Anda di halaman 1dari 6

75

Konsep Resiko &


Sistem Pengendalian Intern

Pengenalan
Sistem pengendalian intern (Mulyadi, 2001, h.165) meliputi
struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan
untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan
keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan dipatuhinya
kebijakan manajemen.
Sistem kontrol internal (Hall dalam Jusuf 2001, p 150)
merangkum kebijakan, praktik, dan prosedur yang digunakan oleh
organisasi untuk mencapai empat tujuan utama, yaitu:
1. Untuk menjaga aktiva perusahaan
2. Untuk memastikan akurasi dan dapat diandalkannya catatan dan
informasi akuntansi
3. Untuk mempromosikan efisiensi operasi perusahaan
4. Untuk mengukur kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur
yang telah ditetapkan manajemen.
Elemen Sistem Pengendalian Intern
Pada hakekatnya sistem pengendalian intern terdiri lima elemen
(Arens dan Loebbecke terjemahan Amir Abadi Yusuf, 1996, h.270-
271), yaitu:
a. Lingkungan Pengendalian
b. Penetapan risiko oleh manajemen
c. Sistem komunikasi dan informasi akuntansi
d. Aktivitas pengendalian
1) Otorisasi yang memadai atas transaksi dan kegiatan.
2) Adanya pemisahan tugas yang memadai.
3) Adanya dokumentasi dan pencatatan yang memadai.
4) Adanya pengendalian yang memadai atas akses
5) verifikasi independen.
e. Pemantauan

76
Dalam merancang pengendalian intern (Mulyadi, 1995) perlu
diperhatikan elemen pokok sistem pengendalian intern, yaitu:
a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional
secara tegas. Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian
tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang
dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan
b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan
perlindungan cukup terhadap harta, utang, pendapatan dan biaya.
c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi tiap unit
organisasi.
d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawab. Di antara
empat elemen pokok sistem pengawasan (pengendalian) intern
tersebut diatas, elemen karyawan yang bermutu merupakan
elemen sistem pengawasan yang paling penting. Jika karyawan
kompeten (competent: meliputi kombinasi keahlian, pengetahuan,
ketelitian/ketekunan dan cukup wewenang), dan dapat dipercaya,
berbagai sistem pengawasan intern yang lain dapat ditiadakan.
Aktivitas Pengendalian
1. Pembagian Tugas
Ada empat pedoman dalam pembagian tugas untuk mencegah
kekeliruan yang disengaja maupun tidak menjadi perhatian khusus:
a. Pemisahan Pengelolaan Aktiva - Akuntasi
Alasan untuk tidak memperkenalkan satu orang memegang
tanggungjawab atas seluruh aktivitas ialah untuk menghindarkan
perusahaan dari penipuan. Misalnya, jika kasir menerima uang masuk
dan sekaligus pembukuan kas maupun piutang, akan sangat besar
kemungkinannya bahwa dia akan menerima pembayaran dari seorang
pelanggan, kemudian memanipulasi perkiraan pelanggan tersebut
dengan cara tidak membukukan penjualan atau mencatat kredit palsu
di dalam perkiraan itu. Contoh lain pemisahan fungsi yang tidak
memadai ialah pembagian gaji oleh petugas pembukuan yang bertugas
menangani gaji karyawan, serta pengolahan catatan persediaan barang
oleh karyawan bagian gudang.
b. Pemisahan Otorisasi - Penanganan Aktiva
Sebaiknya orang yang memberi otorisasi transaksi tidak turut
berpartisipasi dalam pengendalian terhadap aktiva yang bersangkutan.

77
Sebagai contoh, orang yang sama tidak boleh memberikan otorisasi
untuk pembayaran faktur penjualan, sekaligus menandatangani cek
untuk pembayaran tagihan atas faktur tersebut. Demikian pula,
otorisasi untuk menambah karyawan baru atau mencoret karyawan
yang keluar dari daftar gaji, tidak boleh dilakukan oleh orang yang
bertanggungjawab membayar gaji.

c. Pemisahan tugas dalam fungsi akuntansi
Sistem akuntansi dapat dikatakan kurang baik apabila dalam
sistem tersebut seorang karyawan bertanggungjawab untuk mencatat
transaksi, dari sejak tahap pertama pembukuan sampai dengan akhir
berupa posting dalam buku besar dan pelaporan. Ini memperbesar
kemungkinan bahwa kesalahan yang tidak disengaja akan tetap tidak
terungkap, dan mendorong pelaksanaan kerja yang serampangan.
d. Pemisahan operasi/akuntansi/pencatatan
Fungsi/unit dan laporan akuntansi mempunyai sifat independen
terhadap kegiatan unit fungsional lain dari segi pandang pucuk
pimpinan organisasi perusahaan. Apabila masing-masing departemen
atau divisi menyelenggarakan pembukuan dan pelaporannya sendiri-
sendiri, akan timbul kecenderungan untuk berat sebelah (subyekyif)
mengenai hasil/kegiatan yang dilaporkan. Oleh karena itu untuk
mencegah hal semacam itu secara khusus bagian penanganan catatan
harus berada dalam departemen tersendiri dibawah pengawasan
seorang kontroler.
2. Prosedur Otorisasi
Agar sistem pengendalian dapat berhasil dengan baik, setiap
transaksi harus diotorisasi dengan semestinya. Apabila seseorang
dalam organisasi dapat melakukan pembelian dan penjualan aktiva
dengan sekehendak hatinya, pasti akan timbul kekacauan. Otorisasi
dapat diberikan dalam bentuk umum maupun khusus. Otorisasi umum
berarti bahwa manajemen menetapkan kebijakan yang dirumuskan
untuk dilaksanakan didalam organisasi. Setiap orang melaksanakan
kebijakan ini dengan memberikan otorisasi untuk setiap transaski,
dalam batasan yang telah ditetapkan.
3. Dokumen dan Catatan Memadai
Dokumen dan catatan akuntansi merupakan obyek fisik untuk
membawa data (dokumen sumber, source document) ataupun
membukukan setiap transaksi, diikhtisarkan, dan dilaporkan.

78
Dokumen maupun catatan akuntansi untuk pencatatan setiap
transaksi merupakan unsur penting dalam sistem, namun biasanya
dokumen yang tidak memadai dapat menyebabkan timbulnya masalah
pengendalian yang lebih besar.
Beberapa prinsip tertentu menandai dan penggunaan yang tepat
mengenai dokumen dan catatan akuntansi adalah sebagai berikut:
Diberikan nomor urut
Dibuat pada saat yang sama ketika terjadi transaksi, atau
segera sesudahnya (mempengaruhi ketepatan waktu).
Cukup sederhana agar benar-benar mudah dimengerti.
4. Pengamanan Fisik
Pengamanan fisik sangat penting, terutama untuk tujuan
safeguarding assets. Pengamanan fisik tersebut merupakan salah satu
bentuk pengenalian intern.
5. Verifikasi Independen
Disamping istilah sistem pengawasan intern (internal controls),
dikenal pula istilah internal check. Internal check ialah istilah teknik
akuntansi, yaitu cek kecermatan data antara hasil dua orang atau lebih
atas satu transaksi yang sama, namun saling tidak mempengaruhi
karena mereka bekerja tidak terkait (independent).
Tujuan Sistem Pengendalian Intern
Tujuan sistem pengendalian intern (Arens dan Loebbecke, 1996):
1. Menyajikan data yang dapat dipercaya
2. Mengamankan aktiva dan pembukuan
3. Meningkatkan efisiensi operasional
4. Mendorong pelaksanaan kebijaksanaan yang ada.
Sedangkan menurut Mulyadi (2001) tujuan sistem pengendalian
intern ialah:
1. Melindungi harta milik perusahaan.
2. Memeriksa kecermatan dan kehandalan data akuntansi.
3. Meningkatkan efisiensi usaha.
4. Mendorong ditaatinya kebijakan yang telah digariskan.
Pengendalian intern yang baik akan memberikan keuntungan bagi
perusahaan itu sendiri, karena antara lain :

79
Dapat memperkecil kesalahan-kesalahan data akuntansi dan akan
menghasilkan laporan yang benar.
Melindungi atau membatasi kemungkinan terjadinya kecurangan
dan penggelapan-penggelapan.
Menghasilkan pekerjaan yang efisien
Mendorong dipatuhinya kebijakan pimpinan.
Tidak memerlukan detail audit dalam bentuk pengujian substantif
atas bahan bukti/data perusahaan yang cukup besar oleh akuntan
publik. Jika sistem pengendalian intern suatu perusahaan cukup
baik dan auditor cukup puas dalam melakukan test of controls,
maka pengujian substantif dapat dilakukan dengan sekecil mungkin
jumlah bukti/data dari sampling technique sehingga audit tidak
akan perlu biaya yang terlalu besar.
Tujuan Pengendalian Internal Rinci
Ada tujuh macam tujuan pengendalian internal secara terinci:
1. Setiap transaksi yang dicatat adalah sah (validitas).
2. Setiap transaksi diotorisasikan dengan tepat (otorisasi).
3. Setiap transaski yang terjadi dicatat (kelengkapan).
4. Setiap transaksi dinilai dengan tepat (penilaian).
5. Setiap transaksi diklasifikasikan dngan tepat (klasifikasi).
6. Setiap transaaksi dicatat pada waktu tepat (tepat waktu).
7. Setiap transaksi dimasukkan dengan tepat kedalam catatan
tambahan dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan ikhtisar).
Dari segi pandang akuntansi, tujuan rinci sistem pengendalian intern
adalah apakah transaksi yang dicatat:
1. sah (keabsahan)
2. sudah diotorisasi
3. telah dicatat semua (kelengkapan)
4. telah dinilai secara layak (penilaian)
5. telah dikelasifikasi dengan benar (kelasifikasi)
6. sesuai waktu (tepat waktu)
7. telah diichtisarakan/ posting dengan benar.

Mengapa Sistem Pengendalian Intern penting
Faktor-faktor yang menyebabkan pentingnya:
a. Perkembangan kegiatan dan skala (kompleksitas).

80
b. Tanggungjawab utama untuk melindungi aset organisasi, mencegah
dan menemukan kesalahan-kesalahan serta kecurangan-kecurangan
c. Pengawasan oleh dari satu orang (saling cek) merupakan cara yang
tepat untuk menutup kekurangan-kekurangan pada manusia.
d. Pengawasan yang "buit-in" langsung pada sistem berupa
pengendalian intern yang baik dianggap lebih tepat
Keterbatasan Sistem Pengendalian Intern
Pengendalian intern mempunyai keterbatasan:
1. Persekongkolan
2. Biaya
3. Kelemahan manusia
Pihak yang berkepentingan
Pihak yang terkait atau berkepentingan:
a. Manajemen perusahaan
b. Dewan komisaris, auditor intern, dan sebagai-nya
c. Para karyawan perusahaan itu sendiri
d. Regulatory Body (Badan pengatur/pemerintahan/ikatan profesi)
e. Auditor
Pengendalian intern merupakan keseluruhan mekanisme yang
merupakan bagian integral dari sistem dan prosedur kerja suatu
organisasi, dan disusun sedemikian rupa untuk menjamin bahwa
pelaksanaan kegiatan organisasi sudah sesuai dengan yang
seharusnya. Jika auditor yakin bahwa sistem pengendalian internnya
baik dan dijalankan dengan konsisten, maka si auditor akan
memperoleh keyakinan lebih besar akan kehandalan organisasi
tersebut. Dalam hal ini, bukti-bukti yang perlu dikumpulkan untuk
auditing tidak perlu banyak.

Anda mungkin juga menyukai