Anda di halaman 1dari 16

PENYULUHAN MANAJEMEN PEMERAHAN

Manajemen Pemerahan Yang Baik Untuk Meningkatkan Produktivitas Sapi Perah Di


Kecamatan Sumbang
















OLEH :
KELOMPOK 4

Cahyo Riyan F : D1E011193
Idha Ayu Lestari : D1E011219
Sunu Bagus : D1E011230
Achmad Sofyan Danu : D1E011258
Aghan Sugandhi : D1E011268









FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Sapi perah adalah ternak yang produksi utamanya adalah air susu. Susu merupakan
hasil akhir dari ternak perah. Kebutuhan akan susu sekarang meningkat sehingga perlu
dilakukan peningkatan produksi susu, namun susu yang hasilkan juga harus higienis, tidak
tercemar dan terjamin kualitasnya. Untuk menghasilkan susu yang terjamin kualitasnya
maka, penanganan, peralatan dan pemerahan harus dilakukan dengan benar untuk
menghindari terjadinya pencemaran terhadap susu, disamping kualitas dan kesehatan susu
akan terjamin.
Proses pemerahan merupakan aspek penting dalam peternakan sapi perah. Hal ini
disebabkan karena susu adalah produk utama dari sapi perah, dan jika tidak ditangani dengan
baik, maka kualitas susu yang dihasilkan tidak akan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Susu sebagai bahan yang kaya dengan kandungan nutrisi menyebabkan mikroba
akan mudah berkembang biak pada susu, demikian juga berbagai pencemer lainnya berupa
material fisik dari lingkungan sekitar, dan juga susu sangat mudah menyerap bau yang ada.
Berdasarkan hal ini, maka dibutuhkan penangan khusus sebelum, ketika, dan setelah proses
pemerahan ternak, demikian juga susu yang dihasilkan, harus segera ditangani dengan baik
dan benar, tentu tujuan utamanya adalah untuk menghindari kerusakan pada produk susu
yang telah diperah.
Pemerahan pada umumnya masih tradisional atau manual yaitu masih menggunakan
tangan dan jari-jari tangan manusia, sedangkan pemerahan secara mekanik masih jarang
dijumpai, hal ini karena masih rendahnya pemilikan sapi perah yaitu antara 2-5 ekor per
peternak. Begitu pula dalam penggunaan peralatan masih secara tradisional

1.2. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui persiapan sebelum pemerahan.
2. Untuk mengetahui teknik oemerahan yang baik.
3. Untuk mengetahui penanganan pasca pemerahan yang baik.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fase persiapan
Tahap-tahap persiapan pemerahan meliputi menenangkan sapi, membersihkan
kandang, membersihkan bagian tubuh sapi, mengikat ekor, mencuci ambing dan puting
(Sudono, 2003). Menurut Muljana (1985) sebelum pemerahan dimulai, pemerah mencuci
tangan bersih-bersih dan mengeringkannya, kuku tangan pemerah dipotong pendek agar tidak
melukai puting sapi, sapi yang akan diperah dibersihkan dari segala kotoran , tempat dan
peralatan telah disediakan dan dalam keadaan yang bersih, selanjutnya menenangkan sapi,
mengikat ekornya dan mencuci ambing dengan air hangat, melakukan massage untuk
merangsang keluarnya air susu. Sebelum melakukan pemerahan dilakukan persiapan
diantaranya persiapan alat, pembersihan kandang dan sanitasi ternak.
2.2. Pemerahan
Pemerahan sapi dapat dilakukan dengan menggunakan tangan ataupun dengan mesin
pemerah (Prihadi, 1996). Metode pemerahan dengan tangan antara lain yaitu whole hand
milking, kneevelen dan streppen, diantara ketiga metode tersebut yang terbaik adalah dengan
menggunakan metode whole hand milking dan apabila tidak karena sesuatu hal maka
hendaknya menggunakan metode tersebut. Pemerahan dengan tangan harus dilakukan
dengan memegang pangkal puting susu antar ibu jari dan jari tengah, kedua jari kita tekan
pelan, menariknya kebawah hingga air susu keluar dan cara yang mempergunakan lima jari
yaitu ibu jari diatas dan keempat jari lainnya memegang puting, menariknya dengan pelan
hingga air susu dapat keluar dengan baik (Muljana, 1985).
Mesin Pemerah Susu berfungsi sebagai sarana untuk memerah susu secara
pneumatis, pemerahan dilakukan dengan membuat tekanan vakum pada penampung dan susu
diperah kedalam penampung melalui unit perah . Pemerahan dengan mesin perah akan
mengurangi kontak susu dengan tukang perah dan lingkungan kandang, sehingga susu hasil
perahan lebih bersih dan higienis. Pada dasarnya semua mesin pemerah susu terdiri atas
pompa vakum, pulsator, milk claw, sedotan puting (teat cup), wadah susu (bucket). Dikenal 3
(tiga) macam model mesin perah susu, yaitu : Portable Milking Machine Milking, type ini
semua peralatan mesin perah (Pompa vakum s/d Bucket) ditaruh diatas Troley dan didorong
ke sapi yang akan di perah.
Jumlah dan Volume bucket bervariasi, ada yang single bucket (25 lt, 30 lt) ada yang
double bucket. Demikian pula jumlah teat cup (cluster) ada yang single ada pula yang double,
Bucket Milking Machine Pompa Vakum terpisah dan dihubungka di titik- titik tertentu
dengan bucket melalui pipa vakum sepanjang lorong kandang. Bucket, Pulsator serta teat cup
mendatangi tiap sapi yang akan diperah dan menyambung pulsator dengan pipa vakum, Flat
Barn dan Herringbone Milking Machine Milking machine type ini sekelompok sapi digiring
ketempat pemerahan (milking parlour) dengan alunan musik tertentu. Posisi sapi pada waktu
diperah secara berbaris miring (herringbone) atau tegak lurus (flat barn). Biasanya susu hasil
pemerahan serentak ini langsung dipompakan ke tangki cooling unit.
Pemerahan yang baik dilakukan dengan cara yang benar dan alat yang bersih.
Tahapan-tahapan pemerahan harus dilakukan dengan benar agar sapi tetap sehat dan
terhindar dari penyakit yang dapat menurunkan produksinya (Sudono et al., 2003).
2.3. Pasca pemerahan
Setelah selesai pemerahan hendaknya dilakukan diping atau penuntasan pemerahan
agar tidak menimbulkan penyakit mastitis. Setalah didapatkan air susu dilakukan pengukuran
antara lain berat jenis dan kadar lemak susu. Sesudah melakukan pemerahan sebaiknya
bagian puting dicelupkan dalam larutan disinfektan untuk menghindari terjadinya mastitis
{Sumoprastowo, 1990).
Menurut Sindoredjo (1970) berat jenis susu minimal 1,027 pada temperatur 27,5 0C
dan kadar lemak 2,8%. Kenaikan produksi susu selalu diikuti dengan kenaikan berat jenis air
susu. Berat jenis air susu yang baik minimum 1.0280 dan pengukuran berat jenis air susu
hanya dapat dilakukan setelah 3 jam dari pemerahan bila suhu air susu sudah terletak antara
200 sampai 30 0 C, karena pada keadaan ini suhu ar susu telah stabil ( Sudono, 2003 ).
Susu yang tinggi kadar lemaknya juga kaya akan zat- zat kering lainnya, sehingga
berat jenisnya juga tinggi, dan susu yang rendah kadar lemaknya berat jenisnya pun rendah
(Sindoredjo, 1970 ). Menurut Syarief dan Sumoprastowo (1990) setelah susu diperah
kemudian dibawa ke kamar susu penanganan susu yang dilakukan adalah penyaringan,
pendinginan dan pemanasan. Penyaringan susu bertujuan untuk mendapatkan susu yang
terbebas dari kotoran. Selain penyaringan dan pendinginan, pengujian kualitas susu juga
dilakukan karena merupakan hal yang penting untuk mengetahui kualitas susu yang
dihasilkan (Siregar, 1993).
Faktor yang mempengaruhi produksi air susu adalah : kebakaan artinya factor
genetik sapi, pemberian ransum, manajemen pemerahan, lama kering kandang, pencegahan
penyakit,service periode dan calving interval serta frekuensi pemerahan. Siregar (1993) susu
pada tiap-tiap puting harus diperah habis. Selesai pemerahan, ambing dan puting susu dicuci
kembali dengan air hangat-hangat kuku lalu dicelup dan disemprot dengan air yang telah
diberi sedikit biocid.
Manajemen alat pemerahan yang baik dapat meningkatkan kualitas susu yang di
hasilkan. Alat pemerahan seperti milk can, ember, dll harus dibersihkan terlebih dahulu
dengan sabun atau bahan disinfectan lainnya yang dapat membunuh mikroba yang dapat
mencemari susu.

III. PEMBAHASAN
3.1. Manajemen Pemerahan
Pemerahan adalah tindakan mengeluarkan susu dari ambing. Pemerahan
bertujuan untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal. Terdapat tiga tahap
pemerahan yaitu pra pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan pasca pemerahan (Syarief dan
Sumoprastowo, 1990). Tujuan dari pemerahan adalah untuk mendapatkan jumlah susu yang
maksimal dari ambingnya, apabila pemerahan tidak sempurna sapi induk cenderung untuk
menjadi kering terlalu cepat dan produksi total menjadi menurun (Putra, 2009).
3.1.1. Fase Persiapan
Sebelum pemerahan dimulai, pemerah mencuci tangan bersih-bersih dan
mengeringkannya, kuku tangan pemerah dipotong pendek agar tidak melukai puting
sapi, sapi yang akan diperah dibersihkan dari segala kotoran, tempat dan
peralatan telah disediakan dan dalam keadaan yang bersih (Muljana, 1985).
Sebelum diperah sapi dimandikan terlebih dahulu, ekor diikat ke kakinya agar
tidak mengibas-ibas ketika diperah, pemerah juga harus dalam keadaan sehat serta setiap
puting dicek kesehatannya (Syarief dan Harianto, 2011).
3.1.2. Pelaksanan Pemerahan Susu
Proses pemerahan yang baik harus dalam interval yang teratur, cepat, dikerjakan
dengan kelembutan, pemerahan dilakukan sampai tuntas, tengan menggunakan prosedur
sanitasi, serta efisien dalam menggunaan tenaga kerja (Prihadi, 1996).
Berusaha memperoleh hasil air susu sebanyak-banyaknya, merupakan tugas yang
pokok dari keseluruhan pekerjaan bagi usaha ternak perah. Tugas kedua adalah menjaga agar
sapi tetap sehat dan ambing tidak rusak. Pelaksanaan pemerahan yang kurang baik, mudah
sekali menimbulkan kerusakan pada ambing dan puting karena infeksi mastitis, yang sangat
merugikan hasil susu.
3.1.2.1. Menggunakan Mesin Perah
Sebelum sapi diperah, kandang dan sapi harus dibersihkan terlebih dahulu
menggunakan air bersih. Yang lebih penting adalah bagian puting ambingnya. Karena jika
puting sapi yang akan diperah dalam keadaan masih kotor, maka mikroba yang menenempel
dapat terbawa dan menyebabkan terjadinya kontaminasi atau pencemaran bakteri. Dalam
waktu yang singkat, mikroba pada susu akan tumbuh dan berkembang lebih cepat dan nilai
kwalitas susu menjadi jelek dan dianggap susu rusak. Jika susu sudah dalam keadaan rusak
dan terkontaminasi bakteri, maka dampaknya pada konsumen yang meminumnya.
a) Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam pemerahan menggunakan mesin
perah yaitu :
1. Sapi dan kandang dibersihkan dengan air
2. Ambing harus diperhatikan kebersihannya
3. Mesin perah disediakan
4. Listrik dinyalakan
5. Dengan hati-hati mesin penyedot (vacum leaner) ditempatkan satu-persatu pada
bagian putingnya
6. Ketika pemerahan sedang berjalan, berilah catatan (recording) pada setiap tabung
yang sudah terisi susu sesuai dengan nomor sapinya.
7. Setelah pemerahan selesai, maka alat-alat dibersihkan dan disimpan kembali pada
tempat yang tersedia
b) Kelebihan dan kekurangan
1. Kelebihan menggunakan mesin perah
Dengan menggunakan mesin perah, maka hasil pemerahan lebih optimal. Karena
pada saat pemerahan susu tidak tercecer kemana-mana
Waktu yang dibutuhkan lebih efisien dan relatif cepat
Pekerja tidak terlalu berat dalam memerah
Jika waktu pemerahan lebih cepat, maka dampak tercemarnya mikroba lebih kecil
2. Kekurangan
Biaya untuk membeli mesin terlalu mahal
Jika semua mesin dinyalakan maka listrik yang terpakai juga harus besar
Pelaksanan penanganan susu yang baik (Good Handling Practices) memerlukan
peralatan penanganan yang baik dan benar sesuai tempat tahapan penanganan susu dilakukan.
(Anonim, 2011)
c) Alat Yang Ada Dipemerahan Sapi Antara lain:
1. Ember Susu
Fungsi : Sebagai wadah penampungan susu yang diperah secara manual.
Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu
2. Saringan Susu / Strainer
Fungsi : Benda-benda asing yang terikut air susu pada waktu pemerahan (rambut, sel ephithel,
kotoran lain), perlu disaring agar air susu benar-benar bersih.
Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu
3. Milk Can
Fungsi : Sebagai alat untuk menampung dan menyimpan susu hasil pemerahan, untuk segera
dikirim ke Koperasi / MCC (Milk Collecting Center) maupun ke Industri
Pengolahan Susu yang jarak dan waktu tempuhnya tidak lebih 2 jam dari proses
pemerahan. Alat ini berbahan stainless steel/aluminium, berpenutup rapat dan
umumnya berkapasitas 5, 10, 20, 30, 40, 50 liter.
Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu.
4. Mesin Pemerah Susu
Fungsi : Sebagai sarana untuk memerah susu secara pneumatis, dimana pemerahan dilakukan
dengan membuat tekanan vakum pada penampung dan susu diperah kedalam
penampung melalui unit perah. Pemerahan dengan mesin perah akan mengurangi
kontak susu dengan tukang perah dan lingkungan kandang, sehingga susu hasil
perahan lebih bersih dan higienis. Selain itu juga jumlah sapi dan kapasitas
pemerahan jauh lebih tinggi.
Pada dasarnya semua mesin pemerah susu terdiri atas :
1. Pompa Vakum
2. Pulsator
3. Milk claw
4. Sedotan puting (Teat cup)
5. Wadah susu (Bucket)
d) Dikenal 3 (tiga) macam model mesin perah susu, yaitu :
1. Sistem Bangsal Pemerahan (Milking parlor system)
Pemerahan berlangsung di suatu bangsal atau ruang khusus yang disiapkan untuk
pemerahan.Di bangsal ini ditempatkan beberapa mesin perah.Setiap satu mesin melayani
seekor sapi.Sasu hasil pemerahan langsung ditampung di tangki pendingin (cooling unit)
sesudah melalui tabung pengukur produksi yang terdapat pada setiap mesin. Sapi yang akan
diperah digiring ke bangsal pemerah melalui suatu tempat (holding area) yang luasnya
terbatas dan sapi berdesakan. Di holding area sapi dibersihkan dengan sprayer dari segala
arah, selanjutnya sapi satu per satu masuk bangsal (milking parlor).
Sistem bangsal perah (milking parlor system) mempeunyai bentuk yang bermacam-
macam, antara lain:
Sistem sirip ikan tunggal atau ganda (single/double heringbone milking, parlor)
Sistem sirip ikan berbentuk wajik (heringbone diamond shaped polygon milking
parlor}
Sistem komidi putar (rotary milking parlor)
2. Sistem ember (Bucket system)
Sistem ember adalah salah satu sistem pemerahan yang menggunakan mesin sebagai
pengganti tangan yang dapat dipindah-pindah dari tempat satu ke tempat lain. Sitem ini cocok
digunakan untuk petemak kecil.Susu hasil perahan dari sistem ini ditampung di ember yang
terdapat di setiap mesin. Setelah itu, susu hasil perahan setiap ekor sapi ditakar terlebih
dahulu, kemudian dituang di tangkipendingin.
Pemerahan dengan sisitem ini dapat diterapkan di Indonesia pada peternak sapi
perah yang jumlah sapi induk kurang dari 10 ekor atau pada peternak sapi perah rakyat yang
kandangnya berkelompok. Pemerahan dengan sistem ember ini perlu dirintis di Indonesia
dengan harapan dapat menekan kandungan kuman dalam susu.
3. Sistem Pipa (Pipe line system)
Pada sistem ini, pemerahan langsung juga berada di dalam kandang dimana sapi
yang akan diperah tetap terikat ditempatnya. Mesin perah dipindah dari sapi satu ke sapi
berikutnya. Sedang susu hasil pemerahan langsung dialirkan ke dalam tangki pendingin
melalui pipa tanpa berhubungan dengan udara luar.
3.1.2.2. Pemerahan dengan Tangan/Manual
Pemerahan dengan tangan ini menghendaki suatu pekerjaan yang teliti dan halus,
sebab kalau dilakukan dengan kasar akan buruk pengaruhnya terhadap banyaknya susu yang
dihasilkan. Sebelum melakukan pemerahan sususapi, ada beberapa hal yang harus disiapkan
oleh peternak, diantaranya :
1. cuci/bersihkan ambing sapi dengan air hangat
2. kandang sapi sudah dibersihkan
3. peralatan yang akan digunakan berada dalam keadaan steril
Kegunaan pembersihan ambing dengan air hangat bertujuan untuk :
1. merangsang keluarnya air susu
2. mengurangi kemungkinan air susu terkontimanasi oleg bakteri
3. mengurangi munculnya mastitis (menurunkan produksi susu hingga 30 %.)
Suhu air yang digunakan untuk mencuci ambing sapi berada diantara 48 57 derajat
celcius, dan lebih baik jika air mengandung disenfektan.
a) Ada 3 cara pemerahan dengan tangan yaitu :
1. Whole hand (tangan penuh)
Cara ini adalah yang terbaik, karena puting tidak akan menjadi panjang olehnya.
Cara ini dilakukan pada puting yang agak panjang sehingga dapat dipegang dangan penuh
tangan. Caranya tangan memegang puting dengan ibu jari dan telunjuk pada pangkalnya.
Tekanan dimulai dari atas puting diremas dengan ibu jari dan telunjuk, diikuti dengan jari
tengah, jari manis, dan kelingking, sehingga air dalam puting susu terdesak ke bawah dan
memancar ke luar. Setelah air susu itu keluar, sekluruh jari dikendorkan agar rongga puting
terisi lagi dengan air susu. Remasan diulangi lagi berkali-kali.
Jika ibu jari dan telunjuk kurang menutupi rongga puting, air susu tidak akan
memancar keluar, tetapi masuk lagi ke dalam ambing dan sapi akan kesakitan. Sedapat
mungkin semua pemerahan dilakukan dengan sepenuh tangan. Teknik ini dilakukan
dengan cara menggunakan kelima jari. Puting dipegang antara ibu
dari dan keempat jari lainnya, lalu ditekan dengan keempat jari tadi (Syarief dan Harianto,
2011).
2. Stripping (perah jepit)
Puting diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk yang digeserkan dari pangkal puting
ke bawah sambil memijat. Dengan demikian air susu tertekan ke luar melalui lubang puting.
Pijatan dikendorkan lagi sambil menyodok ambing sedikit ke atas, agar air susu di dalam
cistern (rongga susu). Pijatan dan geseran ke bawah diulangi lagi. Cara ini dilakukan hanya
untuk pemerahan penghabisan dan untuk puting yang kecil atau pendek yang sukar
dikerjakan dengan cara lain.
3. Knevelen (perah pijit)
Cara ini sama dengan cara penuh tangan, tetapi dengan membengkokan ibu jari,
cara ini sering dilakukan jika pemerah merasa lelah.. Lama-kelamaan bungkul ibu jari
menebal lunak dan tidak menyakiti puting. Teknik ini hanya dilakukan pada sapi yang
memiliki puting pendek. (Syarief dan Harianto, 2011).
3.1.3. Pasca Pemerahan
Selesai diperah, ambing dilap menggunakan kain yang telah dibasahi
oleh desinfektan. Kemudian dilap kembali dengan kain yang kering. Setelah itu, puting juga
dicelupkan ke dalam cairan desinfektan selama 4 detik.
Semua peralatan yang digunakan untuk memerah juga harus dibersihkan, kemudian
dikeringkan. Susu hasil pemerahan juga harus segera ditimbang, dicatat,
kemudian disaring agar kotoran saat pemerahan tidak ikut masuk ke dalam
susu (Syarief dan Harianto, 2011).
Sesudah pemerahan sebaiknya bagian puting dicelupkan dalam larutan
desinfektan untuk menghindari terjadinya mastitis (Syarief dan Sumoprastowo, 1990).
3.1.4. Pengaturan Waktu Pemerahan
1. Musim
Sapi yang melahirkan di musim dingin atau musim gugur umumnya produksi
susunya lebih tinggi dibandingkan yang melahirkan di musim panas. Jadi pada cuaca yang
panas produksi susu sapi umumnya menurun. Pada sapi yang digembalakan, umumnya
produksi susunya menurun pada musim kemarau dibandingkan pada musim hujan, ini
hubungannya dengan ketersediaan hijauan makanan ternak.
2. Frekuensi Pemerahan
Pada umumnya sapi diperah 2 kali sehari ialah pagi dan sore hari. Pemerahan yang
dilakukan lebih dari 2 kali sehari hanya dilakukan pada sapi yang dapat berproduksi susu
tinggi, misalnya pada sapi yang produksi susunya 20 liter per hari dapat diperah 3 kali sehari;
sedangkan sapi yang berproduksi susu 25 liter atau lebih per hari dapat diperah 3 kali sehari.
Pada sapi yang berproduksi tinggi bila diperah 3 4 kali sehari produksi susunya lebih tinggi
dibandingkan dengan yang hanya diperah 1 2 kali sehari. Pemerahan 3 kali sehari akan
meningkatkan produksi susu sebanyak 10 25 % dibandingkan dengan pemerahan 2 kali
sehari. Peningkatan produksi susu tersebut karena pengaruh hormon prolaktin yang lebih
banyak dihasilkan dari pada yang diperah 2 kali sehari.
Bila sapi diperah dua kali sehari dengan selang waktu yang sama antara pemerehan
tersebut, maka sedikit sekali terjadi perubahan kualitas air susu. Bila sapi diperah 4 kali
sehari, kadar lemak akan tiggi pada besok paginya pada pemerahan pertama. Makin sering
sapi diperah, produksi susu akan naik seperti yang ditunjukkan oleh penelitian dari Kendrik
(1953).
Kenaikan hasil susu itu tergantung pada kemampuan sapi itu untuk perproduksi,
makanan dan manajemen.
3.1.5. Menghadapi sapi yang sukar diperah
Persiapan pemerahan yang perlu diperhatikan oleh para petugas antara lain adalah
menenangkan sapi yang akan diperah, membersihkan kandang, membersihkan bagian tubuh
bagi sapi yang akan diperah, mengikat sapi, pencucian tangan petugas dan upaya melicinkan
puting.
1. Menenangkan sapi
Dalam rangka pemerahan, langkah pertama yang harus diperhatikan adalah usaha
menenangkan sapi yang akan diperah supaya proses pemerahan dapat dilakukan dengan
lancar. Usaha untuk menenangkan sapi pada umumnya ditempuh dengan cara:
Memberikan makanan penguat terlebih dahulu bagi sapi-sapi yang akan diperah.
Petugas mengadakan pendekatan dengan cara memegang-megang bagian tubuh sapi
Menghindarkan lingkungan kandang terjadi kegaduhan seperti adanya sekelompok
tamu masuk ke dalam kandang, atau berlalu-lalang di sekitar kandang, suara-suara
asing yang mengejutkan, dan lain sebagainya.
2. Membersihkan kandang dan bagian tubuh sapi
Usaha membersihkan kandang dan bagian tubuh sapi berkaitan erat dengan
kebersihan dan kesehatan hasil susu yang akan dipasarkan kepada para konsumen. Usaha
membersihkan tempat/kandang dan bagian-bagian tubuh sapi yang dapat mengotori hasil
pemerahan dapat dilakukan dengan cara:
Mencuci lantai kandang dengan menyemprotkan air yang bertekanan tinggi. Dengan
cara demikian sisa-sisa makanan yang telah basi dan berbau tercuci bersih, sehingga
susu tidak tercemari oleh kotran yang berada di dalam kandang.
Apabila menjelang pemerahan sapi belum sempat dimandikan, maka kotoran yang
melekat pada bagian-bagian tubuh tertentu seperti pada lipatan paha, ambing, dan
puting dicuci terlebih dahulu.
Mencuci ambing dan puting dengan air hanga tdan desinfektan; ambing digosok
dengan spon, kemudian dikeringkan dengan kain lap yang lunak. Pada saat itu
ambing sedikit dimasase pelan-pelan. Pencucian ambing dengan air hangat dan
desinfektan ini ialah untuk menjaga kebersihan air susu dan mengurangi pencemaran.
Sedangkan dilakukan masase adalah untuk merangsang keluarnya air susu.
Setelah puting dikeringkan dengan kain satu per satu, kemudian satu atau dua
pancaran perahan awal (stripping) dari setiap puting dibuang atau ditampung di
tempat tertentu untuk pengamanan. Air susu hasil stripping itu kotor, maka tidak
boleh dicampur dengan hasil susu perahan berikutnya yang bersih. Sehabis
dilakukan pemerahan saluran susu pada puting selalu terbuka, maka harus
diusahakan agar tidak kemasukan kotoran ataupun bakteri.
Hasil perahan yang terkena infeksi mastitis tidak boleh dicampur dengan air susu
lainnya yang sehat. Sebab, air susu yang kena infeksi mastitis tidak boleh dikonsumsi.
3. Mengikat sapi
Sapi yang akan diperah diikat dengan tali yhang pendek di suatu tempat yang sudah
dipersiapkan. Tujuan pengikatan sapi ini adalah agar sapi tidak berontak.
Disamping sapi itu diikat, kaki belakang dan ekornya pun perlu diikat pula, terutama
sapi-sapi yang nakal, suka berontak atau menyepak. Sedangkan pengikatan ekor
dimaksudkan agar sapi tidak mengibas-ngibaskan ekornya sehingga mengotori air susu dalam
ember. Caranya ialah ujung ekor diikat dengan salah satu kaki belakang. Dan apabila petugas
memerah di sebelah kanan, maka pengikatan ekor berada di sebelah kiri.
4. Mencuci tangan
Semua petugas yang akan melaksanakan pemerahan harus mencuci tangan terlebih
dahulu dengan air bersih agar air susu hasil perahan sehat dan bersih, tidak tercemar oleh
kotoran dari tangan pemerah. Menurut Prof. Dr. Soewarno T. Soekarno, pada telapak tangan
manusia ada ribuan hingga puluhan ribu mikroorganisme per cm
2
. Pencucian tangan
hendaknya menggunakan air hangat yang bersih, menggunakan sabun dan desinfektan.
Kemudian dikeringkan dengan kain lap dan tangan diolesi dengan minyak kelapa, agar
pemerahan dapat lebih lembut, sapi tidak merasa sakit.
5. Melicinkan puting
Puting dari sapi yang akan diperah perlu diolesi minyak kelapa atau vaselin agar
menjadi licin sehingga memudahkan proses pemerahan dan sapi tidak merasakan sakit. Jika
puting licin dan tangan petugas pun lembut karena diolesi minyak, maka sapi yang diperah
tidak akan berontak, terutama bagi sapi yang baru pertama kali berproduksi.
6. Merangsang keluarnya air susu melalui pedet dan pemerahan bertahap
Khusus bagi sapi-sapi yang baru pertama kali berproduksi kadang-kadang masih
sulit diperah. Jika petugas menghadapi kasus smacam itu dapat dicoba dengan cara:
Menyusukan pedet pada induk yang akan diperah sebagai langkah awal pemerahan,
sehingga proses pemerahan selanjutnya dapat dilaksanakan secara lancar
Melakukan pemerahan bertahap, yakni sapi diperah sedikit demi sedikit. Dengan
demikian sapi menjadi terbiasa untuk diperah. Bagi sapi-sapi yang telah terbiasa
diperah jika didekati tenang dan siap untuk diperah.
7. Perlengkapan dan peralatan
Sebelum melaksanakan pemerahan, petugas harus mempersiapkan perlengkapan dan
peralatan yang diperlukan terlebih dahulu. Perlengkapan dan peralatan tersebut antara lain:
ember tempat pemerahan, tali pengikat kaki, tali pengikat ekor (jika hal ini diperlukan),milk-
can untuk menmpung air susu, dan kain bersih untuk menyaring susu terhadap kotoran dan
bulu sapi pada saat susu dituangkan ke dalam milk-can.
Semua alat yang digunakan sebelum dan sesudah dipakai harus selalu dalam
keadaan bersih atau steril. Agar semua peralatan yang dipakai menjadi steril, alat-alat ersebut
harus dicucihmakan dengan cara merendam dalam larutan desinfektan, lalu dicuci dengan air,
selanjutnya dibilas dengan air panas dan dijemur.
Walaupun sapi dapat diperah beberapa kali sehari namun pada umumnya hanya
dilaksanakan dua kali sehari, yakni pagi dan sore. Setiap proses pemerahan dilakukan dengan
secepat mungkin, sebab pemerahan yang terlalu lama akan menimbulkan efek yang kurang
baik bagi sapi yang diperah.
Awal pemerahan harus dilakukan dengan hati-hati, lembut, dan pelan, kemudian
dilanjutkan sedikit lebih cepat, sehingga sapi yang diperah tidak terkejut atau takut.
3.1.6. Pemerahan darurat sebelum melahirkan
Jika ingin mendapatkan air susu segar, padahal sapi kita sedang bunting, maka
pemerahan air susu yang baik adalah 15 hari sebelum melahirkan dan 7 hari setelah
melahirkan.
Mengapa harus kita lakukan demikian ?sebab 15 hari sebelum partus (melahirkan)
komposisi air susunya belum seperti apa yang kita inginkan. Kemudian air susu pada awal
laktasi, sebelum 7 hari masih berupa kolestrum.
Susu yang masih banyak mengandung kolestrum ini sangat tidak baik diminum,
hanya sangat baik buat anak sapi itu sendiri. Karena susu tersebut masih banyak mengandung
antibody. Yaitu zat zat penguat bagi anak sapi supaya lebih tahan terhadap penyakit.
(Muljana, W. 1985)

IV. KESIMPULAN
Pemerahan dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi hari jam 06.00 WIB dan
sore hari jam 16.00 WIB. Persiapan yang dilakukan yaitu sapi digiring ke tempat pemerahan
kemudian sebelum diperah ambingnya dibersihkan terlebih dahulu dengan menyemprotkan
air menggunakan selang serta memberikannya konsentrat agar sapi tenang. Hal ini sesuai
dengan pendapat Muljana (1985) yang menyatakan bahwa sebelum pemerahan
dimulai, pemerah mencuci tangan bersih-bersih dan mengeringkannya, kuku tangan
pemerah dipotong pendek agar tidak melukai puting sapi, sapi yang akan diperah dibersihkan
dari segala kotoran, tempat dan peralatan telah disediakan dan dalam keadaan yang bersih.
Syarief dan Harianto (2011) menambahkan bahwa sebelum diperah sapi
dimandikan terlebih dahulu, ekor diikat ke kakinya agar tidak mengiba-ibas ketika
diperah, pemerah juga harus dalam keadaan sehat serta setiap puting dicek kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA
Muljana, W. 1985.Pemeliharaan dan Ternak Kegunaan Sapi Perah. Aneka Ilmu. Semarang.
Prihadi.1996. Tata Laksana dan Produksi Sapi Perah. Fakultas Peternakan Universitas
Wangsa Manggala. Yogyakarta.
Putra, A. 2009. Potensi Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi erah (Studi
Kasus Pemerahan susu sapi Moeria Kudus Jawa Tengah). Magister Ilmu
Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang.
Sudono, S. 2003. Alat Pemerahan Susu (Milking Machine). Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya, Malang.
Syarief, M. Z. dan C. D. A. Sumoprastowo.1990. Ternak Perah. CV. Yasaguna. Jakarta.
Syarif, E dan Harianto, B. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
http://devirisandi.blogspot.com/2008/12/syarat-syarat-pemerhan-sapi-perah.html
http://cukupnurohmat.blogspot.com/2012/11/manajemen-sapi-perah.html
http://indobeta.com/tata-cara-pemerahan-susu-sapi/12603/

Anda mungkin juga menyukai