Anda di halaman 1dari 21

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Kandidiasis (kandidosis, oral thrust) merupakan penyakit infeksi jamur
oportunistik pada rongga mulut dan vagina. Penyakit infeksi ini disebabkan oleh
Candida albicans, meskipun beberapa spesies lain seperti C. glabarata, C.
tropicalis, C. krusei, C. parapsilosis juga dapat menyebabkan infeksi ini. C.
albicans merupakan normal oral mikroflora, dengan 30% sampai 50% manusia
membawa flora ini di mulut mereka tanpa ada infeksi dan gejala klinis
1
.
Amphotericin B dan Fluconazole merupakan dua agen penting dalam melawan
jamur pathogen pada manusia, obat-obatan jenis ini memiliki efek samping seperti
efek toksik. Sehingga dibutuhkan antifungi yang lebih baik untuk melawan infeksi
oleh beberapa jenis jamur, terutama spesies Candida
2
.
Dalam dua dekade terkahir, beberapa penelitian sedang fokus untuk
menggunakan bahan-bahan herbal ataupun alami, dimana bahan-bahan ini
memeliki efek samping yang lebih sedikit dibanding obat-obatan non-alami.
Ekstrak komponen obat dari tanaman herbal ini seperti minyak esensial yang
terkandung di dalamnya, dapat digunakan sebagai agen antimikroba, antivirus,
dan antifungal. Beberapa dari minyak esensial yang didapat dari tumbuhan telah
biasa digunakan untuk sakit kepala, radang sendi, merawat perubahan warna kulit,
infeksi, dan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh parasit. Beberapa minyak
esensial dari tumbuhan telah digunakan pada pengobatan kuno untuk melawan
infeksi
2
. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa thyme memiliki sifat atibakteri,
antifungal, antiviral, antiparasitik yang kuat, lalu spasmolitik dan aktivitas
antioksidan
3
.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
masalah, yaitu : Apakah ekstrak thyme ( Thymus vulgaris ) dapat digunakan
sebagai antifungi terhadap jamur Candida albicans ?

2

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui daya antifungal
ekstrak daun thyme (Thymus vulgaris) terhadap koloni Candida albicans

1.3.2. Tujuan Khusus

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah memberikan
informasi ilmiah mengenai efektivitas daya antifungal ekstrak daun thyme
(Thymus vulgaris). Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut, khususnya tentang
penggunaan bahan alami sebagai antifungi jamur Candida albicans di rongga
mulut


















3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Thyme ( Thymus vulgaris )
2.1.1. Deskripsi Umum
Thymus vulgaris merupakan famili Lamiaceae, merupakan tanaman asal
mediterania, dan tumbuh meluas di daerah Prancis, Spanyol, Portugal, Itali,
Algeria, dan Moroko. Selebuhnya, tanaman ini juga dibudidayakan di beberapa
negara lain seperti Eropa, Amerika Utara, Asia utara dan Oseania
4
. Thymus
vulgaris (thyme) merupakan tanaman aromatik, tanaman ini digunakan untuk
penggunakan dan sebagai tambahan bumbu dapur di seluruh dunia. Dalam dekade
terakhir banyak penelitian in vitro di bidang farmakologi meneliti tanaman ini dan
hasilnya menunjukkan bahwa tanaman ini memiliki aktivitas farmakologi, baik
minyak esensial yang terkandung di dalamnya, maupun ekstrak dari tumbuhan
tersebut. Penggunaan non-medis tumbuhan ini patut diperhatikan, karena thyme
biasa digunakan dalam makanan dan industri wewangian. Secara umum thyme
digunakan dalam bidang kuliner dan digunakan sebagai pengawet untuk makanan
khususnya karena tanaman ini memiliki antioksidan
3
.
Di daerah morocco, Thymus vulgaris dikenal dengan nama zaatra or
zaitra, di turkey thymus dikenal dengan nama kekik yang digunakan dalam
pengobatan kuno sebagai ekspektoran, antitusif, antibronkolitik, antispasmodik,
antihelmintik dan obat diuretik. Sifat aromatik dan medis dari tanaman ini
membuatnya terkenal di seluruh dunia. Spesies Thymus biasanya digunakan
sebagai teh herbal, bumbu masak, dan tumbuhan obat
3,5,
.
Minyak esensial dan ekstrak tumbuhan telah digunakan selama ribuan
tahun, terutama dalam pengawet makanan. Minyak esensial tumbuhan dikenal
memiliki sifat antimikroba, dan secara tradisional digunakan untuk meningkatkan
kesehatan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa thyme memiliki sifat
atibakteri, antifungal, antiviral, antiparasitik yang kuat, lalu spasmolitik dan
aktivitas antioksidan
4
.


4

2.1.2. Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Thymus
Spesies : Thymus vulgaris
6

2.1.3. Kandungan Thyme (Thymus vulgaris)
Kandungan minyak esensial Thymus vulgaris dikenal memiliki sifat
medis untuk pengobatan bronkitits, batuk, maupun sakit gigi. Infusa dari tanaman
herba ini juga diberikan untuk beberapa penyakit. Hal ini mungkin karena
kandungan flavonoid berperan penting dalam aktivitas spasmolitik pada otot usus
dan trakhea. Komponen utama dari minyak esensial pada thyme memiliki
andungan thymol dan carvacrol yang memiliki sifat aktivitas antimikrobial
melawan jamur, virus, cacing, bakteri gram positif dan negatif
4
.












5

Tabel 2.1 Kandungan ekstrak daun Thymus vulgaris
Komponen Konten %
1,3-Octadiene 0.3
1,7-Octadiene 0.1
2,4-Dymethyl-2,4-heptadiene 1.5
-Pinene 0.8
Camphene 0.3
Sabinene 0.1
para-Menthene-1 1.8
para-Menthene-3 0.1
Myrcene 2.4
-Phellandrene 0.3
-Terpinene 1.8
p-Cymene 18.6
Limonene 0.8
(Z)--Ocimene 0.1
(E)--Ocimene 0.1
-Terpinene 16.5
Mentha-3,8-diene 0.4
-Terpinolene 0.2
p-Cimenene 0.1
Borneol 0.5
trans-Dihydrocarvone 0.2
Thymol metil ether 0.1
Thymol 44.7
Carvacrol 2.4
Carvacrol acetate <0.1
-Caryophyllene 0.8
Calamenene <0.1
-Cadinene 0.1
Total 95.1

2.2. Candida albicans
Candida albicans adalah spesies jamur patogen dari golongan
deuteromycota. Spesies cendawan ini merupakan penyebab infeksi oportunistik
yang disebut kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia. Beberapa
karakteristik dari spesies ini adalah berbentuk seperti telur (ovoid) atau sferis.
dengan diameter 3-5 m dan dapat memproduksi pseudohifa. Spesies Candida
albicans memiliki dua jenis morfologi, yaitu bentuk seperti khamir dan bentuk
hifa. Selain itu, fenotipe atau penampakan mikroorganisme ini juga dapat berubah
dari berwarna putih dan rata menjadi kerut tidak beraturan, berbentuk bintang,
lingkaran, bentuk seperti topi, dan tidak tembus cahaya. Jamur ini memiliki
6

kemampuan untuk menempel pada sel inang dan melakukan kolonisasi. Candida
albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam
dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi
blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu
7
.
Candida dapat eksis dalam rongga mulut sebagai saprofit tanpa
menyebabkan lesi apapun. Antara genus Candida, Candida albicans diduga
spesies patogen dan diterima sebagai faktor penyebab paling umum kandidiasis
oral. Candida albicans dapat ditemukan dalam rongga mulut yang sehat pada
konsentrasi rendah ( 20 sel / cc saliva). Dalam konsentrasi ini, organism tidak bisa
terdeteksi di bawah mikroskop, tetapi hanya dapat dideteksi melalui kultur dalam
media tertentu seperti pada Dextroxe Sabouroud Agar dalam bentuk koloni.
Keseimbangan flora rongga mulut dapat berubah menimbulkan suatu keadaan
patologis atau penyakit karena beberapa faktor seperti kesehatan mulut yang
buruk, obat immunosupresan, penyakit sistemik yang menurunkan daya tahan
lokal tubuh
8
.

2.2.1. Klasifikasi Candida albicans
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Subfilum : Saccharomycotina
Class : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Famili : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albican
9


2.2.2. Struktur Fisik
Dinding sel Candida albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga
sebagai target dari beberapa antimikotik. Dinding sel berperan pula dalam proses
penempelan dan kolonisasi serta bersifat antigenik. Fungsi utama dinding sel
tersebut adalah memberi bentuk pada sel dan melindungi sel ragi dari
lingkungannya. Candida albicans mempunyai struktur dinding sel yang
7

kompleks, tebalnya 100 sampai 400 nm. Komposisi primer terdiri dari glukan,
manan dan khitin. Manan dan protein berjumlah sekitar 15,2-30 % dari berat
kering dinding sel, -1,3-D-glukan dan 1,6-D-glukan sekitar 47-60 %, khitin sekitar
0,6-9 %, protein 6-25 % dan lipid 1-7 %. Dalam bentuk ragi, kecambah dan
miselium, komponen-komponen ini menunjukkan proporsi yang serupa tetapi
bentuk miselium memiliki khitin tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan sel
ragi. Dinding sel Candida albicans terdiri dari lima lapisan yang berbeda
8
.
Candida albicans merupakan salah satu dari 70 spesies yang berbeda dari
jamur Candida. Istilah Kandidiasis diterapkan untuk proliferasi berlebihan
Candida albicans dalam usus, mulut, kerongkongan, atau vagina. Kandidiasis
sistemik melibatkan proliferasi berlebihan dari Candida albicans seluruh tubuh.
Candida albicans bisa mendiami semua tubuh manusia, tetapi biasanya hanya
dalam jumlah kecil. Sampai dengan 33% dari orang-orang di daerah barat
menderita kandidiasis yang lebih-proliferasi
10
.

2.2.3. Patogenesis
Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel host menjadi syarat
mutlak untuk berkembangnya infeksi. Secara umum diketahui bahwa interaksi
antara mikroorganisme dan sel pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari
dinding sel mikroorganisme, adhesin dan reseptor. Makanan dan manoprotein
merupakan molekul-molekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas adhesif.
Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding sel Candida albicans juga
berperan dalam aktifitas adhesive. Setelah terjadi proses penempelan, Candida
albicans berpenetrasi ke dalam sel epitel mukosa. Dalam hal ini enzim yang
berperan adalah aminopeptidase dan asam fosfatase. Apa yang terjadi setelah
proses penetrasi tergantung dari keadaan imun dari host
7
.
Candida albicans berada dalam tubuh manusia sebagai normal flora dan
infeksi baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada tubuh pejamu. Faktor
faktor yang dihubungkan dengan meningkatnya kasus kandidiasis antara lain
disebabkan oleh
7
:
8

a. Kondisi tubuh yang lemah atau keadaan umum yang buruk, misalnya:
bayi baru lahir, orang tua renta, penderita penyakit menahun, orang-
orang dengan gizi rendah
b. Penyakit tertentu, misalnya: diabetes mellitus
c. Kehamilan
d. Rangsangan setempat pada kulit oleh cairan yang terjadi terus menerus,
misalnya oleh air, keringat, urin atau air liur.
e. Penggunaan obat di antaranya: antibiotik, kortikosteroid dan sitostatik.
Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan Candida
albicans serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena
adanya perubahan dalam sistem pertahanan tubuh. Blastospora berkembang
menjadi hifa semu dan tekanan dari hifa semu tersebut merusak jaringan, sehingga
invasi ke dalam jaringan dapat terjadi. Virulensi ditentukan oleh kemampuan
jamur tersebut merusak jaringan serta invasi ke dalam jaringan. Enzim-enzim
yang berperan sebagai faktor virulensi adalah enzim-enzim hidrolitik seperti
proteinase, lipase dan fosfolipase
7
.
Infeksi kandidiasis dapat diobati dan mengakibatkan komplikasi minimal
seperti kemerahan, gatal dan ketidaknyamanan, meskipun komplikasi bisa berat
atau fatal jika tidak ditangani sesegera mungkin. Dalam bidang kesehatan,
kandidiasis adalah infeksi lokal biasanya pada mukosa membran kulit, termasuk
rongga mulut (sariawan) faring atau esofagus, saluran pencernaan, kandung
kemih, atau alat kelamin (vagina,penis). Infeksi jamur bisa menyebar ke seluruh
tubuh. Dalam Penyakit kandidiasis sistemik, hingga 75 persen orang bisa
meninggal
11
.








9

BAB 3
KERANGKA

3.1. Kerangka Konseptual Penelitian









10

3.2. Hipotesis
Konsentrasi ekstrak thyme (Thymus vulgaris) berpengaruh terhadap
pertumbuhan koloni Candida Albicans
a. H
0
= Tidak ada perbedaan rata-rata diameter zona hambatan antara semua
konsentrasi ekstrak thyme (Thymus vulgaris) terhadap koloni Candida
Albicans pada >0,05
b. H
1
= Ada perbedaan rata-rata diameter zona hambatan antara semua
konsentrasi ekstrak thyme (Thymus vulgaris) terhadap koloni Candida
Albicans pada <0,05.























11

BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Eksperimental Laboratoris
karena penilitian ini dilakukan dengan prosedur laboratorium.

4.2. Populasi
Jamur pada rongga mulut manusia

4.3. Sampel
Sampel penelitian ini adalah jamur Candida albicans pada oral
candidiasis

4.4. Variabel Penelitian
4.4.1. Variabel Bebas
Ekstrak Thyme (Thymus vulgaris)

4.4.2. Variabel Terikat
Candida albicans

4.4.3. Variabel Kontrol
a. Media pertumbuhan C. Albicans
b. Ketoconazole
c. Penicillin
d. Streptomycin
e. Suhu inkubasi
f. Waktu inkubasi
g. Sterilisasi alat, bahan, dan media
h. Waktu pengamatan


12

4.5. Definisi Operasional Variabel
a. Thyme (Thymus vulgaris) kering diblender dan dijadikan serbuk,
kemudian dibuat ekstrak dengan metode maserasi di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
b. Jamur Candida albicans diambil dari rongga mulut pasien dengan
metode swab
c. Jumlah koloni Candida albicans dapat dikendalikan dengan
mengencerkan jamur sebelum ditanam hingga ekuivalen dengan
standar 0,5 Mc Farland yang kurang lebih sama dengan jumlah
koloni sebesar 1,5x10
8
bakteri/ml.

4.6. Instrumen Penelitian

4.7. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Airlangga pada bulan Juni - Juli 2013.

4.8. Alat dan Bahan
4.8.1. Pembuatan Ekstrak Daun Thyme
a. Thyme kering
b. Wadah kaca tertutup
c. Metanol 95% sebagai bahan pelarut
d. Rotary Evaporator (Rotapavor)

4.8.2. Pengambilan Sampel dan Kultur C. albicans
a. Swab steril
b. Handscoon
c. Masker
d. Media Saboraud Dextrose Agar (SDA)
e. Germ tube test
f. Mikroskop
g. Biochemical test
13

h. Tabung kecil dengan NaCl sebagai media transport
i. Penicillin
j. Streptomycin
k. Inkubator
l. Autoklaf
m. Jarum osche steril
n. Timbangan digital

4.8.3. Uji Daya Antifungal Ekstrak Daun Thyme
a. Handscoon
b. Tabung reaksi
c. Masker
d. Penggaris
e. Media Saboraud Dextrose Agar (SDA)
f. Biakan Candida albicans
g. Ekstrak thyme (Thymus vulgaris)
h. Aquades steril
i. Ketoconazole
j. Penicillin
k. Streptomycin
l. Paperdisc
m. NaCl 0,9%
n. Cawan Petri
o. Timbangan digital
p. Labu erlenmeyer
q. Jarum Osche steril
r. Batang L
s. Gelas ukur
t. Autoklaf
u. Inkubator
v. Pinset
w. Mikropipet
14

x. Rak tabung
y. Bunsen

4.9. Cara Kerja
4.9.1. Pembuatan Ekstrak Daun Thyme (Thymus vulgaris) dengan
Menggunakan Metode Maserasi
a. Proses mengekstrak diawali dengan menyediakan thyme kering
sebanyak 500 gr
b. Thyme kering diblender sehingga menjadi serbuk.
c. Thyme kering dimasukkan ke dalam wadah kaca tertutup lalu
direndam dengan methanol 95%, kemudian diaduk dan ditutup
rapat dengan tutup wadah kaca tersebut.
d. Didiamkan selama 3x24 jam, tetapi tetap dilakukan pengadukan
setiap harinya
e. Pemisahan ampas dan filtrat dilakukan dengan cara disaring,
untuk memperoleh ekstrak cair thyme
f. Untuk membuat ekstrak kental, maka ekstrak cair thyme
dipekatkan dengan mengunakan rotary evaporator.
g. Ekstrak kental thyme dimasukkan ke dalam botol kaca gelap, agar
terlindung dari cahaya.
h. Proses ekstraksi selesai dan diperoleh ekstrak thyme (Thymus
vulgaris)

4.9.2. Pengambilan sampel dan kultur Candida albicans
a. Mengisi lembar persetujuan pengambilan sampel C.albicans pada
rongga mulut
b. Melakukan pengambilan sampel dengan menggunakan swab
steril pada rongga mulut
c. Sampel yang telah diambil kemudian dimasukkan ke dalam
larutan NaCl
d. Kemudian tabung NaCl tersebut dibawa ke laboratorium untuk
dilakukan kultur untuk medapatkan koloni Candida albicans
15

e. Sebanyak 65 gram Saboraud Dextrose Agar bubuk ditambahakan
dengan 70 ml aquades, diaduk kemudian ditutup dengan
aluminium foil dan sterilkan dalam autoklaf bersama dengan alat
yang akan digunakan selama 15 menit pada suhu 121 C.
f. Larutan penicilin 20l dan 40mg Streptomycin ditambahkan pada
Saboraud Dextrose Agar cair untuk mencegah tumbuhnya
kontaminan
g. Saboraud Dextrose Agar cair dituang ke dalam cawan petri yang
telah disterilkan dan dibiarkan memadat.
h. Ambil sampel Candida albicans pada media larutan NaCl
dengan menggunakan osche steril, dan dengan tekhnik gores
(streak) goreskan osche pada media Saboraud Dextrose Agar
i. Media dinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37
o
C
j. Uji makroskopik dilakukan untuk menentukan koloni C.albicans.
Bentuk umum koloni C.albicans berbentuk bulat, konveks,
halus/lembut, berwarna putih susu atau krim, bau seperti ragi.
k. Kemudian dengan menggunakan germ tube test, suspek koloni
dimasukkan kedalam blood serum, kemudian diinkubasi 1-2 jam
l. Uji mikroskopik dilakukan untuk melihat blastofor jamur
C.albicans
m. Uji biochemical ( fermentasi/ gula-gula ) dilakukan untuk
memastikan koloni C.albicans. Uji fermentasi C. albicans
dikatakan positif jika pada uji glukosa dan maltosa menghasilkan
asam dan gas, uji sukrosa hanya menghasilkan gas, dan uji
laktosa tidak menghasilkan gas maupun asam.

4.9.3. Prosedur Uji Daya Antifungal Ekstrak Daun Thyme (Thymus
vulgaris) terhadap Koloni Candida albicans
4.9.3.1. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan konsentrasi minimal
ekstrak daun thyme yang dipakai pada penelitian. Pada uji pendahuluan
ini, zona hambatan pada masing-masing konsentrasi ekstrak thyme akan
16

dibandingkan dengan zona hambatan pada kontrol positif. Konsentrasi
ekstrak daun thyme yang memiliki zona hambatan paling mendekati
kontrol positif akan digunakan sebagai konsentrasi acuan untuk
menentukan konsentrasi yang akan digunakan pada penelitian. Pada uji
pendahuluan ini digunakan konsentrasi 1%, 10%, 20%, 30%. 40%, 50%
dan 60%
a. Sebanyak 65 gram Saboraud Dextrose Agar bubuk ditambahakan
dengan 70 ml aquades, diaduk kemudian ditutup dengan
aluminium foil dan sterilkan dalam autoklaf bersama dengan alat
yang akan digunakan selama 15 menit pada suhu 121 C.
b. Larutan penicilin 20l dan 40mg Streptomycin ditambahkan pada
Saboraud Dextrose Agar cair untuk mencegah tumbuhnya
kontaminan
c. Saboraud Dextrose Agar cair dituang ke dalam cawan petri yang
telah disterilkan dan dibiarkan memadat.
d. Kultur Candida albicans diambil dengan menggunakan osche
yang di panaskan di atas lampu spirtus sampai membara lalu
dibiarkan dingin kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang
berisi NaCl 0,9% hingga mencapai kekeruhan yang sesuai dengan
standar 0,5 Mc Farland sebagai suspensi
e. Dengan menggunakan spidol, cawan petri dibagian belakang
diberi garis yang membagi menjadi 8 bagian, batas garis ini
membedakan tiap konsentrasi dari ekstrak thyme
f. Tuang 500l suspensi bakteri dengan menggunakan mikropipet
ke atas permukaan media Saboraud Dextrose Agar yang telah
padat, ratakan dengan batang L yang steril.
g. Paperdish diambil dan dicelupkan ke dalam ekstrak thyme yang
telah diencerkan pada konsentrasi 1%, 10%, 20%, 30%, 40%,
50%, 60%, dan 70%. Serta ketoconazole yang sudah diencerkan
sebagai kontrol.
h. Media dinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37
o
C
17

i. Kemudian zona inhibisi berupa daerah jernih disekeliling
sumuran yang tidak ditumbuhi koloni Candida albicans diukur
dengan menggunakan penggaris.

4.9.3.2. Uji Daya Antifungal Ekstrak Thyme (Thymus vulgaris) terhadap
Koloni Candida albicans
Penentuan besar koloni dihitung dengan rumus Federer :
( )( )
Keterangan :
n = besar sampel
t = jumlah kelompok perlakuan
Karena penelitian ini menggunakan 7 kelompok perlakuan, maka:
( )( )
( )( )
( )



Dari perhitungan di atas, diperoleh setiap kelompok perlakuan
minimal harus memiliki empat koloni. Pada penelitian ini akan
digunakan empat kali pengulangan pada masing-masing kelompok
perlakuan.
a. Sebanyak 65 gram Saboraud Dextrose Agar bubuk ditambahakan
dengan 70 ml aquades, diaduk kemudian ditutup dengan
aluminium foil dan sterilkan dalam autoklaf bersama dengan alat
yang akan digunakan selama 15 menit pada suhu 121 C.
b. Larutan penicilin 20l dan 40mg Streptomycin ditambahkan pada
Saboraud Dextrose Agar cair untuk mencegah tumbuhnya
kontaminan
c. Saboraud Dextrose Agar cair dituang ke dalam cawan petri yang
telah disterilkan dan dibiarkan memadat.
18

d. Kultur Candida albicans diambil dengan menggunakan osche
yang di panaskan di atas lampu spirtus sampai membara lalu
dibiarkan dingin kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang
berisi NaCl 0,9% hingga mencapai kekeruhan yang sesuai dengan
standar 0,5 Mc Farland sebagai suspensi
e. Dengan menggunakan spidol, cawan petri dibagian belakang
diberi garis yang membagi menjadi 6 bagian, batas garis ini
membedakan tiap konsentrasi dari ekstrak thyme
f. Tuang 500l suspensi bakteri dengan menggunakan mikropipet
ke atas permukaan media Saboraud Dextrose Agar yang telah
padat, ratakan dengan batang L yang steril.
g. Paperdish diambil dan dicelupkan ke dalam ekstrak thyme yang
telah diencerkan pada konsentrasi 30%, 40%, 50%, 60%, 80%
dan 100%. Serta ketoconazole yang sudah diencerkan sebagai
kontrol.
h. Media dinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37
o
C
i. Kemudian zona inhibisi berupa daerah jernih disekeliling
sumuran yang tidak ditumbuhi koloni Candida albicans diukur
dengan menggunakan penggaris.

4.10. Prosedur Pengambilan Data
Pertumbuhan Candida albicans pada media Sabouraud Dextrose Agar
(SDA) dengan metode pengukuran zona hambat sebagai indikator daya antifungal
daun thyme (Thymus vulgaris) terhadap pertumbuhan koloni Candida albicans
didapatkan secara visual (diamati oleh tiga orang pengamat secara independen)

4.11. Pengolahan dan Analisis Data
a. Jenis Data : Data Primer
b. Pengolahan Data : SPSS versi 16.0
c. Penyajian Data : Tabel dan Grafik
d. Analisis Data : Data dianalisis dengan menggunakan Uji
One Way ANOVA untuk melihat ada tidaknya perbedaan
19

konsentrasi ekstrak thyme dan uji Least Significance Difference
(LSD) untuk melihat pada konsentrasi berapa yang memiliki daya
antifungi sama dengan kontrol





























20

DAFTAR PUSTAKA

1. Omran SM, et al. Laboratory study of anticandidal activity of thyme,
pennyroyal, and lemon essential oil by microdilution method. Judishanpur
Journal of Microbiology. No 3(4). 2010. Hal 161-162
2. Parihar S. Oral Candidiasis-a review. 2011. Available from
www.webmedcentral.com. Accessed at : 12 October 2012, 04.17 pm
3. Grigore A, Paraschiv I, Mihul SC, et al. Chemical composition and
antioxidant activity of Thymus vulgaris L. Volatile oil obtained by two
different methods. Romanian Biothechnology Letters. No 4(15). 2010. Hal
5436
4. Porte A, Godoy RLO. Chemical composition of Thymus vulgaris L.
(thyme) essential oil from the Rio de Janeiro State (Brazil). Journal of the
Serbian Chemical Society. No 73 (3). Hal. 307-309
5. Cetin B, Cakmakci S, Cakmaci R. The investigation of antimicrobial
activity of thyme and oregano essential oils . Turkey Journal Agriculture.
No 35(2011). 2011. Hal 145-147.
6. Anonymous. Plant profile : Thymus vulgaris. United States Departement
of Agriculture. Natural Resources Conservation Service. 2011. Available
from : plants.usda.gov/java/profile?symbol=thvu. . Accessed at : 12
October 2012, 04.17 pm
7. Tjampakasari CR. Karakteristik Candida albicans. Cermin Dunia
Kedokteran No.151,2006. Hal.33
8. Sudiono J, Sabaruddin A. Candida albicans as a risk factor of denture
stomatis in ederly. Jurnal Kedokteran Gigi. No 3(21). 2006. Hal 91.
9. Anonymous. Candida albicans. Taxonomy Browser. Available from :
www.ncbi.nih.gov. Accessed at : 12 October 2012, 04.17 pm
10. Golding. Candida albicans. Anti aging doctor. Available from :
http://www.antiangingdoctor.co.za/p=67. Accesed at : 12 October 2012,
06.17 pm
21

11. Rhodes S. The Common Candida Yeast Infection. 2007. Available from:
http://www/ourhealth.com.au/2007/07/candida-yeast-infection.html
Accesed at : 12 October 2012, 06.47 pm

Anda mungkin juga menyukai