PERBANDINGAN UTERUS BUNTING DAN UTERUS NORMAL (TIDAK BUNTING) PADA SAPI
OLEH :
NUR ALIF BAHMID O11111266 KELOMPOK 9
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 TUJUAN PRAKTIKUM Adapun tujuan dilaksanakan praktikum ini yakni : 1. Untuk mengetahui perbedaan uterus bunting dan tidak bunting. 2. Untuk melihat perubahan pada uterus bunting dan tidak
TINJAUAN PUSTAKA Uterus merupakan tempat implantasi zigot yang telah berkembang menjadi embrio. Dinding uterus terdiri dari (Brown, 1992). Uterus digantung oleh ligamentum yaitu mesometrium yaitu saluran yang bertaut pada dinding ruang abdomen dan ruang pelvis. Dinding uterus terdapat 3 lapisan, lapisan dalam disebut endometrium, lapisan tengah disebut myometrium dan lapisan luar disebut perimetrium ( Surhayati, 2003). Uterus sapi terdapat sebagian besar di ruang abdomen. Corpus uterinya sangat pendek (3-4 cm), tetapi mempunyai cornua uteri yang panjang (30-40 cm). Tidak seperti pada kuda extremitas abdominalis dari cornua uteri sapi berbentuk corong dan berhubungan dengan tuba uterine. Uterus terdiri dari 3 bagian. Bagian yang pertama cornu uteri atau tanduk uteri. Cornu uteri ini jumlahnya ada 2 dan persis menyerupai tanduk yang melengkung. Cornu uteri merupakan bagian uterus yang berhubungan dengan oviduct. Kedua cornu uteri ini memiliki satu badan uterus yang disebut corpus uteri dan merupakan bagian uterus yang kedua. Corpus uteri berfungsi sebagi tempat perkembangan embrio dan implantasi. Selain itu pada corpus uteri terbentuk PGF2. Bagian uterus yang ketiga adalah cervix atau leher uterus. Ada 4 macam tipe uterus yaitu : 1. Dupleks; uterus kanan dan kiri terpisan dan bermuara secara terpisah ke vagina 2. Bipartil; uterus kanan dan kiri bersatu yang bermuara ke vagina dengan satu lubang; 3. Bikornua; bagian uterus kana dan kiri labih banyak yang bersatu bermuara ke vagina dengan satu lubang 4. Simpleks; semua uterus bersatu sehingga hanya memiliki badan uterus Perubahan pada uterus yaitu semakin membesar secara progresif dengan melajutnya kebuntingan untik memungkinkan pertumbukah fetus, tetapi myometrium tetap tenang dan tidak berkontraksi untuk mencegah terjadinya pengeluaran fetus premature. Terjadi 3 fase adaptasi uterus untuk member tempat bagi embrio atau fetus, yaitu ; proliferasi, pertumbuhan dan peregangan. Mekanisme yang memungkinkan terjadinya peningkatan ukuran uterus dengan pesat belum diketahui dengan jelas, tetapi kemungkinan diatur secara hormonal. Proliferasi endometrium terjadi sebelum pertautan blastocyt dan bersifat sebagai sensitisasi endometrium oleh progesterone. Dengan adanya hormone progesterone menyebabkan peningkatan vaskularisasi, pertumbuhan dan perkembangan kelenjar uterine, serta infiltrasi leukosit ke dalam lumen uterus ( Toelihere, 2002) Berikut tanda-tanda utama kebuntingan pada sapi yang diidentifikasi secara perektal (Achjadi, 2010) : Umur (hari) Kebuntingan Tanda-tanda Utama 35 (1 bulan) Satu kornua uteri lebih besar, Foetal membrane slip, Foetal slip. Corpus luteum pada ovarium 60 (2 bulan) Cornua uteru asimetris, uterus masih di rongga pelvis 90 (3 bulan) Cornua uteri asimetris semakin jelas, uterus mulai turun dari rongga pelvis (menggantung di simpisis pubis) 120 (4 bulan) Cornua bunting semakin besar (sarung tinju), fremitus pada a. uterine media berdenyut lemah, karunkula teraba (1,5 2,5 cm), foetus kadang teraba 150 (5 bulan) Cornua bunting berada di dasar andomen, kadang foetus teraba (sulit), fremitus berdenyut kuat sampai mendesir ringan, karunkula semakin besar (2,5 4 cm) 180 (6 bulan) Fetus bisa di raba, fremitus berdesir kuat, karunkula teraba (4 5 cm) 210 (7 bulan) Fremitus berdesir semakin kuat, karunkula semakin besar (5,5 7 cm), fetus sudah bereaksi sentuhan (refleks), diameter serviks membesar 240 (8 bulan) Fremitus berdesir kuat sekali, karunkula teraba (6 9 cm), fetus mengarah jalan kelahiran 270 (9 bulan) Fetus sudah masuk di jalan kelahiran
MATERI DAN METODE A. Materi 1. Alat - Handskun - Pinset - Tempat penyimpanan uterus (nampan) 2. Bahan - Air - Uterus bunting - Uterus normal (tidak bunting)
B. Metode 1. Menyediakan organ uterus bunting sapi dan organ uterus tidak bunting sapi pada nampan 2. Melakukan perbandingan atau perbedaan antara uterus bunting dan uterus normal (tidak bunting).
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
Uterus Bunting (usia kebuntingan diperkirakan 4 5 bulan) Uterus normal (beberapa uterus sudah terdapat corpus luteum pada ovarium)
B. Pembahasan Pada praktikum akan membahas mengenai perbedaan antara organ uterus bunting dan uterus tidak bunting pada sapi. Pada organ uterus bunting, terlihat ukuran yang lebih besar dari uterus tidak bunting, dinding endometrium menebal serta adanya Corpus Luteum (CL) yang menghasilkan hormone progesterone yang berfungsi untuk menjaga kebuntingan. Namun pada biforcatio uterusnya tidak begitu jelas dikarenakan adanya pembesearan fetus, terdapat membrane foetal dan kotiledon. Diperkirakan umur fetus sekitar 4 5 bulan dikarenakan kotiledon sekitar 10 cm. Sedangkan, pada organ uterus tidak bunting, terlihat ukuran yang lebih kecil dari uterus bunting, tidak menebalnya dinding endometrium, serta terjadi lisis pada Corpus Luteum (CL).
KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perbedaan pada organ uterus bunting dan uterus yang normal (tidak bunting) yakni - Untuk uterus yang bunting, terlihat ukuran yang lebih besar dari uterus normal, dinding endometrium menebal, serta adanya Corpus Luteum (CL) yang berfungsi menghasilkan hormone progesterone. - Pada organ uterus tidak bunting, ukuran yang lebih kecil dari uterus bunting, tidak menebalnya dinding endometrium dan adanya lisis pada Corpus Luteum (CL).
DAFTAR PUSTAKA
Achjadi, R. Kurnia. 2010. Hand Out : Bahan Kuliah Ilmu Kebidanan. IPB : Bogor. Brown. 1992. Buku Teks Histology Veteriner. UI Press, Jakarta Suharyati,Sri dkk. 2003. Buku Ajar Ilmu Reproduksi. Jurusan Reproduksi Ternak FP Unila:Bandar Lampung Toelihere,mozes R. 2002. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Jakarta:UI Press.