Anda di halaman 1dari 18

DIABETES MELLITUS

OLEH :
Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,M.Kes


PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2004

Peran Masyarakat dalam Mengendalikan Diabetes Melitus

I. Pendahuluan

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit degeneratif dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta ditandai dengan tingginya kadar
glukosa darah dan urin.1 Saat ini, diabetes melitus menjadi penyakit dengan angka
kejadian yang cukup tinggi di berbagai negara dan merupakan salah satu penyakit
yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan
meningkatnya jumlah kasus diabetes melitus di Indonesia yang berada di urutan ke- 4
setelah negara India, China dan Amerika dengan jumlah Diabetesi sebesar 8,4 juta
orang dan diperkirakan akan terus meningkat sampai 21,3 juta orang di tahun 2030
2
.
Dilihat dari semakin meningkatnya jumlah pendeita diabetes, maka perlu adanya
kesadaran dari masyarakat terhadap pentingnya peran dari masyarakat untuk peduli
terhadap masalah ini. Maka dari itu, tujuan penulisan makalah ini akan memberikan
pengetahuan tentang diabetes serta cara untuk mengendalikannya, dengan harapan
agar tingkat kematian penderita diabetes dapat berkurang.
II. Mekanisme terjadinya diabetes
Diabetes melitus secara umum terjadi karena adanya proses patogenesis. Ini
bersamaan dengan rusaknya autoimun pada sel beta di pankreas yang menyebabkan
berkurangnya produksi insulin hingga menjadi abnormal yang menghasilkan
resistensi terhadap kerja insulin. Dasar dari ketidaknormalan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein pada penderita diabetes merupakan akibat dari
berkurangnya kerja insulin pada jaringan. Berkurangnya hasil kerja insulin adalah
dari tidak cukupnya sekresi insulin dan / atau kurangnya respon jaringan terhadap
insulin dalam jalur kompleks kerja hormon. Penurunan sekresi insulin dan resistensi
kerja insulin sering terjadi pada pasien yang sama, dan itu menjadi tidak jelas apa
kelainannya, jika hanya salah satu saja, penybabnya adalah hiperglikemia.
Gejala hiperglikemia meliputi poluiria, polidipsia, penurunan berat badan,
kadang dengan polipagia, dan penglihatan kabur. Melambatnya pertumbuhan dan
kerentanan terhadap infeksi tertentu juga dapat menyertai penderita hiperglikemia
kronik. Bahayanya, ancaman hidup dari akibat diabetes adalah hiperglikemia dengan
ketoasidosis atau sindrom hiperosmolar nonketotik.
Komplikasi jangka panjang dari diabetes meliputi retinopati dengan potensi
hilangnya penglihatan; nefropati yang menyebabkan gagal ginjal; neuropati perifer
dengan risiko ulkus kaki, amputasi, dan sendi Charcot, dan neuropati otonom yang
menyebabkan gejala gastrointestinal, Genitourinari, kardiovaskuler dan disfungsi
seksual. Glikasi protein jaringan dan makromolekul lainnya serta kelebihan produksi
senyawa poliol dari glukosa adalah salah satu mekanisme berpikir untuk
menghasilkan kerusakan jaringan dari hiperglikemia kronis. Pasien dengan diabetes
memiliki peningkatan komplikasi atherosklerosis, pembuluh darah perifer, dan
penyakit serebrovaskular. Hipertensi, kelainan metabolisme lipoprotein, dan penyakit
periodontal sering ditemukan pada penderita diabetes. Dampak emosional dan sosial
diabetes dan tuntutan terapi dapat menyebabkan disfungsi psikososial yang signifikan
pada pasien dan keluarganya
3
.

III. Definisi
Dalam pengetiannya diabetes melitus merupakan gangguan kronik pada
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak akibat ketidakcukupan sekresi insulin
dan resistensi insulin pada jaringan yang dituju.4 Diabetes melitus dibedakan menjadi
dua, yaitu diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2. Ada perbedaan diantara
keduanya. Pasien yang menderita diabetes tipe 1 adalah jika tubuh sepenuhnya tidak
memproduksi insulin sedangkan pasien yang menderita diabetes tipe 2 adalah jika
tubuhnya masih dapat memproduksi insulin, namun insulin yang dihasilkan tidak
cukup atau sel lemak dan otot tubh menjadi kebal terhadal insulin. Hanya 5-10% dari
penderita diabetes merupakan penderitan jenis diabetes melitus tipe 1, sedangkan
sisanya adalah penderita diabetes melitus tipe 2
5
.


IV. Etiologi

Dalam menentukan jenis diabetes, dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Jenis Etiologi dan Tahapannya3Tingkatan
Tingkatan/
Tipe
Normoglicemia Hiperglicemia
Gula darah
normal
Gangguan
toleransi
glukosa
atau
Diabetes Melitus
Tanpa
memerlukan
insulin
Memerlukan
insulin
untuk
kontrol
Memerlukan
insulin
untuk
bertahan
hidup
Tipe 1*
Tipe 2

*Setelah penyajian dalam ketoasidosis, pasien tersebut dapat kembali ke
normoglicemia tanpa memerlukan terapi secara terus menerus.
V. Peran dalam masyarakat
Kondisi diabetes memang tergantung pada individu masing-masing. Namun
untuk dapat mengendalikan diabetes dengan baik, peran pasien untuk patuh dan
disiplin melakukan diet dan olah raga dengan benar juga mempengaruhi tingkat
diabetes.
VI. Patuhi nasehat dokter
Jika telah ditetapkan positif terkena diabetes, sebaiknya berkonsultasi dengan
dokter dan mengikuti anjuran dokter dengan penuh disiplin. Dokter akan menentukan
status pasien, apakah masih bisa di atasi dengan obat atau sudah harus menggunakan
insulin. Walaupun belum sepenuhnya dapat dicegah atau disembuhkan, namun
setidaknya dapat dihambat perkembangan gula darahnya.
Karena diabetes tidak dapat disembuhkan, maka harus dilakukan kontrol
secara rutin. Untuk itu diperlukan pemeriksakan darah dan urine ke laboratorium,
agar dapat melihat perkembangan pengobatan yang sudah dijalani. Jika ditetapkan
harus menggunakan obat, penyesuaian dosis obat perlu dilakukan karena setiap orang
mempunyai karakteristik gejala penyakit yang berbeda.
Konsultasi dahulu dengan dokter bila akan melakukan penghentian obat.
Jangan meminum obat lain tanpa izin dokter karena mungkin dapat terjadi kelebihan
dosis obat, atau kontraindikasi yang berbahaya. Oleh karena itu, harus menaati dosis
obat diberikan dokter.
VII. Disiplin minum obat
Minum obat yang diresepkan dokter secara teratur sesuai dengan aturan
pemakaiannya tanpa mencampurnya dengan obat lain. Dalam proses pengobatan, bisa
juga dilakukan dengan menggunakan cara penyembuhan lain (alternatif) sebagai
terapi pendukung, asal yang tidak berpengaruh pada kerja obat yang diberikan dokter,
misalnya akupresur dan refleksologi.
VIII. Bertanggung jawab pada diri sendiri
Pasien dapat lebih bertanggung jawab atas kesembuhan diri sendiri. Dengan
mencari informasi mengenai segala sesuatu yang menyangkut diabetes dapat
membantu menyadari apa yang sedang dialami pasien. Selain itu juga dapat
mengikuti perkembangan pengobatan terbaru, termasuk pengobatan alternatif yang
mungkin akan diperlukan, serta mengubah gaya hidup dan jaga disiplin diri untuk
mengontrol penyakit ini.
Lakukan pula pemeriksaan kesehatan umum secara berkala, misalnya setahun
sekali. Dan yang paling penting, periksa kesehatan kaki secara teratur untuk
mengetahui tanda-tanda cedera yang perlu segera diatasi sebelum menjadi parah.
IX. Diet
Diet adalah awal dari usaha untuk mengendalikan diabetes. Mengikuti diet
rendah gula seumur hidup adalah sesuai dengan anjuran dokter atau ahli gizi. Bila
kelebihan berat badan, turunkan berat badan Anda secara bertahap melalui cara yang
benar.
Kunci diet diabetes adalah memilih karbohidrat yang aman. Semua
karbohidrat halus (misalnya gula tepung halus, roti manis, biskuit, permen, sirop dan
minuman ringan) harus dihindari dan diganti dengan makanan lengkap (yaitu buah,
sayuran, kacang, biji, dan makanan lainnya yang belum diproses) yang efektif untuk
memperbaiki resistensi insulin.
Memilih karbohidrat yang aman
Memilih sumber karbohidrat yang aman bagi penderita diabetes adalah
memilih bahan makanan yang mengandung senyawa karbohidrat kompleks, yang
dapat melepaskan glukosa darah secara bertahap, agar tidak terjadi lonjakan kadar
gula darah dengan tiba-tiba setelah makan.
Di dalam tubuh, karbohidrat kompleks, misalnya nasi atau roti yang berserat,
harus diurai terlebih dahulu menjadi rantai tunggal sebelum diserap ke dalam aliran
darah. Sedangkan karbohidrat sederhana, misalnya gula pasir, sirup, permen, es krim,
jeli atau minuman ringan bergula, akan langsung masuk ke dalam aliran darah,
sehingga kadar gula darah meningkat dengan cepat.
Karena lebih lambat diserap oleh tubuh, lebih dianjurkan untuk
mengkonsumsi karbohidrat berserat yang terdapat dalam sayuran, kacang-kacangan,
dan buah yang tidak terlalu manis. Buah yang disarankan adalah pepaya, apel,
semangka, salak, kedondong, dan sebagainya. Sedangkan buah yang terlalu manis,
misalnya durian, anggur, rambutan, nanas, jeruk manis, sawo, dan nangka, sebaiknya
dihindarkan.

Pola diet diabetes
Masih belurn diketahui dengan pasti penyebab mengapa jika berat badan
penderita diabetes naik, maka efisiensi insulinnya akan menurun. Sekurang-
kurangnya, sekitar 80 persen penderita diabetes yang munculnya setelah usia dewasa
adalah karena kegemukan. Karena itu, diet yang tepat untuk mengendalikan dan,
bahkan.untuk mencegah agar tidak terkena diabetes adalah yang bertujuan menjaga
agar berat badan tidak menjadi berlebihan.
Kurangi asupan kalori kalorinya
Dengan mengurangi asupan kalori, maka akan menurunkan kadar gula dalam
darah, namun kekurangan gula pun dapat berbahaya. Maka dari itu pola diet diabetes
harus disesuaikan. Komposisi makanan untuk diet pada orang barat adalah
karbohidrat 40-50 persen, lemak 30-35 persen, dan protein 20-25persen. Sedangkan
untuk orang timur (indonesia) komposisinya adalah karbohidrat 68 persen, lemak 20
persen, dan protein l2 persen.
Namun dengan komposisi makanan bagi orang barat masih tinggi, maka
makanannya harus diimbangi dengan banyak serat dan rendah kolesterol. Ini dapat
membantu memperbaiki kerusakan sel beta pankreas. Tingginya serat dalam sayuran
akan memperlambat penyerapan glukosa ke dalam pembuluh darah, dan sekaligus
menekan kadar kolesterol darah.

Kurangi Iemak
Makanan yang dengan kadar lemak tinggi (daging) dapat meningkatkan kadar
kolesterol, yang selain membuat kerja insulin menjadi tidak efisien, juga
mempertinggi risiko penyakit jantung. Untuk diperlukan pengurang konsumsi lemak
hingga 30 persen.

Makanlah karbohidrat kompleks
Selain mengurangi kalori dan lemak, dalam porsi diet juga harus mencakup
lebih banyak padi-padian, kentang dan karbohidrat kompleks lainnya. Walaupun
semua makanan itu penuh dengan glukosa, tetapi tidak langsung diserap, sehingga
tidak akan meningkatkan gula darah secara berarti.
Karbohidrat kompleks memerlukan waktu lebih lama untuk dipecah lebih
dahulu menjadi glukosa, untuk bisa digunakan tubuh. Karbohidrat kompleks
melepaskan glukosa secara bertahap dalam waktu yang lama ke pembuluh darah
Anda, sehingga tidak peningkatan kadar gula secara mendadak pada pembuluh darah.
Hilangkan semua yang manis
Gula pasir dan es krim adalah penyebab masalah besar bagi penderita
diabetes. Berbeda dengan karbohidrat kompleks, gula murni langsung diserap ke
pembuluh darah. Insulin tidak sempat lagi menahannya atau harus bekerja lembur
mengaturnya.
Namun jika harus makan makanan yang manis, pastikan bahannya tidak
seluruhnya terdiri dari gula pasir atau gula buah yang sederhana. Kombinasi protein,
lemak, dan karbohidrat kompleks dapat menolong memperlambat penyerapan gula
sederhana tersebut oleh tubuh.
X. Olahraga
Olahraga dan diet adalah kombinasi yang ampuh untuk mengontrol diabetes.
Selain dapat mengontrol kadar gula darah (karena membuat insulin bekerjal ebih
efektif), olahraga juga membantu menurunkan berat badan, memperkuat jantung, dan
mengurangi stres. Olah raga dapat dilakukan secara teratur.
Diet yang tepat dan olahraga yang teratur dapat mengurangi gejala diabetes
tipe II, hingga taraf penderitanya tidak perlu lagi tergantung pada obat. Dan untuk
diabetes tipe I, selain untuk mengontrol kadar gula darah, olahraga juga dapat
meningkatkan efek insulin yang digunakan. Karena itu, diperlu makanan tambahan
sebelum atau selama berolahraga untuk mencegah perubahan kadar gula darah secara
mendadak. Untuk berolahraga, penderita diabetes tipe I harus mengikuti nasehat
dokter agar tidak terjadi efek yang tidak diinginkan.

Pedoman Untuk Olahraga Diabetes
Olahraga yang dipilih sebaiknya yang disenangi dan dapat meningkatkan
kesehatan dan kebugaran, serta melibatkan otot-otot besar (kaki, tangan, dan bahu).
Ikutilah prinsif FITT (frekuensi, intensitas, tempo, dan tipe) berikut:
1. Frekuensi
Lakukan 3-5 kali seminggu dengan teratur. Lebih baik bila seang sehari dipakai untuk
istirahat memulihkan kembali ketegangan otot.
2. Intensitas
Pilih jenis olahraga yang bersifat ringan hingga sedang, yaitu yang menghasilkan 60-
70 persen detak jantung maksimum atau MHR (Maximum Heart Rate).
Perhitungannya adalah (220-umur) dikalikan dengan faktor keamanan (60-70 Persen).
3. Tempo
Lamanya berolahraga adalah sekitar 30 sampai 60 menit.
4. Tipe
Jenis olahraga yang baik adalah aerobik yang bersifat daya tahan, karena dapat
memperkuat otot jantung dan pembuluh darah. Misalnya jalan, joging, bersepeda dan
berenang.

Untuk setiap kali berolahraga, tahap-tahapan yangharus dilakukan, yaitu:
1. Pemanasan (warming up)
Tahapan ini untuk mempersiapkan berbagai sistem tubuh sebelum memasuki latihan
yang sebenarnya. Selain menaikkan suhu tubuh, meningkatkan denyut jantung untuk
mendekati intensitas latihan, juga untuk mencegah cedera.Lakukan pemanasan
selama 5 sampai l0 rnenit.
2. Latihan inti (conditioning)
Usahakan target batasan latihan Anda tercapai agar diperoleh manfaatnya, tetapi
jangan berlebihan. Lakukan selama 30 sampai 60 rnenit.
3. Pendinginan (cooling down)
Selesai latihan inti, jangan langsung berhenti. Lakukan pendinginan untuk mencegah
terjadinya penimbunan zat-zat racun akibat gangguan metabolisrne tubuh sewaktu
berolahraga. Salah satu racun tersebut adalah asam laktat, hasil pembakaran glukosa
tanpa oksigen untuk energi tambahan bagi tubuh.
Pendinginan juga menurunkan kembali darah yang tcrkumpul di otot yang aktif. Agar
tidak terasa nyeri atau menjadi pusing. Lakukan pendinginan selama 5 sampai l0
menit.

4. Peregangan (stretching)
Lakukan gerakan tambahan setelah pendinginan untuk melemaskan kembali otot.
Senam Khusus Diabetes
Khusus untuk penderita diabetes tipe 1 ataupun tipe 2 yang berat dianjurkan untuk
melakukan senam diabetes.
1. Latihan berdiri di atas jari kaki
Lakukan tanpa sepatu.
- Berdiri berpegangan pada punggung kursi.
- Angkat dan turunkan tubuh dengan berdiri di atas ujung jari kaki. (jinjit)
- Ulangi sanrpai 20 kali.
2. Menekuk lutut
- Pegang punggung kursi dengan sebelah tangan.
- Tekuk lutut dalam-dalam dengan punggung tetap lurus.
- Ulangi sebanyak 5 kali, lalu pada latihan berikutnya tingkatkan pelan-pelan
hingga menjadi 10 kali.
3. Menggoyang-goyangkan kaki
- Berdirilah dekat meja. Tangan yang sebelah berpegangan pada pinggir meja.
- Satu kaki diletakkan di atas tumpukan buku tebal atau bangku pendek,
sehingga kaki lain menjadi tergantung.

- Gerakkan kaki yang tergantung itu ke dcpan dan ke belakang sampai l0 kali.
Ganti dengan kaki yang sebelahnya dengan membalik posisi berpegangan pada meja.
4. Mendorong dinding
- Letakkan kedua telapak tangan di dinding.
- Jauhkan letak kaki dari dinding dengan kedua telapak kaki tetap menempel di
lantai.
- Tekuk kedua lengan l0 kali dengan selalu menjaga agar punggung dan lutut
tetap lurus dan tungkai tidak terangkat. Renggangkan urat achilles (pada tumit kaki)
dan otot betis.
- Setiap kali menekuk lengan, pertahankan posisi tersebut selama 10 detik.
Menggelindingkan bola dengan kaki
- Duduklah di atas kursi dengan pungung tegak, kedua kaki diletakan di atas
bola.
- Cengkeramlah bola dengan jari kami.
- Kemudian lepaskan cengkeramannya.
- UIangi beberapa kali untuk setiap kaki.

XI. Kontrol Gula Darah
Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar gula darah dilakukan setiap tahun
bagi mereka yang berusia di atas 45 tahun.

Tabel 2. Kontrol Gula DarahPemeriksaan Kadar gula darah penderita diabetes
Kadar gula darah normal
Pemeriksaan Kadar gula darah penderita
diabetes
Kadar gula darah normal
Sebelum makan (puasa) 90-13090-130 Di bawah 110Di bawah
110
Setelah makan 120-160


Dua jam setelah makan

110-150 Di bawah 140


Sebelum tidur Di bawah 120


Sebelum melakukan kontrol, yang harus dilakukan adalah memperbanyak
makan makanan yang mengandung karbohidrat selama 3 hari sebelum kontrol.
Konsumsi paling sedikit 150 gram setiap hari, atau kira-kira sama dengan 2 piring
nasi (58 gram) dan 2 iris roti (34 gram). Karhohidrat akan memberi reaksi pada
pankreas untuk memproduksi insulin agar bisa dideteksi dengan akurat.
Pemeriksaan dilakukan paling baik adalah pada saat setelah melakukan puasa
selama 12 jam sebelum lemakukan pengambila darah.
Yang harus dihindari saat melakukan kontrol adalah stres atau sakit, karena
kondisi tersebut dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah secara berlebihan.
Olahraga berat juga harus dihindari sehari sebelumnya, karena dapat menurunkan
angka pengukurannya untuk sementara. Pengerahan tenaga fisik yang berat akan
membakar lebih banyak glukosa untuk energi.

XII. Menurunkan Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan. Seseorang
dikatakan kelebihan berat badan cenderung akan mengalami diabetes. Namun untuk
menentukan kelebihan berat atau tidaknya seseorang dapat diukur dengan cara
menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) atau BMI (Body mass Index) dengan rumus:
BMI = berat badan (kilogram = kg) dibagi dengan tinggi badan dikuadratkan (meter
kuadrat=m
2
).
Dengan rumus: maka bila hasilnya:
- BMI kurang dari 20: tipe kurang berat badan.
- BMI antara 20-24: tipe berat badan normal.
- BMI antara 25-29: tipe gemuk atau sedikit kelebihan beart badan.
- BMI lebih dari 30: tipe sangat gemuk atau obesitas yang beresiko terkena
diabetes
5
.

XIII. Kesimpulan
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan diabetes. Namun
yang paling penting adalah kesadaran masyarakat untuk berperan dan peduli terhadap
kesehatan. Untuk itu masyarakat harus bertanggung jawab pada dirinya sendiri untuk
menjaga dirinya agar tetap sehat.


Daftar Pustaka
1. Widijanti A, Wismono MT, Wivina RD. Variasi pemeriksaan glukosa darah
dengan glukosameter. Medika Jurnal Kedokteran Indonesia 2009; 5: 316-9
2. Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.
Diabetes melitus dapat dicegah. Diunduh dari
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1314-diabetes-melitus-
dapat-dicegah.html, 15 November 2010
3. The Expert Committee on The Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus.
Report of the expert committee on the diagnosis and classification of diabetes
mellitus. Diabetes Care 2002; 25 suppl 1: 5-20
4. Dorlands medical dictionary. 29th ed. Jakarta: EGC; 2006. Diabetes mellitus;
602-3
5. Tim Redaksi VitaHealth. Diabetes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005;
3: 39-60

Anda mungkin juga menyukai