Anda di halaman 1dari 22

MODUL 1

ANALISIS KERUANGAN (SPATI AL ANALYSI S)







METODE KUANTITATIF GEOGRAFI







OLEH:
M.H. DEWI SUSILOWATI
NURROKHMAH RIZQIHANDARI






DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA ILMU DAN PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2010

DAFTAR ISI


Pengantar
Sasaran Pembelajaran Terminal
Sasaran Pembelajaran Pendukung
Kegiatan Belajar

1. Kegiatan Belajar 1: Analisis Tetatangga Terdekat ( Nearest Neigbour Analysis)
1.1. Uraian dan Contoh
1.2. Latihan
1.3. Rangkuman
1.4. Test Formatif

2. Kegiatan Belajar 2: Teori Graf (Graph theory)
2.1. Uraian dan Contoh
2.2. Latihan
2.3. Rangkuman
2.4. Test Formatif

3. Kegiatan Belajar 3: Model Gravitasi (Gravity model)
3.1. Uraian dan Contoh
3.2. Latihan
3.3. Rangkuman
3.4. Test Formatif

Referensi




ANALISIS KERUANGAN (SPATI AL ANALYSI S)

Pengantar
Dalam geografi terdapat empat tipe data keruangan (spatial), yaitu persebaran titik
(point distribution), persebaran garis (line distribution), persebaran areal diskrit
(discrete areal distribution), persebaran areal kontinum (continous areal distribution).
Jenis data tersebut dapat dianalisis dengan metode analisis keruangan. Analisis
keruangan merupakan analisis lokasi yang menitik beratkan pada tiga unsur geografi
yaitu jarak (distance), kaitan (interaction) dan gerakan (movement).
Sasaran Pembelajaran Terminal
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu menerapkan metode
analisis keruangan dalam kegiatan analsis permasalahan geografi
Sasaran Pembelajaran Pendukung
Mahasiswa mampu manganilisis dan menyimpulkan pola persebaran fenomena
tertentu dalam suatu wilayah dengan nearest neighbour analiysis
Mahasiswa mampu menganalisis dan menyimpulkan keadaan jaringan dan
konektivitas suatu wilayah dengan analisis graph
Mahasiswa mampu menganalisis dan menyimpulkan besarnya potensi maupun
interaksi dalam suatu wilayah dengan model gravitasi
Kegiatan Belajar
1. Kegiatan Belajar 1: Analisis Tetangga Terdekat ( Nearest Neigbour Analysis)
1.1. Uraian dan Contoh
Persebaran titik sering digunakan dalam geografi, tetapi yang sulit menjelaskan
bagaimana pola persebarannya, sehingga digunakanlah analisa tetangga terdekat
/ nearest neighbour analysis (NNA). Dengan NNA, kita akan memperoleh sebuah
indeks yang menyatakan pola persebaran. Manfaat merode tersebut untuk
menganalisis pola sebaran objek (fisik atau non fisik) dalam ruang dan
merencanakan letak pusat pelayanan
Asumsi; (1) Daerah yang dianalisa memiliki tingkat aksesibilitas yang seragam
dan tidak ada hambatan; (2) Jika ada hambatan, tidak dapat dilihat sebagai titik
terdekat; (3) Objek yang diteliti memiliki kekuatan yang sama.
Rumus yang digunakan adalah :


Dimana :


Keterangan :
Rn = Nearest neighbour index (Nilai indeks yang diperoleh berkisar antara
nilai 0 hingga 2,15)
= Rata-rata jarak antar titik terdekat
d = Jarak antar titik terdekat
n = Jumlah titik
A = Luas

Semakin mendekati nilai 0 maka pola yang terbentuk adalah mengelompok,
semakin mendekati nilai 2,15 maka pola yang terbentuk adalah
uniform/regular/seragam. Berikut merupakan definisi dari nilai yang tercipta.


1.2. Latihan
Jika jarak terdekat adalah 1km, maka tentukan pola permukiman yang terbentuk
pada peta penggunaan tanah berikut.



Jawab
Tahap 1
Karena permukiman merupakan data luasan (poligon), sedangkan NNA
merupakan alat bantu untuk mengetahui pola sebaran titik, maka luasan tersebut
harus dikonversikan menjadi titk dengan mencari titik beratnya (sentroid).
Peta tersebut dapat disederhanakan menjadi sketsa dibawah ini :









Tahap 2
Tarik garis antar titik yang menyatakan jarak terdekat dengan titik lainnya (lihat
sketsa dalam kotak merah)






Perhatikan titik Nomor 9, titik tersebut tidak memiliki tetangga terdekat dengan
titik lain (lebih dari 1km). Oleh karena itu, titik tersebut didak dihitung dalam
perhitungan (dianggap tidak ada)
Daerah Bergelombang
Daerah
Datar
1 2
3 4
5
6
7
8
9
1 km 0
1 2
3 4
5
6
7
8
9
1 km 0
Tahap 2a Tahap 2b
Tahap 3
Hitung total jarak tetangga terdekat setiap titik. Gunakan tabel bantu berikut :
Titik ke Titik terdekatnya Jarak (d)
1 2 1 km
2 1 1 km
3 5 0,6 km
4 5 0,6 km
5 3 0,6 km
6 5 0,9 km
7 8 0,8 km
8 7 0,8 km
d 6,3 km

Dengan nilai d = 6,3 km dan n = 8, maka dengan menggunakan rumus


dapat diperoleh nilai .
Setelah nilai diperoleh, masukkan dalam rumus

untuk
mendapatkan nilai indeks tetangga terdekat, nilai A adalah luasan wilayah yang
digunakan.
Setelah nilai indeks terbentuk (0 2,15), konsultasikan pada petunjuk pola
tetangga terdekat.
1.3. Rangkuman
NNA digunakan untuk mengetahui pola persebaran suatu fenomena yang
digambarkan dalam bentuk titik pada peta. Hasil perhitungan diperoleh sebuah
indeks yang menyatakan pola persebaran. Dapat digunakan untuk
merencanakan letak pusat pelayanan.




1.4. Test Formatif
1) Tentukan pola persebaran kebakaran di Jakarta (Cari peta hasil penelitian
mahasiswa geografi/ skripsi). Dalam proses pengambilan keputusan
gunakan analisis Nearest Neighbour Statistic.
2) Bandingkan hasil analisis tersebut dengan daerah lain dan waktu yang
berbeda.
3) Jelaskan kaitkan dengan perkembangan wilayah daerah tersebut.
4) Tentukan pola persebaran ruang terbuka di Kota Bekasi (lihat peta), dengan
menggunakan analisis NNA.




2. Kegiatan Belajar 2: Analisis Graf (Graph Analysis)
2.1.Uraian dan Contoh
Analisis graf dilakukan untuk menganalisis sebaran garis, seperti jaringan
sungai, jaringan jalan, jaringan telepon, dan lain-lain. Misal; Jaringan jalan
sebagai prasarana penghubung lokasi sebagai salah satu indikator kemajuan
wilayah. Jika kerapatan jaringan jalan menunjukkan panjang jalan dalam suatu
wilayah, maka dengan analisis graf dapat menunjukkan tingkat keterkaitan antar
lokasi di suatu daerah.

Konektivitas

Jaringan dapat digunakan untuk membandingkan perkembangan hubungan suatu
tempat dengan tempat lain.
Dalam topologi terdapat hubungan antara titik (t), mata rantai (m), dan wilayah
(w)
m + 2 = t + w
Angka tersebut merupakan Angka Siklomatik (), yaitu angka yang menyatakan
nilai konektifitas jaringan di suatu wilayah. Semakin besar angka siklomatik,
semakin rapat jaringannya.
Rumus yang digunakan :
= m - t + s
Keterangan :
= Angka siklomatik
m = Mata rantai
t = Titik
s = Sub-grup


Non-planar Graph
Analisis graf ini dihitung menggunakan Indeks Alfa () Non-planar. Semakin
besar nilai maka semakin rapat jaringannya.
Rumus yang digunakan :


Keterangan :
I = Indeks Alfa
m = Mata rantai
t = Titik
s = Sub-grup

Planar Graph
Analisis graf ini dihitung menggunakan Indeks Alfa() planar dan Indeks Beta
(). Nilai keduanya sejalan, jika semakin besar nilai dan maka semakin rapat
jaringannya
Rumus yang digunakan :




dan




Keterangan :
I = Indeks Alfa
I = Indeks Beta
m = Mata rantai
t = Titik
s = Sub-grup

Catatan tambahan :
Null graph Nilainya 0 (tidak terhubung sama sekali)
Connected graph Nilainya 0 5
Complete graph Nilainya 5 (terhubung semua)
Range Angka Siklomatik 0 5
Range Angka Alpha 0 < Alpha < 1
Range Angka Beta 0 3

2.2.Latihan
1) Soal Konektivitas

Dari ilustrasi di atas, dapatlah diketahui bahwa semakin besar angka siklomatik,
maka semakin terkonektivitas titik-titik tersebut.
2) Non-planar Graph

Dari ilustrasi di atas, dapatlah diketahui bahwa semakin besar Indeks Alpha,
maka semakin besar konektivitas titik-titik tersebut.
3) Planar Graph

Dari ilustrasi di atas, dapatlah diketahui bahwa semakin besar Indeks Alpha dan
Indeks Beta, maka semakin besar konektivitas titik-titik tersebut.
2.3.Rangkuman
Teori graf (graph theory) dapat digunakan untuk menjelaskan struktur suatu
jaringan. Jaringan tersebut dapat merupakan jaringan komunikasi seperti jaringan
jalan (darat, laut dan udara) dan merupakan media pengangkutan. Dapat
digunakan untuk membandingkan perkembangan hubungan atau jaringan
komunikasi antara wilayah satu dengan wilayah lain.
2.4. Test Formatif
1) Bandingkan kerapatan jalan antara daerah Kota Bekasi bagian utara dan
selatan, dengan menggunakan angka siklomatik dan indeks alpha. Berikan
kesimpulan dari analisis saudara.
2) Lakukan Analisis Graf pada dua daerah yang mempunyai karakteristik yang
berbeda (cari data masing-masing mahasiswa).
3) Bandingkan hasil analisis graf dari 3 daerah berbeda dan waktu yang berbeda
(cari data masing-masing mahasiawa).
4) Dari hasil tersebut bagaimana perbedaan atau persamaan perkembangan 3
daerah tersebut (cari data masing-masing mahasiswa).











3. Kegiatan Belajar 3: Model Gravitasi (Gravity Model)
3.1. Uraian dan Contoh
Gaya gravitasi antara dua benda merupakan gaya tarik-menarik yang besarnya
berbanding lurus dengan massa masing-masing benda dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak antara keduanya. Model gravitasi ini dapat digunakan
untuk menganalisis interaksi dalam ruang, sehingga dapat untuk merencanakan
prasarana perhubungan dan merencanakan letak pusat pelayanan
Melihat Interaksi Antar Ruang
Model gravitasi dapat digunakan untuk merencanakan prasarana perhubungan
dan merencanakan letak pusat pelayanan
Rumus yang digunakan :


Dimana :
Nilai b bervariasi antara 0,4 sampai 3,3. Jika reliefnya datar dan daerahnya luas
makan nilai b adalah 0,4, tetapi jika topografinya kasar dan daerah geraknya
sempit maka nilai b adalah 3,3. Jalan tengahnya, digunakan angka mean yang
bernilai 1,94 dan kemudian dibulatkan menjadi angka 2.
Keterangan :
I
12
= Interaksi antara wilayah 1 & 2
P
1
= Jumlah penduduk wilayah 1
P
1
= Jumlah penduduk wilayah 2
J
12
= Jarak antara wilayah 1 & 2
a = konstante empirik (dianggap 1)
b = eksponen jarak (dianggap 2)

Mengetahui Titik Henti
Metode titik henti dikembangkan dari model gravitasi, untuk menentukan lokasi
paling optimal yang dapat dicapai dari dua lokasi.
Rumus yang digunakan :


Keterangan :
J
2
= Jarak Titik Henti diukur dari Titik 2
P
1
= Jumlah penduduk wilayah 1
P
2
= Jumlah penduduk wilayah 2
J
12
= Jarak antara wilayah 1 & 2

Menghitung Potensi Penduduk
Dengan modifikasi pada rumus dasar, potensi penduduk disebuah kota dapat
diketahui.
Rumus yang digunakan :



Keterangan :
PP
1
= Potensi penduduk di tempat 1
PP
2
= Potensi penduduk di tempat 2
PP
3
= Potensi penduduk di tempat 3


J
1
= Jarak tempat 1 dengan tempat terdekat dg tempat 1
J
2
= Jarak tempat 2 dengan tempat terdekat dg tempat 2
J
3
= Jarak tempat 3 dengan tempat terdekat dg tempat 3


J
12
= Jarak antara tempat 1 dan tempat 2
A = Konstante empirik
B = Eksponen jarak

3.2. Latihan
1) Soal interaksi ruang
Berapa interaksi antara Kota-kota berikut, jika jumlah penduduk di beberapa
kota berikut adalah :
Probolinggo : 1.021.279
Bondowoso : 698.504
Situbondo : 605.208
Banyuwangi : 1.514.605
Jember : 2.261.477
Lumajang : 999.525
Dengan sketsa sebagai berikut :








Jawab
Beberapa contoh cara menghitung
a. Interaksi antara Probolinggo Situbondo


b. Interaksi antara Probolinggo Banyuwangi



2) Soal mengetahui titik henti
Dengan jumlah penduduk Kota Probolinggo sebesar 1.021.279jiwa dan Kota
Situbondo sebesar 605.208jiwa, dimana jarak kedua kota tersebut adalah 162km.
maka dimanakan sebuah tempat transit yang terbaik yang dapat dibangun di
antara Kota Probolinggo dengan Kota Situbondo?
Jawab
Diketahui :
Penduduk Kota Probolinggo (P
1
) = 1.021.279 jiwa
Penduduk Kota Situbondo (P
2
) = 605.208jiwa
Jarak (J
12
) = 162km.

Probolinggo
Bondowoso
Situbondo
Banyuwangi
Jember
Lumajang
162km
33km
33km
88km
95km
93km
Rumus :

km
Jadi, tempat transit dibangun sejauh 70,46km dari Kota Situbondo
Atau

km
Jadi, tempat transit dibangun sejauh 91,53km dari Kota Probolinggo





3) Soal Potensi Penduduk








Bondowoso
Situbondo
Banyuwangi
Jember
33km
33km
95km
93km
Probolinggo
Situbondo
70,46km 91,53km

Bagaimana potensi penduduk yang terbentuk antar kota-kota Situbondo,
Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember diatas, dengan jumlah penduduk sebagai
berikut
Bondowoso : 698.504
Situbondo : 605.208
Banyuwangi : 1.514.605
Jember : 2.261.477

Jawab
Tahap 1
Buatlah tabel bantu perhitungan jarak
Bondowoso Situbondo Banyuwangi Jember
Bondowoso 33 126 33
Situbondo 33 93 66
Banyuwangi 126 93 95
Jember 33 66 95

Tahap 2
Masukkan data-data tersebut dalam rumus:



Tahap 3
Konversikan nilai nilai tersebut dalam sebuah perbandingan.
Kota Nilai Potensi Penduduk
Bondowoso 5293,47 57,20 %
Situbondo 2233,88 24,14 %
Banyuwangi 6037,07 65,23 %
Jember 9254,80 100,00 %

Tahap 4
Buatlah peta isohyet antar kota tersebut









30 %
40 %
50 %
70 %
80 %
90 %
60 %
Bondowoso
Situbondo
Banyuwangi
Jember
3.3. Rangkuman
Model gravitasi telah banyak diterapkan dalam hubungannya dengan masalah
interaksi, masalah perpindahan penduduk, masalah potensi penduduk, maupun
masalah pemilihan lokasi. Dapat digunakan untuk merencanakan prasarana
perhubungan untuk tempat-tempat dengan interaksi yang rendah dan dapat pula
digunakan untuk merencanakan pusat-pusat pelayanan.

3.4. Test Formatif
1) Tentukan bagaimana interaksi dan potensi penduduk antar daerah di dengan
model gravitasi, bila diketahui jumlah penduduk masing-masing daerah
sebagai berikut:
2) Lakukan Analisis dengan menggunakan model gravitasi yang diterapkan
pada suatu daerah tertentu
3) Bandingkan terapan model gravitasi tersebut pada daerah yang sudah
berkembang dan yang belum berkembang.

Referensi

Fotheringham, A.S, Chris Brunsdon, Martin Charlton, (2000). Quntitative Geography.
Perspectives on Spatial Data Analysis. Sage Publications. London
Hamon R & MC Gullagh (1993). Quantitative Techniques in Geography, London
Haggett, P (2001). Geography. A Global Syntheis. Prentice Hall. England
Thoms, RW & RJ Huggett, (1997) Modelling in Geography, A. Mathematical
Approach. Bames & Noble Boobs. New Jersey
Taylor, Peter J (1997). Quantitative Methods in Geography, An Introduction to Spatial
Analysis, London Houghton Mifflin Company Boston

Anda mungkin juga menyukai