Anda di halaman 1dari 4

14

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Masalah utama dalam rongga mulut anak adalah karies gigi.

Sebanyak 98%
dari penduduk dunia pernah mengalami karies. Kerusakan ini dapat ditemukan pada
semua golongan umur. Di Indonesia karies gigi masih menjadi masalah paling sering
terjadi pada penyakit gigi dan mulut.
1

Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi keenam yang
dikeluhkan masyarakat Indonesia (Survai Kesehatan Rumah Tangga, 2001) dan
menempati peringkat keempat penyakit termahal dalam pengobatan (The world Oral
Health Report,2003). Ada dua penyakit gigi dan mulut yang mempunyai prevalensi
cukup tinggi di Indonesia yaitu karies dan penyakit periodontal, sehingga merupakan
masalah utama kesehatan gigi dan mulut. Penyakit ini terjadi karena demineralisasi
jaringan permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan yang
mengandung gula.
1,2

Di negara-negara maju prevalensi karies gigi terus menurun sedangkan di
negara-negara berkembang termasuk Indonesia cenderung meningkat. Berdasarkan
SKRT (2004) prevalensi karies mencapai 90,05%.

Pada hampir setiap mulut orang
Indonesia akan ditemukan dua hingga tiga gigi berlubang.
1

Notoatmodjo cit Fankari, menjelaskan bahwa penyebab timbulnya masalah
kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya adalah faktor perilaku atau
sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya
15
pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut sehingga anak masih
tergantung pada orang dewasa dalam hal menjaga kebersihan dan kesehatan gigi.
Angka nasional untuk karies gigi usia 12 tahun mencapai 76,69% dengan indeks
DMF-T (Decay, Missing, Filled-Teeth) rata-rata 2,21.
3

Data Bank WHO yang diperoleh dari enam wilayah (AFRO, AMRO, EMRO,
EURO, SEARO, WPRO) menunjukkan bahwa rata-rata pengalaman karies (DMF-T)
pada anak usia 12 tahun berkisar 2,4. Indeks karies di Indonesia sebagai salah satu
negara SEARO (South East Asia Regional Offices) saat ini berkisar 2,2 , untuk
kelompok usia yang sama. Kelompok usia 12 tahun merupakan indikator kritis,
karena sekitar 76,97% karies menyerang pada usia tersebut.
1
Upaya pemeliharaan dan pembinaan kesehatan gigi dan mulut terutama pada
kelompok usia sekolah perlu mendapat perhatian khusus sebab pada usia ini anak
sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan
berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti. Bila
ditinjau dari berbagai upaya pencegahan karies gigi melalui kegiatan Usaha
Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) tersebut seharusnya pada anak usia sekolah dasar
memiliki angka karies rendah, akan tetapi dilihat dari kenyataan yang ada dan
berdasarkan laporan penelitian yang telah dilakukan sebagian besar datanya
menunjukkan adanya tingkat karies gigi pada anak sekolah yang cukup tinggi.
1

Menurut penelitian Sufiawati, Prevalensi karies gigi relatif lebih tinggi pada
anak SMP yang tidak mempunyai program UKGS pada masa SD, kemungkinan
karena terdapat keterbatasan pengetahuan tentang pentingnya melakukan pencegahan
dan perawatan gigi, dan sebaliknya pada anak SMP yang mempunyai program UKGS
16
pada masa SD, prevalensi karies gigi relatif lebih rendah. Sufiawati juga menjelaskan
bahwa kurangnya kesadaran dan kemandirian anak dalam menjaga kesehatan dan
kebersihan dirinya sendiri karena anak-anak masih tergantung pada orang tua, serta
kurangnya kesadaran orang tua untuk membawa anaknya melakukan perawatan gigi.
4

Berdasarkan jawaban responden tentang pengetahuan kesehatan gigi dan
mulut pada 77 siswa kelas 6 terdiri dari siswa SDN Mlati I Yogyakarta, serta 47
siswa SD Sendang Adi I Yogyakarta didapatkan data menggosok gigi baik sebanyak
31 orang (40,3%), sedang 39 orang (50,6%) dan buruk 7 orang (9,1%). Sedangkan
praktek kesehatan gigi dan mulut (menggosok gigi) 54 orang (70,1%) dengan praktek
cukup dan 23 orang (29,9%). Sikap responden tentang kesehatan gigi dan mulut yang
sudah baik sebanyak 58 orang (75,2%) dan 19 orang (24,7%) cukup. Hasil
identifikasi karies gigi menyimpulkan sebagian besar karies gigi dengan kategori
rendah yaitu 53 orang (68,8%), karies gigi sedang sebanyak 20 orang (26,0) dan 4
orang (5,2%) diindentifikasi karies gigi tinggi.
5

Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas penulis tertarik untuk meneliti suatu
permasalahan yaitu hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan karies
gigi pada anak SMP.

1.2 Rumusan Masalah
- Adakah hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan DMF-T pada
anak usia 12 14 tahun ?
- Adakah hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan indeks oral
higiene pada anak usia 12 14 tahun ?
17
1.3 Tujuan Penelitian
- Mengetahui DMF-T pada anak usia 12 14 tahun.
- Mengetahui indeks oral higiene pada anak usia 12 14 tahun.
- Mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan DMF-T
pada anak usia 12 14 tahun.
- Mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan indeks oral
higiene pada anak usia 12- 14 tahun.

1.4 Hipotesa
- Ada hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan DMF-T.
- Ada hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan OHIS.

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat untuk sekolah :
- Sebagai masukan untuk bahan penyuluhan di sekolah.
- Menerapkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada proses pendidikan di
sekolah.
- Sebagai masukan program perencanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).

Manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan :
- Sebagai masukan pada peneliti.
- Sebagai sumber informasi untuk Ilmu Kedokteran Gigi Anak.

Anda mungkin juga menyukai