Anda di halaman 1dari 20

1

MAKALAH ORTODONSI III


PENATALAKSANAAN PASIEN YANG
DIRAWAT ORTODONSI DENGAN KASUS
CLEFT PALATE DAN CLEFT LIP
DISUSUN OLEH :
TEGAR YUDI S. (071610101097)
RIZKA DESY RAHAYU (071610101098)
ANIZSA TIFFANI (071610101099)
DEWI ANGGRAENI (071610101101)
ALDO DWI K. (071610101104)
ANDIKA YAYAN (071610101105)
ROSIDA INDRIYATMI (071610101106)
HERYUNTARI DC (071610101107)
BONITASARY W (071610101108)
TECTONA EKA N. (071610101109)
RISSA RW (071610101110)
ALLEN DIPAYANA (071610101112)
DHENOK ANGGI W (071610101113)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2010
2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Celah palatum (cleft palate) dan celah bibir (cleft lip) adalah salah satu
kelainan kongenital orofasial. Kelainan tersebut terjadi karena kegagalan
penyatuan prossesus fasialis dengan sempurna sehingga terjadi celah pada bibir
atau palatum. Cleft palate dan cleft lip tidak selalu terjadi secara bersamaan
(Yanez, 2007; Sousa et al, 2009).
Ada tiga jenis kelainan cleft yaitu cleft lip tanpa disertai cleft palate, cleft
palate tanpa disertai cleft lip, cleft lip disertai dengan cleft palate. Celah yang
terbentuk tersebut bisa unilateral maupun bilateral. Tingkat pembentukan cleft
palate dan cleft lip bervariasi mulai dari ringan yaitu berupa sedikit tarikan hingga
berat yaitu celah yang terbentuk sampai nasal dan menuju tenggorokan (Zucchero,
2004).
Data Internasional menunujukan kasus cleft palate dan cleft lip ditemukan
1 dari 1000 bayi yang lahir. Dari keseluruhan kasus cleft palate dan cleft lip
prevalensinya adalah 45%, cleft lip 25% dan cleft palate 35%. Insiden cleft lip
sering ditemukan pada anak laki laki dibanding perempuan dengan
perbendingan 1: 2 sedang cleft palate adalah sebaliknya. Hasil penelitian
epidemologi menunjukan bahwa daerah Isana NTT Indonesia merupakan daerah
dengan prevalensi cleft palate dan cleft lip tertinggi di dunia (Sadler, 2000;
Sutrisno et al, 1999) .
Walaupun angka kejadian yang tidak menunjukan sebagai kasus endemik
namun akibat yang ditimbulkan dari cleft palate dan cleft lip membutuhkan
penanganan yang segera. Masalah kesulitan bicara dan kesulitan makan
merupakan masalah utama yang timbul akibat kelainan ini. Komplikasinya
anatara lain adalah kekurangan gizi, infeksi, gangguan pertumbuhan wajah,
missing teeth dan supernumery teeth. Akibat yang ditimbulkan biasanya menjadi
masalah terberat adalah mengenai kondisi psikologi anak (Sousa et al, 2009).
Kondisi psikologi anak akan sangat terganggu dengan adanya kelainan ini,
akan timbul rasa malu. Tekanan psikologis serta stress sering terjadi pada anak
dengan kelainan cleft palate dan cleft lip. Penampilan serta ketidakmampuan
3
berkomunikasi dengan baik menyebabkan anak menarik diri dari lingkungan serta
terjadinya penurunan prestasi (Sujono,2007).
Penanganan yang tepat harus segera dilakukan baik penanganan fisik
maupun psikologis. Pada kasus cleft palate dan cleft lip memerlukan penanganan
multidisiplin karena kasus ini sangat kompleks, variatif, lama dan memerlukan
tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu. Tenaga ahli yang dibutuhkan dalam
penanganan kasus ini antara lain adalah dokter anak, dokter bedah mulut, dokter
bedah plastik, dokter gigi anak, dokter gigi ortodonti, prostodontik, dokter THT,
ahli genetik, psikiater, dan terapis wicara (Yanez, 2007).
Disiplin ilmu kedokteran gigi memerankan peranan penting dalam
penanganan kasus ini. Seorang dokter gigi maupun calon dokter gigi penting
untuk mengetahui mengenai etiologi, patofisiologi, maupun penatalaksanaan cleft
palate dan cleft lip baik penatalaksanaan melalui prosedur bedah maupun
perawatan dengan ortodonsi. Perawatan melalui prosedur bedah maupun
perawatan ortodonsi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam
penatalaksanaan cleft palate dan cleft lip. Namun dalam makalah ini akan lebih
menekankan pada pembahasan mengenai perawatan ortodonsi.
1.2 Rumusan masalah
Dari uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan suatu masalah :
1. Bagaimana etiologi, patofisiologi dan penatalaksanaan pasien dengan
kasus cleft palate dan cleft lip?
2. Bagaimana penatalaksanaan pasien cleft palate dan cleft lip yang dirawat
ortodonsi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami etiologi, patofisiologi dan penatalaksanaan
paasien dengan kasus cleft palate dan cleft lip
2. Mengetahui penatalaksanaan pasien cleft palate dan cleft lip yang dirawat
ortodonsi
4
BAB 2 TELAAH PUSTAKA
2.1 Perkembangan palatum
Palatum mulai berkembang sejak minggu keenam, tetapi prosesnya baru
lengkap sampai dua belas minggu. Periode paling kritis selama perkembangan
palatum adalah akhir minggu keenam sampai permulaam minggu kesembilan.
Seluruh palatum berkembang dari dua sruktur yaitu palatum primer (premaksila)
dan palatum sekunder (gambar 1 A).
Gambar 1
Palatum primer merupakan bagian yang berbentuk triangular dari palatum
anterior sampai foramen insisivus. Awalnya, palatum primer merupakan bagian
yang dalam dari segmen intermaksilaris yang dibangun melalui penggabungan
dua prominensia nasal medial (gambar 1B). Palatum sekunder memberi
5
ketinggian pada palatum posterior lunak dan keras sampai ke foramen insisivus.
Palatum sekunder membentuk dari sepasang lempeng palatine lateral pada
maksila (gambar 1 B). Lempeng ini didirikan atas jaringan ikat mesensim awal
dan berkembang di dalam bidang superior-inferior dengan membentuk atau
menonjolkan lidah (gambar 1 C).
Kemudian lempeng palatina lateral menjadi memanjang dan lidah menjadi
relative lebih pendek dan bergerak lebih ke inferior. Hal ini mempengaruhi
lempeng untuk berkembang secara horizontal untuk saling berdekatan dan
bergabung di tengah (midline) (Gambar 1 D & E). Raphe palatine mediana
merupakan sisa klinis dari penggabungan antara lempeng palatine dan foramen
insisivus sekarang terletak pada pertemuan palatum primer dan lempeng palatina
lateral. Lempeng palatina lateral juga bergabung dengan palatum primer dan
septum nasal. Gabungan antara septum nasal dan prosesus palatina kearah
anteroposterior dimulai pada minggu kesembilan ( Bishara, 2001).
2.2 Cleft palate
2.2.1 Definisi
Cleft palate adalah suatu kelainan dimana dua plat palatum yang
membentuk palatum keras tidak menyatu dengan sempurna. Palatum lunak dalam
hal ini akan juga mengalami cleft (data statistik negara, 2007).
Cleft palate dapat terjadi secara lengkap (dalam palatum keras, palatum
lunak dan juga gap pada rahang) dan tidak lengkap (berupa lubang pada atap
rongga mulut biasanya sebagai palatum lunak saja). Saat terjadi cleft palate, maka
biasanya uvula akan terbagi. Hal ini terjadi oleh karena kegagalan fusi pada
prosessus palatina lateralis, septum nasalis, dan prosessus palatina mediana
(pembentukan palatum sekunder). Lubang pada atap rongga mulut disebabkan
oleh karena adanya hubungan secara langsung antara rongga mulut dengan cavum
nasi.
6
Gambar berikut adalah gambaran secara oklusal dari cleft palate.
Sumber : http://www.tempo.co.id/medika/arsip
Akibat dari hubungan terbuka antara rongga mulut dan rongga hidung
disebut sebagai Velopharingeal Inadequency (VPI). Oleh adanya gap tersebut,
maka udara akan memasuki rongga hidung menyebabkan resonansi suara
hipernasal (Hypernasal voice resonance) dan emisi nasal. Efek sekunder dari VPI
diantaranya adalah adanya kekacauan dalam berbicara (speech articulation errors)
(Sloan, 2006).
2.2.2 Etiologi
Celah palatum merupakan hasil kegagalan proses penggabungan lempeng
palatina lateral untuk bergabung satu sama lain, dengan septum nasal, atau
dengan palatum primer. Celah bibir dan celah palatum dapat dibedakan
berdasarkan abnormalitas kongenital dan keduanya sering terjadi secara
bersamaan. (Bishara, 2001).
Perkembangan wajah dikoordinasikan oleh adanya suatu morfogenetik
kompleks, ekspansi-proliferasi jaringan yang cepat, dan pengaruh genetik dan
lingkungan kandungan ibu. Faktor-faktor tersebut merupakan suatu kondisi
dimana rentan sekali terjadi malformasi fasial. Selama 6-8 minggu pertama
kehamilan, terjadilah pembentukan kepala beserta 5 jaringan primitif diantaranya:
(1) Satu dari puncak kepala hingga ke calon bibir bawah (Frontonasal
Prominence). (2) Dua dari pipi, yang mempertemukan lobus pertama untuk
membentuk bibir atas (Maxillar Prominence). (3) Dua tambahan lobus yang
Cleft plate tidak
lengkap
Cleft palate
lengkap dengan
melibatkan bibir
dan palatum
secara bilateral
Cleft palate
lengkap dengan
melibatkan bibir
dan palatum
secara unilateral
7
tumbuh pada masing-masing sisi, yang nantinya akan membentuk dagu dan bibir
bawah (Mandibular Prominence) (Dudas. 2007).
Jika jaringan ini gagal bertemu, akan terjadi gap diantara jaringan yang
seharusnya bergabung. Hal ini akan terjadi pada banyak daerah-daerah gabungan
lainnya. Kecacatan lahir yang terjadi menggambarkan lokasi dan keparahan
kegagalan fusi jaringan pada tubuh selanjutnya, contoh adanya fissur kecil dari
palatum yang gagal bergabung mengakibatkan pada malformasi wajah yang luas.
Proses penyatuan 5 jaringan ini akan sangat rentan terhadap substansi toksik,
polusi lingkungan, dan ketidakseimbangan nutrisi (Dudas, 2007).
Terdapat dua faktor utama yang mendasari etiologi cleft palate, yaitu
faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik dapat memicu adanya cleft
palate. Hal ini dapat diketahui dari beberapa studi terhadap kasus-kasus sindromik
dan non-sindromik. Kasus sindromik tersebut meliputi (1) Sindrom Van der
Woude, disebabkan oleh variasi spesifik dari gen IRF6 yang menambah
prevalensi deformitas palatum.(2) Sindrom Siderius X-linked n, disebabkan oleh
mutasi gen PHF8 yang menyebabkan cleft palate dan lip palate serta retardasi
mental. (3) Sindrom Stickler dapat menyebabkan cleft lip dan palate, penyakit
persendian, dan myopia. (4) Sindrom Loeys-Dietz dapat menyebabkan cleft
palate atau bifid uvula, hipertelorism, dan aneurisma aorta dan (5) Patau
Syndrome (trisomy 13) menyebabkan cleft lip dan palate (Zucchero, 2004).
Sedangkan kasus non sindromik adalah Adanya variasi dari gen IRF6,
PVRL1, BMP4, SHH, SHOX2, FGF10 dan MSX1. Adanya perubahan gen tersebut
berperan dalam morfogenesis wajah dalam hal proses yang melibatkan seluler dan
molekuler. Jika seseorang lahir dalam keadaan cleft, maka orang tersebut akan
berpeluang untuk memeiliki anak yang cleft. Banyak kasus cleft palate terjadi
secara turun temurun meskipun beberapa bukan lah kasus yang berhubungan
dengan sindrom. Hal tersebut berkaitan dengan non-sindromik faktor (Cox.2004).
Faktor lingkungan juga menjadi penyebab adanya cleft palate. Sebagai
contoh adalah mutasi gen PHF8 yang menyebabkan pelepasan lysin demethylase
sebagai regulator epigenetik. Aktivitas katalitik pada PHF8 tergantung pada
molekul oksigen. Faktanya, dilakukan penelitian pada tikus dimana tikus tersebut
sedang mengandung dan diberi perlakuan dengan diletakkan pada area yang
8
hipoksia. Hasilnya adalah anak dari tikus tersebut mengalami cleft palate
(Loenarz.2009).
Pada manusia, kelainan cleft palate dan kongenital lainnya semenjak lahir
telah dihubungkan dengan maternal hipoksia yang disebabkan oleh merokok,
alkohol, atau beberapa obat hipertensi. Faktor-faktor lingkungan yang masih
dalam tahap penelitian diantaranya: faktor musim (seperti saat musim tanam
dimana banyak penggunaan pestisida), nutrisi ibu dan intake vitamin, retinoid
(anggota vitamin A), obat-obatan antikonvulsan, nitrat, dan narkotika
(Loenarz.2009).
2.2.3 Patofisiologi cleft palate
Perkembangan embriologis pada bibir atas dan hidung membutuhkan
tahapan yang rumit, hal ini telah terprogram secara genetis. Hal yang paling utama
yang menjadi permasalahan adalah fusi (penyatuan) dari 5 jaringan fasial
prominens pada minggu ke-3 hingga ke-8, perkembanan bibir pada usia
kandungan 3 hingga 7 minggu, dan perkembangan palatum pada minggu ke 5
hingga 12 (Snyder, 2005; Yanez, 2007).
Kompleksitas perkembangan kraniofasial dan beberapa jenis cleft adalah
bergantung pada heterogenitas ekspresi fenotip pada masing-masing kondisi. Cleft
palate pada maksila terjadi kegagalan pertumbuhan mesencim. Normalnya
prominensia nasal medial dan lateral saling bertemu melalui proses penyatuan
epitel yang rumit, melalui kematian sel yang terprogram, dan penetrasi
subepitelial-mesenkimal. Cleft palate merupakan kecacatan epitelial yang bersifat
sekunder dalam hal kegagalan penyatuannya dan pertumbuhan mesenkim. Proses
tersebut melibatkan banyak sekali jalur selular dan genetik. Akibat adanya hal
tersebut menyebabkan gagalnya fusi maksilar dan prominensia nasal median
(Yanez, 2007).
Sedangkan Cleft palate terisolasi perkembangan palatum termasuk fusi
lempeng palatal lateral dan septum nasal secara antroposterior dari foramen
insisivi ke uvula. Sebuah cleft palate dibentuk saat perkembangan palatal yang
normal terganggu sebelum masa kehamilan minggu ke-12. Cleft ini hanya berada
di dalam rongga mulut dan tanpa meluas ke wajah (Snyder, 2005).
9
2.3 Cleft lip
2.3.1 Definisi
Cleft lip atau lebih dikenal dengan Bibir sumbing adalah suatu
ketidaksempurnaan pada penyambungan bibir bagian atas, yang biasanya
berlokasi tepat di bawah hidung. Terdapat dua klasifikasi cleft lip yaitu Celah
bibir satu sisi yang meliputi clef lip satu sisi tidak lengkap dan cleft lip satu sisi
lengkap. Clef lip satu sisi tidak lengkap yaitu terjadi celah pada satu sisi dan
terlihat sebagai suatu celah kecil pada bibir. Sedangkan pada cleft lip satu sisi
lengkap yaitu celah yang terbentuk sampai ke lubang hidung dan mengenai
prosesus alveolaris. Klasifikasi yang kedua adalah cleft lip dua sisi yang meliputi
cleft lip dua sisi tidak lengkap dan cleft lip dua sisi lengkap (Sloan, 2006; Sadler,
2000).
2.3.2 Etiologi
Celah bibir dan celah palatum terjadi ketika jaringan ikat mesensim dari
struktur embriologis yang berbeda gagal untuk bertemu dan bergabung satu sama
lain. Bentuk umum dari celah bibir adalah hasil kegagalan proses penggabungan
prosesus nasal medial dengan prosesus maksilaris. Celah bibir bisa unilateral
maupun bilateral dan juga bisa memanjang ke dalam prosesus alveolaris (Bishara,
2001).
Penyebab mengapa jaringan-jaringan pemebentuk bibir tidak menyatu
dengan baik belum diketahui dengan pasti. Tapi faktor penyebab yang
diperkirakan adalah kombinasi antara faktor genetik dan faktor eksternal
(lingkungan). Faktor genetik ini menyangkut gen penyebab cleft lip yang dibawa
penderita. Hal ini dapat berupa mutasi gen dan kelainan kromosom dengan
perbandingan 75% dari faktor keturunan resesif dan 25% bersifat dominan
(Loenarz, 2009).
Faktor eksternal merupakan hal-hal diluar tubuh penderita selama masa
pertumbuhan dalam kandungan yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya
celah bibir anatra lain faktor usia ibu; obat-obatan seperti Asetosal, Aspirin
Rifampisin, Fenasetin, Sulfonamid, Aminoglikosid, Indometasin, Asam
10
Flufetamat, Ibuprofen, Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah
langit-langit. Antineoplastik, dan Kortikosteroid; nutrisi, terutama pada ibu yang
kekurangan folat. Penyakit infeksi sifilis, virus rubella juga bisa menyebabkan
kelainan ini. Selain itu terdapat juga faktor paparan radiasi, stres emosional dan
trauma pada trimester pertama (Loenarz, 2009; Dudas, 2007).
2.3.3 Patofisiologi cleft lip
Ada beberapa teori yang menggambarkan mekanisme terjadinya cleft lip
anatara lain adalah teori fusi, teori hambatan perkembangan, teori mesodermal
sebagai kerangka membran brankhial, gabungan teori fusi dan penyusupan
mesodermal (Dudas, 2007).
Teori fusi disebut juga teori klasik. Teori ini menjelaskan bahwa pada
akhir minggu keenam dan awal minggu ketujuh masa kehamilan, prosesus
maksilaris berkembang ke arah depan menuju garis median, mendekati prosesus
nasomedialis dan kemudian bersatu. Bila terjadi kegagalan fusi antara prosesus
maksilaris dengan proses medialis maka celah bibir akan terjadi (Sousa et al,
2009).
Teori hambatan perkembangan disebut juga teori penyusupan karena
menjelaskan mengenai mesoderm yang mengadakan penyusupan menyeberangi
celah sehingga bibir atas berkembang normal. Victor Veau bersama dengan
Hochsteter menyatakan bila terjadi kegagalan migrasi mesodermal menyeberangi
celah maka celah bibir akan terbentuk (Dudas, 2007).
Pada teori mesodermal sebagai kerangka membran brankhial
menyatakan bahwa pada minggu kedua kehamilan, membran brankhial
memerlukan jaringan mesodermal yang bermigrasi melalui puncak kepala dan
kedua sisi ke arah muka. Bila mesodermal tidak ada maka dalam pertumbuhan
embrio membran brankhial akan pecah sehingga akan terbentuk celah bibir
(Snyder, 2005; Sousa et al, 2009).
Sedangkan teori gabungan menyatakan kemungkinan terjadinya celah
bibir, yaitu karena adanya fusi prosesus maksilaris dan penggabungan kedua
prosesus naso medialis. Penggabungan tersebut yang kelak akan membentuk bibir
bagian tengah (Snyder, 2005).
11
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Klasifikasi cleft palate dan cleft lip
Dalam pembahasan ini penting sekali untuk diketahui pengklasifikasian
cleft palate dan cleft lip untuk mengetahui penatalaksanaan yang akan dilakukan.
3.1.1 Klasifikasi cleft palate menurut Veau
a) Kelas I : Sumbing yang terbatas pada palatum lunak
b) KelasII : Cacat pada palatum keras dan lunak, meluas tidak
melampaui foramen insisivum dan terbatas hanya pada
palatum sekunder.
c) Kelas III : Sumbing pada palatum sekunder dapat komplet atau tidak
komplet. Sumbing palatum komplet meliputi palatum
lunak dan keras sampai foramen insisivum. Sumbing
tidak komplet meliputi palatum lunak dan bagian palatum
keras, tetapi tidak meluas sampai foramen insisivum.
Sumbing unilateral yang komplet dan meluas dari uvula
sampai foramen insisivum di garis tengah dan prosessus
alveolaris unilateral juga termasuk kelas III.
d) Kelas IV : Sumbing bilateral komplet meliputi palatum lunak dan
keras serta prosessus alveolaris pada kedua sisi
premaksila, meninggalkan daerah itu bebas dan sering
kali bergerak.
3.1.2 Klasifikasi cleft lip menurut Veau
a) Kelas I : Takik unilateral pada tepi merah dan meluas sampai bibir
b) Kelas II : Bila takik pada merah bibir sudah meluas ke bibir, tetapi
Tidak mengenai dasar hidung.
c) Kelas III : Sumbing unilateral pada merah bibir yang meluas melalui
bibir ke dasar hidung.
d) Kelas IV : Setiap sumbing bilateral pada bibir yang menunjukkan
12
takik tak sempurna atau merupakan sumbing yang
sempurna.
Ada juga metode yang dinamakan the striped Y untuk menggambarkan
keadaan celah bibir dan langit-langit atau disebut klasifiksi Kernahan (Jones dan
Oliver, 1994) membuat metode yang dinamakan the striped Y untuk
menggambarkan keadaan celah bibir dan langit-langit. Ada 9 segmen pada huruf
Y yang menyatakan terdapat celah pada bibir kanan dan kiri (1 dan 4), alveolus
kanan dan kiri (2 dan 5), premaksila kanan dan kiri (3 dan 6), palatum durum ( 7
dan 8) dan palatum mole (9).
Ada juga klasifikasi atau penyebutan LAHSHAL. Pada klasifikasi
Kernahan setiap region yang mengalami celah ditadai dengan angka maka pada
penyebutan LAHSHAL setiap regio yang bercelah dipresentasikan dengan huruf.
Setiap huruf besar menyatakan bagian yang terkena secara sempurna ialah L=Lip,
A = Alveolus, H = hard palate, S = Soft palate, ada sisi kanan maupun kiri kecuali
soft palate hanya ada satu. Bila huruf ditulis dengan huruf kecil berarti kelainan
yang terjadi tidak sempurna, misalnya s berarti ada celah pada soft palate tetapi
hanya berubah uvula bifada. Sebelum penulisan LAHSHAL perlu ditulis CLP
lebih dahulu yang menyatakan adanya celah. Penyebutan dengan LAHSHAL ini
lebih praktis dan lebih mudah diingat. Contoh penulisan menurut LAHSHAL
sebagai berikut :
CLP/L-L berarti celah bibir bilateral
CLP/-SHAL berarti celah bibir, alveolus, palatum durum dan
palatum molle kiri
CLP/l- berarti hanya terdapat notch pada bibir kanan
CLP/-L berarti terdapat celah bibir kiri
3.2 Penatalaksanaan dan prognosis
Tujuan perawatan pasien celah bibir dan langit-langit adalah agar pasien
wajahnya baik, dan dapat berbicara dengan baik dan bagian orofasial berfungsi
baik.
13
3.2.1 Tim medis
Merupakan tim multidisiplin untuk melakukan terapi yang kronologis
yang terdiri dari :
1. Ahli genetik
Bertugas mengevaluasi kesehatan dan riwayat keluarga yang melakukan
pemeriksaan untuk membantu diagnosis. Ahli genetic ini juga
membimbing keluarga untuk mencegah resiko terulangnya kembali pada
kehamilan berikutnya.
2. Ahli THT
Bertugas dalam evaluasi dan manajemen infeksi dan kelainan
tenggorokan, hidung, dan telinga sebagai efek dari cleft lip dan palate
tersebut.
3. Ahli bedah plastik
Bertugas dalam perawatan spesialis berupa diagnose dan perawatan pada
abnormalitas skeletal, tulang wajah dan jaringan lunak. Ahli ini akan
bekerja dengan orthodontist dan beberapa spesialis lainnya untuk
mengkoordinasi rencana bedah.
4. Ahli bedah mulut
Spesialis ini melakukan bedah rekonstruksi dalam perawatan bersama
dengan dokter bedah plastic pada kasus tertentu.
5. Dokter gigi spesialis ortodonti
Dokter gigi yang mengevaluasi posisi dan struktur dari gigi anak dan
berkoordinasi dengan ahli bedah dan spesialis lainnya.
6. Dokter gigi spesialis pedodonsia
Dokter gigi yang mengevaluasi dan merawat gigi anak.
7. Ahli terapi bicara
Bertugas mengevaluasi kemampuan bicara untuk menciptakan
kemampuan komunikasi dan memonitor secara langsung pada tahap
perkembangan anak.
8. Ahli audiologi
Bertugas mengevaluasi kemampuan dan kesulitan mendengar pada anak
untuk menciptakan kemampuan komunikasi.
14
9. Koordinasi perawat
Berperan penting dalam berkoordinasi dengan para dokter ahli selama
proses penatalaksanaan.
10. Ahli psikologi
Bertugas mengevaluasi kemajuan anak secara teratur, mengamati
pendengaran, berbicara, nutrisi, gigi dan status emosional.
3.2.2 Kronologis Terapi
3.2.2.1 Terapi Bedah
Pembedahan biasanya dilakukan selama 3-6 bulan pertama untuk
memperbaiki celah bibir dan antara 9-14 bulan untuk memperbaiki celah palatum.
Kedua tipe pembedahan dilakukan di rumah sakit dibawah anestesi umum.
Pembedahan cleft palate melibatkan penarikan jaringan dari tiap sisi mulut
untuk membentuk ulang palatum. Proses ini mungkin membutuhkan rawat inap 2
atau 3 malam di rumah sakit, dengan malam pertama berada di ICU. Pembedahan
pertama dimaksudkan untuk membentuk palatum fungsional, mengurangi
kemungkinan cairan yang terbentuk dalam telinga tengah, dan membantu gigi dan
tulang wajah berkembang dengan tepat. Sebagai tambahan, palatum fungsional ini
akan membantu perkembangan berbicara dan kemampuan dalam pemberian
makanan.
Pembedahan cleft lip biasanya hanya membutuhkan sebuah pembedahan
rekonstruktif, khususnya jika celah tersebut unilateral. Dokter bedah akan
membuat sebuah insisi pada masing-masing sisi celah dari bibir ke lubang hidung.
Dua sisi bibir kemudian disatukan. Celah bibir bilateral mungkin diperbaiki dalam
dua pembedahan dengan jarak 1 bulan, yang biasanya membutuhkan rawat inap
singkat di rumah sakit.
Kebutuhan operasi lainnya bergantung pada kemampuan ahli bedah dan
juga keparahan celah, bentuknya dan ketebalan jaringan yang tersedia yang dapat
digunakan untuk membentuk palatum. Beberapa anak akan membutuhkan
pembedahan lebih untuk membantu memperbaiki cara berbicara mereka.
Pembedahan tambahan juga mungkin memperbaiki gambaran bibir dan
hidung, menutup celah antara hidung dan mulut, membantu pernafasan dan
15
menstabilkan dan meluruskan kembali rahang. Pembedahan berikutnya biasanya
dijadwalkan sekurangnya dalam jarak 6 bulan untuk memberi waktu
penyembuhan dan mengurangi kemungkinan parut yang serius. Perbaikan terakhir
untuk parut mungkin ditinggalkan dan tidak dilakukan sampai usia remaja,
dimana struktur wajah sudah lengkap perkembangannya.
3.2.2.2 Terapi ortodonsi
Obturator palatal sering dibuat untuk bayi dengan cleft palate yang
mengalami kesukaran menyusu atau mengalami gangguan masuknya makanan
atau cairan melalui rongga hidung. Evaluasi bicara dan pendengaran yang dini
sangat dianjurkan dan alat bantu pendengaran sering digunakan untuk mencegah
timbulnya masalah belajar pada anak dengan cleft palate yang sering kali juga
mendapat serangan otitis media.
Tindakan dokter gigi sebagai pencegahan sangat penting dan merupakan
dasar untuk terapi ortodontik selanjutnya. Terapi sering kali membutuhkan
perbaikan cacat perkembangan gigi. Terapi ortodonti kadang-kadang dimulai pada
fase gigi susu untuk memperbaiki gigitan silang posterior atas unilateral dan
bilateral serta untuk memperbaiki segmen premaksila yang berubah letak.
Begitu sampai pada fase gigi campuran, terapi orthodonti konvensional
dimulai untuk membentuk lengkung rahang atas yang normal. Sering kali ini
dilakukan dengan melakukan graft tulang autogenus pada sumbing alveolar untuk
membentuk kembali keutuhan lengkung maksila. Terapi ini dianjurkan untuk
dilakukan bila pembentukan akar gigi tetap yang belum erupsi di dekat daerah
tulang alveolar yang sumbing terutama pada maksila, sudah mencapai seperempat
atau setengahnya. Gigi geligi ini akan berhasil erupsi dengan baik secara pasif
atau mekanis melalui tempat graft yang bersatu dengan rahang dan membentuk
tulang alveolar yang baik.
Terapi ortodonti selanjutnya adalah dengan bedah ortognati. Biasanya
dilakukan untuk pasien dengan deformitas dentofasial yang signifikan. Bedah
plastik sering dilakukan untuk memperbaiki estetik dan fungsi tepi merah bibir,
filtrum, dan hidung.
16
3.2.2.3 Kronologi Penatalaksanaan Cleft Palate Dan Lip Dari Semua Aspek
Medis
Usia Intervensi
Prenatal Rujukan kepada tim yang menangani celah bibir dan
palatum
Diagnosis dan konseling genetik
Memperlihatkan masalah psikososial
Mempersiapkan instruksi pemberian makan
Membuat rencana pemberian makan
Lahir 1 bulan Rujukan kepada tim yang menangani celah bibir dan
palatum
Diagnosis dan konseling genetik
Memperlihatkan masalah psikososial
Sediakan instruksi pemberian makan dan periksa
pertumbuhan
1 4 bulan Periksa pemberian makan dan pertumbuhan
Perbaikan celah bibir
Periksa telinga dan pendengaran
5 15 bulan Periksa pemberian makan, pertumbuhan dan
perkembangan
Periksa telinga dan pendengaran; pertimbangkan
tabung telinga
Perbaikan celah palatum
Sediakan instruksi kebersihan oral
16 24 bulan Nilai telinga dan pendengaran
Nilai bicara dan bahasa
Periksa perkembangan
2 5 tahun Nilai bicara dan bahasa; tangani insufisiensi
velofaringeal
Periksa telinga dan pendengaran
Pertimbangkan perbaikan bibir/hidung sebelum mulai
sekolah
Nilai perkembangan dan penyesuaian psikososial
6 11 tahun Nilai bicara dan bahasa; tangani insufisiensi
velofaringeal
Intervensi ortodonti
Cangkok tulang alveolar
Nilai sekolah/penyesuaian psikososial
12 21 tahun Pembedahan rahang, rinoplasti jika dibutuhkan
Alat ortodonti, implan jika dibutuhkan
Konseling genetik
Nilai sekolah/penyesuaian psikososial
17
3.2.3 Prognosis
Prognosis penatalaksanaan cleft palate dan lip tergantung pada derajat
keparahan cleft, pertimbangan estetik, gangguan bicara dan pendengaran.
18
BAB 4 PENUTUP
Kesimpulan
Secara garis besar baik cleft palate dan cleft lip disebabkan oleh
kegagalan proses penggabungan lempeng palatina lateral untuk bergabung satu
sama lain, dengan septum nasal, atau dengan palatum primer. Celah bibir dan
celah palatum dapat dibedakan berdasarkan abnormalitas kongenital dan
keduanya sering terjadi secara bersamaan.
Perkembangan embriologis pada bibir atas dan hidung membutuhkan
tahapan yang rumit, hal ini telah terprogram secara genetis. Hal yang paling utama
yang menjadi permasalahan adalah fusi (penyatuan) dari 5 jaringan fasial
prominens pada minggu ke-3 hingga ke-8, perkembanan bibir pada usia
kandungan 3 hingga 7 minggu, dan perkembangan palatum pada minggu ke 5
hingga 12. Hal tersebut pada akhirnya akan akan menyebabkan kecacatan pada
palatum dan bibir jika berlangsung secara abnormal.
Terapi pada cleft palate dan cleft lip melibatkan beberapa ahli yang
masing-masing memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan
penatalaksanaan. Dokter gigi spesialis bedah mulut dan ortodonsi memainkan
peranan paling penting dalam kronologi perawatan cleft. Hal ini disebabkan oleh
wilayah yang harus dirawat adalah wilayah gigi dan rongga mulut dan perawatan
panjang yang dilakukan dari tahun ke tahun adalah dilakukan oleh dokter gigi
tersebut.
Terapi bedah dan ortodontik memainkan peranan utama dalam cleft palate
dan cleft lip. Tujuan utama terapi bedah pada kasus cleft palate dan lip secara
umum adalah untuk membentuk palatum fungsional, mengurangi kemungkinan
cairan yang terbentuk dalam telinga tengah, dan membantu gigi dan tulang wajah
berkembang dengan tepat, gambaran bibir dan hidung, menutup celah antara
hidung dan mulut, membantu pernafasan dan menstabilkan dan meluruskan
kembali rahang.
Sedangkan tujuan utama perawatan ortodonsi pada kasus yang sama
adalah membantu bayi dalam menelan makanan dan ASI makanan dengan alat
obturator; pada fase gigi sulung dapat memperbaiki gigitan silang posterior atas
19
unilateral dan bilateral serta untuk memperbaiki segmen premaksila yang berubah
letak; pada fase gigi campuran, terapi orthodonti konvensional dengan
membentuk lengkung rahang atas yang normal; menghasilkan gigi geligi yang
akan berhasil erupsi dengan baik secara pasif atau mekanis dan membentuk tulang
alveolar yang baik.
20
DAFTAR PUSTAKA
Bishara, Samir E. 2010. Text Book of Orthodontics. Philadelphia : W.B. Saunders
Company.
Cox, T. C. (2004). "Taking it to the max: The genetic and developmental
mechanisms coordinating midfacial morphogenesis and dysmorphology".
Clin. Genet. 65 (3): 163176. PMID 14756664.
Dudas M, Li WY, Kim J, Yang A, Kaartinen V (2007). "Palatal fusion - where do
the midline cells go? A review on cleft palate, a major human birth
defect". Acta Histochem. 109 (1): 114. doi:10.1016/j.acthis.2006.05.009.
PMID 16962647. )
Loenarz, C.; Ge W., Coleman M. L., Rose N. R., Cooper C. D. O., Klose R. J.,
Ratcliffe P. J., Schofield, C. J. (2009). "PHF8, a gene associated with cleft
lip/palate and mental retardation, encodes for an N{varepsilon}-dimethyl
lysine demethylase". Hum. Mol. Genet.. doi:10.1093/hmg/ddp480.
PMID 19843542.
Sloan GM (2000). "Posterior pharyngeal flap and sphincter pharyngoplasty: the
state of the art". Cleft Palate Craniofac. J. 37 (2): 11222.
doi:10.1597/1545-1569(2000)037<0112:PPFASP>2.3.CO;2.
PMID 10749049.).
Snyder HT, Bilboul MJ, Pope AW (2005). "Psychosocial adjustment in
adolescents with craniofacial anomalies: a comparison of parent and self-
reports". Cleft Palate Craniofac. J. 42 (5): 54855. doi:10.1597/04-
078R.1. PMID 16149838
Statistics by country for cleft palate.
WrongDiagnosis.com.http://www.wrongdiagnosis.com/c/cleft_palate/stats
-country.htm. Retrieved 2007-04-24.
Zucchero, T.M. et al. 2004 Interferon Regulatory Factor 6 (IRF6) Gene Variants
and the Risk of Isolated Cleft Lip or Palate New England Journal of
Medicine 351:769-780 [1] ^ "Cleft palate genetic clue found". BBC News.
2004-08-30. http://news.bbc.co.uk/1/hi/health/3577784.stm. Retrieved
2007-07-01.

Anda mungkin juga menyukai