Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelenjat Tiroid
2.1.1 Anatomi
Tiroid adalah suatu kelenjar endokrin yang sangat vaskular, berwarna merah
kecoklatan dengan konsistensi yang lunak. Kelenjar tiroid terdiri dari dua buah lobus
yang simetris. Berbentuk konus dengan ujung cranial yang kecil dan ujung caudal
yang besar serta dihubungkan oleh isthmus. Pada tepi superiornya terdapat lobus
piramidalis yang bertumbuh ke kranial.
5

Setiap lobus kelenjar tiroid mempunyai ukuran kira-kira 5 cm, dibungkus oleh fascia
propria yang disebut true capsule, dan di sebelah superficialnya terdapat fascia
pretrachealis yang membentuk false capsule. Lobus-lobus ini dibagi atas septa-septa
jaringan ikat fibrous menjadi lobulus-lobulus, yang masing-masing terdiri dari 30-40
folikel. Kelenjar tiroid ini mengandung banyak pembuluh darah dan mempunyai
kecepatan arus darah yang tinggi.
6


Gambar 2.1 Kelenjar tiroid
1


2.1.2 Embriologi dan Fisiologi
Kelenjar tiroid janin berasal dari endoderm foregut yang kemudian bermigrasi ke
inferior sampai ke daerah kartilago tiroid. Semua yang terjadi selama proses migrasi
ini dapat menyebabkan terjadinya tiroid ektopik. Pada usia janin 7 minggu, kelenjar
tiroid sudah terdiri dari 2 lobus.
2
Thyrotropin Releasing Hormon (TRH) sebagai pengatur sekresi kelenjar tiroid
mulai terdapat dalam neuron neonatus saat usia 4 minggu sedangkan Tiroid
Stimulating Hormon (TSH) mulai dihasilkan oleh hipofisis pada usia 9 minggu, dan
dapat dideteksi dalam sirkulasi pada usia 11 sampai 12 minggu. Kadar TSH dalam
darah mulai meningkat pada usia 12 minggu sampai aterm. Pada usia 4 minggu, janin
mulai mensintesis tiroglobulin. Aktivitas tiroid mulai tampak pada usia 8 minggu
kehamilan. Pada usia kehamilan 8 sampai 10 minggu, janin dapat melakukan ambilan
(trapping) iodium dan pada usia 12 minggu dapat memproduksi T4 yang secara
bertahap kadarnya terus meningkat sampai mencapai usia 36 minggu. Produksi TRH
oleh hipotalamus dan TSH oleh hipofisis terjadi dalam waktu yang bersamaan, tetapi
integrasi dan fungsi aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid dengan mekanisme umpan
baliknya belum terjadi sampai trimester kedua kehamilan.
2
Sebelum memasuki trimester kedua kehamilan, perkembangan normal janin
sangat bergantung pada hormon tiroid ibu. Kira-kira sepertiga kadar T4 ibu dapat
melewati plasenta dan masuk ke janin. Apabila ibu hamil mengalami kelainan tiroid
atau mendapatkan pengobatan anti tiroid, misalnya penyakit Graves maka, obat anti
tiroid juga melewati plasenta sehingga janin beresiko mengalami hipotiroid. Setelah
bayi lahir terjadi kenaikan TSH mendadak yang menyebabkan peningkatan kadar T3
dan T4 yang kemudian secara perlahan-lahan menurun dalam 4 minggu pertama
kehidupan bayi. Pada bayi prematur kadar T4 saat lahir rendah kemudian meningkat
mencapai kadar bayi aterm dalam usia 6 minggu. Semua tahap yang melibatkan
sintesis hormon tiroid termasuk trapping, oksidasi, organifikasi, coupling, dan
sekresinya berada di bawah pengaruh TSH.
2
Pada tahap trapping terjadi pengambilan iodide dari darah kedalam sel-sel dan
folikel kelenjer tiroid. Hal ini terjadi karena kemampuan dari membrane basal sel
tiroid untuk memompakan iodide secara aktif ke bagian dalam selnya. Selanjutnya
iodide akan dirubah menjadi bentuk iodium yang teroksidasi. Iodium teroksidasi
mampu langsung berikatan dengan asam amino tirosin yang ada di dalam molekul
tiroglobulin yang disebut dengan proses organifikasi.
7

Gambar 2.2 Proses kimia pembentukan T3 dan T4


Tirosin mulanya di iodisasi menjadi monoioditirosin dan selanjutnya menjadi
diiodotirosin. Selama beberapa menit hingga beberapa hari molekul diiodotirosin
akan saling bergandengan (coupling) dan membentuk molekul tetraiodotironin (T4
atau tiroksin). Dapat juga terjadi gandengan molekul monoioditirosin dengan
diiodotirosin membentuk triiodotironin (T3) seperti pada gambar 2.2. Kedua hormon
yang terbentuk tetap menjadi bagian dari molekul tiroglobulin.
7
Setelah hormon tiroid disintesis molekul tiroglobulin akan disimpan di dalam
folikel untuk menyuplai kebutuhan hormon tiroid dua sampai tiga bulan. Oleh karena
itu, bila sintesis hormon tiroid terhenti maka efek akibat defisiensinya akan tampak
setelah beberapa bulan.
7
Sebagian besar T3 dan T4 dalam sirkulasi terikat dengan thyroid-binding
globulin (TBG) atau prealbumin pengikat albumin (thyroxine binding prealbumine,
TBPA). Thyroid stimulating hormone (TSH) memegang peranan terpenting untuk
mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar
hipofisis. Proses yang dikenal sebagai negative feedback sangat penting dalam proses
pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi. Dengan demikian, sekresi tiroid dapat
mengadakan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan di dalam maupun di luar
tubuh. Selain itu terdapat sel parafolikuler yang menghasilkan kalsitonin yang
berfungsi untuk mengatur metabolisme kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium
serum terhadap tulang.
7,8

Secara umum, hormon tiroid berfungsi mengaktifkan transkripsi inti sejumlah
gen. Pada proses tersebut reseptor hormon tiroid melekat pada untaian genetik DNA
dan biasanya membentuk heterodimer dengan reseptor retinoid X (RXR) pada elemen
respons hormon tiroid yang sepsifik pada DNA. Saat berikatan dengan hormon tiroid
reseptor menjadi aktif dan mengawali proses transkripsi. Kemudian terbentuk
sejumlah besar tipe RNA messenger yang berbeda, yang dalam beberapa menit atau
beberapa jam diikuti oleh translasi RNA pada ribososm sitoplasma untuk membentuk
ratusan tipe protein baru.
7
Hormon tiroid dapat meningkatkan ukuran maupun aktifitas mitokondria yang
berperan dalam pembentukan Adenosin Trifosfat (ATP) untuk meningkatkan fungsi
sel. Efek hormon tiroid pada pertumbuhan lebih nyata terutama pada masa
pertumbuhan anak-anak. Pada keadaam hipotiroidisme kecepatan pertumbuhan
menjadi sangat tertinggal sedangkan pada hipertiroidisme sering kali terjadi
pertumbuhan tulang yang sangat berlebihan sehingga anak menjadi lebih tinggi
dibandingkan anak sebaya lainnya.
8
Hormon tiroid juga memiliki efek yang kuat pada
pertumbuhan dan perkembangan otak selama kehidupan janin dan beberapa tahun
pertama kehidupan. Bagian yang paling dipengaruhi adalah korteks serebri dan
ganglia basalis, sehingga defisiensi hormon tiroid yang terjadi selama masa
perkembangan akan menyebabkan otak lebih kecil dari normal, retardasi mental,
kekakuan motorik dan ketulian. Hormon tiroid juga menimbulkan efek pada refleks.
Waktu reaksi refleks regang menjadi lebih singkat pada hipertiroidisme dan
memanjang pada hipotiroidisme.
7,8
Kerja jantung juga dipengaruhi oleh hormon ini akibat kerja langsung T3 pada
miosit, dan sebagian melalui interaksi dengan katekolamin dan sistem saraf simpatis.
Hormon tiroid meningkatkan jumlah dan afinitas reseptor -adrenergik pada jantung,
sehingga meningkatkan kepekaannya terhadap efek inotropik dan kronotropik
katekolamin. Hormon-hormon ini juga mempengaruhi jenis miosin yang ditemukan
pada otot jantung. Pada pengobatan dengan hormon tiroid, terjadi peningkatan kadar
myosin heavy chain- (MHC-), sehingga meningkatkan kecepatan kontraksi otot
jantung.
8
Pada sebagian besar penderita hipotiroidisme terjadi kelemahan otot (miopati
tirotoksisitas). Kelemahan otot mungkin disebabkan oleh peningkatan katabolisme
protein. Hormon tiroid mempengaruhi ekspresi gen-gen Myosin Heavy Chain (MHC)
baik di otot rangka maupun otot jantung. Namun, efek yang ditimbulkan bersifat
kompleks dan kaitannya dengan miopati masih belum jelas.
8
T4 dan T3 meningkatkan konsumsi O
2
hampir pada semua jaringan yang
metabolismenya aktif, kecuali pada jaringan otak orang dewasa, testis, uterus,
kelenjar limfe, limpa, dan hipofisis anterior. Beberapa efek kalorigenik hormon tiroid
disebabkan oleh metabolisme asam lemak yang dimobilisasi oleh hormon ini. Di
samping itu hormon tiroid meningkatkan aktivitas Na+K+ATPase yang terikat pada
membran di banyak jaringan. Bila pada orang dewasa taraf metabolisme ditingkatkan
oleh T4 dan T3, maka akan terjadi peningkatan ekskresi nitrogen. Bila masukan
makanan tidak ditingkatkan pada kondisi tersebut, maka protein endogen dan
simpanan lemak akan diuraikan yang berakibat pada penurunan berat badan.
7,8
Hormon tiroid memberikan efek pada mekanisme tubuh yang spesifik pada
metabolisme karbohidrat dimana hormon tiroid merangsang hampir semua aspek
metabolisme karbohidrat. Hormon tiroid mengakibatkan penggunaan glukosa yang
cepat oleh sel, meningkatkan glikolisis, meningkatkan glukogenesis, meningkatkan
kecepatan absorbsi saluran cerna, dan sekresi hormon insulin. Hal ini disebabkan oleh
naiknya seluruh enzim oleh hormon tiroid. Oleh karena hormon tiroid meningkatkan
metabolisme sebagian besar sel tubuh, maka kekurangan hormon ini kadang akan
menurunkan laju metabolisme basal tubuh.
7

2.2. Hipotiroid Kongenital
2.2.1 Definisi
Hipotiroid kongenital adalah suatu keadaan hormon tiroid yang tidak adekuat pada
bayi baru lahir sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh yang dapat
disebabkan oleh kelainan anatomi kelenjar tiroid, kelainan genetik, kesalahan
biosintesis tiroksin serta pengaruh lingkungan.
1,9
Hipotiroid kongenital diklasifikasikan menjadi hipotiroid kongenital
permanen dan transien. Hipotiroid kongenital permanen merupakan defisiensi
persisten dari hormon tiroid yang membutuhkan pengobatan seumur hidup.
Sedangkan hipotiroid kongenital transien adalah kekurangan dari hormon tiroid
sementara yang ditemukan pada saat lahir dan produksinya kembali normal pada
bulan-bulan pertama atau tahun pertama kehidupan.
9

2.2.2 Epidemiologi
Hipotiroid kongenital telah di temukan di berbagai daerah dan ras, dengan prevalensi
terbanyak di Asia dibandingkan daerah lain. Insiden pada kelahiran hidup bervariasi
dari 1:3000 sampai 1:4000 di berbagai belahan dunia. Hal ini dipengaruhi oleh
lingkungan, genetik, dan faktor autoimun. Penyebab tersering adalah disgenesis tiroid
yang mencakup 80% kasus. Lebih sering ditemukan pada anak perempuan daripada
laki-laki dengan perbandingan 2:1. Anak dengan sindrom down memiliki resiko 35
kali lebih tinggi untuk menderita hipotiroid kongenital dibanding anak normal.
2,9
Di Amerika serikat dilaporkan terjadi kenaikan insiden hipotiroid kongenital
dari 1:4094 pada 1987 menjadi 1:2372 pada 2002. Alasan peningkatan tersebut
belum diketahui, tapi diduga karena adanya peningkatan sensitivitas dan akurasi dari
test yang dilakukan terhadap TSH sehingga anak dengan hipotiroid ringan dapat
dideteksi. Insiden hipotiroid di Indonesia diperkirakan jauh lebih tinggi yaitu sebesar
1:1500 kelahiran hidup.
2



























DAFTAR PUSTAKA


1. Stephen La Franchi, Hypothyroidism. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM,
Jenson HB, editor. Nelson Textbook of Pediatrics 18
th
ed. Philadelphia: Saunders;
2007:2319-25
2. Batubara, Jose RL, dkk. Ganggguan Kelenjar Tiroid. Dalam : Buku Ajar
Endokrinologi Anak Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010: 205-212
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Skrining Hipotiroid
Kongenital. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012
4. Suryati Kumorowulan dan Sri Supadmi. Kretin Endemik dan Kretin Sporadik
(Hipotiroid Kongenital). MGMI Volume 1 No 3; 2010: 78-119
5. David C. Sabiston. Glandula Thyroidea. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah Jilid 1.
Jakarta: EGC; 1995
6. Keith L. Moore and Anne M. R. Agur. Glandula Thyroidea. Dalam: Anatomi
Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates; 2002
7. Guyton AC dan Hall JE. Hormon Metabolik Tiroid. Dalam: Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC; 2007: 978-91
8. Lauralee Sherwood. Organ Endokrin Perifer. Dalam: Fisiologi Manusia Dari Sel
ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC; 2001: 644-51
9. Maynika V Rastogi dan Stephen H LaFranchi. Congenital Hypothyroidism.
Orphanet Journal of Rare Diseases: 2010; 5: 17: 1-22

Daftar pustaka gambar
Gambar 1
Putz R dan Pabst R. Sobotta Atlas Anatomy Manusia edisi 22 Jilid I.Jakarta:EGC;2006:149
Gambar 2
Greenspan FS. The Thyroid Gland. Dalam: Greenspan FS, Gardner DG, penyunting. Basic &
Clinical Endocrinology. Edisi 8. New York: McGraw-Hill;2004:248-258.

Anda mungkin juga menyukai