Anda di halaman 1dari 16

1 | B a n d u n g .

BAB I

1.1 LATAR BELAKANG
Kota Bandung sebagai kota yang memiliki potensi luar biasa dalam sosial politik dan
ekonomi menjadi daya tarik baik bagi kalangan domestik maupun internasional. Catatan
sejarah membuat nama Bandung kian berpengaruh besar, tidak hanya memengaruhi kondisi
sosial ekonomi hingga menjadi tonggak sejarah kemerdekaan negara-negara di asia dan
afrika. Fakta bisu ini menorehkan prestasi gemilang pemerintah dan masyarakat Bandung
kala itu. Tidak berhenti sampai disana, kondisi sosial ekonomi masyarakat Bandung telah
menempatkan corak khusus dalam perekonomian Indonesia. Banyak ide-ide kreatif yang
diinisiasi oleh anak muda menjadi tren yang diakui secara nasional bahkan global. Lebih
lanjut, Bandung juga dikenal sebagai pencetak akademisi yang mampu mengarahkan
berbagai kebijakan bahkan arah berdirinya bangsa ini.
Perkembangan kota Bandung terbilang pesat, banyak hal yang telah berubah di kota ini.
Mulai dari alih fungsi bangunan hingga penggusuran dan pengrusakan ruang terbuka hijau.
Berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah kota. Beberapa kali mengalami
perubahan estafet kepemimpinan membuat Bandung kian terlihat abstrak dan tidak bertujuan.
Slogan Bandung sebagai kota kembang bergeser pada kondisi masyarakat yang memiliki
mental yang tidak dewasa, seringkali terjadi permasalahan yang dibiarkan tanpa menemukan
solusi kongkrit.
Kawasan hostoris dan industri tidak terpetakan dengan baik sehingga tidak dapat dibedakan
secara pola. Pembangunan infrastruktur yang ditunjang dengan pemetaan yang buruk akan
mengakibatkan banyaknya permasalahan infrastruktur yang tidak terselesaikan terutama di
daerah remote. Kebijakan yang diambil seharusnya mampu mengatasi permasalahan
mendasar demi terciptanya keselarasan antara permasalahan dan rencana yang dibuat.
Pembangunan Infrastruktur yang pada hakekatnya merupakan derivasi dari perencanaan
nasional seharusnya mampu mengarahkan dan memetakan pergerakan suatu pemerintahan,
dalam hal ini adalah kota Bandung. Dengan perencanaan yang jelas memungkinkan adanya
integrasi yang linier dengan berbagai pihak baik masyarakat ataupun pihak swasta. Hal ini
pula diharapkan mampu membuat alur perkembangan yang semakin lama tidak dapat
diprediksikan dengan pasti karena frekuensi yang cepat.
2 | B a n d u n g .

Langkah kebijakan yang diambil oleh elit politik pun seharusnya linier dengan tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya agar tercipta kondisi yang harmonis dan tidak terkesan tumpang
tindih. Banyaknya peraturan pemerintah daerah yang dicabut oleh Kementrian Dalam Negeri
merupakan indikasi bahwa banyaknya pemerintah daerah mengabaikan aturan dan prosedur
yang berlaku menurut undang-undang.
Lebih jauh, kota yang telah menginjak usia 202 tahun ini masih memiliki banyak pekerjaan
rumah khususnya pemerataan infrastruktur. Salah satu elemen penting pembangunan ini kini
telah menjadi kajian serius semua sektor baik pemerintah maupun pihak swasta, karena selain
pembangunan manusia pembangunan infrastruktur menjadi sarat utama dalam akselerasi
pembangunan.
Maka dari itu, sangatlah penting mengkaji sebuah kota dari perencanaan pembangunan
infrastruktur nya yang dikeluarkan berdasarkan Kebijakan walikota dalam hal ini Dada
Rosada. Melalui pengembangan dari visi misi pemimpin, perencanaan dijabarkan melalui
Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dengan itu diharapkan adanya kesinambungan
pembangunan berkelanjutan dalam upaya pemerataan akses dan pemberian ruang bagi sektor
swasta yang bertujuan untuk kemakmuran rakyat.























3 | B a n d u n g .



1.2 IDENTIFKASI MASALAH

Diusianya yang semakin matang Bandung diharapkan mampu membuka potensi, daya tarik,
dan peluang masyarakat baik di bidang sosial budaya hingga sektor perekonomian. Selama
ini Bandung dikenal sebagai kota produktif yang menghasilkan banyak kreasi dan terobosan.
Kota ini juga mampu menjadi industri yang menjadi role model, tidak hanya bagi kota-kota
besar di Indonesia namun juga hingga mancanegara. Berbagai produk yang mampu pasar
internasional banyak dihasilkan disini. Disamping itu, target pertumbuhan ekonomi yang
mencapai 13 % dimana Dada Rosada diharapkan linier dengan atmosfer usaha yang didukung
dengan berbagai penunjang terlebih di bidang infrastruktur.
Dibalik rencana pembangunan berkelanjutan yang diharapkan dapat membentuk kota yang
dijuluki dengan paris van java ini menjadi pusat perdagangan yang diakui secara
Internasional, masih diselimuti berbagai permasalahan yang dapat menghambatnya
perkembangan infrastruktur kota Bandung. Dalam polling independen yang diinisiasi oleh
MNC Media Research pada tanggal 10-12 Januari 2013 terhadap 307 responden usia 17-45
tahun keatas mengenai problem terbesar yang dihadapi kota Bandung saat ini, jawabannya
mereka yang berpendapat problem terbesar kota Bandung itu kemacetan (34,5%), sampah
(31,3%), banjir (13,7%), infrastruktur jalan (12,1%), dan ekonomi (2%), selain itu
berdasarkan data Ditlantas Polda Jabar 2012, tingkat kemacetan lalu lintas di Kota Bandung
tergolong terparah dan tersulit dikendalikan. Ditambah dengan jumlah kendaraan yang tidak
terkendalo, infrastruktur jalan juga tak memadai secara kuantitas maupun kualitas. Belum
lagi pertambahan penduduk yang pesat.
Menurut pakar tata ruang kota, Sri Hidayati Djoeffan, dalam menghadapi pertambahan
jumlah penduduk dan transportasi di Kota Bandung yang semakin semrawut, pemerintah
(Dada Rosada) harus semakin menggiatkan rekayasa pengaturan arus lalu lintas. Salah satu
alternatifnya adalah dengan adanya pembangunan underpass di bawah. Lebih lanjut iya
menjelaskan bahwa dengan terbatasnya lahan di Bandung akan sulit membuat pelebaran
jalan. Sementara jumlah kendaraan semakin akan bertambah.
Selain itu, menurut data bahwa di Kota Bandung terdapat 336 persimpangan dan putaran
utama, dan setidaknya terdapat 64 kawasan yang rawan terjadinya kemacetan. Dari ke-64
kawasan itu, 34 kawasan berupa pasartumpah dan PKL, 11 kawasan pertokoan dan mal, 5
4 | B a n d u n g .

kawasanpendidikan, 5 kawasan factory outlet (FO), 4 kawasan tempat rekreasi, dan 10
kawasan wisata kuliner. Jika kita melihat lebih lanjut mengenai kawasan mal dan pertokoan
di Kota Bandung yang rawan kemacetan yakni Jalan Gatot Subroto (TSM), Cicadas (BTM),
Purnawarman (BEC), Mohamad Toha (ITC), Dewi Sartika (Kings, Yogya, dll.), Merdeka
(BIP, Gramedia,), Otto Iskandar Di Nata (Pasar Baru), Setiabudi (Rumah Mode), Cihampelas
(Ciwalk), Ujungberung, sampai Dr. Djundjunan BTC (Sri Hidayati Djoeffan,2013).
Sementara 10 kawasan wisata kuliner yang menjadi titik rawan kemacetan cukup signifikan
adalah kawasan Jalan L.L.R.E. Martadinata, Ir. H. Djuanda (Dago), Pelajar Pejuang
'45/Laswi, Pasteur, Banda, Aceh, Taman Pramuka, Trunojoyo, Sukajadi, Burangrang, dan
kawasan Sudirman, Gardujati, Cibadak. Menurut pakar tata kota ini beberapa penyebab
terjadinya kemacetan di lokasi-lokasi tersebut, karena kapasitas parkir yang kurang. Jumlah
kendaraan berbanding terbalik dengan lahan parkir yang tersedia.
Sebagai contoh, akses jalan dan parkir di sentra sepatu Cibaduyut dan sentra kain
Cigondewah yang tergolong tidak memadai. Padahal, sentra industri bisa menjadi tujuan
wisata yang bisa meningkatkan perputaran uang. Itulah sederet permasalahan Kota Bandung
yang belum efektif dalam mengadakan pembangunan infrastruktur yang merata. Berbagai
solusi yang ditawarkan pemerintah seakan belum menunjukan keberpihakan atas
permasalahan yang sedang berlangsung di dalam masyarakat.
Peran pembangunan Infrastruktur yang dapat mendorong perkembangan ekonomi baik di
bidang industri kreatif hingga jasa, seharusnya menjadi prioritas serius pemerintah jika ingin
mencapai kondisi dimana Bandung dapat menjadi kota yang mampu menjadi percontohan
dan pusat industri kreatif, dengan kebijakan yang tepat bukan tidak mungkin rencana
pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menciptakan masyarakat madani ini
menembus angka 13%.






5 | B a n d u n g .


1.3 PERUMUSAN MASALAH

Setelah melihat dan mengkaji mengenai permasalahan yang sedang menjangkiti Kota
Bandung hari ini, ada beberapa hal yang dapat dirumuskan yang dinilai menjadi
permasalahan yang harus dipetakan secara objektif sehingga mampu menerjemahkan
berbagai kebutuhan yang sedang dirasakan oleh masyarakat, diantaranya :

a. Bagaimana seharusnya pemimpin menjalankan fungsinya berdasarkan teori yang
berlaku?
b. Bagaimana cara kepemimpinan Dada Rosada dalam menjalankan pemerintahan ?
c. Apa langkah yang diambil oleh pemerintah kota Bandung dalam hal ini Dada Rosada
untuk mengatasi berbagai permasalahan infrastruktur?

Itu merupakan beberapa permasalahan yang dapat dipetakan sehingga nantinya dapat
ditemukan permasalahan riil yang dialami oleh masyarakat pada umumya, lebih lanjut
permasalahan diatas juga meruapakan representasi dari berbagai pertanyaan terkait perencaan
yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah.











6 | B a n d u n g .


BAB II
LANDASAN TEORI

Sebelum melakukan analisis terhadap kepemimpinan seseorang, pengertian kepemimpinan
merupakan faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi serta manajemen. Kepemimpinan
adalah entitas yang mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi. Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat, mengharmonisasi, serta
mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing secara baik.
Konsep kepemimpinan telah banyak ditawarkan para penulis di bidang organisasi dan
manajemen. Kepemimpinan tentu saja mengkaitkan aspek individual seorang pemimpin
dengan konteks situasi di mana pemimpin tersebut menerapkan
kepemimpinan. Kepemimpinan juga memiliki sifat kolektif dalam arti segala perilaku yang
diterapkan seorang pimpinan akan memiliki dampak luas bukan bagi dirinya sendiri
melainkan seluruh anggota organisasi.
Sebelum memasuki materi kepemimpinan, perlu terlebih dahulu dibedakan konsep pemimpin
(leader) dengan kepemimpinan (leadership). Pemimpin adalah individu yang mampu
mempengaruhi anggota kelompok atau organisasi guna mendorong kelompok atau organisasi
tersebut mencapai tujuan-tujuannya. Pemimpin menunjuk pada personal atau individu
spesifik atau kata benda. Sementara itu, kepemimpinan adalah sifat penerapan pengaruh oleh
seorang anggota kelompok atau organisasi terhadap anggota lainnya guna mendorong
kelompok atau organisasi mencapai tujuan-tujuannya.
Definisi Kepemimpinan
Cukup banyak definisi kepemimpinan yang ditawarkan para ahli di bidang organisasi dan
manajemen. Masing-masing memiliki perspektif dan metodelogi pembuatan definisi yang
cukup berbeda, bergantung pada pendekatan (epistemologi) yang mereka bangun guna
menyelidiki fenomena kepemimpinan.
Stephen Robbins, misalnya mendefinisikan kepemimpinan sebagai ... the ability to
influence a group toward the achievement of goals.[1] Kepemimpinan adalah kemampuan
7 | B a n d u n g .

untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai serangkaian tujuan. Kata
kemampuan, pengaruh dan kelompok adalah konsep kunci dari definisi Robbins.
Definsi lain, yang cukup sederhana, diajukan oleh Laurie J. Mullins.[2] Menurut Mullins,
kepemimpinan adalah ... a relationship through which one person influences the behaviour
or actions of other people. Definisi Mullins menekankan pada konsep hubungan yang
melaluinya seseorang mempengaruhi perilaku atau tindakan orang lain. Kepemimpinan
dalam definisi yang demikian dapat berlaku baik di organisasi formal, informal, ataupun
nonformal. Asalkan terbentuk kelompok, maka kepemimpinan hadir guna mengarahkan
kelompok tersebut.
Definisi kepemimpinan, cukup singkat, diajukan Peter G. Northouse yaitu ... is a process
whereby an individual influences a group of individuals to achieve a common goal.[5] [ ...
adalah proses dalam mana seorang individu mempengaruhi sekelompok individu guna
mencapai tujuan bersama.] Lewat definisi singkat ini, Northouse menggarisbawahi sejumlah
konsep penting dalam definisi kepemimpinan yaitu:
1. kepemimpinan merupakan sebuah proses;
2. kepemimpinan melibatkan pengaruh;
3. kepemimpinan muncul di dalam kelompok;
4. kepemimpinan melibatkan tujuan bersama.

Pendekatan Gaya Kepemimpinan
Pendekatan gaya kepemimpinan menekankan pada perilaku seorang pemimpin. Ia berbeda
dengan pendekatan sifat yang menekankan pada karakteristik pribadi pemimpin, juga
berbeda dengan pendekatan keahlian yang menekankan pada kemampuan administratif
pemimpin. Pendekatan gaya kepemimpinan fokus pada apa benar-benar dilakukan oleh
pemimpin dan bagaimana cara mereka bertindak. Pendekatan ini juga memperluas kajian
kepemimpinan dengan bergerak ke arah tindakan-tindakan pemimpin terhadap anak buah di
dalam aneka situasi.
Pendekatan ini menganggap kepemimpinan apapun selalu menunjukkan dua perilaku umum :
(1) Perilaku Kerja, dan (2) Perilaku Hubungan. Perilaku kerja memfasilitasi tercapainya
tujuan: Mereka membantu anggota kelompok mencapai tujuannya. Perilaku
hubunganmembantu bawahan untuk merasa nyaman baik dengan diri sendiri, dengan orang
lain, maupun dengan situasi dimana mereka berada. Tujuan utama pendekatan gaya
8 | B a n d u n g .

kepemimpinan adalah menjelaskan bagaimana pemimpin mengkombinasikan kedua jenis
perilaku (kerja dan hubungan) guna mempengaruhi bawahan dalam upayanya mencapai
tujuan organisasi.
Pendekatan gaya kepemimpinan secara singkat direpresentasikan oleh tiga riset yang satu
sama lain berbeda. Pertama, riset Ohio State University yang diadakan di akhir 1940-an
lewat karya Stogdill (1948), yang memberi perhatian yang lebih dari sekadar sifat dalam
mengkaji kepemimpinan. Kedua, riset yang diadakan di University of Michigan yang
mengeksplorasi bagaimana kepemimpinan menjalankan fungsinya di dalam kelompok
kecil.Ketiga, riset yang diawali oleh Blake dan Mouton di awal 1960-an yang mengeksplorasi
bagaimana manajer menggunakan perilaku kerja dan hubungannya dalam konteks
organisasi.
1. Blake and Mouton Grid (Kisi-kisi Blake dan Mouton)
Robert R. Blake and Jane S. Mouton tahun 1991 mengembangkan suatu grid (kisi-kisi)
kepemimpinan guna menunjukkan bahwa pemimpin dapat membantu organisasi mencapai
tujuannya lewat dua orientasi, yaitu : (1) Perhatian atas Produksi dan (2)Perhatian atas
orang.[8] Kedua orientasi ini mencerminkan kembali perilaku kerja danperilaku
hubungan seperti terjadi di riset Ohio State University.
Dengan menggunakan grid (kisi-kisi), Blake dan Mouton menciptakan 5 gaya
kepemimpinan. Gaya-gaya tersebut adalah:[9]
1) Gaya Taat Otoritas (Authority-Compliance)
Gaya ini menggambarkan pemimpin yang dikendalikan oleh pencapaian hasil atau target,
dengan sedikit atau bahkan tidak ada perhatian pada manusia kecuali dalam rangka
keterlibatan mereka dalam menyelesaikan pekerjaan. Komunikasi pemimpin dengan
pengikutnya terbatas dan diadakan sekadar untuk memberi instruksi pekerjaan. Pemimpin-
pemimpin ini bercorak pengendali, pengarah, terlalu kuat, dan penuntut. Mereka bukan
kolega kerja yang menyenangkan. Sejumlah penelitian menunjukkan tingkat keluar-masuk
karyawan yang tinggi dengan gaya kepemimpinan semacam ini.
2) Gaya Country-Club
Gaya country-club menggambarkan pemimpin dengan perhatian tinggi pada orang tetapi
rendah perhatiannya pada hasil atau produksi. Pemimpin ini fokus pada pemenuhan
9 | B a n d u n g .

kebutuhan pekerja sebagai manusia dan penciptaan lingkungan yang kondusif dalam
pekerjaan. Keluar-masuk karyawan menurun di bawah pemimpin bergaya ini.
3) Gaya Lemah (Impoverished Management)
Gaya lemah menggambarkan pimpinan yang punya sedikit perhatian baik atas orang ataupun
produksi. Pemimpin bergaya ini berlaku sebagai pemimpin tetapi sesungguhnya terasing dan
tidak melibatkan diri dalam organisasi. Pemimpin ini kerap punya sedikit hubungan dengan
pengikut dan dapat saja dianggap tidak peduli, tidak tegas, pasrah, dan bersikap masa bodoh.
Umumnya kita mengenalnya dengan laissez faire.
4) Gaya Middle-of-the-Road (Gaya Jalan Tengah)
Gaya jalan tengah menggambarkan pemimpin yang kompromistik, yang punya perhatian
menengah atas pekerjaan dan perhatian tengah atas orang-orang yang melakukan pekerjaan.
Pemimpin menghindari konflik dan menekankan pada tingkat produksi serta hubungan
personal yang moderat. Gaya kepemimpinan ini kerap digambarkan sebagai orang yang
bijaksana, lebih suka berada di tengah, samar pendirian dalam minat atas kemajuan
organisasi, dan sulit menyatakan ketidaksetujuannya di hadapan pekerja.
5) Gaya Manajemen Tim
Gaya manajemen tim memberi tekanan seimbang, baik pada pekerjaan ataupun hubungan
antarpersonal. Gaya ini mendorong derajat partisipasi dan kerja tim yang tinggi di dalam
organisasi sehingga mampu memuaskan kebutuhan dasar pekerja agar mereka tetap merasa
terlibat dan punya komitmen kuat dalam pekerjaannya. Kata yang dapat menggambarkan
pemimpin yang menerapkan gaya manajemen tim adalah : menstimulir, partisipatif, penentu
tindakan, pembuka isu, penjelas prioritas, pembuat terobosan, bersikap terbuka, dan penikmat
pekerjaan.
6) Paternalistik/Maternalistik
Gaya manajemen tim mengintegrasikan perhatian tinggi atas pekerja sekaligus dan pekerjaan.
Namun, mungkin pula ada pemimpin yang menerapkan secara sekaligus, baik perhatian
tinggi pada orang maupun perhatian tinggi pada produksi, tetapi tidak dengan cara yang
integratif. Pemimpin seperti ini berpindah dari gaya taat otoritas menjadi gaya country-
club bergantung pada situasi. Mereka biasa disebutdiktator yang murah hati, karena mereka
bertindak ramah pada pekerja hanya agar pekerjaan selesai, untuk kemudian berpindah
10 | B a n d u n g .

kembali menjadi diktator yang sesungguhnya. Gaya ini disebut paternalistik/maternalistik,
dan pemimpin bergaya ini melakukannya karena memandang pekerja tidak terkait dengan
pencapaian tujuan organisasi. Orang ya orang, kerjaan ya kerjaan. Beda.
7) Oportunis
Gaya oportunis merujuk pada pemimpin yang secara oportunistik menggunakan aneka
kombinasi dari 5 gaya resmi (nomor 1 sampai dengan 5) guna meningkatkan karier
mereka.
Black and Mouton menandaskan bahwa pemimpin biasanya punya satu gaya yang dominan
dan satu gaya cadangan. Pemimpin berpindah ke gaya cadangan tatkala gaya dominan tidak
efektif dan mereka tengah berada di bawah tekanan berat.
















11 | B a n d u n g .




BAB III
PEMBAHASAN

LATAR BELAKANG DADA ROSADA
Pria lulusan S2 STIA LAN-RI, kelahiran Ciparay, Bandung, 29 April 1947, ini terpilih
kembali menjadi Walikota Bandung periode 2008-2013 berpasangan dengan Ayi Vivananda
(lahir di Bandung, 19 Juni 1967) sebagai Wakil Walikota. Pasangan yang dicalonkan Partai
Golkar dan PDI-P dan didukung puluhan partai lainnya, di antaranya Partai Demokrat dan
PBB, Pada periode kedua ini juga Dada Rosada menang mutlak.
Bagi masyarakat kota Bandung, nama dan sosok H. Dada Rosada, SH, MSi, sangat populer.
Berdasarkan hasil dua kali suvei opini publik yang diadakan Lingkaran Survei Indonesia
(LSI) untuk kepentingan Pemilihan Kepala Daerah Kota Bandung secara langsung yang akan
dilaksanakan 10 Agustus 2008, dinamika popularitas Dada Rosada sebagai calon Wali Kota
Bandung periode 2008-2013 (periode kedua) masih bertengger di atas 90 % dari kandidat
lainnya.
Beberpa partai besar di kota Bandung pun melirik dia. Partai Golkar dan PDI-P didukung
Partai demokrat dan Partai Bulan Bitang mencalonkan kembali Dada Rosada, untuk Pilkada
kota Bandung 2008. Dia berpasangan dengan Ayi Vivananda sebagai Calon Wakil Walikota
Bandung. Pencalonan kembali Dada, didorong derasnya aspirasi dari berbagai lapisan
masyarakat kota Bandung atas keberhasilannya memimpin kota Bandung yang berakhir pada
Juni 2008. Berbagai elemen masyarakat menginginkan kesediaannya maju kembali.

Pada kepemimpinannya terselenggarakannya event internasional momentum peringatan 50
tahun Konferensi Asia- Afrika (KAA) 2005, yang menjadikan kota berjuluk Paris Van Java
ini memiliki akses dan infrastruktur yang lebih berkualitas. Dimulainya pembangunan flay
over Pasupati, Tol Cipularang, perluasan bandara dan rehabilitasi lingkungan.
12 | B a n d u n g .


Sebuah visi yang jelas dan terukur yang dituangkannya ke dalam 7 program prioritas
pembangunan. Yakni bidang Pendidikan dengan target Bandung Cerdas 2008. Kesehatan
dengan target Bandung Sehat 2007. Kemakmuran, Bandung Makmur 2008, Lingkungan,
Bandung Hijau 2006. Seni Budaya, Bandung Kota Seni 2008. Olah Raga Bandung Kota
Berprestasi 2008, dan Agama, Bandung Kota Agamis 2008. Bermuara untuk menggapai Kota
bandung sebagai Kota Jasa Bermartabat (Bersih, Makmur, Taat dan Bersahabat).

Kehendak dari visi tersebut diimplementasikan dalam penjabaran misinya. Yaitu
menegmbangkan sumber daya manusia yang amdal dan religius. Kemudian mengembangkan
perekonomian kota yang adil dan tangguh. Mengembangkan sosial budaya kota yang ramah
dan berkesadaran tinggi beserta berhati nurani. Perwujudan visi yang dijabarkan dalam misi
juga mencakup perihal peningkatan penataan kota agar lebih baik serta dibarengi dengan
peningkatan kinerja pemerintah kota yang profesional. efektif, akuntabel, dan transparansi,
serta mengembangkan keuangan kota. Strateginya, Dada melakukan perkuatan-perkuatan
melalui implementasi konsep yang sumbernya dibiayai oleh APBD. Disamping penggalian
potensi lain dari swasta.
Untuk pendapatan, pada tahun 2003-2006, yang direncanakan sebesar Rp.4,47 triliun dapat
direalisasikan sebesar Rp.4,60 triliun atau mencapai 102,99 %. Lalu pada 2007, dari rencana
Rp.1,61 triliun atau 104,30 %. Pada 2008, dari rencana pendapatan sebesar Rp.1,87 triliun
hingga bulan Maret telah mencapai 19,89 % atau sebesar Rp.0,37 triliun. Bidang Bandung
Hijau, telah menghijaukan dari luas kota Bandung 6.91 % diperuntukan untuk ruang terbuka
hijau (RTH) Gebrakan lulusan S2, program pasca sarjana STIA LAN-RI, ini memang
membawa angin segar bagi Kota Bandung. Simak saja dalam Laporan Pertanggungjawaban
Wali Kota Bandung di akhir Masa jabatan 2003 2008 yang disampaikan pada Rapat
Paripurna di DPRD Kota Bandung, Jum'at (9/5/o8). Pemkot Bandung dalam 7 program
prioritas pembangunan yang diusungnya, dalam bidang pendidikan telah mampu
merealisasikan Bandung Cerdas 2008, yang ditandai dengan meningkatnya angka partisipasi
murni dan kasar pada setiap strata pendidikan. Menurunnya angka putus sekolah pada setiap
strata pendidikan prasekolah dasar dan menengah, serta berbagai indikator lainnya. Juga
ditandai dengan diterimanya berbagai piagam, piala dan plakat penghargaan baik tingkat
regional, nasional maupun internasional. .
13 | B a n d u n g .

Di samping ke 7 program, Dada juga punya 5 gerakan. Yaitu gerakan penghijauan, hemat dan
menambung air dengan membuat sumur resapan. Gerakan Cikapundung bersih, gerakan
sejuta bunga, gerakan udara bersih dan gerakan P4LH (Pembibitan, Penanaman,
Pemeliharaan dan Pengawasan Lingkungan Hidup). Selain itu 15 sasaran pembangunan
infrastruktur sosial dan ekonomi kota yang diantaranya terdapat kegiatan monumental.
Seperti pembangunan Sarana Olah raga (SOR) Gedebage, Pembangunan Listrik Tenaga
Sampah (PLTSa).
Rivitalisasi lima sentra perdagangan. Penataan Moda transportasi, pembangunan kawasan
seni Ujung Berung, pariwisata dan Saung Angklung Mang Udjo, rivitalisasi pasar tradisional,
penataan Puncrut, Serta optimalisasi bantuan Peningkatan kemakmuran (PBPK) dibidang
pendidikan, kesehatan dan kemakmuran. (Sumber : Koleksi Tokoh Indonesia)
STRUKTUR EKONOMI KOTA BANDUNG

Nilai PDRB Kota Bandung pada tahun 2007 adalah sebesar Rp.51,3 trilyun dengan tingkat
PDRB per kapita sebesar Rp.22.640.000,-. Tingkat pendapatan perkapita ini tergolong tinggi
bila dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Aktivitas ekonomi Kota Bandung, sebagian
besar bersumber dari dari sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memberikan
kontribusi sekitar 36,4% dari seluruh kegiatan ekonomi di Kota Bandung, disusul oleh sektor
industri pengolahan sekitar 29,8%. Sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan
kontribusi sekitar 10,8% demikian juga dengan sektor jasa-jasa. Pembentukan investasi di
Kota Bandung pada tahun 2007 mencapai Rp.5,4 trilyun, meningkat dari tahun sebelumnya
Rp.4,2 trilyun.
Sebagai pusat perekonomian Jawa Barat dan sekaligus sebagai kota tujuan wisata dan
pendidikan, aktivitas ketenagakerjaan di Kota Bandung pada umumnya adalah pada sektor
jasa dan perdagangan. Pada tahun 2007, 36,7% penduduk Kota Bandung bekerja pada sektor
perdagangan, hotel, dan restoran. Sebanyak 24,9% tenaga kerja Kota Bogor bekerja di sektor
jasa yang meliputi jasa pemerintahan umum dan swasta. Walaupun menyerap tenaga kerja
dalam jumlah terbesar, namun bila dibandingkan dengan jumlah produksi ekonomi, maka
produktivitas tenaga kerja di sektor jasa-jasa jauh lebih rendah dibandingkan sektor lainya.
Kondisi ini menunjukkan pekerja sektor jasa yang di dalamnya meliputi jasa pemerintahan
umum dan sosial kemasyarakatan relatif mendapat tingkat pendapatan atau kesejahteraan
yang relatif rendah atau distribusi pendapatan di sektor ini tidak merata. Selain itu ada
14 | B a n d u n g .

kemungkinan sektor jasa-jasa menampung banyak tenaga kerja kurang produktif, sehingga
ada potensi pengangguran semu cukup besar pada sektor ini.



BAB IV
KESIMPULAN

Pentingnya pembangunan infrastruktur suatu kota guna mengingkatkan kualitas sosial budaya
ekonomi masyarakatnya harus ditunjang dengan kebijakan pembangunan yang linier dengan
permasalahan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat tersebut. Kepemimpinan Sebagai
faktor utama dalam menentukan dan menjalankan rencana pembangunan dinilai sangat
penting. Melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), pemimpin
daerah sudah seharusnya memiliki pandangan kedepan yang terintegrasi dengan kebijakan
pemerintah pusat. Namun, lagi-lagi dalam pelaksanaannya perencanaan ini akan sangat
ditentukan dengan Gaya kepemimpinan kepala daerah tersebut.
Berdasarkan teori dan berbagai kasus yang telah dijelaskan diatas dapat kita simpulkan
bahwa dalam pembangunan infrastruktur yang dijalankan di kota Bandung, Dada Rosada
dikendalikan oleh pencapaian hasil atau target, dilihat dari cara-caranya komunikasi dengan
pengikutnya terbatas dan diadakan sekadar untuk memberi instruksi pekerjaan. Dapat dilihat
bahwa kepemimpinananya bercorak pengendali, pengarah, terlalu kuat, dan penuntut. Dada
Rosada bukan orang yang senang terlibat langsung melainkan melakukan penunjukan untuk
menyelesaikan permasalahan. Selain itu, jika kita klasifikasikan kedalam penelitian Mouton
mengenai gaya kepemimpinannya, Dada Rosada termasuk menggunakan cara opportunis
dengan mengabungkan beberapa gaya seperti kompromistik dimana ia selalu berkompromi
dengan pihak-pihak swasta meskipun mengurangi kepentingan orang banyak dan juga
mengambil jalan tengah agar termankan dari nama baik yang telah ia jaga.
Terbukti dengan ditetapkannya ia sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), citra dan prestasi yang tidak berkelanjutan yang didasarkan oleh gaya dan sifat
15 | B a n d u n g .

kepemimpinannya membawa ia terperangkap dalam bui dan membawa Bandung menjadi
kota yang tidak teratur dengan pembangunan yang tidak merata. Jadi, dalam pembangunan
Infrastruktur yang berorientasi terhadap kesejahteraan rakyat gaya kepemimpinan sangat
berpengaruh.












DAFTAR PUSTAKA


Siswanto, H.B. 2005. Pengantar Manajemen. Bandung: Bumi Aksara.
Silalahi, Ulbert. 1996.Pemahaman Praktis Asas-Asas Manajemen. Bandung: Mandar Maju.
Winardi, DR. 2006. Asa-Asas Manajemen. Yogyakarta: Alumni
Pakar tata ruang kota & dosen Jurusan Planologi Universitas Islam Bandung (Unisba), Sri
Hidayati Djoeffan , 2013, Bandung
DR. Anang Muftiadi Analisis Ekonomi Dan Sosbud Kota Bandung
16 | B a n d u n g .

BAPPEDA Kota Bandung
Pemerintahan Umum Kota Bandung
Website Pemerintah Kota Bandung www.Bandung.go.id

Anda mungkin juga menyukai