Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Industri sektor pariwisata saat ini telah berkembang pesat
dan membawa dampak positif khususnya bagi perekonomian
daerah. Pada tahun 1997, industri pariwisata Indonesia
diperkirakan menghasilkan pajak tidak langsung sejumlah 8,7%
dari keseluruhan nilai pajak tidak langsung dan diperkirakan
pada tahun 2007 akan meningkat sebesar 9,6% dan total
keseluruhan. Data tersebut menunjukkan bahwa industri
pariwisata Indonesia memberikan kontribusi yang cukup besar di
bidang perpajakan. Industri sektor pariwisata merupakan suatu
komoditi prospektif yang di pandang mempunyai peranan penting
dalam pembangunan nasional. Pengembangan industri pariwisata
masuk dalam skala prioritas khususnya bagi daerah-daerah yang
miskin akan sumber daya alam. Sesuai dengan pernyataan
International Union of Official Travel Organization (IUOTO)
dalam konferensi di Roma tahun 1963 bahwa pariwisata adalah
penting bukan saja sebagai sumber devisa, tetapi juga sebagai
faktor yang menentukan lokasi industri dan dalam perkembangan
daerah-daerah yang miskin dalam sumber-sumber alam. Ini
menunjukkan bahwa pariwisata sebagai industri jasa mempunyai
andil besar dalam mendistribusikan pembangunan ke daerah-
daerah yang belum berkembang.
Keberadaan hutan sebagai sumber daya alam di Jawa
Timur memiliki prospek yang sangat bagus jika dikelola dengan
seksama pemanfaatan potensi sumberdayanya. Hal ini
dikarenakan luasan hutan di Jawa Timur yang mencapai 28,32%
luasan propinsi secara keseluruhan yakni 1.130.206,20 Ha dari
dan terbagi atas 72,44% hutan produksi dan 27,56 % hutan
lindung berdasarkan SK penunjukan Menteri Kehutanan Nomor
417/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999. Di propinsi Jawa Timur
hutan konservasi yang telah ditunjuk dan ditetapkan adalah
2



sejumlah 16 unit Cagar Alam, 2 unit Suaka Margasatwa, 1 unit
Taman Hutan Raya, 4 Unit Taman Nasional dan 3 unit Taman
Wisata dengan luas keseluruhan adalah 230.248,3 Ha. Hutan yang
berfungsi sebagai hutan konservasi tersebut sebagian besar
dikembangkan dan dikelola oleh perhutani untuk dijadikan obyek
wisata alam seperti, Taman Hutan Raya R. Soerjo. Selain itu,
sebagian besar hutan produksi yang dimiliki propinsi Jawa Timur
juga dimanfaatkan untuk pariwisata.
Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu daerah di
Jawa Timur yang memiliki sumber daya alam Hutan potensial
yang terdiri atas hutan lindung seluas 17.007,80 Ha dan hutan
produksi seluas 15.137,827 Ha (RTRW Kabupaten Mojokerto
2009-2029). Selain melihat potensial hutan yang ada, kabupaten
Mojokerto memiliki potensi di bidang pariwisata alam yang
memanfaatkan sumber daya hutan yang dimiliki dan pariwisata
budaya. Ditinjau dari kedudukan pengembangan potensi
pariwisata di Jawa Timur, Kabupaten Mojokerto termasuk dalam
kawasan pengembangan koridor tengah (Perda Propinsi Jawa
Timur No.2 Tahun 2006). Adpaun daya tarik wisata yang dimiliki
kabupaten mojokerto adalah situs cagar budaya Trowulan, yang
terdiri atas candi Wringinlawang, candi Tikus, dan daya tarik
wisata alam berupa Air Terjun Coban Canggu, Pemandian Air
Panas Padusan, serta Air Terjun Dlundung Trawas.
Pacet merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Mojokerto yang memiliki perkembangan sektor pariwisata alam
cukup pesat. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayahnya
berada pada lereng- lereng Gunung Welirang dan Gunung Arjuna
dengan tingkat kemiringan lahan bergelombang (3-15) sampai
sangat curam (>40) yang masing- masing memiliki luasan lahan
2.802 Ha dan 5.552 Ha (Kecamatan Dalam Angka 2009-2010).
Jenis kegiatan pariwisata di Kecamatan Pacet yang telah
berkembang saat ini lebih bersifat wisata alam, hal ini mengingat
kondisi geografis dan letak lokasi berada pada kawasan hutan
konservasi. Adapun beberapa obyek wisatanya adalah Taman
Hutan Rakyat R. Soeryo di Desa Sendi, Wanawisata Air Panas di
3

Desa Padusan, Wisata Alam Air Terjun Coban Canggu di Desa
Padusan Wanawisata Bandhulan di Desa Podho, dan Wisata
artifisial Ubalan di Desa Pacet.
Pada umumnya kegiatan pariwisata alam di Kecamatan
Pacet khususnya di desa Padusan sangat berkembang pesat seiring
dengan permintaan manusia akan pemenuhan kebutuhan jasmani
ataupun rohani yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah
wisatawan dari hari biasa sebesar 2000 jiwa hingga mencapai
100% atau sekitar 6.000 jiwa pada hari libur tahun baru 2009
(www.koran-jakarta.com/2009). Daya tarik wisata yang dimiliki
desa tersebut adalah panorama alam berupa hutan pinus dan
pemandian air panas yang terletak di lereng Gunung Welirang.
Melihat antusiasme masyarakat terhadap daya tarik wisata di
Desa Padusan Pacet tidak hanya memiliki dampak positif namun,
juga memiliki dampak negatif khususnya terhadap lingkungan.
Beberapa kawasan sekitar obyek wisata yang ada di
Kecamatan Pacet mulai mengalami degradasi lingkungan seperti
yang terjadi di kawasan Wanawisata Air Panas dan Ubalan. Hal
ini dapat ditunjukkan dengan adanya bencana lingkungan berupa
longsor dan banjir bandang yang tepat terjadi di obyek
Wanawisata Air Panas di Desa Padusan pada tahun 2002 silam.
Longsor dan banjir bandang yang terjadi dinilai oleh beberapa
pengamat sebagai suatu akibat penggundulan hutan secara illegal
dan alih fungsi kawasan hutan lindung menjadi kawasan hutan
produktif yang menghasilkan kayu pinus, mahoni, dan jati siap
tebang di atas lokasi kejadian (Suara Merdeka, 15 Desember
2002). Selain itu kondisi sekitar kawasan obyek wisata tersebut
pada saat itu hingga saat ini mengalami perubahan fungsi lahan
yang cukup mengkhawatirkan akibat adanya permintaan
wisatawan terhadap fasilitas penunjang. Perubahan fungsi lahan
sebagai sarana penunjang kegiatan pariwisata (kios, villa, pasar,
dll.) tersebut menggantikan fungsi hutan sebagai kawasan
penyangga dibawahnya. Aktivitas perubahan penggunaan lahan
yang dilaksanakan di daerah hulu dapat memberi dampak di
daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit air, transport
4



sedimen serta material terlarut lainnya. Sehingga Perubahan
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan fungsi pemanfaatan
lahan akan memberi tekanan terhadap ekosistem sumberdaya
alam yang ada. Tekanan yang terjadi tersebut jika melampaui
daya dukung yang ada maka akan terjadi permasalahan degradasi
lingkungan, seperti terjadinya banjir, erosi, tanah longsor dan
kerusakan lingkungan lainnya (Suryanto,2007).
Daya dukung lingkungan merupakan kemampuan
lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan
mahkluk hidup lainnya (UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup). Daya dukung suatu wilayah
menjadi faktor penting yang harus diperhatikan agar proses
pembangunan yang dilaksanakan dapat berkelanjutan dalam arti
mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan
kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya.
Sehingga, setiap upaya pemanfaatan sumberdaya alam untuk
kegiatan pembangunan haruslah berwawasan lingkungan
(Soemarwoto, 1987). Disamping itu, pembangunan berkelanjutan
merupakan pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan
masa kini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang
dalam memenuhi kebutuhan mereka (Brutland dalam Budihardjo
& Sujarto, 1998: 10). Dalam hal ini terdapat dua konsep utama
yang menjadi kunci dari definisi tersebut yaitu konsep tentang
kebutuhan atau needs dan konsep tentang keterbatasan atau
limitation dari kemampuan lingkungan untuk memenuhi
kebutuhan generasi sekarang dan yang akan datang (Hadi,
2001:2). Untuk itu diperlukan pengaturan agar lingkungan tetap
mampu mendukung kegiatan pembangunan dalam rangka
memenuhi kebutuhan manusia.
Oleh karena itu, dengan melihat karakteristik lingkungan
pada suatu kawasan wisata alam dan isu- isu pengembangan
kawasan wisata yang berada di Desa Padusan Kecamatan Pacet
dapat dijadikan landasan pemilihan objek penelitian yang dapat
memungkinkan penggunaan berbagai asumsi untuk diterapkan
dalam upaya pengembangan kawasan wisata alam berdasarkan
5

daya dukung lingkungannya, sehingga menghasilkan output
penelitian yang baik dan dapat diterapkan dalam kawasan studi
dengan konteks permasalahan yang sesuai.

1.2 Rumusan Permasalahan
Wisata alam yang berada di Desa Padusan Kecamatan
Pacet merupakan salah satu kawasan wisata unggulan yang
mampu memberikan kontribusi besar terhadap pengembangan
wilayah Kabupaten Mojokerto. Letak Desa Padusan yang berada
di lereng Gunung Welirang dapat dijadikan kawasan wisata alam
dengan beberapa obyek wisata yang berkualitas karena kondisi
fisik yang mendukung. Kegiatan kepariwisataan bukan hanya
terkait pada daya tarik wisata saja namun, tetapi juga terkait
segala prasarana dan sarana pendukungnya. Adanya
kecenderungan peningkatan jumlah pengunjung kawasan dari
tahun ke tahun 2006-2010 pasca bencana longsor dan banjir
bandang menyebabkan pengembangan pada kawasan obyek
wisata ini juga harus memperhatikan daya dukung lingkungannya.
Faktor yang mempengaruhi pengembangan tidak hanya dilihat
dari keseimbangan lingkungan fisik saja tetapi juga terkait aspek
sosial, ekonomi, dan budaya masyarakatnya. Permasalahan dalam
studi ini adalah adanya kendala pengembangan kawasan wisata
yang bersumber pada daya dukung lingkungan dapat
mempengaruhi dalam pengidentifikasian faktor penentu
pengembangan kawasan wisata.
Sehingga, berdasarkan uraian di atas, adapun rumusan
masalah yang sampai saat ini masih menjadi pertanyaan peneliti
dalam mencapai tujuan yang diinginkan adalah sebagai berikut :
1. Apa sajakah faktor- faktor penentu yang
berpengaruh dalam pengembangan kawasan wisata
alam Desa Padusan Kecamatan Pacet Kabupaten
Mojokerto?
2. Perumusan konsep seperti apa yang sesuai untuk
pengembangan kawasan wisata alam Desa
Padusan Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto?
6



1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian
Studi penelitian ini bertujuan merumuskan konsep
pengembangan kawasan wisata alam di Desa Padusan Pacet yang
didasarkan atas daya dukung lingkungannya sehingga dapat tetap
terjaga kelestarian dan keberlanjutan kondisi lingkungannya serta
mengantisipasi bencana banjir bandang yang memungkinkan
untuk terjadi kembali. Sehingga untuk mewujudkan hal tersebut,
sasaran studi yang ingin dicapai adalah :
1. Menganalisis daya dukung lingkungan untuk
pengembangan kawasan wisata alam Desa Padusan
Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto.
2. Mengidentifikasi faktor- faktor yang menentukan
pengembangan kawasan wisata alam Desa Padusan
Kecamatan Pacet berdasarkan daya dukung lingkungan.
3. Merumuskan konsep yang sesuai bagi pengembangan
kawasan wisata alam Desa Padusan Kecamatan Pacet
Mojokerto.

1.4 Ruang Lingkup
Pembahasan pada ruang lingkup terdiri dari tiga bagian,
yaitu ruang lingkup wilayah ruang lingkup pembahasan, dan
ruang lingkup substansi. Ruang lingkup wilayah mencakup batas
wilayah studi yang berupa batas administratif. Sedangkan ruang
lingkup pembahasan merupakan batasan pembahasan studi, dan
lingkup substansi merupakan batasan pembahasan substansi yang
akan digunakan dalam studi penelitian.

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Dalam penelitian yang akan dilakukan ini memiliki ruang
lingkup wilayah kawasan wisata alam di Desa Padusan
Kecamatan Pacet yang memiliki dua obyek wisata alam yakni
Wanawisata Air Panas dan Air Terjun Coban Canggu. Secara
administratif Kecamatan Pacet merupakan bagian dari Kabupaten
Mojokerto yang berbatasan dengan :

7

Sebelah Utara : Kecamatan Kutorejo
Sebelah Timur : Kecamatan Trawas
Sebelah Selatan: Kabupaten Malang
Sebelah Barat : Kecamatan Gondang
Secara geografis Kecamatan Pacet sendiri memiliki luasan
wilayah seluas 45.16 Km dengan orientasi lokasi sebagain besar
berada pada lereng Pegunungan Welirang dan Pegunungan
Arjuno yang berada pada ketinggian 500-1000 dpl dengan
memiliki luasan wilayah 5.732 Ha.


























8



Halaman ini Sengaja Dikosongkan


































9



10



Halaman ini Sengaja Dikosongkan


































11

1.4.2 Ruang Lingkup Pembahasan
Materi pembahasan yang akan dikaji dalam penelitian ini
secara garis besar adalah sebagai berikut :
a. Pengidentifikasian faktor penyebab kurang
berkembangnya kawasan wisata alam di Desa
Padusan.
b. Kondisi eksisting kawasan wisata alam di Desa
Padusan Kecamatan Pacet yang meliputi, penggunaan
lahan, kondisi hidrologi dan geologi, jenis tanah,
topografi, dan curah hujan. Selain itu kondisi non
fisik yang meliputi kegiatan pariwisata dan
keterkaitannya dengan aspek sosial, budaya, dan
ekonomi.
c. Daya dukung lahan berdasarkan fungsi ekologis
lingkungan, fisik lingkungan, dan sosial demografi
dan ekonomi.
d. Karakteristik zona berdasarkan kategori tingkat daya
dukung lingkungan kawasan wisata alam Kecamatan
Pacet.
e. Konsep pengembangan kawasan wisata alam dengan
mempertimbangkan ketersediaan lahan dan daya
dukung lingkungan, berdasarkan RTRW Kabupaten
Mojokerto Tahun 2009-2029.

1.4.3 Ruang Lingkup Substansi
Lingkup substansi yang akan digunakan dalam penelitian
nantinya mencakup hal- hal yang berkaitan dengan perumusan
konsep pengembangan kawasan wisata didasarkan atas daya
dukung lingkungannya. Adapun teori- teori yang terkait beberapa
diantaranya adalah teori kepariwisataan, konsep pengembangan
pariwisata alam (ekowisata), teori daya dukung lingkungan, teori
kesesuaian lahan, konsep pembangunan berkelanjutan, dan
lainnya. Dengan beberapa asumsi analisis yang digunakan sebagai
batasan substansi antara lain :
12



a. Penilaian daya dukung lingkungan sebagai input
perumusan konsep pengembangan kawasan wisata
alam di Desa Padusan.
b. Penentuan faktor penentu pengembangan kawasan
pariwisata
Selain menggunakan teori ataupun konsep yang sudah
ada peneliti juga akan menggunakan studi atau kajian terkait yang
sudah pernah dilakukan.
13

1.5 Kerangka Berpikir Penelitian

Potensi sumber daya alam berupa hutan di Kabupaten Mojokerto yang sebagian
besar dimanfaatkan untuk kegiatan parwisata alam.
Kegiatan pariwisata alam terkonsentrasi di Desa Padusan karena terletak pada
lereng Gunung Welirang yang memiliki potensi keasrian alam dengan vegetasi
khas.
Indikasi penurunan kualitas lingkungan di kawasan wisata alam Desa Padusan
akibat kegiatan pariwisata yang berpengaruh terhadap daya dukung lingkungan
kawasan wisata.
Kendala pengembangan kawasan wisata yang bersumber pada daya dukung lingkungan
yang dapat berpengaruh dalam pengembangan kawasan wisata alam di Desa Padusan.

Seberapa besar daya dukung lingkungan kawasan wisata alam di Desa Padusan
Kecamatan Pacet?
Apa saja faktor- faktor penentu yang berpengaruh dalam pengembangan kawasan
wisata alam di Desa Padusan Kecamatan Pacet?
Bagaimana karakter pengembangan yang dapat dilakukan pada kawasan wisata
alam di Desa Padusan Kecamatan Pacet?

Perumusan konsep pengembangan kawasan wisata alam di Desa Padusan Kecamatan
Pacet didasarkan pada nilai kemampuan daya dukung lingkungannya.

Identifikasi
kondisi umum
kawasan wisata
alam Desa
Padusan
Kecamatan Pacet
Menilai daya
dukung
lingkungan
kawasan wisata
alam Desa
Padusan
Identifikasi
faktor penentu
pengembangan
kawasan wisata
alam Desa
Padusan
Kecamatan Pacet

Pemetaan
karakteristik
pengembangan
kawasan wisata
alam Desa
Padusan
Perumusan konsep yang sesuai untuk pengembangan kawasan wisata alam di Desa
Padusan Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto.


Diagram 1.1
Kerangka Berpikir Penelitian
Sumber : Penulis, 2011
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Sasaran
14



Halaman ini Sengaja Dikosongkan


































15

1.6 Manfaat Penulisan
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini meliputi :
Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk
memberikan masukan studi terhadap bidang ilmu
pengembangan wilayah terutama dalam
mengoptimalkan pengembangan kawasan wisata
alam dengan batasan daya dukung lingkungan.
Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini
adalah:
- Memberi masukan kepada pemerintah bahwa
daya dukung lingkungan merupakan kawasan
yang sangat strategis untuk menjadi bahan
pertimbangan dalam proses perencanaan dan
evaluasi pengembangan kawasan wisata alam
sehingga keseimbangan antara lingkungan
dengan perkembangan kepariwisataan alam tetap
terjaga.
- Memberikan rekomendasi kepada pemerintah
daerah untuk mengoptimalkan pengembangan
kawasan wisata alam sesuai dengan daya dukung
lingkungan dalam pembuatan kebijakan melalui
tahapan pengembangannya.
- Memberikan informasi mengenai kemampuan
daya dukung lingkungan dan tingkat kebutuhan
lahan yang ada untuk pemanfaatnnya dalam
pengembangan kawasan wisata alam.

1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi topik kajian studi beserta
latar belakang penelitian yang diambil. Kemudian akan
16



dikaji rumusan permasalahan yang terkait, tujuan,
sasaran, dan ruang lingkup penelitian. Selain itu, juga
akan dijabarkan sistematika pembahasan dan kerangka
pemikiran penelitian.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini membahas tentang alur pikir dan
perkembangan keilmuan topik kajian. Tinjauan teori yang
digunakan adalah tentang definisi pariwisata, aspek-aspek
pengembangan pariwisata, konsep pengembangan
pariwisata, kebijakan pariwisata. Dari teori-teori tersebut
kemudian disintesakan sehingga menghasilkan sintesa
teori.
Bab III Metodologi Penelitian
Bab ini menyajikan pendekatan dan jenis
penelitian yang digunakan untuk memecahkan
permasalahan dan mencapai tujuan penelitian. Selain itu,
dalam metode penelitian ini juga terdiri dari teknik
pengumpulan data dan proses analisanya, serta variabel-
variabel penelitian.
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini menyajikan hasil analisis dan
pembahasan untuk menjawab sasaran yang telah
ditentukan.
Bab V Penutup
Bab ini menyajikan kesimpulan dari
keseluruhan penelitian yang telah dilakukan dan beberapa
rekomendasi yang diajukan untuk penelitian lanjutan.

Anda mungkin juga menyukai