Anda di halaman 1dari 23

Hookworm Diseases

Makalah
(Disusun guna memenuhi tugas matakuliah Epidemiologi Penyakit
Menular Kelas A)

Oleh :
1. Dwi Prasetyo (102110101103)
2. Ongky Januar (102110101129)
3. Nurul Hidayati (122110101069)
4. Muhammad Ikhwan (122110101096)
5. Wahdatul Chizbiyah (122110101109)
6. Nyimas Larasati (122110101129)
7. Nur Azize (122110101132)
8. Sylvia Dwi S.S (122110101148)
9. Nurina A (122110101163)
10. Syifta Kusuma (122110101209)
Kelompok 4

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2014
i

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat
dan hidayah Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Hookworm
Diseases
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Epidemiologi
Penyakit Menular.
Kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Yunus SKM.,M.Kes selaku dosen penanggung jawab Mata Kuliah
Epidemiologi Penyakit Menular.
2. Ibu Irma SKM, M.Kes selaku dosen pengajar Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit
Menular.
3. Teman-teman Fakultas Kesehatan Masyarakat UNEJ dan seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyusunan tugas makalah ini.
Kami sadar bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah dan kekurangan
hanyalah milik manusia, begitupun dengan makalah yang kami susun ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membagun dari semua pihak yang dapat membantu dalam perbaikan penyusunan
makalah selanjutnya.
Kami harap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, untuk
kemajuan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

Jember, Maret 2014

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 2
2.1 Definisi ...................................................................................................... 2
2.2 Etiologi ...................................................................................................... 2
2.3 Macam-Macam Cacing Parasit ................................................................. 2
2.4 Gejala klinis .............................................................................................. 5
2.5 Penularan ................................................................................................... 5
2.6 Pengobatan ................................................................................................ 7
2.7 Pencegahan ................................................................................................ 10
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 12
3. 1 Konsep Penyebab Penyakit dan Elemen Hookworm Diseases ................ 12
3. 2 Level Pencegahan Hookworm Diseases .................................................. 12
3. 3 Program Pemerintah ................................................................................ 13
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 19
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 19
4.2 Saran ........................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selain akibat serangan bakteri atau virus sebagai penyebab umum penyakit
ada juga parasit cacing yang dapat menimbulkan penyakit. Ini lumrah terjadi di
daerah tropis atau negara berkembang. Parasit cacing akan mudah menimbulkan
infeksi pada tubuh manusia karena dicetuskan oleh berbagai faktor perilaku hygiene
personal yang kurang bersih dan sehat. Disamping itu juga akan dipermudah oleh
karena kondisi sanitasi lingkungan pemukiman penduduk yang buruk.
Tanpa disadari parasit cacing berupa telur atau larvanya bisa melekat pada
sela jari dan kuku tangan yang tidak bersih. Demikian juga dapat menempel pada
bahan makanan yang akan dikonsumsi sehingga bisa menyebabkan gangguan
pencernaan. Pada beberapa keadaan lingkungan, larva cacing dapat menginfeksi
lewat kontak langsung menembus kulit sehingga dapat bermigrasi menuju organ vital
seperti pembuluh darah, pembuluh limfe, hati, paru-paru dan jantung.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah konsep penyebab penyakit pada hookworm diseases?
1.2.2 Bagaimanakah level pencegahan pada hookworm diseases?
1.2.3 Apakah program pemerintah yang telah dilaksanakan dalam menyelesaikan
permasalahan penyakit hookworm diseases?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui konsep penyebab penyakit hookworm diseases.
1.3.2 Mengetahui level pencegahan hookworm diseases.
1.3.3 Mengetahui program pemerintah yang telah dilaksanakan dalam
menyelesaikan permasalahan hookworm diseases.
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Cacing parasit adalah cacing yang hidup sebagai parasit pada organisme lain,
baik hewan atau tumbuhan. Mereka adalah organisme yang seperti cacing yang hidup
dan makan pada tubuh yang ditumpangi serta menerima makanan dan perlindungan
sementara menyerap nutrisi tubuh yang ditumpangi. Penyerapan ini menyebabkan
kelemahan dan penyakit. Penyakit yang diakibatkan oleh cacing parasit biasanya
disebut secara umum sebagai kecacingan.

2.2 Etiologi
Cacing Tambang atau Hookworm terdapat dua spesies yaitu Ancylostoma
duodenale dan Necatoramericanus. Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di
dalam tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 hari. Dalam
beberapa hari, larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah. Manusia bias terinfeksi
jika berjalan tanpa alas kaki di atas tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia,
karena larva bias menembus kulit. Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh
getah bening dan aliran darah. Lalu larva naik ke saluran pernafasan dan tertelan.
Sekitar 1 minggu setelah masuk melalui kulit, larva akan sampai di usus. Larva
menancapkan dirinya dengan kait di dalam mulut mereka ke lapisan usus halus
bagian atas dan mengisap darah.

2.3 Macam-Macam Cacing Parasit
Cacing parasit umumnya merupakan anggota Cestoda, Nematoda, dan
Trematoda. Berikut ini adalah tabel daftar macam-macam cacing yang parasit pada
manusia.

3


Genus Spesies
Acylostoma Ancylostoma braziliense
Ancylostoma caninum
Ancylostoma ceylanicum
Ancylostoma duodenale
Angiostrongylus Angiostrongylus cantonensis
Angiostrongylus costarlcensis
Ascaris Ascaris lumbricoides
Baylisascaris Baylisascaris procyonis
Brugia Brugia malayi
Brugia timori
Drangunculus Drangunculus medinensis
Enterobius Enterobius vermicularis
Filaria Filaria bancrofti
Filaria loa
Filaria malayi
Filaria volvulus
Loa Loa loa
Mansonella Mansonella perstans
Mansonella ozzardi
Mansonella streptocerca
Necator Necator americanus
Onchocerca Onchocerca volvulus
Oxyuris Oxyuris vermicularis
Strongyloides Strongyloides stercoralis
Toxocara Toxocara canis
4

Toxocara cati
Trichinella Trichinella spiralis
Trichocepalus Trichocepalus tricium
Trichuris Trichuris Trichiura
Wuchereria Wuchereria brancrofti
Davainea Davainea madagascariensis
Dipylidium Dipylidium canioum
Diphyllobothrium latum
Echinococcus Echinococcus granulosus
Echinococcus multilocularis
Hymenolepis Hymenolepis diminata
Hymenolepis nana
Taenia Taenia saginata
Taenia solium
Clonorchis Clonorchis sinensis
Echinostoma Echinostoma ilocanum
Echinostoma lidoense
Echinostoma malayanum
Echinostoma recurvatum
Echinostoma revolutum
Fasciola Fasciola hepatica
Fasciolopsis Fasciolopsis buski
Haplorchis Haplorchis yokogawai
Heterophyes Heterophyes heterophyes
Opistorchis Opistorchis fellineus
Opistorchis viverrini
5

Paragonimus Paragonimus ringer
Paragonimus westermanii
Schistosoma Schistosoma haematobium
Schistosoma japonicum
Schistosoma mansoni

2.4 Gejala klinis
Gejala klinis yang ditimbulkan dari infeksi cacing tambang antara lain:
1. Lesu
2. Tidak bergairah
3. Konsentrasi belajar kurang
4. Pucat
5. Rentan terhadap peyakit
6. Prestasi kerja menurun
7. Anemia (anemia hipokrom micrositer)
8. Terdapat eosinofilia

2.5 Cara Penularan
Orang dapat tertular pada waktu kontak dengan larva cacing tambang. Larva
cacing ini pada umumnya terdapat di tanah yang tercemar oleh tinja anjing yang
mengandung cacing tambang. Apabila tinja anjing tersebut mengandung telur cacing
tambang, telur tersebut akan berkembang menjadi larva I, II, dan III. Larva III yang
umumnya terdapat di tanah inilah yang menyerang manusia melalui sela antara 2 jari
kaki atau dorsum pedis, melalui folikel rambut, pori-pori kulit ataupun kulit yang
rusak, larva secara aktif menembus kulit masuk ke dalam kapiler darah, dan terbawa
aliran darah. Larva cacing juga dapat menembus kulit atau selaput mukosa. Waktu
yang diperlukan dalam pengembaraan sampai ke usus halus membutuhkan waktu
kira-kira 10 hari.
6

Larva cacing yang telah menembus permukaan kulit akan menimbulkan
perubahan pada permukaan kulit. Masa inkubasi penyakit bervariasi antara
beberapa hari sampai beberapa minggu setelah penderita berkontak dengan tanah
yang tercemar larva cacing. Pada tempat masuknya larva di permukaan kulit
terjadi lepuh kecil. Umumnya tempat masuknya larva adalah kulit yang terbuka
atau tidak itutupi baju atau celana, misalnya lengan, kaki atau wajah. Dalam
jumlah kecil dapat pula ditemukan pada daerah pantat anak-anak. Mungkin anak
tersebut hanya memakai celana dalam saat bermain.
Cacing dewasa dapat hidup selama kurang lebih 10 tahun. Infeksi per-oral
jarang terjadi, tapi larva juga dapat masuk ke dalam badan melalui air minum
atau makanan yang terkontaminasi. Anak-anak yang bermain di tanah, tukang
kebun, pekerja yang berhubungan dengan penggalian tanah seperti tukang pasang
pipa (plumber) mempunyai resiko besar tertular larva cacing tambang. Orang
yang terserang cutaneous larva migrans tidak menularkan kepada orang yang
sehat.










Gambar 2.1 Lingkaran Hidup Cacing Tambang (Sumber: Peningkatan Kualitas Sumber Day
Manusia Melalui Promosi Budaya Hidup Sehat Dengan Pendekatan Kemitraan)
7

2.6 Pengobatan
Pengobatan dilakukan dengan dua cara pendekatan yaitu Blanket
Treatment dan Selective Treatment dengan menggunakan obat yang aman
dan berspektrum luas, efektif, tersedia dan terjangkau harganya, serta dapat
membunuh cacing dewasa larva dan telur. Menurut pengalaman frekuensi
pengobatan dilakukan 2 kali dalam setahun.
a. Jenis Pengobatan
Jenis pengobatan penyakit cacing ada dua macam yaitu pengobatan
massal dan pengobatan selektif.
1. Pengobatan massal (Blanket Treatment)
a) Blanket Mass Treatment
Suatu jenis pengobatan yang dilakukan secara menyeluruh
kepada seluruh penduduk yang menjadi sasaran program. Blanket
Treatment dilakukan bila sarana dan prasarana laboratorium tidak
ada/tidak memadai atau ada sarana laboratorium tapi kondisi
geografis menyuliltkan pengumpulan sampel tinja, pengobatan
massal ini dapat dilakukan sampai 3 tahun tanpa survey evaluasi.
Daerah yang melaksanakan sistem blanket, agar diikuti dengan
kegiatan penyuluhan tentang hidup bersih dan memperbaiki sanitasi
lingkungan di wilayah tersebut. Disamping itu agar diupayakan
meningkatkan SDM dan sarana laboratorium untuk menunjang
kemampuan pemeriksaan tinja, dengan harapan suatu saat mampu
melaksankan pengobatan selektif diwilayahnya. Selain itu
pengobatan massal dilakukan apabila didaerah sasaran pernah
mempunyai prevalensi 30% atau lebih.
b) Selective Mass Treatment
Pengobatan yang dilakukan terhadap penduduk yang menjadi
sasaran program, tetapi hanya kepada penduduk yang hasil
pemeriksaan tinjanya positif. Hal ini dilakukan pada daerah yang
8

mempunyai sarana dan prasarana laboratorium yang memadai,
karena pemeriksaan tinja harus dilakukan pada seluruh sasaran.
Disamping itu kondisi geografis memungkinkan untuk
pengumpulan sediaan tinja secara berkala. Pengobatan dilakukan
secara berurutan (satu per satu) dan harus diminum didepan petugas
(tidak boleh dibawa pulang).

2. Pengobatan selektif (Selective Treatment)
Pengobatan dilakukan disarana kesehatan bagi penderita yang datang
berobat sendiri dan hasil pemeriksaan mikroskopik tinja positif atau
hasil pemeriksaan klinis dinyatakan positif menderita cacingan.
b. Jenis obat
Pemilihan obat cacing dengan kriteria dan spesifikasi sebagai berikut :
a. aman (efek samping minimal)
b. efektif untuk beberapa jenis cacing
c. harga terjangjau baik oleh pemerintah maupun masyarakat
Obat untuk infeksi cacing tambang adalah Pyrantel pamoate
(Combantrin, Pyrantin), Mebendazole (Vermox, Vermona, Vircid),
Albendazole.
Sebaiknya dipilih satu macam obat dengan dosis tunggal, hal ini
untuk mempermudak pelaksaan pengobatan.
Pengobatan cacingan dianjurkan menggunakan pyrantel pamoate
dengan dosis 10 mg/kg berat badan (dosis tunggal), untuk pengobatan
pertama pada pengobatan massal. Untuk pengobatan kedua menggunakan
Albendazol. Untuk pengobatan massal dosis Mebendazol 500 mg (dosis
tunggal) dan Albendazol 400 mg (dosis tunggal). Untuk pengobatan
selective Mebendazol dosisnya 100 mg x 2 kali selama 3 hari.


9

Tabel perbedaan Albendazol Pyrantel Mebendazol
Factor factor yang
perlu diperhatikan
Albendazole Pyrantel Mebendazole
1. Spektrum Membunuh cacing
Ascaris
lumbricoides,
Thrichuris
trichiura, dan
hookworm.
Memutuskan
rantai kehidupan
cacing : cacing
dewasa, telur, dan
larva.
Membunuh
Ascaris
lumbricoides,
Ancylostoma sp. ,
cacing dewasa
Membunuh cacing
Ascaris
lumbricoides,
Thrichuris
trichiura, dan
hookworm.
Membunuh semua
stadium cacing.
2. Reinfeksi 6 bulan 4 bulan 6 bulan
3. Efek samping Nyeri perut/diare
(jarang)
kontraindikasi
bagi wanita hamil
Mual, muntah,
diare, keram, sakit
kepala, pusing,
kunang- kunang.
Nyeri perut/ diare
(jarang),
kontraindikasi
bagi wanita hamil,
alergi, leucopenia,
alopesia.
4. Rekomendasi
dari WHO
Ya ya Ya










Gambar 2.2 Penderita Hookworm
Diseases (sumber: http://sincetil-
fara.blogspot.com/2009_04_01_archive.ht
ml)
Gambar 2.3 Penderita Hookworm
Diseases (sumber: http://sincetil-
fara.blogspot.com/2009_04_01_archi
ve.html)
10

2.7 Pencegahan
1. Memutuskan daur hidup dengan cara:
a. defekasi di jamban
b. menjaga kebersihan, cukup air bersih dijamban, untuk mandi dan cuci
tangan secara teratur.
c. memberi pengobatan missal dengan obat antemintik yang efektif terutama
pada golonan relawan

2. penyuluhan kepada masyarakat mengenai sanitasi yang baik dengan cara
menghindari infeksi cacing.
Akan tetapi, cara di atas masih sulit diterapkan pada masyarakat dengan sosial
ekonomi rendah karena:
a. Rumah berimpitan didaerah kumuh (slum area) dikota besar yang
mempunyai sanitasi lingkungan yang buruk
b. Di pedesaaan anak berdefekasi dekat rumah dan orang dewasa di pinggir kali
diladang dan pekerbunan tpat bekerja
c. Penggunaan tinja yang mengandung acng untuk dipupuk dikebun sayuran
d. Pengolahan tanah pertanian/perkebunan dan pertambangan dengan tangan
dan kaki telanjang ,tidak terlindung.






11

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Konsep Penyebab Penyakit dan Elemen Cacing Tambang
Hookworms adalah jenis cacing parasit yang ditemukan pada anjing.
Hookworms adalah cacing kecil, yang mengikat ke dinding usus kecil, mengisap
darah. Anjing terinfeksi dengan hookworms melalui tanah yang terkontaminasi.
Telurnya menetas dan hookworms tumbuh dewasa di usus anjing. Anak anjing bisa
mendapatkan hookworms di dalam rahim ibu anjing atau melalui susu. Cacing ini
bisa membunuh anjing, tetapi anjing tidak dewasa. Worms ini mampu menyedot
besar volume darah dari anjing , sehingga menyebabkan penyakit serius. Hookworms
juga terdapat dalam tanah dengan kotoran (hewan atau manusia). Manusia terinfeksi
telur karena meminum air yang terkontaminasi. Bahkan berjalan tanpa alas kaki dapat
menyebabkan masuk menembus kulit.
Infeksi cacing tambang (hookworm) pada manusia disebabkan oleh Necator
americanus (nekatoriasis) dan Ancylostoma duodenale (ankilostomiasis). Cacing
tambang mempunyai siklus hidup yang kompleks, infeksi oleh larva melalui kulit dan
mengalami migrasi ke paru paru dan berkembang menjadi dewasa pada usus halus.
Infeksi cacing tambang menyebabkan anemia mikrositik dan hipokromik karena
kekurangan zat besi akibat kehilangan darah secara kronis. Cacing dewasa terutama
hidup di daerah yeyunum dan duodenum. Telur dikeluarkan melalui tinja dan tidak
infektif pada manusia. Larva filariform yang bersifat infektif hidup secara bebas di
dalam tanah dan air.

3.2 Level Pencegahan Hookworm Diseases
Pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan perjalanan
penyakit, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan
tersier.
1. Pencegahan Primer
12

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan faktor
resiko, yaitu dengan memutus rantai lingkaran hidup cacing dengan cara
meliputi kebersihan lingkungan, kebersihan pribadi, penyediaan air bersih
yang cukup, pembuatan dan penggunaan jamban yang memadai, menjaga
kebersihan makanan, dan memakai alas kaki.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan yang dapat dilakuka n adalah pengobatan terhadap
orang yang terinfeksi. Prinsip pengobatan ini adalah membunuh cacing
yang ada dalam tubuh manusia yaitu dengan menggunakan obat yang aman
berspektrum luas, efektif untuk jenis cacing yang ditularkan melalui tanah.
Menurut berbagai pengalaman, frekuensi pengobatan dilakukan 2 kali
dalam setahun.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan yang dapat dilakukan ketika seseorang telah sembuh
dari penyakit ini adalah dengan pemberian makanan bergizi untuk
meningkatkan daya tahan tubuhnya.

3.3 Program Pemerintah yang Telah Dilaksanakan dalam Menyelesaikan
Penyakit Cacing Tambang
1. Kebijakan
Kebijakan pembangunan nasional sebagaimana diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2005, Bab 28 tentang Peningkatan
Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas, ditetapkan antara
program pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Penyakit Cacingan merupakan salah satu penyakit menular yang masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama dikalangan
anak usia sekolah dasar. Hal ini dapat merugikan proses belajar mengajar,
13

oleh karena itu Kebijakan Program Pengendalian Penyakit Cacingan
diarahkan untuk:
a. Meningkatkan upaya pengendalian dengan menggali sumber daya secara
kemitraan, lintas program dan lintas sektor.
b. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan program
yang lebih professional.
c. Mengembangkan dan menyelenggarakan metode tepat guna.
d. Meningkatkan upaya pencegahan yang efektif bersama program dan
sektor terkait.
e. Melaksanakan bimbingan, pemantauan dan evaluasi.

2. Stategi
Strategi Pengendalian Penyakit Cacingan yang dilakukan adalah
memutus mata rantai penularan baik dalam tubuh maupun di luar tubuh
manusia. Dalam memutus rantai penularan ini ada dua program yang
dilakukan yaitu :
a. Program Jangka Pendek
Tujuan program ini untuk memutus rantai penularan dalam tubuh
manusia, dengan demikian dapat menurunkan prevalensi dan intensitas infeksi
Cacingan dengan cara pengobatan (oleh sektor kesehatan).

b. Program Jangka Panjang
Tujuan program ini untuk memutus rantai penularan di luar tubuh
manusia, yaitu dengan melaksanakan upaya pencegahan yang efektif.
Untuk mencapai hal-hal tersebut di atas yaitu program jangka pendek dan
jangka panjang ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan, yaitu:
14

1. Penentuan prioritas lokasi sasaran maupun penduduk sasaran.
2. Penegakan diagnosa dengan melakukan pemeriksaan tinja secara langsung
menggunakan metode kato - katz.
3. Penanggulangan
KEGIATAN PROGRAM CACINGAN

1. PERSIAPAN TIM
Sebelum memulai kegiatan perlu dibentuk tim pelaksana secara
berjenjang mulai dari Tingkat Kabupaten/Kota sampai dengan tingkat sekolah.
Tim ini yang bertugas untuk melaksanakan dan mengelola jalannya kegiatan
selama program berlangsung. Anggota Tim terdiri atas beberapa unsur dari sektor
terkait, yang bekerja dalam bidang masing-masing dengan koordinasi lintas
sektor. Bila perlu melibatkan unsur Perguruan Tinggi yaitu Bagian Parasitologi
dan Kesehatan Masyarakat.
2. PERSIAPAN LAPANGAN
3. PERSIAPAN BAHAN PENYULUHAN
4. PERSIAPAN PELATIHAN DAN SEMINAR
5. PERSIAPAN DANA

Pelaksanaan Kegiatan
1. Penyuluhan
Penyakit Cacingan merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan,
oleh karena itu pengendalian penyakit Cacingan ini harus melibatkan berbagai
pihak baik lintas program maupun lintas sektor. Upaya pengendalian penyakit ini
sudah lama dilaksanakan diantaranya pengobatan penderita, penyuluhan di
sekolah melalui UKS dan masyarakat pada umumnya, namun hasil yang dicapai
belum sesuai dengan harapan. Selanjutnya agar pengendalian penyakit cacingan
15

ini dapat mencapai tujuan sesuai harapan maka perlu direncanakan strategi
promosi pengendalian Cacingan yang sesuai dengan keadaan saat ini. Strategi
Promosi pengendalian cacingan pada dasarnya ada tiga yaitu advokasi, bina
suasana, dan gerakan masyarakat.
Advokasi pengendalian Cacingan adalah suatu upaya yang sistematis dan
terorganisir untuk melancarkan suatu aksi dengan tujuan memperoleh dukungan
kebijakan Pemerintah Pusat, Daerah dan publik atau pengambil keputusan dari
berbagai pihak terkait dalam pengendalian cacingan, agar dapat dilaksanakan
secara konsisten dan terus menerus. Yang melakukan advokasi untuk Nasional
adalah Pusat dan untuk daerah masing-masing adalah Kepala Dinas Propinsi, dan
Kepala Dinas Kab/Kota.
1) Sasaran Advokasi
a) Gubernur/Bupati/Walikota dengan lintas sektor terkait
b) DPRD Propinsi dan Kabupaten/Kota
c) BAPPEDA
d) Pengelola media cetak dan elektronik
e) LSM
f) Dunia usaha/swasta/ penyandang dana.

2) Metode Yang Digunakan
a) Sarasehan.
b) Seminar
c) Lobby.
d) Dialog interaktif melalui media radio dan TV.
e) Lokakarya.
f) Demonstrasi.
g) Kunjungan lapangan
h) Studi banding.
i) Rapat koordinasi.
16

3) Hasil Yang Diharapkan
a) Adanya dukungan kebijakan dalam pelaksanaan program
pengendalian cacingan.
b) Adanya forum komunikasi/ aliansi/ komite/ Pokja antara lembaga
pemerintah, LSM, Penyandang dana, Swasta untuk membahas
masalah pembrantasan cacingan.

a. Bina Suasana (Social Support)

Bina Suasana adalah suatu upaya sistematis dan terorganisir untuk
menjalin kemitraan dalam pembentukan opini positif tentang pengendalian
Cacingan dengan berbagai kelompok potensial yang ada di masyarakat.

1) Sasaran Bina Suasana
a) Wartawan media massa dan elektronik.
b) Organisasi Keagamaan
c) Organisasi Kepemudaan
d) LSM
e) PKK
f) Kelompok Profesi
g) Tokoh Masyarakat
h) Publik figure

2) Metode Yang Digunakan.
a) Orientasi
b) Pelatihan
c) Kunjungan lapangan
d) Jumpa pers
e) Dialog terbuka/Interaktif di media Radio dan TV
17

f) Penulisan artikel di media massa cetak
g) Khotbah di tempat keagamaan

3) Hasil Yang Diharapkan

a) Opini positif berkembang di masyarakat tentang pentingnya
pengendalian penyakit Cacingan .
b) Semua kelompok potensial di masyarakat sudah menyuarakan dan
mendukung tentang pentingnya pencegahan dengan berperilaku hidup
bersih dan sehat serta melakukan pengobatan.
c) Adanya dukungan sumberdaya dari kelompok potensial di masyarakat.

b. Gerakan Masyarakat

Gerakan masyarakat adalah suatu upaya yang sistematis dan terorganisir
untuk menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat
berdaya dan mandiri berperilaku sehat yaitu memeriksakan dan mengobati
penyakit Cacingan secara mandiri atau ke sarana kesehatan serta
melaksanakan pencegahan dengan berperilaku bersih.

18

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Cacing tambang yang menginfeksi manusia adalah Necator americanus
dan Ancylostoma duodenale. Cacing ini berhabitat di usus halus manusia.
Necator Americanus menyebabkan Necatoriasis dan A.duodenale menyebabkan
Ankilostomiasis.
Dalam sehari N. americanus dapat bertelur 9.000 butir dan A.duodenale
10.000 butir. Telur yang keluar bersama tinja manusia ditanah akan menetas
setelah 1-1,5 hari, keluarlah larva rabditiform. Dalam waktu kira-kira 3 hari larva
rabditiform akan tumbuh menjadi larva fiariform, dan dapat hidup selama 7-8
minggu didalam tanah. Larva filariform inilah bentuk infektif cacing tambang ini
yang dapat menembus kulit manusia. larva filariform masuk kedalam tubuh
manusia melalui pembuluh darah balik atau pembuluh darah limfa, maka larva
akan sampai ke jantung kanan. Dari jantung kanan menuju ke paru paru,
kemudian alveoli ke broncus, ke trakea dan apabila manusia tersedak maka larva
akan masuk ke oesophagus lalu ke usus halus dan menjadi dewasa (siklus ini
berlangsung kurang lebih dalam waktu dua minggu). Infeksi ini terjadi didaerah
yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan yang buruk. Infeksi cacing
ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat desa yang BAB di tanah dan
pemakaian feces manusia sebagai pupuk. Selain lewat kaki, cacing tambang juga
bias masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan yang masuk ke mulut.
Gejala yang ditimbulkan, stadium larva menyebabkan kelainan pada kulit
(ground itch). Stadium dewasa tergantung dari spesies dan jumlah cacing serta
keadaan gizi penderita. Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan
tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi, jika kasus berat dapat diberikan
tranfusi darah, dan jika kondisi penderita stabil dapat diberikan pirantel pamoat
19

dan mabendazol yang digunakan beberapa hari berturut-turut. Pencegahan yang
paling utama yaitu dengan sanitasi lingkungan dengan menjaga pola hidup
bersih.

4.2 Saran
1. Menjaga pola hidup bersih agar terhindar dari penyakit hookworm diseases.
2. Segera berobat jika timbul gejala awal, karena penyakit yang sudah kronis akan
sulit untuk disembuhkan.
3. Hindari faktor resiko terinfeksi



21

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21589/4/Chapter%20II.pdf
Staf Pengajar Departemen Parasitologi. 2008. Parasitologi Kedokteran. Edisi
Keempat. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan424/MENKES/SK/VI/2006
http://lab-anakes.blogspot.com/2013/04/makalah-macam-cacing.html [5 April 2014
pukul 16.05 WIB]
http://www.scribd.com/doc/30379770/MAKALAH-CACING-TAMBANG [5 April
2014, pukul 16.27 WIB]

Anda mungkin juga menyukai