Anda di halaman 1dari 49

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan koi termasuk ikan yang harganya relatif mahal juga selalu diburu
para penghobi yang mencari jenis eksklusif. Keuntungan bisnis ikan hias jauh
lebih besar daripada ikan konsumsi. Di samping memiliki harga yang relatif
mahal di pasaran, maraknya kontes koi baik didalam negeri maupun luar
negeri ikut memberikan andil dalam meramaikan bisnis koi. Akibatnya bisnis
ini cukup memberikan jaminan keuntungan yang lebih dari cukup bagi
pembudidaya ikan koi.
Permintaan di tingkat pasaran lokal akan ikan mas (koi) dan ikan air
tawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil
penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun
(Anonymous, 2005).
Ikan koi merupakan salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang
banyak dibudidayakan oleh petani baik budidaya pembenihan, pembesaran, di
kolam pekarangan ataupun air deras. Misalnya masyarakat daerah Bogor,
Sukabumi, Tasikmalaya, Cianjur, Jakarta, telah lama mengenal dan
melakukan pembudidayaannya di kolam sekitar tempat tinggal atau
pekarangan (Santoso B, 1993).
Ikan koi relatif mudah untuk dibudidayakan dan hanya membutuhkan
perlakuan yang sederhana. Dalam perkembangbiakan di alam aslinya, ikan
mas (koi) memijah di awal musim penghujan. Telur yang dihasilkan akan
2

menempel pada rerumputan atau benda lain yang ada di dalam air. Atas dasar
inilah orang kemudian beranggapan bahwa untuk memijahkan ikan mas harus
didahului dengan tindakan memanipulasi lingkungan meliputi pengeringan
kolam dan pengisian air baru. Sebagai bahan penempel telur digunakan
kakaban, yaitu ijuk yang dijepit dua buah bambu (Susanto H. dan Agus R,
1997).
Pembenihan ikan koi merupakan kegiatan yang sangat penting karena,
selain digunakan untuk peluang usaha yang menjanjikan pembenihan ikan koi
juga dapat dijadikan usaha untuk melestarikan ikan koi di Indonesia dan tidak
perlu mengeluarkan uang banyak dan jarak yang jauh untuk mendapatkannya
karena pembenihan ikan koi sudah berkembang di Indonesia.
Terdorong karena budidaya ini cukup menjanjikan keuntungan, saya
ingin mengetahui teknik pemijahan ikan koi yang selain untuk menambah
pengetahuan dapat diaplikasikan dan dikembangkan di daerah sendiri.
3

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui teknik pembenihan ikan mas koi di Balai Benih
Ikan (BBI) Tlatar dan Bangak, Boyolali, Jawa Tengah.
Untuk menambah pengalaman, keterampilan serta pengetahuan
dalam pemijahan ikan air tawar, khususnya Ikan mas koi.
1.3. Manfaat
Kegunaan kegiatan magang ini diharapkan mahasiswa dan dapat
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan menambah wawasan tentang
teknik pemijahan ikan mas koi yang dilakukan di Balai Benih Ikan Tlatar
dan Bangak,Byolali,Jawa Tengah.







4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Ikan Mas Koi ( Cyprinus carpio L )
Menurut Effendi (1998) Ikan Mas koi berasal dari Negara Jepang dan
keturunan ikan karper hitam atau ikan mas yang melalui proses perkawinan
silang dan menghasilkan keturunan yang berwarna warni. Ikan koi
memiliki klasifikasi yang sama dengan ikan mas, seperti berikut:
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Super Kelas : Pisces
Kelas : Osteichtyes
Sub Kelas : Actinopterygi
Ordo : Cypriniformei
Sub Ordo : Cyprinidae
Suku : Cyrinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio L




5

2.2. Varietas Ikan Koi
Berikut ini merupakan jenis-jenis varietas ikan koi menurut Susanto
(2008).
a. Kohaku
Kohaku adalah Koi putih dengan
pola warna merah. Warna putih
pada Kohaku menjadi pusat
perhatian untuk menentukan
kualitasnya. Putihnya harus benar-
benar putih sedangkan warna merah
harus pekat dan cerah. Kohaku,
Taisho Sanshoku dan Showa
Sanshoku adalah verietas yang
paling populer, mereka disebut
"Gosanke (3 Besar)."
b. Taisho Sankoku
Taisho Sanshoku adalah Koi putih
dengan pola warna merah dan
hitam. Karena varietas ini
ditemukan pada era Taisho di
Jepang, maka disebut "Taisho
Sanshoku" atau disebut "Taisho
Sanke" atau "Sanke".
6

c. Showa Sansoku
Showa Sanshoku adalah Koi hitam
dengan pola warna merah dan putih.
Disebut Showa karena varietas ini
ditemukan pada era Showa di
Jepang. Singkatnya disebut "Showa
Sanshoku" atau "Showa".
d. Utsuri Mono
Utsuri mono adalah Koi hitam
dengan pola warna putih (Shiro
Utsuri), merah (Hi Utsuri) atau
kuning (Ki utsuri).

e. Bekko
Bekko adalah Taisho Sanshoku yang tidak ada
pattern/pola warna merah (Shiro Bekko). Jenis
yang lain meliputi Aka Bekko (koi merah
dengan pola warna hitam), Ki Bekko (koi
kuning dengan pola warna hitam).
f. Asagi
7

Koi biru keabu-abuan dengan warna merah di
sisi badannya, sisi kepala dan sirip.


g. Shusui
Shusui adalah Koi jenis Asagi dari kelompok
Doitsu (Koi dengan sisik hanya dibagian
punggung / sisi saja).

h. Koromo
Koromo adalah Koi dengan pola warna merah
yang sekelilingnya berwarna gelap.




i. Gosiki
Goshiki adalah Koi jenis Asagi yang
mempunyai pattern warna merah.
8



j. Hikari Muji
Hikari Muji adalah Koi metalik yang berwarna
tunggal.


k. Hikari Moyo
Hikari Moyo adalah Koi metalik dengan 2 atau
3 warna, kecuali jenis Utsuri dan Showa yang
berwarna metalik, jenisnya meliputi: Hariwake-
Koi perak dengan pola warna kuning keemasan.
Kikusui- Doitsu Hariwake dengan pola warna
merah. Yamato Nishiki- Taisho Sanshoku yang
berwarna metalik. Heisei Nishiki- Taisho
Sanshoku metalik jenis Doitsu Kujyaku-
Goshiki metalik.
l. Hikari Utsuri
Hikari Utsuri adalah Jenis Utsuri yang berwarna
metalik, jenisnya meliputi:
Kin Showa- Showa metalik
9

Gin Shiro Utsuri- Shiro Utsuri metalik
Kin Ki Utsuri- Ki Utsuri metalik.
m. Tancho
Tancho adalah Koi dengan bulatan merah di
kepalanya. Berdasarkan pattern/pola warna lain
dibadannya, Tancho dibedakan jenisnya antara
lain:Tancho Kohaku, Doitsu Tancho Kohaku,
Tancho Showa, Tancho Goshiki.
n. Kin Ginrin
Kin Ginrin adalah Koi
dengan sisik keemasan
atau keperakkan.



o. Doitsu
Koi dengan sisik hanya dibagian punggung / sisi
saja.


10

p. Kawari Mono
Adalah Koi non metalik
yang tidak termasuk
dalam kelompok
lainnya. Contohnya
Chagoi (Koi
coklat/hijau
kecoklatan/kuning
kecoklatan),Ochiba
shigure (Koi biru abu-
abu dengan pola warna
coklat), Kumonryu,
Beni Kumonryu, dll.


2.3. Morfologi Ikan Koi
Menurut Susanto (2000), badan ikan koi berbentuk seperti torpedo
dengan gerak berupa sirip. Sirip dada dan sirip ekor ikan koi hanya memiliki
jari-jari lunak. Sirip punggung memiliki 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari
lunak.sirip perut hanya memiliki jari-jari lunak, sebanyak 9 buah. Sirip anus
mempunyai 3 jari-jari keras dan jari-jari lunak. Pada sisi badan dari
pertengahan batang sampai batang ekor terdapat gurat sisi yang berguna
11

untuk merasakan getaran suara. Garis ini terbentuk dari urat-urat yang ada di
sebelas dalam sisik yang membayang hingga kesebelah luar.
2.4. Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Koi
Ikan koi merupakan hewan yang hidup di daerah beriklim sedang dan
hidup pada daerah perairan tawar. Ikan koi dapat hidup pada kisaran suhu 8
30C, oleh sebab itu ikan koi dapat di pelihara di seluruh Indonesia, mulai
dari pantai hingga daerah pegunungan. Suhu ideal untuk tumbuh ikan koi
adalah 1525C. Di daerah yang mempunyai musim dingin, ikan koi mampu
bertahan hidup pada suhu 23C. Ikan koi merupakan ikan yang tidak tahan
terhadap perubahan suhu secara drastis. Penurunan suhu hingga 5C dalam
waktu singkat sudah dapat mengakibatkan ikan koi stres (Susanto, 2002).
Ikan koi merupakan ikan air tawar, akan tetapi ikan koi masih dapat
hidup pada air yang agak asin. Ikan koi masih bisa bertahan hidup pada air
dengan salinitas 10 ppt. Ikan koi hidup pada salinitas netral, akan tetapi ikan
koi masih bisa hidup pada salinitas yang agak biasa. Kisaran pH yang
dibutuhkan ikan koi agar tumbuh sehat yaitu pada kisaran 6,5 8,5
sedangkan nilai kesadahan yang dapat ditoleransi ikan koi adalah 20 hardness
(DH) (Effendi, 1993).
2.5. Sifat Biologi
Menurut Anonymous (2002), pertumbuhan ikan koi tergantung pada
suhu air, pakan dan jenis kelamin. Tidak ada hewan air yang mempunyai
pertumbuhan tidak teratur seperti ikan koi. Dalam tempo setengah tahun ikan
12

koi tumbuh sangat cepat. Pertumbuhan ikan koi, berat dan panjang badannya
berdasarkan umur disajikan pada tabel 1 Berat dan Panjang Badan Ikan Koi
berdasarkan Umurnya :
Umur
(Tahun)
Panjang
( Cm )
Berat
( gr )
1 10-20 75-100
2 24-30 188-375
3 27-40 563-938
5 45-50 1.125-2.250
10 55-70 2..620-11875
Sumber : Anonymous ( 2002 ).
Umumnya ikan koi jantan mempunyai bentuk tubuh langsing,
sedangkan ikan koi betina bentuk tubuhnya agak membulat. Sampai umur 2
tahun, ikan koi jantan tumbuh pesat dibandingkan ikan koi betina. Namun
setelah umur 2 tahun ikan koi betina tumbuh pesat dibandingkan ikan koi
jantan, betina tumbuh lebih pesat dari pasangannya (Anonymous 2005).
2.6. Pakan dan Kebiasaan Makan
Menurut Effendi (1993), ikan koi bersifat omnivora, artinya pemakan
segala jenis pakan. Dengan demikian dapat diberikan jenis pakan yang
beranekaragam, misalnya ikan kecil, kerang kerangan atau jenis tumbuh
tumbuhan. Pakan utama anak koi adalah jenis kutu air sepertiDaphnia.
Sejalan dengan pertumbuhan badannya mereka dapat memakan serangga air,
jentik jentik nyamuk atau lumut lumut yang menempel pada tanaman.
Pakan ikan koi akan mempengaruhi pembentukan zat warna tubuhnya. Tubuh
13

ikan koi yang berwarna warni disebabkan oleh adanya zat warna yang
antara lain : zat pigmen karoten (jingga), rutin (kuning), atasantin (merah).
Zat zat tersebut di alam bebas dapat di jumpai pada tubuh hewan atau
tumbuhan tertentu yang dapat di jadikan pakan ikan Koi untuk meningkatkan
warna tubuh ikan koi yang dipelihara.
Menurut Susanto (2002), di dalam air ikan koi mampu mengenali
pakannya dan bahkan mencarinya di antara lumpur di dasar kolam, karena
ikan Koi mempunyai organ penciuman yang sangat tajam. Organ penciuman
ini berupa dua pasang kumis yang terletak pada bagian kiri dan kanan
mulutnya. Ikan Koi akan memburu sepotong pakan atau mengaduk aduk
lumpur untuk mendapatkan pakan yang dibutuhkan.
Mulut ikan Koi berukuran cukup besar dan dapat disembulkan.
Letaknya diujung moncong (terminal). Air bersama sama pakan memasuki
rongga mulut. Pakan yang kecil langsung ditelan dan air ditelan lewat insang
setelah flanella insang menyerap oksigen yang terdapat di air, pakan masuk
kedalam kerongkongan pakan dibawa langsung ke usus yang panjangnya
sekitar 5x panjang tubuh.
2.7. Syarat Induk Yang Berkualitas
Syarat utama induk adalah calon induk sudah matang kelamin dan
matang tubuh. Matang kelamin artinya induk jantan sudah menghasilkan
sperma dan induk betina sudah menghasilkan telur yang matang. Matang
tubuh artinya, secara fisik mereka sudah siap menjadi induk-induk produktif.
14

Syarat lain fisiknya prima, tidak cacat. Sirip-siripnya lengkap, juga
sisiknya. Gerakannya anggun, seimbang, tidak loyo. Umur jantan minimal 2
tahun, betina minimal 3 tahun. Betina lebih besar dibandingkan jantan,
perutnya terlihat lebih besar dibandingkan punggung. Jantan sebaliknya,
lebih langsing dan perutnya rata jika dilihat dari punggung. Sirip induk jantan
siap kawin akan muncul bintik-bintik putih (Susanti, 2005).
Seekor induk betina berpasangan dengan 2 atau 3 induk jantan. Jika
seekor betina hanya diberi seekor jantan di kolam pemijahan dan ternyata
sperma induk jantan tidak cukup banyak untuk membuahi telur maka
pemijahan akan gagal. Dengan menyediakan jumlah jantan lebih dari satu,
kegagalan pemijahan bisa dihindari.
Disarankan untuk tidak menggunakan stok induk yang paling bagus,
karena keturunannya biasanya jelek. Anak keturunannya belum tentu sebagus
induknya. Yang dipijahkan sebaiknya koi biasa saja, tetapi masih memiliki
sifat-sifat unggul, seperti warnanya pekat. Pada saat seleksi benih, nantinya
bisa dipilih mana yang bagus dan mana yang diafkir.
2.8. Kualitas Air
Kualitas air merupakan hal penting yang diperhatikan dalam budidaya
ikan. Air yang kurang baik akan menyebabkan ikan Koi mudah terserang
penyakit. Kualitas air memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
kelulusan hidup dan pertumbuhan ikan. Rendahnya kualitas sifat fisik dan
kimia air yang digunakan pada tempat tempat pembenihan akan berkaitan
rendahnya produksi benih ikan. Sifat sifat dan kimia air tersebut antara lain:
15

Kecerahan
Oksigen terlarut
pH
CO
2

Suhu
Dan unsur unsur kalium yang mempengaruhi aktifitas hidup ikan
secara langsung mampu secara tidak langsung. Kualitas air yang baik untuk
induk koi yaitu pH air berkisar 6,58 dengan suhu antara 2628 C,
kandungan DO minimum 35 ppm dan ammoniak 0,01 ppm, sedangkan
untuk larva kandungan DO minimum 6 ppm (Agus. 2002).
2.8. Hama dan Penyakit Ikan
Hama yang sering menyerang ikan koi yaitu kucing dan musang. Ikan
koi sering berenang ke permukaan air ketika seseorang mendekati kolam,
sehingga mudah dimangsa oleh hewan pemangsa seperti kucing, burung
elang, ular dan bangau sering juga memangsa ikan koi yang masih kecil.
Pertumbuhan kolam yang memenuhi syarat misalnnya kontruksi dinding
kolam yang dibuat agak tinggi dapat mencegah masukkmya ganggunan hama
pemangsa ikan koi (Apryanto dan Livianawati, 1992).
Hama penyakit juga dapat menimbulkan kematian pada ikan Koi.
Penyakit yang menyerang ikan koi diantaranya penyakit lumpur (kulit
mngalami iritasi), white spot (bintik putih), lernea, kolumnaris, jamur,
saprolegnia, cacing kulit, argulus dan penyakit harves. Penyakit harves
16

merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian massal
pada ikan koi.
Saat ini belum ditemukan obat yang cocok untuk menaggulangi
penyakit ini. Upaya pencegahan dilakukan dengan cara meningkatkan
pengelolaan usaha budidaya, desinfeksi peralatan, pengeringan, pengapuran
dasar kolam dan pemberian pakan yang cukup dan berkualitas. Terhadap ikan
yang baru masuk, karantina merupakan cara yang tepat untuk mencegah
penyaki tersebut (Anonymous, 2002).

17

BAB III
MATERI DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan magang ini dilaksanakan pada tanggal 12 Februari sampai dengan
8 Maret 2013, di UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Tlatar dan Bangak, Boyolali,
Jawa Tengah.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1. Induk Ikan
Induk Ikan koi matang kelamin artinya induk jantan sudah
menghasilkan sperma dan induk betina sudah menghasilkan telur yang
matang. Matang tubuh artinya secara fisik mereka sudah siap menjadi
induk-induk produktif.
Syarat lain fisiknya prima, tidak cacat. Sirip dan sisiknya lengkap.
Gerakannya anggun, seimbang, tidak loyo. Umur jantan minimal 2 tahun,
betina minimal 3 tahun. Betina lebih besar dibandingkan jantan, perutnya
terlihat lebih besar dibandingkan punggung. Seekor induk betina
berpasangan dengan 2 atau 3 induk jantan.
3.2.2. Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan berukuran 5 x 1,5 x 1 m, terbuat dari semen atau
tembok dengan dasar keramik memiliki pintu pemasukan dan pengeluaran
air secara paralel, kolam dilengkapi dengan waring pemijahan berukuran 4
x 1 x 1 m. Kondisi kolam tembok dengan sirkulasi yang baik dapat juga
18

digunakan langsung untuk tempat penetasan telur dan pemeliharaan larva
sekaligus.
3.2.3. Peralatan Pendukung
Adapun alat-alat yang digunakan dalam teknik pembenihan ikan
koi sebagai berikut :
1. Ganggang (Untuk substrat atau tempat penempelan telur)
2. Ember (tempat mengangkat induk dan benih ikan)
3. Waring (alat untuk menangkap benih)
4. Seser / kalo (alat untuk mengambil benih)
5. Seser pakan alami (alat untuk menangkap pakan alami seperti
Daphnia)
6. Tali
7. Batu bata ( sebagai pemberat dalam pemasangan waring)
8. Timbangan
9. Termometer
10. Ph meter
11. Penggaris
3.3. Metode Kerja
Data yang diambil saat kegiatan magang ini menggunakan metode
deskriptif yaitu suatu metode yang bertujuan untuk memberikan gambaran
umum, sistemis dan faktual mengenai data-data kegiatan pembenihan ikan
koi. Pengambilan data tidak hanya terbatas pada pengumpulan data dan
penyusunan data tetapi juga meliputi analisis dan pembahasan data-data
19

tersebut. Data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder (Azwar.
1998).

3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya melalui prosedur dan
teknik pengambilan data berupa wawancara, observasi, partisipasi aktif
maupun memakai instrumen pengukuran yang khusus sesuai dengan tujuan
(Azwar, 1998).
A. Observasi
Observasi atau pengamatan secara langsung adalah pengambilan
data dengan menggunakan indera mata tanpa ada pertolongan alat standar
lain untuk keperluan tersebut (Nazir. 1988). Observasi dilakukan terhadap
berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan pembenihan meliputi
seleksi induk, perawatan induk, pemberokan, pemijahan serta sarana dan
prasarana.
B. Wawancara
Wawancara merupakan cara mengumpulkan data dengan cara tanya
jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada
tujuan penelitian. Wawancara memerlukan komunikasi yang baik dan
lancar antara peneliti dengan subjek sehingga pada akhirnya bisa
didapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan secara keseluruhan
20

(Nazir. 1988). Wawancara di BBI TLATAR dilakukan dengan cara tanya
jawab dengan pembimbing mengenai segala hal yang berhubungan dengan
teknik pembenihan ikan koi dan permasalahan yang dihadapi dalam
menjalankan kegiatan.
C. Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif adalah keterlibatan dalam suatu kegiatan yang
dilakukan secara langsung di lapangan (Nazir, 1998). Kegiatan yang
dilakukan adalah memilih dan menyiapkan induk, memilih benih,
penebaran, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air serta sampling larva.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak
langsung dan telah dikumpulkan serta dilaporkan oleh orang di luar dari
penelitian itu sendiri (Azwar, 1998). Data ini dapat diperoleh dari data
dokumentasi, lembaga penelitian, dinas perikanan, pustaka pustaka,
laporan laporan pihak swasta, masyarakat dan pihak lain yang
berhubungan dengan sejarah berdirinya BBPBAT Sukabumi Jawa Barat
maupun mengenai tenik pembenihan ikan koi yang baik.


21

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Lokasi
UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Tlatar dan Bangak, Boyolali
Jawa Tengah terletak dikomplek wisata air Umbul Tlatar Boyolali
Jawa Tengah, berdiri sejak tahun 1986. Balai ini tergolong balai
yang cukup kecil, terbagi menjadi dua balai yang berada di Bangkak,
terdiri dari 10 orang staf yang dikepalai oleh St. Widyatmoko
D.R.SP, Ka subbag TU UPTD BBI Tlatar dan Bangkak N. Nugroho,
S.Pi, staf administrasi UPTD BBI Tlatar dan Bangkak Agung
Danang Supriyanto. A.Md, staf urusan produksi BBI Tlatar terdiri
dari, Wahyu Nur Yanto. S.E, staf urusan pemasaran dan kasir
penjualan Sugiyanta, staf urusan lab dan showroom ikan hias Slamet
Sugiyanto dan Ratman.
Terdapat beberapa jenis komoditi ikan air tawar yaitu, ikan nila
merah, nila gift, ikan mas karper, ikan koi, ikan mas koki dan ikan
rainbow. Jenis komoditi yang paling banyak diproduksi adalah ikan
nila, ikan mas, karena termasuk ikan yang dinimati pasar sekitar
untuk dijadikan ikan pancingan di komplek wisata sekitar balai.
Adapun ikan jenis ikan hias yang dibudidayakan hanya dibuat
percontohan untuk para pembudidaya sekitar, seperti ikan hias
rainbow yang didatangkan langsung dari depok jawa barat dan
ditangani langsung oleh ahli dari depok. Masih kurangnya pekerja,
22

hasil produksi dan teknologi pembenihan yang ada di Balai Benih
Tlatar membuat balai tersebut kurang populer dikalangan
masyarakat.
Denah Balai Benih Ikan Tlatar












Gambar 2 : Sumber : magang 2013







4.1.2 Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan kompenen yang penting, tenaga kerja
yang digunakan hendaknya jujur, tekun, kereatif, dan bertanggung
jawab. Jumlah tenaga kerja di UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Tlatar
dan Bangak adalah sebanyak sepuluh orang.
23

4.1.3 Sumber Air
Sumber pengairan air di UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Tlatar
dan Bangak berasal dari mata air langsung. Air di UPTD Balai Benih
Ikan (BBI) Tlatar dan Bangak sangat bagus dan mampu mengairi
seluruh kolam yang ada baik kolam pemeliharan induk, kolam calon
induk, dan kolam benih.
4.1.4 Sarana dan prasarana
Fasilitas Pendukung
Fasilitas pendukung yang ada di UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Tlatar
dan Bangak :
1. Kolam permanen.
2. Gedung Hatchery
3. Gedung perkantoran
4. Laboratorium
5. Perumahan dinas
6. Gedung serbaguna
7. Musallah
8. Wc
9. Pos jaga
10. Penginapan/mess




24


4.2. Hasil
4.2.1. Persiapan Wadah
Dalam mempersiapkan pemijahan ikan koi, tahap awal adalah
mempersiapkan wadah untuk proses pemijahan. Kolam pemijahan induk koi
di BBI Tlatar berukuran 3 x 1 x 1 m yang terbuat dari semen atau tembok
dengan dasar keramik dan memiliki pintu pemasukan dan pengeluaran air.
Sistem pengeluaran air secara paralel dengan pengeluaran air berupa pipa
dalam kolam, gunanya untuk mempermudah pengaturan ketinggian air.
Kegiatan selanjutnya yang dilakukan dalam persiapan kolam
adalah perbaikan kolam dengan menguras,membersihkan kolam dan
pengeringan kolam selama 2 hari, untuk mencegah dan memotong siklus
hama dan penyakit yang akan menyerang pada telur, larva dan benih ikan.
Selanjutnya dilakukan pemasangan hapa hijau berdiameter 1 inchi
dengan ukuran 2 x 1 m sebelum hapa digunakan dibersihkan terlebih dahulu
dengan mencuci dan menjemur hapa tersebut yang bertujuan agar jamur dan
parasit yang sebelumnya menempel dihapa mati. Penggunaan hapa adalah
untuk menahan telur yang dikeluarkan oleh induk sehingga menempel pada
substrat yang ada pada happa tersebut, kemudian dilakukan pengisian air
setinggi 60 cm. Tersaji pada Gambar 3.
25


Gambar 3. Persiapan Kolam Pemijahan


Subtrat yang digunakan menggunakan ganggang yang banyak
terdapat dilingkungan sekitar. Sebelum ganggang digunakan terlebih dahulu
dilakukan pencucian dan penjemuran, bertujuan agar terhindar dari hama
dan penyakit, proses pembuatan kakaban disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Pembuatan kakaban
1.1.2. Pemeliharaan dan Pematangan Induk
Induk ikan koi di BBI Tlatar didatangkan dari semarang. Sekarang
ikan yang dijadikan induk merupakan anakan ikan koi dari ikan tersebut
26

yang telah lama dikembangkan menjadi indukan baru. Pemeliharaan induk
dilakukan pada kolam induk, artinya induk koi dipelihara pada kolam
khusus untuk induk.
Calon induk diberikan pakan dengan menggunakan pellet terapung
comfeed dengan kandungan protein 37%, pakan ikan mas tenggelam dengan
kandungan protein 36% d dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali
sehari.Bak pemeliharaan induk ikan koi di BBI Tlatar berjumlah 4 buah
dengan luas masing-masing 4 m x 2 m x 1,06 m dengan tinggi air 0,8 m.Bak
pemeliharaan induk dilengkapi dengan saluran pemasukan air (intlet) dan
saluran pengeluaran air (outlet).
1.1.3. Seleksi Induk
Seleksi induk merupakan salah satunya kegiatan yang penting dalam
pembenihan, karena induk yang berkualitas akan menghasilkan benih yang
unggul dan berkualitas baik. Induk koi yang digunakan dalam kegiatan ini
yaitu 1 betina kohaku, dan 2 jantan kohaku.

Gambar 6. Proses Seleksi Induk
27

Adapun cara membedakan antara induk jantan dan induk betina ikan
koi sebagai berikut :
Induk Bentina
Induk ikan koi betina memiliki kepala lebih kecil daripada induk
jantan. Tubuh induk betina tampak lebih bengkak dan perut
menggelembung. Induk koi betina yang telah matang gonad jika perutnya
diurut akan mengeluarkan telur. Lubang pelvic betina yang matang telur
sangat lembek dengan kelamin membulat dan operculumnya bila diraba
terasa halus.
Jenis kelamin Panjang (cm) Lebar (cm) Berat (kg)
Koi kohaku 46.4 12.5 1.5

Induk Jantan
Induk koi jantan memiliki bentuk tubuh yang lebih ramping dan
kepal tampak lebih besar dibandingkan induk betina, sedangkan sirip
dibagian pangkal ekor lebih tebal dan kuat. Lubang pelvic induk jantan
lebih keras, menyempit berbentuk runcing dan menonjol, tekstur sisik
pada pipinya bila diraba terasa kasar.
Induk jantan ikan koi di UPTD Balai Benih Bkan (BBI) Tlatar dan
Bangak yang siap dipijahkan:
28

Jenis kelamin Panjang (cm) Lebar (cm) Berat (kg)
Koi Kohaku I 42 11.3 1.3
Koi Kohaku I 38.4 9.8 0.8

Perbedaan alat kelamin induk ikan koi jantan dan betina disajikan
pada Gambar 7.

Gambar 7. Perbedaan Kelamin Induk Jantan dan Betina

Hal ini sesuai dengan pendapat Susanto (2002). Syarat lain untuk
pemilihan induk yang baik untuk pemijahan ikan koi yaitu :
Induk sudah matang kelamin, Induk sehat dan tidak membawa
penyakit, Sirip dan sisiknya lengkap, Induk betina gerakannya lamban dan
induk jantan gerakannya gesit dan lincah. Umur minimal untuk induk jantan
1 tahun dan induk betina 2 tahun.

29

1.1.4. Pemijahan Ikan Koi
Proses pemijahan dilakukan di kolam yang telah dipasang hapa dan
ganggang untuk tempat penempelan telur. Induk hasil seleksi dimasukkan
pada kolam yang telah diberi hapa dan kakaban. Induk dimasukkan pada
pagi hari pada pukul 10.00 WIB.
Pemijahan terjadi pada tengah malam dari jam 00.00-04.00 WIB.
Proses pemijahan dimulai pada saat induk jantan berenang mengejar-
ngejar induk betina. Induk jantan berusaha untuk menyentuh bagian perut
induk betina dengan mulutnya, sehingga induk betina akan mengeluarkan
telurnya. Pada saat yang bersamaan induk jantan akan mengeluarkan
sperma dan terjadilah pembuahan (fertilisasi).
Setelah terjadi proses fertilisasi, telur-telur yang dibuahi akan
menempel pada kakaban. Setelah pemijahan selesai, induk segera
dipindahkan dari dalam happa agar induk ikan koi tidak memakan telur-
telur tersebut. Proses pemindahan induk dari dalam hapa diharapkan tidak
melewati 12 jam dari proses pemijahan berlangsung, proses pengangkatan
induk pada Gambar 8.

30

Gambar 8. Pengangkatan Induk dan Pemindahan ke kolam
pemeliharaan induk,

Induk betina dan jantan ditimbang untuk mengetahui penurunan
bobot induk setelah memijah. Data penurunan bobot induk betina dan
jantan disajikan pada tabel 4
Tabel 4. Data Penurunan Bobot Induk Betina Setelah Memijah.
No. Induk Betina Bobot Awal
(kg)
Bobot Setelah
Pemijahan (kg)

1.

Betina Kohaku

1.5

1,4

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa bobot induk betina
berkurang saat pemijahan karena induk betina mengeluarkan telur yang
ada dalam tubuhnya.

1.1.5. Penetasan Telur
1.1.5.1. Persiapan Wadah
Persiapan wadah penetasan telur dilakukan bersamaan dengan
persiapan kolam pemijahan, kolam yang digunakan untuk pemijahan
digunakan untuk penetasan telur.


31

1.1.5.2. Penetasan Telur
Penetasan telur dilakukan dengan cara memindahkan indukan koi
ke kolam pemeliharaan. Telur hasil pemijahan yang berada didalam
kakaban dibiarkan menetas di happa pemijahan.
Telur yang terbuahi akan berwarna hijau kekuningan transparan
dan berbentuk bulat sedangkan telur yang tidak terbuahi akan berwarna
putih susu atau keruh. Induk yang sudah memijah dikembalikan ke kolam
induk untuk dipulihkan dan disiapkan untuk induk kembali.
Ganggang penetasan harus terendam air dari permukaan air, hal
ini bertujuan agar telur tidak kering dan agar tidak terjadi kontak langsung
dengan udara dan sinar matahari. Telur yang terkena kontak langsung
dengan udara dan sinar matahari akan mengalami pembusukan yang
nantinya akan berpengaruh pada telur yang lainya.
Setelah proses pemijahan selesai, telur yang menempel pada
kakaban harus terendam air. Jika suhu air terlalu dingin penetasan akan
berlangsung lama dan jika suhu terlalu tinggi maka telur bisa mati dan
membusuk. Telur yang terbuahi oleh sperma induk jantan berwarna hijau
kekuningan transparan, sedangkan telur yang tidak terbuahi berwarna
putih susu atau keruh.



32

1.1.5.3. Perhitungan telur yang menetas
perhitungan telur dilakukan dengan cara mengambil sampel pada ganggang
yang panjangnya 100 x 80 cm dengan menghitung telur setiap 2 cm dan
dilakukan 10 tempat. Jumlah telur yang terbuahi dan tidak terbuahi/ganggang
dengan luaskotak sampel 2 cm.
2
Rumus perhitungan telur yang menetas.
Menurut Alawi (1994) dalam Sabar (2010), perhitungan telur yang
menetas sebagai berikut :

Keterangan : Tk : Jumlah telur 1 kakaban
C : Jumlah telur setiap 2 cm
F : Ukuran sampling
Pk : Panjang kakaban
S : Jumlah sampling
Tk = 147 x 2 x 95 = 9310 telur/ kakaban
3

Perhitungan Jumlah Telur Dalam 1 Hapa


Keterangan : Th : Jumlah telur dalam 1 hapa pemijahan
Tk : Jumlah telur 1 kakaban (butir)
Jk : Jumlah kakaban (buah)
Tk = C x F x Pk
S
Th = Tk x Jk
33

Menurut Alawi (1994) dalam Sabar (2010), perhitungan Hatching Rate
(daya tetas) sebagai berikut :


HR (%) = 151,620 x 100 %
34,580
= 4,384 x 100 %
= 43,84 %

Tabel 1 : Jumlah telur yang dibuahi dan tidak dibuahi pada ganggang

No

Telur yang terbuahi
(butir)
Telur yang tidak terbuahi
(butir)
Jumlah total telur
(butir)
1 18 5 23
2 23 4 27
3 14 0 14
4 28 5 33
5 25 0 25
6 29 3 34
7 12 1 13
8 23 2 25
9 24 3 27
10 23 1 24
2. Sumber : magang 2013 BBI Tlatar, Boyolali Jateng

HR (%) = Jumlah telur menetas x 100%
Jumlah telur terbuahi
34

Tebel 2 : jumlah rata-rata seluruh telur
Kakaban
Jumlah telur yang
terbuahi
(butir)
Jumlah telur yang tidak
terbuahi (butir)
Jumlah total
telur
(butir)
I 21 2 23


Sumber : PKL 2012 BBI Tlatar, Boyolali Jateng

Rincian perhitungan jumlah total telur yang ada di ganggang sebagai
berikut :


Jumlah telur yang terbuahi (butir) =

= x 21 butir/sample


Jumlah telur yang tidak terbuahi (butir) =
= x 2 butir/sample


Jumlah total telur (butir) =

=21+2

=x 23 butir

JUMLAH TOTAL TELUR SELURUH LUASAN GANGGANG


Diketahui : Luas kakaban 100 x 80 = 1200 cm
2


Luas kotak sampel 2 cm
2

35


Fekunditas(butir) merupakan
jumlah telur ikan yang dikeluarkan per satuan bobot badan




Jumlah telur yang terbuahi =
X Rata2 telur terbuahi

= 21 butir x 1200
2

= 12600 butir

Jumlah telur yang tidak terbuahi =
X Rata2 telur tidak terbuahi

= 2 butir x 1200
2

= 1200 butir


Fertilisasi rate (butir)

Jumlah telur seluruhnya =
X total telur

= 12600+1200

= 13800 butir





36

Persentase Jumlah telur yang terbuahi (%)

% jumlah telur yang terbuahi = x 100%

= 6600/7800 x 100

= 84%

Derajat penetasan (HR)

Persentase jumlah telur yang menetas = x 100%

= x 100 %

HR = 99 %
Dari perhitungan di atas diketahui jumlah telur yang dihasilkan
pada saat pemijahan adalah 186.200 butir telur dan daya tetas (HR) adalah
43,48%.
Setelah 3 hari telur akan menetas dan larva akan terlihat
bergerombol disekitar kakaban dan dipinggir happa. Setelah 3 hari dari
penetasan kakaban baru diangkat. Suhu penetasan dalam kegiatan ini
adalah 24 - 26
0
C. Larva yang sudah menetas dibiarkan hidup tanpa ada
pemberian pakan, hal ini dikarenakan larva masih memiliki cadangan
makanan berupa kuning telur selama 5 hari.
1.1.5.3. Pengukuran Kualitas Air
a. Suhu air
Pengukuran suhu yang dilakukan 3 kali yaitu pagi, siang dan sore.
Pengukuran suhu dilakukan menggunakan thermometer. Pengukuran
suhu dilakukan dengan cara memasukkan thermometer kekolam dan
37

menunggu hingga air raksa pada thermometer berhenti. Jika
thermometer telah brhenti, angka yang ditunjukkan dithermometer
dicatat. Hasil pengukuran suhu dikolam disajikan pada table dibawah ini
:

Tabel 3 : hasil pengukuran suhu kolam pemijahan
Waktu Suhu (
0
C)
Pagi 23
Siang 26
Malam 25
Sumber : Magang 2013
b. pH
Pengukuran pH yang dilakukan menggunakan pH pen. Pegukuran
dilakukan dengan cara memasukkan pH pen kedalam kolam pemijahan
dan tunggu angka yang ada dilayar pH pen. Hasil pengukuran pH pada
kolam pemijahan disajikan dalam table 4 dibawah ini.
Tabel 4 : Pengukuran pH di kolam pemijahan
Waktu pH
Pagi 6
Siang 7
Malam 7
Sumber : Magang 2013


2.1. Pakan
38

4.4.1. Pakan Alami
Ketersediaan pakan alami dapat dipenuhi dengan pemupukan
kolam. Pemupukan kolam dilakukan pada awal produksi yaitu saat
persiapan kolam. Pemupukan kolam menggunakan kotoran burung puyuh
dengan dosis 0,5 kg/m
3
yang dilakukan pada pagi hari. Pupuk yang telah
siap dalam karung dan ditebar sesuai dengan tempat yang telah ditentukan
seperti sisi-sisi kolam.
Jenis pakan alami yang tumbuh setelah dilakukan pemupukan
kolam selama 3 hari adalah Infusoria, Moina sp, dan Daphnia sp.
2.2. Penanggulangan Penyakit
Pada saat kegiatan ditemukan induk ikan koi yang terjangkit
penyakit white spot. Penyakit white spot merupakan penyakit yang sering
dijumpai karena banyak di temukan menyerang koi di kolam taman maupun
kolam penampungan. Bintik-bintik putih akan tampak di permukaan badan
ikan, mula-mula di satu bagian kemudian meluas pada bagian tubuh lainnya.
Penyebab bintik putih ini disebabkan protozoa bernama Ichthyophthirius
multifilis.
Sekalipun tidak terlihat mata telanjang, tapi karena protozoa ini
berkumpul dalam jumlah banyak, maka akan tampak seperti bintik putih.
Diameter seekor protozoa sekitar 0,7 milimeter dan berbentuk seperti telur.
Koi yang terserang bintik putih seolah-olah tertutup oleh bedak putih. Pada
tahap awal bintik putih hanya menyerap cairan tubuh, tapi lama-kelamaan
39

menyebabkan ikan kurus dan akhirnya mati. Koi akan sangat mudah
terserang apabila lingkungannya jelek dan kesehatan ikan koi tidak berada
dalam kondisi prima.
Ikan koi yang terserang bintik putih bisa diobati dengan cara
merendam ikan yang sakit dengan dosis 0,5 gram Methelene blue dalam 1
ton air cukup efektif dalam mematikan white spot. Selain pada tubuh, white
spot juga menyerang insang koi.
4.2. Pembahasan
Faktor pendukung keberhasilan pemijahan ikan koi adalah
pemeliharaan induk. Kualitas induk yang baik dapat dilihat dari postur tubuhnya,
tidak cacat dan luka ditubuhnya, serta gerakan ikan lincah serta warna yang
menarik. Kolam yang digunakan untuk memelihara ikan adalah kolam permanen
berukuran 5 x 2 m dengan ketinggian air kolam 102 cm. selama dipelihara,
indukan diberi pakan komersil berupa pellet. Menurut Sjafei etal (1991), pakan
merupakan komponen penting dalam proses kematangan gonad, karena dalam
vitelogenesis membutuhkan nutrien. Fekunditas dan kualitas telur sangat
ditentukan oleh kualitas pakan yang diberikan, karenanya pemberian pakan yang
bernilai gizi tinggi serta sangat lengkap komposisinya, mutlak diperlukan dalam
pemberian pakan induk. Selain itu, pemberian pakan induk ini berguna untuk
menjaga agar induk tetap sehat. Proses pemijahan ikan koi di BBI Tlatar dan
Bangak dimulai dengan seleksi induk. Produksi benih ikan dapat di tingkatkan
melalui seleksi induk yang tujuannya untuk menghasilkan induk-induk yang
mempunyai potensi tinggi bagi keturunannya seperti cepat pertumbuhannya, tahan
40

terhadap penyakit, parasit, banyak menghasilkan telur dan benih yang tahan
terhadap lingkungan minim (Yuliana, 1992).
Induk jantan memiliki kelamin berupa tonjolan memanjang dan meruncing,
berwarna putih bersih, dan pada ujungnya terdapat satu lubang untuk eksresi dan
sperma. Jika diurut pada bagian perut induk jantan akan mengeluarkan cairan
sperma. Jika diurut pada bagian perut induk jantan akan mengeluarkan cairan
sperma. Induk betina, memiliki ciri-ciri warna tubuh lebih gelap dibandingkan
induk jantan dan alat kelaminnya berupa tonjolan agak bundar, yang mempunyai
lubang terpisah, masing-masing berfungsu sebagai saluran eksresi (urine) dan
telur. Ciri-ciri induk nila gift yang berkualitas baik antara lain berumur 5-6 bulan,
berukuran minimal 250 gram, bentuk tubuh normal atau tidak cacat, sisik besar
dan tersusun rapi, gerakan lincah, kepala relatif kecil, berdaging tebal, bergaris
tubuh jelas warna perut putih. (allaboutfisheriesteory.wordpress.com).
Pemijahan yang dilakukan di UPTD Balai Benih Ikan ( BBI ) Tlatar dan Bangak
adalah teknik pemijahan alami dengan menebar induk ke kolam pemijahan ikan
nila. Indukan yang telah diseleksi dipindahkan kekolam pemijahan. Perbandingan
pemijahan ikan nila di BBI Tlatar dan Bangak adalah 1:5. Jumlah indukan yang
dipakai adalah 7 jantan dan 35 betina.
Proses pemijahan ikan nila berlangsung kurang lebih 14 hari. Selama proses
pemijahan dilakukan pengambilan sampel telur ikan nila dengan cara mengambil
telur darai mulut ikan nila betina. Djaridjah (1995), menyatakan pemijahan nila
secara alami adalah membiarkan induk nila merah berpijah dan mengerami telur
serta merawat larvanya secara alami di dalam kolam pemijahan. Telur hasil
41

pemijahan akan menetes sekitar 2-4 hari setelah dierami induk betina di dalam
rongga mulutnya. Larva yang baru menetas sampai umur 11 hari akan diasuh oleh
induk betina, yaitu dengan cara dimasukkan ke dalam rongga mulutnya. Selama
mengerami telur atau mengasuh larva, induk betina lebih suka berada di tepi
kolam. Sesekali larva yang di asuhnya dilepas dan kemudian diisap lagi.
Pada kegiatan magang yang dilakukan di BBI Tlatar dan Bangak diamati HR
(hatching rate). Dari hasil HR di dapat dirata rata dengan hasil 84 %. Sunarma
(2004) menyebutkan bahwa HR induk nila gift berkisar 80%.
Pada pengukuran kualitas air kolam permanen pemijahan dilakukan beberapa
pengukuran diantaranya Suhu dan Ph. Hasil suhu rata rata 25 -27 oC. Suhu air
optimal untuk pertumbuhan ikan nila adalah 28-320C. Namun demikian, tidak
menutup kemungkinan ikan yang dibudidayakan juga mampu beradaptasi dengan
suhu apabila oksigen terlarut sesuai dengan kebutuhannya.(Carman, O dan
Sucipto, A 2009)
Ph rata rata yang didapat pada pengamatan magang di BBI Tlatar dan Bangak
adalah 6 7. Menurut (Carman, O dan Sucipto, A 2009) nila dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan alkalinitas rendah atau
netral. Pertumbuhanya mengalami penurunan pada lingkungan dengan pH yang
rendah. Namun demikian, nila masih dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH
5-10

42

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Adapun simpulan dari hasil kegiatan adalah sebagai berikut :
1. Teknik pembenihan ikan koi (Cyprinus carpio) secara alami dapat
dilakukan di kolam pemijahan berupa kolam yang dasarnya tanah dan
dilengkapi dengan hapa pemijahan dan sekaligus dapat digunakan
untuk tempat penetasan telur dan pemeliharaan larva.
2. Seleksi induk merupakan salah satu tahapan yang sangat penting
karena akan berpengaruh terhadap kualitas benih yang dihasilkan.
3. Penghitungan pertumbuhan larva setiap 10 hari harus dilakukan untuk
mengetahui biomasa larva yang menjadi dasar untuk pemberian pakan
larva.
4. Dari data pertumbuhan diketahui hatching rate 43,84%, mortalitas
18,57 % dan SR 81,43 %.
5.2. Saran
1. Teknik pembenihan ikan koi meliputi proses pemijahan, penetasan
telur, serta pemeliharan larva. Apabila teknik tersebut dilakukan pada
satu kolam maka sisa telur yang tidak menetas akan mempengaruhi
kualitas air dan pertumbuhan larva. Oleh karena itu sebaiknya
dilakukan di kolam terpisah.
43

2. Seleksi induk sebaiknya dilakukan lebih cermat yaitu memenuhi syarat
induk yang baik dan cukup umur agar pemijahan berlangsung optimal
dan benih yang dihasilkan berkualitas baik.


44

DAFTAR PUSTAKA
Agus, 2002. Koi (Revisi). Anda Bertanya, Pakar dan Praktisi Menjawab. Agro
Media Pustaka. Jakarta.

Alawi dalam Sabar (2010). Teknik Pembenihan Ikan Baung (Mysitus nemurus C,
V) Di Balai benih ikan sentral SEI TIBUN Desa Padang mutung Kab
Kumpar Provinsi Riau. Laporan Praktek Magang Prodi Diploma III
Budidaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Riau, Pekanbaru.

Anonymous, 2002. Koi si ikan panjang umur. Agro media. Jakarta.

Anonymous, 2005. Budidaya Ikan Mas. Proyek Pengembangan Ekonomi
Masyarakat Pedesaan. Bappenas. Jakarta.

Apryanto dan Livianawati. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.
Kansius. Yogyakarta.

Anzwar, S. 1998. Metode Penelitian. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Arini, M. 2005. Teknik Pembenihan Ikan Koi (Cyprinus Carpio) di kelompok tani
maina sejahtera dusun surowono desa camgu kediri. Jurnal perikanan
Indonesia. Vol VII (3); 15-24.

Effendi, H. 1993. Mengenali Beberapa Jenis Koi (Karper Jepang-Nishikigoi).
Kansius. Yogyakarta.

Effendi, I. 1998. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.
http://warisanjelai.blogspot.com/2009/11/sejarah-ikan-koi.html.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Santoso, B. 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Mas. Kanisius Yogyakarta.
Susanti, S. 2005. Teknik Penanganan Induk Ikan Koi (Cyprinus Carpio) di
Kelurahan Beru Jawa Timur. Jurnal Penelitian Indonesia Vol IX (4) ; 42-
48.

Susanto, H. dan Agus, R. 1997. Kiat Budidaya Ikan Mas Dilahan Kritis.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Susanto, 2000. Budidaya Ikan Koi. Penebar Swadaya. Jakarta.
45

Susanto, H. 2002. Koi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susanto. H. 2008. Panduan memelihara koi. Penebar swadaya. Jakarta.


46

DOKUMENTASI


Gambar 1. Happa

Gambar 2. Peralatan Penunjang Pembenihan Ikan Koi
47



Gambar 3. Bak Pemberokan Induk

Gambar 4. Kolam Penetasan dilengkapi Hapa

48




Gambar 5. Kolam Pemeliharaan Larva



Gambar 6. Tata Letak Kolam


49



Gambar 7. Obat-obatan



Gambar 8. Pakan

Anda mungkin juga menyukai