut dapat dibuat melalui beberapa pola lubang tembak. Nama-nama pola ini disebut sesuai dengan jenis cut yang dibentuk. Dalam memilih tipe cut yang sesuai maka pertimbangan harus didasarkan atas : Kondisi batuan yang akan ditembus Bentuk dan ukuran terowongan Kemajuan yang ditargetkan, yaitu besar kemajuan setiap ronde peledakan yang ditentukan oleh kedalaman daripada cut. 65 | P a g e
Jenis-jenis pola lubang tembak yang sering dan pernah dipakai pada peledakan didalam terowongan yaitu: a. Drag Cut Pola ini sesuai dipakai pada batuan yang mempunyai struktur bidang perlapisan, misalnya batuan serpih. Lubang cut dibuat menyudut terhadap bidang perlapisan pada bidang tegak lurus, sehingga batuan akan terbongkar menurut bidang perlapisan. Cut ini cocok untuk terowongan berukuran kecil (lebar 1,5-2m) dimana kemajuan yang besar tidak terlalu penting. b. Fan Cut Pada Fan Cut lubang tembaknya dibuat menyudut dan berada pada bidang mendatar. Setelah cut diledakkan maka batuan yang ada diantara dua baris lubang cut akan terbongkar. Selanjutnya lubang-lubang easer dan trimmer akan memperbesar bukaan cut sampai kepada bentuk geometri daripada terowongan. Cut ini cocok dipakai pada batuan yang berstruktur berlapis-lapis. c. V-Cut V-Cut sering dipakai dalam peledakan didalam terowongan. Lubang tembak pada pola ini diatur sedemikian rupa sehingga tiap dua lubang membentuk V. Sebuah Cut dapat terdiri dari dua atau tiga pasang V, masing-masing pada posisi horizontal. Lubang-lubang tembak pada cut biasanya dibuat membentuk sudut 60 o
terhadap permukaan terowongan. Dengan demikian panjang kemajuan tergantung pada lebar daripada terowongan karena panjang batang bor terbatas pada lebar tersebut. Satu atau dua buah lubang tembak yang lebih pendek disebut burster dan dapat dibuat ditengah cut untuk memperbaiki hasil fragmentasi. d. Pyramid Cut Pyramid Cut terdiri dari 4 buah lubang tembak yang saling bertemu pada satu titik ditengah terowongan. Pada 66 | P a g e
batuan yang keras banyaknya lubang cut ditambah hingga menjadi 6 buah. e. Burn Cut Pola ini berbeda dengan cut yang lain. Perbedaannya yaitu pada cut lain lubang cut membentuk sudut satu sama lain sedang dalam burn cut lubang cut dibuat sejajar satu sama lain dan tegak lurus terhadap permukaan terowongan. Pada pola ini beberapa lubang cut tidak diisi dengan bahan peledak yang berfungsi sebagai bidang bebas terhadap lubang cut yang diisi dengan bahan peledak. Lubang cut yang kosong dapat lebih dari satu dan ukurannya lebih besar dari lubang cut yang diisi. Keuntungan dari pada burn cut adalah : Kemajuan tidak lagi tergantung pada lebar terowongan karena semua lubang dibuat sejajar dengan sumbu terowongan Proses pemboran menjadi lebih mudah. b. Lubang easer dan Trimmer Lubang easer dibuat mengelilingi cut untuk memperbesar bukaan cut sehingga lubang trimmer dapat membuat bentuk daripada terowongan. Untuk terowongan berukuran biasa, satu ronde peledakan terdiri dari sekitar 40 buah lubang tembak dimana setiap lubang tembak membuat bukaan seluas sekitar 0,25-0,5 m 2 . Banyaknya lubang easer serta penempatannya tergantung kepada pola lubang cut. Pada pola burn cut penempatan lubang easer tidak boleh terlalu dekat pada cut untuk menghindari terjadinya ledakan premature daripada lubang easer. Disarankan untuk menempatkan lubang easer antara 30-50 cm dari cut. Lubang trimmer pada akhirnya akan membuat bentuk dari terowongan. Banyak dan posisi daripada lubang trimmer tergantung daripada ukuran terowongan, kekerasan batuan, dan fragmentasi yang disesuaikan dengan system pemuatan. 67 | P a g e
c. Sistem Kemajuan Pada prinsipnya pembuatan terowongan sama dengan shaft, hanya arahnya saja yang berbeda yaitu horizontal. Apabila pembuatan lubang bukaan sudah lebih besar daripada 45 o
maka ini sudah dinamakan shift. Sistem kemajuan tergantung kepada alat bor yang tersedia, kondisi batuan dan sistem penyangga yang dipergunakan, tetapi cara yang umum dipakai dalam pembuatan terowongan terdiri dari dua system yaitu : Cara full face Cara top heading and bench Dalam cara full face seluruh permukaan lubang bukaan dibor dengan sistem pola pemboran tertentu dan kemudian sekaligus diledakkan, sedangkan cara pembuatan bench method, dimana lubang bukaan dibuat menjadi dua bagian dalam pemboran dan peledakan yaitu bagian atas dan bagian bawah. Pekerjaan peledakan dilakukan pertama pada bagian atas. d. Perimeter Blasting Perimeter Blasting adalah proses peledakan yang dilaksanakan dengan sangat hatu-hati. Untuk mendapatkan permukaan akhir lubang bukaan yang tepat dan kondisi batuan disekitar lubang tersebut tidak mengalami kerusakan. Maksud dari perimeter blasting tidak hanya untuk memperoleh permukaan bukaan yang rata tetapi juga untuk menjaga agar daerah disekitar permukaan tidak mengalami keretakan dan kerusakan selama bukaan tersebut digunakan. Perimeter Blasting berguna untuk : Membuat rata permukaan terowongan Membuat agar permukaan terowongan lebih stabil Mengurangi over break Mengurangi pemakaian beton Mengurangi retakan dan masuknya aur tanah kedalam terowongan. Dikenal dua teknik untuk pelaksanaan perimeter blasting yaitu: pre-splitting 68 | P a g e
smooth blasting Dasar kedua teknik tersebut adalah pada pengisian bahan peledak dengan diameter yang lebih kecil dari diameter lubang tembak sehingga bahan peledak tidak langsung bersentuhan dengan dinding lubang tembak atau disebut dengan istilah decoupled charge. Lubang-lubang ini dibuat pada kontur akhir terowongan yang direncanakan dan diledakkan secara bersama-sama. Perbedaan pre-spliting dan smooth blasting adalah pada peledakan daripada lubang-lubang kontur ini. Pada pre- splitting lubang kontur diledakkan sebelum peledakan utama sedang pada smooth blasting lubang kontur diledakkan setelah peledakan utama. Perbedaan lain adalah dalam hal jarak lubang tembak (spacing) dimana pada presplitting lubang kontur lebih rapat letaknya satu sama lain. Pada pre- splitting jarak lubang kontur biasanya antara 8-12 kali diameter lubang dan jarak antara lubang tembak dengan bidang bebas (burden) adalah tak terterhingga. Konsentrasi isian bahan peledak (dalam kg per meter) pada pre- splitting dan smooth blasting adalah sama. 3. Pengendalian Bahan Peledak Bahan peledak selain merupakan bahan yang bermanfaat bagi kepentingan manusia, juga merupakan barang yang berbahaya sehingga penanganan bahan peledak pada kegiatan penambangan sangat penting untuk diketahui. a. Pengamanan sebelum Peledakan. Sebelum pekerjaan peledakan dilakukan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu : Melakukan kontrol keadaan disekeliling daerah yang akan diledakkan untuk menghindari hal-hal yang bakal terjadi diluar perhitungan. Sebelum dimulai pekerjaan mempersiapkan primer/ bahan peledak dan mengisinya kelubang bor, maka terlebih dahulu semua jalan masuk ditempat peledakan harus pada jarak 69 | P a g e
yang cukup jauh dipasang tanda-tanda perhatian yang menyolok mata dan dimengerti, juga ditempat aman pada jalan masuk tersebut tidak ditempatkan penjaga. Pekerja/orang-orang serta peralatan yang ada ditempat yang akan diledakkan harus segera diamankan. Bila tempat peledakan yang akan diledakkan itu terletak sedemikian dekat dari tempat kerja lain, dimana akibat dari peledakan itu dapat membahayakan, maka petugas peledakan wajib memberitahukan kepada karyawan-karyawan yang ada ditempat kerja tersebut supaya menyingkir ditempat perlindungan yang aman pada saat pelaksanaan peledakan. Untuk pemegang blasting machine harus memperhitungkan arah angin / ventilasi, dan tempat berlindung terhadap kejatuhan benda atau batuan khususnya dari batuan atap. b. Pengamanan Sesudah Peledakan Sesudah peledakan, maka yang harus dilakukan adalah : Tidak memperkenankan seorangpun memasuki tempat yang sudah diledakkan dalam jangka waktu 30 menit Setelah melampaui batas waktu tersebut maka juru ledak harus terlebih dahulu memeriksa dan membuktikan bahwa daerah tersebut sudah bebas dari pengaruh gas-gas yang berbahaya, misfire dan batu-batu menggantung dari hasil peledakan, sebelum mengijinkan pekerja lain memasuki tempat kerja tersebut. Pada lubang ledak yang misfire harus diberi tanda dengan menutup lubang ledak tersebut dengan sumbat/ tongkat kayu yang dapat dilihat dengan jelas dan tidak dibenarkan mengorek keluar material stemming lubang ledak tersebut. Usaha untuk menangani lubang ledak yang misfire diusahakan mengeluarkan stemming dengan alat 70 | P a g e
kompressor udara telanan tunggi atau memakai air, setelah keluar sebagian besar stemmingnya maka dipasang primer baru kemudian diledakkan. Semua usaha ini harus dibawah pengawasan terus-menerus dari ahli berdasarkan intruksi tertulis dari Kepala Teknik Tambang. c. Gudang Bahan Peledak Dibawah Tanah Persyaratan mengenai gudang bahan peledak dibawah tanah dan penyimpanan Handak dibawah tanah telah diatur berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 555.K/26/M.PE/1995. Kesimpulan Dari uraian diatas dapat disimpulkan beberapa hal yaitu : 1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam peledakan tambang bawah tanah yaitu: a. Pemilihan bahan peledak b. Metode dan teknik yang digunakan c. Pengendalian peledak terkait dengan keselamatan dan kondisi lingkungan d. Asap dan uap hasil peledakan yang mengandung gas-gas berbahaya. 2. Pada dasarnya bahan peledak (explosive) terdiri dari campuran tiga bahan yaitu : a. Zat kimia yang mudah bereaksi, yang berfungsi debagai bahan peledak dasar (explosive base), misalnya Nitrogliserin (NG), Trinitrotiliene (TNT), Ethylene glycoldinitrate,dan lain sebagainya. 3. Efisiensi peledakan didalam terowongan sangat tergantung pada sukses tidaknya peledakan cut. Cut dapat dibuat melalui beberapa pola lubang tembak. Dalam memilih tipe cut yang sesuai maka pertimbangan harus didasarkan atas : a. Kondisi batuan yang akan ditembus b. Bentuk dan ukuran terowongan Kemajuan yang ditargetkan, yaitu besar kemajuan setiap ronde peledakan 71 | P a g e
yang ditentukan oleh kedalaman daripada cut. 4. Sistem kemajuan pda peledakan tambang bawah tanah tergantung kepada alat bor yang tersedia, kondisi batuan dan sistem penyangga yang dipergunakan, tetapi cara yang umum dipakai dalam pembuatan terowongan terdiri dari dua system yaitu :cara full face dan cara top heading and bench 5. Perimeter Blasting pada peleldakan tambang bawah tanah berguna untuk : a. Membuat rata permukaan terowongan b. Membuat agar permukaan terowongan lebih stabil c. Mengurangi over break d. Mengurangi pemakaian beton e. mengurangi retakan dan masuknya aur tanah kedalam terowongan. Daftar Pustaka PUSDIKLAT TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA. 2011.Makalah Pendidikan Dan Pelatihan Pelaksanaan Peledakan Pada Kegiatan Penambangan Bahan Galian. Bandung: PUSDIKLAT TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA. Sudrajat, Nandang. 2010. Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia Menurut Hukum. Yogyakarta: Pustaka Yustisia. Suyartono, dkk. 2003. Good Mining and Practice. Jakarta: Studi Nusa. Narasumber: Nama: Muhammad Faisal Said Umur: 27 Tahun Pekerjaan: Peserta Pendidikan Dan Pelatihan Pelaksanaan Peledakan Pada Kegiatan Penambangan Bahan Galian
72 | P a g e
PERKEMBANGAN PENAMBANGAN TIMAH DIKEPULAUAN BANGKA BELITUNG DI DAERAH KEDIMPAL
Heri Novian Mahasiswa Semester 1 Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung Kampus Terpadu Balunijuk, Merawang, Kabupaten Bangka Heri_novian@ymail.com
Abstrak Penambangan timah merupakan mata pencaharian masyarakat kepulauan Bangka Belitung, begitupun halnya dengan masyarakat di pesisir pantai kedimpel.Penambangan timah memang memberikan keuntungan dan sangat menjanjikan untuk kelangsungan hidup masyarakat di peisisr pantai kedimpel daripada bila di bandingkan dengan melaut yang hasilnya tidak menentu.Penambangan yang dilakukan di pantai kedimpel dilakukan dengan penyedotan ke dasar lautan yang biasa dikenal dengan penambangan apung. Penambangan ini telah dilakukan beberapa tahun yang lalu oleh masyarakat daerah ini untuk meningkatkan taraf hidup. Kata kunci: Timah, Pesisir, Kedimpel, Taraf hidup Pendahuluan Latar Belakang Praktek penambangan timah di Kepulauan Bangka Belitung akhir-akhir ini telah menjadi suatuaktivitas keseharian bagi sebagian besar masyarakat di pesisir pantai kedimpel. Di daerah perarian Bangka dan Belitung, praktek menambang timah di laut ini kian marak dilakukan secaramasal. Dalam sehari puluhan ton timah disedot dari dasar laut. Setelah pasir timah itu diambil, limbah berupa tanah dibuang lagi ke laut. Bagi perusahaan resmi seperti PT. Timah, 73 | P a g e
penambangan dilakukan dengan menggunakan kapal besar yang berfungsi untuk menyedot, timah dari dalam tanah di bawah laut, sementara bagi perusahaan-perusahaan swasta yang lebih kecil, penambangan dilakukan dengan menggunakan kapal-kapal sedang. Kegiatan menambang timah di laut ini pun mulai ramai dilakukan oleh penambang di luar PT. Timah pada tahun 2006 sehingga mendorong masyarakat setempat, yang awalnya berprofesi sebagai nelayan,membanting setir menjadi penambang timah. Hal itu dilakukan dengan alasan bahwa keuntungan yang didapat lebih besar daripada melaut untuk mencari ikan. Dalam waktu seminggu merekadapat menghasilkan uang dari Rp 400.000,- hingga Rp. 1.000.000,-. Apabila mereka pergi melaut, keuntungan yang didapat belum tentu mencapai seperempat dari keuntungan menambang timah. Hal ini pula yang menyebabkan banyaknya para pendatang dari luarkepulauan untuk melakukan aktivitas yang sama, yaitu mengeruk sumber daya timah yangdimiliki oleh bumi laskar pelangi tersebut. Aksi ini kemudian mengundang para penambangilegal yang berusaha mencari kesempatan dalam kesempitan untuk keuntangan pribadi. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : 1. Bagaimana dampak lingkungan? 2. Bagaimana perubahan mata pencaharian masyarakat Kedimpel? 3. Bagaimana keadaan perekonomian masyarakat Kedimpel? Tujuan penilitian Tujuan Penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui dampak lingkungan akibat pertambangan timah di Provinsi Bangka Belitung; 2. Mengetahui perubahan mata pencaharian masyarakat Kedimpel; 74 | P a g e
3. Mengetahui Keadaan perekonomian masyarakat Kedimpel. Kerangka teori Pengertian pertambangan sendiri adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,pengangkutan dan penjualan,serta kegiatan pesca tambang (UU No 4 Tahun 2009). Ada dua tipe penambangan timah. Pertama penambangan lepas pantai yang menggunakan kapal isap dan kapal keruk. Penambangan ini dibutuhkan investasi yang besar untuk pembelian kapal dan biaya operasionalnya. Yang kedua adalah penambangan darat. Penambangan timah darat di pulau Bangka Belitung sudah dilakukan semenjak tahun 1700an pada saat imigran dari cina datang ke Pulau ini. Lalu setelah Belanda mengetahui potensi yang luar biasa, diambil alih dan dikuasai oleh Belanda. Setelah Indonesia merdeka, penambangan darat hanya dikuasai PN Timah (sekarang PT Timah), namun setelah jaman reformasi, kegiatan penambangan ini dibebaskan untuk umum tentunya dengan surat kuasa penambangan. Namun, tetap saja masih banyak penambangan liar yang dilakukan oleh rakyat kecil. Penambangan kecil yang biasa dilakukan 2-10 orang ini biasa disebut Tambang inkonvensional (TI). Pengerukan tanah yang dilakukan dalam penambangan timah di lepas pantai kepualuan BangkaBelitung menyebabkan rusaknya topografi pantai. Pantai yang sehat adalah pantai yang memilikibentuk tanah yang landai. Akan tetapi, kegiatan penambangan timah membuat struktur tanah dilepas pantai menjadi lebih curam sehingga daya abrasi pantai menjadi semakin kuat. Akibat lain yang ditimbulkan dari pengerukan tanah di dasar laut adalah berubahnya garis pantai yang semakin mengarah ke daratan. Pengerukan tanah 75 | P a g e
dan pembuangan sedimen jugamenyebabkan air laut menjadi keruh. Dengan makin maraknya aktivitas penambangan, intensitas kekeruhan air semakin tinggi dan radiusnya ke kawasan lain di luar kawasan penambangan semakin luas. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa kawasan terumbu karang yang bukan merupakan wilayah penambangan mendapatkan imbas kekeruhan air. Sedimentasi tanah yang menjadi penyebab kekeruhan air ini akan menutup dan mematikan terumbu karang. Matinya terumbu karang akan merusak habitat kehidupan laut yang indah, lingkungan laut akan berubah menjadi habitat alga yang merugikan. Oleh karena itu, kerusakanlaut di lepas pantai di Kepulauan Bangka Belitung menjadi semakin parah. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif adalah metode yang mengumpulkan data bersifat non-statistik (berupa kata-kata atau kalimat). Dengan menggunakan metode ini, penulis mencoba untuk memahami dan menafsirkan makna fenomena yang diteliti agar dapat menarik simpulan akhir yang logis. sedangkan kuantitatif adalah dengan mencari satu narasumber untuk diwawancara sehingga bisa didapatkan data yang logis. Hasil dan Pembahasan 1. Dampak Lingkungan Akibat Pertambangan Timah Penambangan timah yang marak terjadi di lingkungan laut Kedimpel dilakukan oleh masyarakat setempat atau beberapa perusahaan swasta skala menengah yang mendapat izin resmi, masyarakat setempat yang beralih profesi sebagai pelaku tambang inkonvensional (TI) apung dan beberapa pihak yang melakukan kegiatan penambangan secara ilegal (cukong tambang timah). Tingginya harga timah membuat banyak perubahan bagi kehidupan masyarakat,mudahnya mendapatkan uang 76 | P a g e
membuat masyakat tidak sadar akan apa yang terjadi dimasa yang datang. Situasi ini memberi efek yang sangat buruk kepada siswa sekolah yang masih dalam usia wajib belajar, mudahnya mereka mendapatkan uang dengan cara mangambil tailing bekas TI (ngelimbang) membuat mereka lupa akan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai pelajar.Sehingga di daerah Kedimpel banyak ditemui anak anak yang tidak sekolah lagi dalam usiayang masih wajib belajar. Kegiatan menambang ini dilakukan untuk memenuhi produksi timah. PT. Timah yang mendapatkan wewenang ini melakukan penggalian timah selama puluhan tahun di daerah perairan dan daratan Kepulauan Bangka Belitung. Kegiatan semakin meluas ke wilayah laut.Hal ini dilakukan karena adanya pertimbangan bahwa penggalian timah di laut memakan biaya yang lebih rendah dari pada di daratan.Pengerukan tanah menyebabkan habitat di laut terganggu sehingga mengganggu kegiatan para nelayan. Kerugian yang ditimbulkan karena semakin sulitnya mendapatkan ikan, menjadi faktor utama bagi beberapa nelayan untuk beralih profesi menjadi penambang timah inkonvensional, dengan alasan manusiawi, yaitu alasan untuk meneruskan hidup. Penambangan yang semakin marak dilakukan secara masal sejak tahun 2006 ini juga merupakan dampak dari diberlakukannya izin untuk melakukan penambangan timah skala menengah danskala kecil atau inkonvensional oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Izin ini mengakibatkan kegiatan penambangan menjadi semakin membabi buta untuk memenangkan persaingan di antara para pengusaha tambang timah. Pihak yang dirugikan secara langsung dari kegiatan menambang timah di laut adalah para nelayan (masyarakat) dan juga lingkungan lautnya sendiri. Penambangan timah telah merubah bentuk struktur tanah dan garis pantai 77 | P a g e
yang mengarah ke daratan. Pengerukan tanah dan pembuangan limbah juga menyebabkan sedimentasi yang merusak habitat terumbu karang dan memicu berkembangnya habitat alga yang merugikan. Rusaknya habitat terumbu karang juga berdampak kepada hilangnya sumber daya ikan karena terumbu karang adalah salah satu tempat utama bagi ikan- ikan untuk hidup dan berkembang biak. Ikan semakin sedikit, para nelayan kehilangan mata pencaharian. Masalah kemiskinan di daerah Bangka Belitung pun semakin meningkat. Para nelayan melakukan aksi dengan menyerang beberapa kapal besar penyedot timah yang beroperasi di lepas pantai tempat kawasan para nelayan melaut. Hal ini menegaskan bahwa para nelayan merasa sangat dirugikan oleh aksi penambangan timah tersebut. Meskipun banyak nelayan yang membanting setir menjadi penambang timah inkonvesional, tetapi sebagian besar mengaku bahwa masalah ini sebenarnya berakar pada kegiatan penambangan timah yang telah merusak laut sehingga menghilangkan mata pencaharian mereka. Pilihan untuk beralih profesi hanyalah sebuah tuntutan untuk melanjutkan hidup. Minimnya kesadaran dan reaksi sosial dari masyarakat ini menjadikan alasan bahwa praktek penambangan timah di Kepulauan Bangka Belitung adalah suatu tindak kejahatan terhadap lingkungan. Karena berbeda dengan kejahatan konvensional, kejahatan lingkungan adalah kejahatan yang memiliki karakteristik yang unik, diantaranya adalah reaksi sosial yang diberikan masyarakat tidak secara langsung. Dampak dari kegiatan ini baru akan dirasakan sekitar puluhan tahun yang akan datang, misalnya di masa ketika seluruh lingkungan laut di Bangka Belitung rusak total dan persediaan timahnya sudah tidak ada. Oleh karena itu, kerusakan yang ditimbulkan dari aktivitas penambangan timah di wilayah laut Kepulauan Bangka Belitung 78 | P a g e
memberikan kerugian yang besar bagi masyarakat setempat. 2. Perubahan Mata Pencaharian Masyarakat Kedimpel Mata pencaharian masyarakat di Kedimpel adalah menangkap ikan, tetapi profesi nelayan ini terganggu karena penambangan timah. Kerusakan ekosistem laut yang terjadi menyebabkan rusaknya habitat tumbuhan dan binatang laut. Karena semakin sulit mendapatkan ikan,keuntungan yang di dapat oleh nelayan semakin kecil pula. Situasi seperti ini kemudian mendorong sebagian besar nelayan untuk merubah profesi menjadi penambang timah inkonvensional (TI) apung dengan menggunakan perahu-perahu kecil atau bagan terapung, baiksecara legal (menjalin kerja sama dengan PT. Timah atau perusahaan swasta yang memiliki izin resmi) maupun secara ilegal dengan menjadi cukong atau bekerja kepada cukong tambang timah ilegal. 3. Keadaan Perekonomian Masyarakat Kedimpel Harga timah yang tinggi juga memberikan imbas kepada masyarakat kedimpel untuk merubah mata pencaharian mereka yang awalnya nelayan menjadi pekerja TI. Dengan tingginya harga timah otomatis juga memberikan perubahan ekonomi masyarakat yang meningkat. ini dibuktikan dengan banyaknya kendaraan berupa mobil dan motor serta pembangunan rumah yang cukup bagus yang merupakan hasil dari TI tersebut. Kesimpulan 1. Penyedotan timah yang dilakukan secara terus menerus telah menyebabkan kerusakan yang parah bagi lingkungan laut. Kerusakan itu sudah mulai terlihat dengan jelas dan juga sudah dirasakan oleh masyarakat setempat, seperti mulai sedikitnya sumber daya ikan yang berdampak buruk pada aktivitas para nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidup. 79 | P a g e
2. Akibat dari harga timah yang tinggi juga turut memberikan dampak bagi masyarakat Kedimpel yang merubah mata pencaharian mereka yang awalnya merupakan seorang nelayan menjadi seorang pekerja tambang .ini diikuti oleh banyaknya anak usia sekolah yang berhenti sekolah akibat dari mudahnya mencari uang dengan cara mengambil pasir tailing bekas dari tambang masyarakat tersebut (ngelimbang). 3. Keadaan ekonomi masyrakat kedimpel meningkat drastis,ini dibukitkan yang awalnya terdiri dari banyak rumah papan nelayan ,berubah menjadi rumah-rumah gedung yang berlantaikan keramik. Banyaknya kendaraan berupa mobil dan motor yang merupakan hasil dari TI tersebut. Daftar Pustaka Harjono, Yulvianus dan Dewabrata . Segenggam Pasir Timah, Segunung Risiko. Hentikan Kerusakan Lingkungan, di Darat dan Laut Bangka Belitung Sekarang Juga. Suyartono, dkk. 2003. Good Mining and Practice. Jakarta: Studi Nusa. Undang-undang No.4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
80 | P a g e
METODELOGI PENULISAN
Pedoman Penulisan 1. Tim Redaksi Intan menerima dan mengumpulkan tulisan/naskah yang berhubungan dengan bidang Teknik Pertambangan. 2. Tulisan/naskah dapat berupa: a. Hasil studi pustaka dan penelitian, atau b. Kajian yang ditambah pemikiran penetapannya pada kasus tertentu, yang belum dan tidak akan dipublikasikan dalam media cetak lain. 3. Naskah yang ditulis dalam bahasa Indonesia. Naskah menggunakan kertas dengan ukuran A4, spasi dua, jenis huruf Times New Roman (font size 10,12 dan 14). Naskah diketik dalam pengolahan kata MS Word. Format Penulisan: Sistematik penulisan disusun sebagai berikut: a. Batas pengetikan: atas, bawah dan kanan (2, 45 cm), kiri (3 cm); b. Bagian awal: Judul (ditulis menggunakan huruf capital dan bold, serta menggunakan jenis huruf Times New Roman font size 14, spasi dua), jarak antara judul dengan nama penulis menggunakan spasi empat, nama penulis (ditulis menggunakan jenis huruf Times New Roman font size 12, spasi dua), alamat ( ditulis menggunakan jenis huruf Times New Roman font size 12, spasi dua), jarak antara alamat dengan abstrak menggunakan spasi empat, abstrak (ditulis menggunakan huruf sentence case, italic serta jenis huruf Times New Roman font 12, spasi dua); c. Bagian Utama: Pendahuluan, Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metodologi Penelitian, Hasil dan Pembahasan dan Kesimpulan, sub paragraf dan kalimat (ditulis menggunakan jenis huruf Times New Roman font size 12 Bold), dan paragraf dan kalimat ( ditulis menggunakan jenis huruf Times New Roman font size 12), dan ditulis format justify dengan dua kolom; d. Untuk bahasa asing, ditulis dengan huruf miring; e. Untuk daftar pustaka ditulis dengan memakai sistem nama yang disusun sesuai abjad.
81 | P a g e
JURUSAN TEKNI K PERTAMBANGAN UNI VERSI TAS BANGKA BELI TUNG