Anda di halaman 1dari 32

0

MODUL KETERAMPILAN KLINIK





BLOK SISTEM METABOLIK









PENYUSUN

Adril Arsyad Hakim
Ronald Sitohang
Emir Taris Pasaribu
Hasanul Arifin
Cut Aria Arina
M Fidel Ganis Siregar
Yoan Carolina P
Maya Savira
Taufik Sungkar
Hidayat S
Dharma Lindarto























FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
1



MODUL KETERAMPILAN KLINIS BLOK METABOLIK DAN HAEMOTOLI
IMMUNOLOGY SYSTEM

I. PENDAHULUAN

Sesuai dengan pemetaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi FK USU, kegiatan Clinical
Sklills Lab untuk mahasiswa semester 2 dilaksanakan pada Blok Metabolik, Hematologi dan
Immunologi System.
Salah satu keterampilan klinik yang menjadi kompetensi seorang dokter sesuai dengan
Standar Kompotensi Dokter Indonesia adalah keterampilan klinik yang akan diajarkan pada
Metabolik, Hematologi dan Immunologi System ini. Kepada mahasiswa semester 2 akan
diajarkan 5 jenis keterampilan klinis pada blok Metabolik, Hematologi dan Immunologi System.
Keterampilan klinik yang akan diajarkan pada mahasiswa adalah keterampilan untuk melakukan:

1. Komunikasi dokter pasien (History Taking) yang berhubungan dengan gangguan
metabolik dan Pemeriksaan Indek Massa Tubuh & Lingkar Pinggang
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
3. Pembuatan sedian hapus darah tepi
4. Pemeriksaan masa perdarahan dan percobaan pembendungan (test rumpel leede)
5. Pemeriksaan Golongan darah ABO system dan Rhesus

II. TUJUAN

1. TUJUAN UMUM

Setelah mengikuti kegiatan skills lab pada blok Metabolik, Hematologi dan Immunologi
System ini, mahasiswa dapat terampil melakukan komunikasi dokter pasien (History taking)
yang berhubungan dengan gangguan metabolik dan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) dan
lingkar pinggang, Pemeriksaan tanda-tanda vital, pembuatan hapusan darah tepi, pemeriksaan
massa perdarahan dan percobaan pembendungan (test rump leede) dan pemeriksaan golongan
darah ABO system dan Rhesus.


2. TUJUAN KHUSUS

2.1. Mahasiswa mampu melakukan Komunikasi dokter pasien (History Taking) yang
berhubungan dengan gangguan metabolik dan Pemeriksaan Indek Massa Tubuh & Lingkar
Pinggang
2.2. Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan tanda-tanda vital
2.3. Mahasiswa mampu melakukan Pembuatan sedian hapus darah tepi
2.4. Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan masa perdarahan dan percobaan pembendungan
(test rumpel leede)
2.5 Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan Golongan darah ABO system dan Rhesus












2


SL.II. MS. 1
A. KETERAMPILAN KLINIS
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN DAN PEMERIKSAAN INDEKS MASSA TUBUH
(IMT) DAN LINGKAR PINGGANG
Darma Lindarto

I. PENDAHULUAN
Seorang dokter harus mampu memilah keterangan penderita yang paling signifikan untuk
ditetapkan sebagai keluhan utama. Ada beberapa pertanyaaan yang harus diingat pada
komunikasi dokter-pasien dalam memilah keluhan penderita agar hasilnya sesuai dengan yang
diharapkan. Pertanyaan tersebut meliputi:
- Onset (Awal terjadi)
- Location (Lokasi)
- Duration (Durasi
- Character (Sifat)
- Aggravating/ Alleviating Factors (Faktor faktor yang memperparah atau yang
mengurangi gejala)
- Radiation (Penyebaran)
- Timing (Waktu)
Kata-kata tersebut dapat disingkat sehingga mudah diingat yaitu : OLD CARTS
Atau:
- Onset (Awal terjadi)
- Palliating / Provoking Factors (Faktor-faktor yang mengurangi atau
memprovokasi gejala)
- Quality (Kwalitas)
- Radiation (Penyebaran)
- Site (Lokasi)
- Timing (Waktu)
Kata kata tersebut dapat disingkat menjadi OPQRST

Tujuh pertanyaan yang berkaitan dengan gejala penderita:
1. Lokasi. Dimana lokasinya? Apakah menyebar?
2. Kwalitas. Seperti apa keluhan tersebut?
3. Kwantitas atau Keparahan. Seberapa parah keluhan tersebut?
4. Waktu. Kapan keluhan mulai dirasakan? Berapa lama keluhan tersebut berlangsung?
Seberapa sering keluhan tersebut muncul?
5. Keadaan/situasi saat serangan berlangsung. Termasuk faktor lingkungan, aktivitas,
emosi, atau keadaan lain yang mungkin dapat mempengaruhi penyakit.
6. Faktor faktor yang menyebabkan remisi atau eksaserbasi. Apakah ada hal hal
yang membuat gejala membaik atau semakin parah?
7. Manifestasi lain yang berhubungan dengan gejala. Apakah penderita merasakan hal
hal lain yang menyertai serangan?


II. TUJUAN KEGIATAN

II.1.TUJUAN UMUM
Setelah selesai melakukan latihan ini mahasiswa mampu meningkatkan keterampilan
History Taking dengan menggunakan teknik komunikasi yang baik dan benar.

II.2.TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
1. Mengetahui kerangka History Taking penderita dengan sindroma metabolik.
2. Menemukan keluhan utama beserta lamanya telah terjadi
3. Menguraikan perjalanan penyakit secara deskriptif dan kronologis
3

4. Mendapatkan riwayat penyakit yang berhubungan, penyakit-penyakit dalam
keluarga.
5. Menerapkan dasar teknik komunikasi dan berperilaku yang sesuai dengan sosio-
budaya pasien dalam hubungan dokter- pasien.

III. RUJUKAN

1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking. 9th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007
2. Kasper et al, editors. Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th ed. New York:
McGraw Hill; 2005

IV. SKENARIO KASUS

Seorang laki laki umur 45 tahun, wiraswasta, perokok, datang ke dokter dengan keluhan
utama banyak buang air kecil, disertai banyak minum, banyak makan, berat badan menurun
dan lemah yang dialami sejak 2 bulan ini. Penderita mempunyai kebiasaan makan tidak
teratur dan jarang berolah raga. Penderita juga mempunyai gangguan penglihatan dan kebas
- kebas di kedua kaki. Ibu penderita juga mempunyai keluhan yang sama.
Riwayat Penyakit Terdahulu (RPT) : hipertensi
Riwayat Pemakaian Obat (RPO) : obat hipertensi

V. TEKNIK PELAKSANAAN
I. PERKENALAN
1. Sapa pasien dengan rama dan sopan
2. Persilahkan pasien duduk
3. Tanyakan nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, alamat.

II. MENANYAKAN KELUHAN UTAMA
1. Tanyakan keluhan utama yang dirasakan pasien seperti : banyak buang air kecil,
banyak makan, banyak minum, berat badan menurun drastis, dll.
2. Tanyakan sudah berapa lama, frekuensi, volume/ jumlah, waktu (kapan-kapan) dari
keluhan utama tersebut.
III. MENANYAKAN KELUHAN TAMBAHAN DAN RIWAYAT LAINNYA
1. Tanyakan keluhan tambahan
1. Gangguan penglihatan
2. Kebas-kebas
3. Gangguan dalam berhubungan seksual
4. Gatal di kulit
2. Tanyakan kebiasaan berolah raga
Frekuensi /Keteraturan
Intensitas
3. Tanyakan riwayat keluarga yang menderita DM atau penyakit jantung
4. Tanyakan riwayat obat-obatan sebelumnya
5. Tanyakan kebiasaan konsumsi :
Rokok
Alkohol
6. Tanyakan riwayat penyakit lain, seperti :
- Hipertensi
- Penyakit Jantung
- Kelainan lemak darah (Kolesterol)

IV. DOKUMENTASI
1. Catat hal-hal yang penting dari komunikasi
2. Simpulkan hasil komunikasi
3. Jelaskan tindakan selanjutnya

4



VI. LEMBAR PENGAMATAN HI STORY TAKI NG KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN

LANGKAH/TUGAS

PENGAMATAN
Ya Tidak
I. PERKENALAN
1. Menyapa pasien dengan ramah dan sopan
2. Mempersilahkan pasien duduk
3. Menanyakan nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status
perkawinan, alamat.

II. MENANYAKAN KELUHAN UTAMA
1. Menanyakan keluhan utama
2. Menanyakan sudah berapa lama, frekuensi, volume/ jumlah, waktu
(kapan-kapan) dari keluhan utama tersebut.

III. MENANYAKAN KELUHAN TAMBAHAN
1. Menanyakan keluhan tambahan, seperti :
- Gangguan penglihatan
- Kebas-kebas/kesemutan
- Gangguan dalam berhubungan seksual
- Gatal di kulit

2. Menanyakan kebiasaan berolah raga
- Frekuensi /keteraturan
- Intensitas

3. Menanyakan riwayat obat-obatan sebelumnya


4. Menanyakan kebiasaan konsumsi :
- Makan teratur atau tidak teratur
- Rokok
- Alkohol

5. Menanyakan riwayat keluarga yang menderita DM atau penyakit
jantung dan riwayat penyakit lain pasien, seperti :
- Hipertensi
- Penyakit Jantung
- Kelainan lemak darah (Kolesterol)

IV. DOKUMENTASI
1. Mencatat hal-hal yang penting dari komunikasi
2. Menyimpulkan hasil komunikasi
3. Menjelaskan tindakan selanjutnya

Note : Ya = mahasiswa melakukan
Tidak = mahasiswa tidak melakukan












5




FORMULIR HI STORY TAKI NG
_____________________________________________________________
Nama Mahasiswa :
Kelompok :
Tanggal anamnese :
Instruktur :
_____________________________________________________________

IDENTITAS PASIEN

Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Status perkawinan :
Alamat :
_____________________________________________________________

Riwayat Penyakit

Keluhan Utama :


Riwayat perjalanan penyakit :














Riwayat Penyakit Terdahulu (RPT) :

Riwayat Penggunaan Obat (RPO) :













6




B. PEMERIKSAAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT)
DAN LINGKAR PINGGANG


I. PENDAHULUAN

Seseorang yang didiagnosa dengan sindroma metabolik beresiko tiga kali atau lebih untuk
menderita Diabetes Tipe 2 dan Penyakit Jantung Koroner (PJK).
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk penderita ini adalah :
- Pemeriksaan Indeks Massa Tubuh (IMT)
- Pemeriksaan Lingkar Pinggang

I.1. Pemeriksaan Indeks Massa Tubuh

Untuk pemeriksaan ini digunakan formula :

BB (kg)
IMT = ------------
{TB (m)}
2

Keterangan : BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)



Kriteria WHO 2000

Kategori IMT Eropa kg/(m)
2
IMT Asia kg/(m)
2

Underweight < 18.5 < 18.5
Normoweight 18.5 24.9 18.5 - 22.9
Overweight: 25 23
Pre-obese 25.0 29.9 23.0 24.9
Obese I 30.0 - 34.9 25.0 - 29.9
Obese II 5.0 - 39.9 > 30.0
Obese III 40.0


I.2. Pemeriksaan Lingkar Pinggang

Lingkar Pinggang adalah indikator tidak langsung jaringan lemak intra abdominal yang
disebut lemak viscera. Lingkar Pinggang yang panjang berhubungan dengan resiko penyakit
Diabetes Tipe 2, kadar kolesterol yang tinggi, hipertensi dan penyakit kardiovaskular.





7






II. TUJUAN KEGIATAN
II.1.TUJUAN UMUM

Setelah selesai latihan ini mahasiswa mampu meningkatkan keterampilan dalam
pemeriksaan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Lingkar Pinggang dengan teknik yang benar.

II.2.TUJUAN KHUSUS

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan :
1. Pengukuran Tinggi Badan dengan cara yang benar
2. Pengukuran Berat Badan dengan cara yang benar
3. Penghitungan dan interpretasi Indeks Massa Tubuh dengan cara yang benar
4. Pengukuran dan interpretasi Lingkar Pinggang dengan cara yang benar

III. RUJUKAN
1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking. 9th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007
2. Kasper et al, editors. Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th ed. New York:
McGraw Hill; 2005

IV. PERALATAN YANG DIPERLUKAN :
1. Timbangan yang dilengkapi dengan pengukur tinggi badan
2. Meteran kain
3. Kalkulator

V. 1 CARA PEMERIKSAAN BERAT BADAN (BB) DAN TINGGI BADAN (TB)
1. Mempersilahkan pasien naik ke atas timbangan, dengan terlebih dahulu melepaskan alas
kaki ataupun penutup kepala, meletakkan tas, handphone dan barang - barang lainnya.
2. Pasien dalam keadaan diam, tegak lurus, pandangan menghadap ke depan, membelakangi
alat.
3. Melihat berapa berat badan penderita yang ditunjukkan jarum timbangan (dipakai
hitungan dalam kilogram).
4. Tarik alat pengukur tinggi, letakkan ujungnya tepat di puncak kepala penderita (verteks)
5. Lihat berapa tinggi penderita dalam cm lalu konversikan ke m.
8





V.2 CARA PEMERIKSAAN LINGKAR PINGGANG
1. Pasien dalam posisi berdiri.
2. Sebelum melakukan pengukuran, abdomen harus dalam keadaan bebas/ relaksasi.
3. Diukur lingkar perut dari pertengahan antara arcus costarum kanan dengan crista iliaca
kanan secara horizontal, pada akhir ekspirasi normal. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan meteran kain.

VI. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN BERAT BADAN DAN TINGGI BADAN

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
1. Mempersilahkan pasien naik ke atas timbangan, dengan
terlebih dahulu melepaskan alas kaki ataupun penutup kepala,
meletakkan tas, handphone dan barang - barang lainnya.

2. Memosisikan pasien dalam keadaan diam, tegak lurus,
pandangan menghadap ke depan, membelakangi alat.

3. Melihat berapa berat badan penderita yang ditunjukkan jarum
timbangan (dipakai hitungan dalam kilogram).

4. Menarik alat pengukur tinggi dan meletakkan ujungnya tepat di
puncak kepala penderita (verteks)

5. Melihat berapa tinggi penderita dalam cm
PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH
1. Menghitung indeks massa tubuh pasien dengan menggunakan
rumus yang telah ditentukan, kemudian interpretasikan
hasilnya.

PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG
1. Mempersilahkan pasien berdiri
2. Memberitahukan pasien apa yang akan dilakukan dan meminta
keizinan

3. Memastikan abdomen dalam keadaan bebas / relaksasi
4. Mengukur Lingkar Pinggang dengan menggunakan
5. meteran kain secara melingkar dari pertengahan antara arcus
costarum kanan dengan crista iliaca kanan secara horizontal
pada akhir ekspirasi normal.

6. Mencatat hasil dan menginterpretasikan.

Note : Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan












9




FORMULIR PEMERIKSAAN
INDEKS MASSA TUBUH DAN LINGKAR PINGGANG

_____________________________________________________________
Nama Mahasiswa :
Kelompok :
Tanggal pemeriksaan :
Instruktur :
_____________________________________________________________
IDENTITAS PASIEN

Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Status perkawinan :
Alamat :
_____________________________________________________________

Berat Badan : kg
Tinggi Badan : m

IMT =



Interpretasi IMT :



Lingkar Pinggang : cm


Interpretasi pengukuran lingkar pinggang :



















10




SL.II. MS. 2
KETERAMPILAN KLINIS
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
Darma Lindarto

I. PENDAHULUAN

Tanda-tanda vital terdiri pernafasan, denyut nadi, tekanan darah dan temperatur dapat
memberikan informasi utama pasien termasuk masalah medis akut maupun kronis atau keadaan
penyakitnya.

Frekuensi penafasan normal pada dewasa adalah 14-20 x/menit. Pernafasan yang lambat
disebut bradipnoe. Pernafasan yang cepat disebut tachipnoe.
Pemeriksaan frekuensi nafas dapat dilakukan dengan cara inspeksi ataupun auskultasi (dengan
cara meletakkan stetoskop pada trakea penderita).
Tipe penafasan terbagi:

1. Torakal
2. Abdominal
3. Torako abdominal

Denyut nadi dinilai pada arteri arteri besar seperti: arteri karotis, arteri femoralis, arteri
radialis (yang terbanyak dilakukan).
Yang dinilai adalah:
- Frekuensi, nilai normal 60-100 kali permenit. Nadi yang lambat disebut bradikardi. Nadi
yang cepat disebut takikardi.
- Ritme (irama), reguler atau irreguler. Jika irreguler, dapat dikonfirmasi dengan
mendengar suara jantung.
- Volume, apakah volume normal atau menurun.

Alat yang digunakan sphygmomanometer (tensimeter air raksa) dan ukuran dalam
mmHg.

Alat ini terdiri dari:
- manometer 0-300mmHg
- cuff
- bladder ( karet pembalut yang dapat diisi udara bertekanan)
- pompa
- pipa karet

Pemilihan cuff yang sesuai:
- Lebar bladder cuff harus 40% dari lingkar lengan atas ( 12-14cm ukuran rata
rata dewasa).
- Panjang bladder harus 80% dari lingkar lengan atas.






KLASIFIKASI TEKANAN DARAH DEWASA (>18 TAHUN)
Kategori Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi
Stage 1 140-159 90-99
Stage 2 160 100
11

Ada 2 jenis termometer yaitu termometer gelas (termometer air raksa) dan termometer
elektronik. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada oral, rektal, aksila dan membran
timpani.

Satuan yang sering digunakan derajat Celcius. Suhu normal di:
- oral : 35,8
0
C 37,3
0
C
- rektal: lebih tinggi 0,4-0,5
0
C dari pada oral
- aksila : lebih rendah 1
0
C dari pada oral
- membran timpani: lebih tinggi 0,8
0
C dari pada oral

Temperatur oral. Jika menggunakan termometer air raksa, turunkan air raksa sampai 35,0
0
C,
letakkan di bawah lidah, perintahkan penderita untuk menutup mulutnya, tunggu 3-5 menit, baca
nilainya, masukkan lagi selama 1 menit, kemudian baca lagi.Jika suhu masih meningkat, ulangi
pemeriksaan sampai suhu stabil.
Minuman dingin atau panas serta merokok dapat mengacaukan pengukuran temperatur oral.
Pada situasi seperti tersebut, tunda pemeriksaan selama 10-15 menit.
Jika menggunakan termometer elektronik, masukkan termometer dibawah lidah, perintahkan
penderita untuk menutup mulut, kemudian perhatikan hasil yang tertulis. Pengukuran yang
akurat biasanya membutuhkan waktu 10 detik.
Temperatur oral tidak disarankan pada penderita:
- kesadaran menurun
- restless
- tidak mampu untuk menutup mulut.

Temperatur rectal : perintahkan penderita untuk berbaring miring ke satu sisi dengan sendi
panggul flexi. Pilih termometer rectal yang memiliki ujung pendek, lubrikasi ujungnya,
masukkan sedalam 3-4cm (1,5 inci) ke dalam rongga anus, dengan arah ke daerah umbilikus.
Keluarkan setelah 3 menit, kemudian bada hasilnya.
Jika menggunakan termometer elektronik, setelah ujungnya dilubrikasi, tunggu selama 10 detik,
kemudian catat hasilnya.

Temperatur axilla : pengukurannnya membutuhkan waktu kira kira 5 10 menit dan pada
umumnya kurang akurat dibandingkan pengukuran ditempat lain.

Temperatur membran timpani : pengukuran pada daerah ini makin sering digunakan,
membutuhkan waktu yang singkat, aman dan dapat dipercaya jika dilakukan dengan tepat.
Pastikan rongga telinga luar bersih dari cerumen. Posisikan ujung termometer pada rongga
telinga sehingga sinar infra merah mengarah ke membran timpani. Tunggu selama 2-3 detik
sampai hasil dari temperatur digital tersebut muncul. Metode ini mengukur suhu inti tubuh (core
body temperature), dimana suhunya sedikit lebih tinggi dari suhu normal oral.

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1.TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa mampu meningkatkan keterampilan dalam
pemeriksaan tanda vital dengan teknik yang benar pada penderita.

II.2.TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan tanda vital:
1. Penghitungan frekuensi pernafasan dengan cara yang benar
2. Penghitungan frekuensi denyut nadi dengan cara yang benar
3. Pengukuran tekanan darah dengan cara yang benar
4. Pengukuran suhu tubuh dengan cara yang benar




12





III. RUJUKAN
1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking. 9th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins ; 2007
2. Kasper et al, editors. Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th ed. New York :
McGraw Hill ; 2005

IV. PERALAT DAN BAHAN
- Tensimeter air raksa (sphygmomanometer)
- Stetoskop
- Termometer air raksa
- Stop watch / jam tangan dengan hitungan detik
- Kapas dan alkohol 70%
- Kain kasa

V. TEKNIK PELAKSANAAN

V.A Cara melakukan pemeriksaan Suhu Tubuh di Aksila
1. Mempersilahkan pasien duduk
2. Bersihkan ujung termometer dengan alkohol 70%.
3. Turunkan permukaan air raksa pada termometer hingga mencapai 35,0
0
C dengan cara
mengibaskannya ke bawah.
4. Keringkan daerah aksila kiri dengan kain kasa bersih.
5. Posisikan ujung termometer air raksa yang dilapisi besi pada fossa aksila dan biarkan
selama 3-5 menit.
6. Cabut dan lihat dimana posisi air raksa pada termometer

V. B Cara pemeriksaan frekuensi dan tipe pernafasan :
1. Penderita dalam posisi duduk.
2. Usahakan agar penderita tidak mengetahui bahwa pemeriksa akan menghitung frekuensi
nafasnya. Cara mengalihkan perhatiannya adalah dengan berpura pura menghitung nadi
penderita.
3. Pemeriksaan frekuensi pernafasan ini dilakukan dengan cara inspeksi.
4. Frekuensi nafas dihitung selama 1 menit.
5. Pada saat menghitung frekuensi pernafasan, pemeriksa juga harus memperhatikan tipe
pernafasan penderita.

V. C Cara melakukan pemeriksaan Denyut Nadi :
1. Pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sebelah kanan.
2. Raba arteri radialis kanan penderita dengan ujung ujung jari kedua dan ketiga tangan
kanan pemeriksa dan cari tempat pulsasi yang maksimal
3. Hitung frekuensi nadi selama 1 menit, selama melakukan penghitungan, perhatikan juga
apakah ritme nya teratur atau tidak, serta volumenya normal atau menurun.

V.D Cara melakukan pemeriksaan Tekanan darah

Persiapan sebelum pengukuran tekanan darah :
1. Idealnya, beritahukan penderita untuk tidak merokok atau meminum minuman yang
mengandung kafein 30 menit sebelum pengukuran dilakukan.
2. Pastikan kamar periksa tenang dan nyaman.
3. Perintahkan penderita untuk duduk (istirahat) selama 5 menit di kursi. Lengan diletakkan
sejajar dengan jantung.
13

4. Pastikan lengan yang akan diperiksa tidak ditutupi oleh pakaian. Pastikan juga tidak ada
fistula arteri-vena untuk dialisa, skar (bekas luka) pemotongan arteri brakial, tanda
tanda limfedema.
5. Palpasi arteri brakial untuk memastikan pulsasinya baik.
6. Posisikan lengan sehingga arteri brakial pada fossa antekubiti berada sejajar dengan
jantung
7. Jika penderita duduk, letakkan lengan pada meja yang lebih tinggi sedikit dari pinggang
penderita. Jika berdiri, untuk mempertahankan posisi lengan setinggi pertengahan dada
penderita.


Langkah langkah untuk mengukur tekanan darah :

1. Lilitkan bagian bladder cuff di medial lengan atas, tepat di atas arteri brakialis, bagian
bawah cuff berada 2,5 cm proksimal fossaantekubiti, sejajar dengan letak jantung.
Pastikan lilitan cuff tidak terlalu ketat ataupun terlalu longgar. Posisikan lengan penderita
sehingga sedikit flexi pada sendi siku.
2. Sebelum memompa cuff, buka kunci sphygmometer terlebih dahulu kemudian kunci
katub pompa (jangan terlalu kuat). Hadapkan sphygmomanometer ke arah pemeriksa.
3. Untuk menetapkan tingginya tekanan cuff, pertamatama perkirakan tekanan sistole
dengan cara palpasi pada arteri radialis. Rasakan pulsasi arteri radialis dengan jari kedua
dan ketiga tangan kiri, secara cepat pompa cuff hingga menggembung sampai pulsasi
arteri radialis menghilang. Baca tekanan yang dihasilkan pada manometer, kemudian
tambahkan 30 mmHg. Jumlah tekanan tersebut merupakan target untuk menetapkan
tingginya tekanan cuff pada saat pemeriksaan, sehingga dapat mencegah
ketidaknyamanan yang mungkin terjadi akibat tingginya tekanan cuff yang sebenarnya
tidak diperlukan. Hal ini juga mencegah error yang kadangkadang disebabkan oleh
auscultatory gap (merupakan silent interval yang muncul antara tekanan sistole dan
diastole).
4. Kempiskan cuff dengan cepat dan sempurna, dan tunggu selama 15-30 detik.
5. Pemeriksa memasang stetoskop. Kemudian letakkan bell stetoskop di atas arteri brakial
(pastikan seluruh pinggir bagian bell stetoskop tersebut menempel pada lengan, sehingga
suara Korotkoff dapat didengar dengan jelas). Karena suara Korotkoff tidak begitu kuat,
maka sebaiknya didengar dengan bell stetoskop.
6. Pompa cuff sampai level yang telah ditetapkan tadi, kemudian kempiskan secara perlahan
dengan kecepatan 2-3 mmHg per detik. Perhatikan dimana terdengar suara pertama kali
dan ini merupakan tekanan sistole.
7. Lanjutkan menurunkan tekanan secara perlahan sampai suara menghilang sempurna dan
ini merupakan tekanan diastole. Turunkan tekanan sampai angka 0.
8. Catat kedua tekanan tersebut. Tunggu selama 2 menit, ulangi pemeriksaan. Rata
ratakan hasil yang didapat. Jika 2 pembacaan tersebut berbeda sebesar 5 mmHg atau
lebih, pemeriksaan diulang.
9. Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada kedua lengan. Normalnya, didapati
perbedaan sebesar 5 mmHg, kadang kadang bisa sampai 10 mmHg. Pemeriksaan yang
berikutnya sebaiknya dilakukan pada lengan yang memiliki tekanan yang lebih tinggi.












14





VI. LEMBAR PENGAMATAN TANDA-TANDA VITAL

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
I. PERKENALAN
1. Memberikan salam, memperkenalkan diri dan
mempersilahkan pasien duduk

2. Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan
3. Meminta persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan
II. PEMERIKSAAN SUHU TUBUH
1. Membersihkan ujung termometer dengan alkohol 70%
2. Menurunkan permukaan air raksa pada termometer
hingga mencapai 35,0
0
C dengan cara
mengibaskannya ke bawah

3. Mengeringkan daerah aksila kiri dengan kain kasa
bersih.

4. Memosisikan ujung termometer air raksa yang dilapisi
besi pada fossa aksila dan biarkan selama 3-5 menit.

5. Menyabut dan melihat dimana posisi air raksa pada
termometer dan catat

III. PEMERIKSAAN FREKUENSI DAN TIPE
PERNAFASAN :

1. Memosisikan pasien dalam keadaan duduk.
2. Mengusahakan agar penderita tidak mengetahui bahwa
pemeriksa akan menghitung frekuensi nafasnya. Cara
mengalihkan perhatiannya adalah dengan berpura
pura menghitung nadi penderita

3. Memeriksa frekuensi pernafasan dengan cara inspeksi.
4. Menghitung frekuensi pernafasan dalam 1 menit dan
mengamati tipe pernafasan penderita serta mencatat.

IV. PEMERIKSAAN DENYUT NADI
1. Memosisikan pasien dalam keadaan duduk dan
pemeriksa berada di sebelah kanan.

2. Meraba arteri radialis kanan penderita dengan ujung
ujung jari kedua dan ketiga tangan kanan pemeriksa
dan mencari tempat pulsasi yang maksimal

3. Menghitung frekuensi nadi selama 1 menit, selama
penghitungan perhatikan ritme dan volumenya serta
mencatat.

V. PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH
1. Melilitkan bagian bladder cuff di medial lengan atas,
tepat di atas arteri brakialis, bagian bawah cuff berada
2,5 cm proksimal fossaantekubiti, sejajar dengan letak
jantung. Pastikan lilitan cuff tidak terlalu ketat ataupun
terlalu longgar. Posisikan lengan penderita sehingga
sedikit flexi pada sendi siku.

15

2. Membuka kunci sphygmomanometer terlebih dahulu
sebelum memompa cuff dan mengunci katup pompa
serta menghadapkan sphygmomanometer ke arah
pemeriksa.

3. Memompa cuff sehingga pulsasi arteri radialis
menghilang serta membaca tekanan yang tertera pada
manometer.

4. Memompa cuff untuk menaikkan tekanan 30 mmHg
lebih tinggi dan perhatikan.

5. Mengempiskan cuff dengan cepat dan sempurna, dan
tunggu selama 15-30 detik.

6. Memasang stetoskop dan meletakkan bellnya di atas
arteri brakialis.

7. Memompa cuff sampai level yang telah ditetapkan pada
poin 4.

8. Mengempiskan secara perlahan dengan kecepatan 2-3
mmHg per detik dan menderdengar suara pertama kali
terdengar sistole

9. Menurunkan tekanan secara perlahan sampai suara
menghilang sempurna dan ini merupakan tekanan
diastole serta menurunkan tekanan sampai angka 0.

10. Mencatat tekanan Sistole dan Diastole
11. Membuka cuff, menggulung, mengunci air raksa dan
menutup manometer

12. Mendokumentasikan hasil pemeriksan pada formulir
pemeriksaan (terlampir).


Note : Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan


























16



FORMULIR PEMERIKSAAN TANDA VITAL

_____________________________________________________________
Nama Mahasiswa :
Kelompok :
Tanggal pemeriksaan :
Instruktur :
_____________________________________________________________

IDENTITAS PASIEN

Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Status perkawinan :
Alamat :
_____________________________________________________________

Tanda Vital:
- Pernafasan : kali/ menit
- Denyut nadi : kali/ menit
- Tekanan darah : mmHg
- Suhu tubuh :
0
C


Interpretasi tanda vital :
















17


SL.III. HIS. 1
KETERAMPILAN KLINIS
PEMBUATAN SEDIAAN HAPUS DARAH TEPI

I. PENDAHULUAN

Pembuatan preparat hapusan darah tepi ini dilakukan untuk berbagai kepentingan
diagnostik laboratorium seperti pemeriksaan morfologi darah tepi, pemeriksaan parasit malaria
dan mikrofilaria Sehingga ketrampilan pembuatan preparat darah tepi ini menjadi kompetensi
dasar seorang Dokter.

MEMBUAT SEDIAAN HAPUS DARAH TEPI

Alat : Object glass (slide), kaca penggeser (deck glass/cover slip 24x24 mm atau object
glass), sarung tangan (rubber handgloves), pipet plastik, timer
Reagensia :
- Methanol
- Working solution: Giemsa + Buffered pH 7,4 dengan perbandingan
1 : 4

Faktor yg mengganggu
Jika object glass berlemak
Tidak menggunakan antikoagulan secara tepat
Jika sampel hemolisa

Hapusan yang memenuhi persyaratan :
Ketebalan hapusan yg sama dengan panjang mencapai bagian slide
Ujung hapusan tidak berhenti mendadak
Hapusan yang tebal menyebabkan area evaluasi menjadi lebih terbatas


























18





II. TUJUAN KEGIATAN

II.1.TUJUAN UMUM

Setelah selesai latihan ini mahasiswa mampu membuat hapusan darah tepi untuk
pemeriksaan morfologi darah tepi, pemeriksaan parasit malaria dan mikrofilaria

II.2.TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
6. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk membuat sediaan
hapusan darah tepi
7. Mahasiswa mampu membuat sediaan hapusan darah dari sampel darah yang disediakan
8. Mahasiswa mampu melakukan fiksasi dengan menggunakan methanol
9. Mahasiswa mampu melakukan pengecatan sediaan darah dengan pengecatan Giemsa

III. RUJUKAN
1. John Bernard Henry, M.D, Clinical Diagnosis and Management by Laboratory
Methods, W.B Saunders Company ; 2001
2. Dacie and Lewis, Practical Haematology, Churchill Livingstone ; 2001






19




IV. PERALATAN DAN BAHAN

1. Object glass (slide)
2. Kaca penggeser (deck glass/cover slip 24x24 mm)
3. Sarung tangan (rubber handgloves)
4. Pipet plastik
5. Timer
6. Methanol
7. Larutan kerja : Giemsa + Buffered pH 7,4 dengan perbandingan 1 : 4

V. TEKNIK PELAKSANAAN

1. Memakai sarung tangan kemudian ambil object glass yg bersih, bebas debu dan bebas
lemak kemudian ambil deck glass / cover slip yg bersih dan bebas lemak, pilih sisi yg rata
dan salah satu sudutnya dipatahkan sedikit (dengan menggunakan tissue)
2. Letakkan object glass diatas meja sentuhkan setetes darah (10 uL), 1-2 cm dari tepi
sebelah kanan.
3. Tahan object glass dengan tangan kiri dan deck glass diletakkan disebelah kiri tetesan
darah, kemudian geser ke kanan sampai menyentuh darah dan biarkan darah menyebar
sepanjang tepi deck glass.
4. Kemudian deck glass dipegang dengan sudut 30-45 lalu tarik ke kiri. (secara berlawanan
untuk orang kidal)
5. Biarkan hapusan kering dan beri tanda / nomor kode.
6. Letakkan sediaan diatas rak, kemudian sediaan difiksasi dengan menyiramkan methanol
(metil alkohol) secara perlahan dan secukupnya, biarkan selama 5-7 menit.
7. Setelah sisa methanol dibuang sediaan dibubuhi dengan larutan kerja giemsa (giemsa +
larutan buffer) secara merata dan biarkan selama 15 - 20 menit.
8. Buang sisa zat warna dan bilas dengan air kran pada bagian belakang dari slide dan
dilanjutkan secara perlahan diatas sediaan.
9. Keringkan sediaan secara tegak di atas kertas saring atau tissue dengan bagian ujung
disebelah atas.


VI. LEMBAR PENGAMATAN PEMBUATAN SEDIAAN HAPUS DARAH TEPI

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
1. Memakai sarung tangan dan mengambil object glass yg bersih,
bebas debu dan bebas lemak kemudian ambil deck glass / cover
slip yg bersih dan bebas lemak, pilih sisi yg rata dan salah satu
sudutnya dipatahkan sedikit (dengan menggunakan tissue).

2. Meletakkan object glass diatas meja dan menyentuhkan setetes
darah (10 uL), 1-2 cm dari tepi sebelah kanan. (secara
berlawanan untuk orang kidal)

3. Menahan object glass dengan tangan kiri dan meletakkan deck
glass di sebelah kiri tetesan darah, kemudian menggeser ke
kanan sampai menyentuh darah dan biarkan darah menyebar
sepanjang tepi deck glass (secara berlawanan untuk orang kidal)

4. Memegang deck glass dengan sudut 30-45 lalu me narik ke
kiri. (secara berlawanan untuk orang kidal)

5. Membiarkan hapusan kering dan memberi tanda / nomor kode.
20

6. Meletakkan sediaan diatas rak, kemudian sediaan difiksasi
dengan menyiramkan methanol (metil alkohol) secara perlahan
dan menutupi semua hapusan, lalu membiarkan selama 5-7
menit.

7. Membuang sisa methanol, lalu membubuhi sediaan dengan
larutan kerja (giemsa + larutan buffer) secara merata dan
membiarkan selama 15 - 20 menit.

8. Membuang sisa zat warna dan membilas dengan air kran pada
bagian belakang dari slide dan dilanjutkan secara perlahan diatas
sediaan.

9. Mengeringkan sediaan secara tegak di atas kertas saring atau
tissue dengan bagian ujung disebelah atas


Note : Ya = mahasiswa melakukan.
Tidak = mahasiswa tidak melakukan.






































21

SL.III. HIS. 2
KETERAMPILAN KLINIS
PEMERIKSAAN MASA PERDARAHAN DAN PERCOBAAN PEMBENDUNGAN
(TEST RUMPEL LEEDE)


I. PENDAHULUAN

Pada keterampilan kedua ini mahasiswa akan diajarkan untuk melakukan ketrampilan
pemeriksaan hematologi yang berhubungan dengan fungsi trombosit yaitu pemeriksaan masa
perdarahan dan test rumpel leede. Prinsip dari pemeriksaan masa perdarahan ini adalah untuk
menilai fungsi trombosit dan reaksi pembuluh darah terhadap luka. Test Rumpel leede
bermaksud untuk menguji ketahanan kapiler darah dengan cara mengenakan pembendungan
kepada vena-vena sehingga darah menekan dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu
sebab kurang kuat akan rusak oleh pembendungan itu, darah dari dalam kapiler itu keluar dari
kapiler dan merembes kedalam jaringan sekitarnya sehingga tampak sebagai bercak merah kecil
pada permukaan kulit; bercak itu disebut Petechiae.

MASA PERDARAHAN

Pemeriksaan untuk mengukur lamanya perdarahan setelah dilakukan luka tusuk pada
kulit
Terdiri dari 2 metode : Ivy atau Duke.
Tes tersebut tergantung elastisitas dinding pembuluh darah dan jumlah maupun fungsi
trombosit
Indikasi pemeriksaan pada pasien dengan riwayat perdarahan atau keluarganya

Metode Ivy :
Tusukan dengan kedalaman 3 mm pada bagian volar lengan bawah dilakukan terhadap
pasien dewasa
Metode Duke :
Tusukan dengan kedalaman 2-4 mm pada earlobe dilakukan terhadap pasien anak-anak

Tujuan pemeriksaan:
1. Untuk menilai jumlah dan fungsi trombosit (kelainan fungsi bisa herediter maupun yg
didapat).
2. Reaksi vasokonstriksi pembuluh darah terhadap luka.

PEMERIKSAAN MASA PERDARAHAN
Alat :
Tensimeter
Lancet (atau needle)
Stop Watch
Kertas Saring (filter paper)
Alkohol swab
Plaster

Nilai Normal : 2-6 menit








22


PERCOBAAN PEMBENDUNGAN (TORNIQUET TEST/ RUMPEL LEEDE)

Alat : Sfigmomanometer
Cara:
1. Pasanglah ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pompalah sampai tekanan 100
mm Hg (jika tekanan sistolik kurang dari 100 mmHg, pompalah sampai tekanan
ditengah-tengah nilai sistolik dan diastolik).
2. Pertahankan tekanan itu selama 10 menit
3. Lepaskan ikatan dan tunggulah sampai tanda-tanda statis darah menghilang. Statis darah
telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah dibendung tadi mendapat lagi
warna kulit seperti lengan yang tidak dibendung.
4. Carilah adanya petechiae dan hitunglah banyaknya petechiae yang timbul pada seluas 1
inci persegi (2,5 x 2,5 cm) kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti.

II.TUJUAN KEGIATAN

II.1.TUJUAN UMUM

Melatih mahasiswa melakukan penilaian masa perdarahan dan test rumpel leede untuk
berbagai kepentingan klinis

II.2.TUJUAN KHUSUS

1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk penilaian masa
perdarahan dan test Rumpel Leede.
2. Mahasiswa mampu melakukan dan menilai masa perdarahan dan test Rumpel Leede
secara mandiri
3. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap hasil pemeriksaan.

III. RUJUKAN

1. John Bernard Henry, M.D, Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods,
W.B Saunders Company; 2001
2. Dacie and Lewis, Practical Haematology, Churchill Livingstone ; 2001

IV. PERALATAN DAN BAHAN

o Sfigmomanometer
o Lancet (needle, hemolet)
o Stop Watch
o Kertas Saring
o Kapas
o Alkohol swab
o Plester

V. TEKNIK PELAKSANAAN
A. MASA PERDARAHAN

1. Pasang tensimeter dengan tekanan 40 mm Hg pada lengan atas kanan
2. Bersihkan lengan bawah bagian volar 4 jari dibawah lipatan siku dengan alkohol swab
3. Tusuk lengan bawah yang telah dibersihkan dengan lancet sedalam 3 mm.
4. Pada saat darah mengalir keluar, stop watch diaktifkan.
5. Tiap 30 detik darah yang mengalir diisap dengan kertas saring (filter paper).
6. Catat waktu darah mulai keluar sampai saat perdarahan berhenti (darah tak menembus
kertas saring).
7. Lepaskan tensimeter dan tutup luka dengan plester.
23


Catatan :

Perhatian :

Tekanan 40 mm Hg dipertahan sampai pemeriksaan selesai
Jika perdarahan berlanjut hingga lebih dari 15 menit tes dihentikan

Nilai Reference:
metode Ivy 2-6 menit
metode Duke 1-3 menit
Perdarahan memanjang dengan jumlah trombosit normal menunjukkan adanya
kelainan fungsi trombosit (thrombasthenia, thrombocytopathia)


B. PERCOBAAN PEMBENDUNGAN (TORNIQUET TEST / RUMPEL LEEDE)

1. Pasang tensimeter pada lengan atas kanan dengan tekanan 100 mm Hg (jika tekanan
sistolik kurang dari 100 mmHg, pompalah sampai tekanan ditengah-tengah nilai sistolik
dan diastolik).
2. Pertahankan tekanan itu selama 10 menit
3. Turunkan tekanan sampai tanda-tanda statis darah menghilang lalu lepaskan manset.
Statis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah dibendung tadi
kembali berwarna seperti lengan yang tidak dibendung.
4. Carilah adanya petechiae pada kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti dan hitunglah
banyaknya petechiae yang timbul pada seluas 1 inci persegi (2,5 x 2,5 cm)

Penilaian

Pandangan mengenai apa yang boleh dianggap normal sering berbeda-beda. Dinyatakan positif
jika ada 10 atau lebih petechiae pada seluas 1 inci persegi
(2,5 x 2,5 cm) maka test biasanya baru dianggap abnormal; Dikatakan juga : test itu positif
seandainya dalam lingkaran itu tidak ada petechiae, tetapi lebih jauh distal ada, percobaan ini
(yang sering dinamakan test Rumpel Leede) positif juga.


VI. LEMBAR PENGAMATAN


LANGKAH/TUGAS

PENGAMATAN
Ya Tidak
I. PEMERIKSAAN MASA PERDARAHAN
Cara kerja metode Ivy :
1. Memasang tensimeter dengan tekanan 40 mm Hg pada
lengan atas kanan

2. Membersihkan lengan bawah bagian volar 4 jari
dibawah lipatan siku dengan alkohol swab

3. Menusuk lengan bawah yang telah dibersihkan dengan
lancet sedalam 3 mm.

4. Mengaktifkan stop watch pada saat darah mengalir
keluar.

5. Mengisap darah yang mengalir tiap 30 detik dengan
kertas saring (filter paper).

6. Mencatat waktu darah mulai keluar sampai saat
perdarahan berhenti (darah tak menembus kertas
saring).

24

7. Melepaskan tensimeter dan menutup luka dengan
plester

II. PERCOBAAN PEMBENDUNGAN (TEST RUMPEL LEEDE)
1. Memasang tensimeter pada lengan atas kanan dengan
tekanan 100 mm Hg (jika tekanan sistolik kurang dari
100 mmHg, pompalah sampai tekanan ditengah-tengah
nilai sistolik dan diastolik).

2. Mempertahankan tekanan itu selama 10 menit
3. Menurunkan tekanan sampai tanda-tanda statis darah
menghilang lalu lepaskan manset. Statis darah telah
berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah
dibendung tadi kembali berwarna seperti lengan yang
tidak dibendung.

4. Mencarilah adanya petechiae pada kira-kira 4 cm distal
dari fossa cubiti dan hitunglah banyaknya petechiae
yang timbul pada seluas 1 inci persegi (2,5 x 2,5 cm)

5. Mendokumetasikan hasil pemeriksaan
a. Masa perdarahan
b. Percobaan pembendungan (test rumpel leed)
c. Evaluasi hasil

Note Ya : Mahasiswa melakukan
Tidak : Mahasiswa tidak melakukan
































25


FORMULIR PEMERIKSAAN MASA PERDARAHAN

___________________________________________________________________
Nama Mahasiswa :
Kelompok :
Tanggal pemeriksaan :
Instruktur :
___________________________________________________________________

IDENTITAS PASIEN

Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
______________________________________________________________

Hasil pemeriksaan masa perdarahan : ________menit






































26



FORMULIR PEMERIKSAAN RUMPEL LEEDE

___________________________________________________________________
Nama Mahasiswa :
Kelompok :
Tanggal pemeriksaan :
Instruktur :
___________________________________________________________________

IDENTITAS PASIEN

Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
______________________________________________________________

Hasil pemeriksaan test rumpel leede :


















27

SL.II.HIS.3
KETERAMPILAN KLINIS
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO SYSTEM DAN RHESUS FAKTOR


I. PENDAHULUAN

Pemeriksaan golongan darah merupakan salah satu pemeriksaan yang penting yang harus
dikuasai oleh seorang Dokter. Kepentingan klinis dari pemeriksaan golongan darah ini antara
lain untuk tindakan transfusi darah atau tindakan pendonoran organ lainnya. Prinsip pemeriksaan
golongan darah ini adalah pemeriksaan antigen eritrosit.

GOLONGAN DARAH ABO

Pemeriksaan Antigen golongan darah ABO ditemukan oleh Karl Landsteiner (1901)
Terdiri dari 4 group mayor: A, B, AB atau O
Setiap Individu mempunyai Antigen A atau B pada eritrosit, kombinasi A&B atau tidak
mempunyai keduanya (group O).
Golongan darah O : donor universal karena tak mempunyai antigen yg dapat dikenali
oleh resipien
Golongan darah AB : resepien universal karena tidak mempunyai antibodi di dalam
serum

Yang diperiksa adalah antigen eritrosit :
Sejumlah darah dicampur dengan reagen antibodi dengan volume yang sama.
Alat : Object glass, pengaduk plastik
Reagen : Anti A (warna biru).
Anti B (warna kuning).
Anti AB (warna jernih).


PENENTUAN GOLONGAN DARAH ABO
Golongan Darah Antigen Antibodi
Antigen pada Aglutinin
Eritrosit Dalam serum
(aglutinogen) (antibodi)
A A anti B
B B anti A
O - anti A dan anti B
AB AB -

Interpretasi :
Golongan darah A : terjadi aglutinasi pada Anti A.
Golongan darah B : terjadi aglutinasi pada Anti B.
Golongan darah O : tidak terjadi aglutinasi pada Anti A dan Anti B.
Golongan darah AB : terjadi aglutinasi pada Anti A dan Anti B.

GOLONGAN DARAH RHESUS
Selain grup ABO pembagian golongan darah faktor Rhesus. Faktor Rhesus merupakan protein
yang ada dipermukaan sel Eritrosit. Ada tidaknya faktor Rhesus menunjukkan Rhesus positif
atau Rhesus negatif, contoh : Golongan darah O+ berarti golongan darah O dengan Rhesus
positif. Gen Rhesus negatif bersifat resesive sedangkan Rhesus positif bersifat dominan sehingga
Ibu dengan Rhesus negatif akan melahirkan bayi dengan Rhesus positif jika ayahnya Rhesus
positif.

28

Jika ayahnya mempunyai gene Rh-positif dan Rh-negatif maka anaknya mempunyai kesempatan
50-50 Rh-positif tetapi jika mempunyai 2 gen Rh-positif semua anaknya Rh-positif Contoh: Ibu
Rh-negatif mengandung bayi dengan Rh-positif. Pada tubuh ibu terjadi respon sistem imun
terhadap faktor Rhesus yang merupakan protein asing sehingga terbentuk antibodi anti D
terhadap Rh-positif. ika Ibu mengandung bayi lagi dengan Rh-positif maka antibodi Anti-D akan
bereaksi terhadap eritrosit bayi yang belum lahir dan disebut penyakit Rhesus. Komplikasi
kehamilan ini disebut hydrops foetalis.


Yang diperiksa adalah faktor rhesus:
Sejumlah darah dicampur dengan reagen antibodi faktor rhesus dengan volume yang sama.

Alat : Object glass, pengaduk plastik
Reagen : Anti D (warna jernih)

Interpretasi :
Golongan darah Rhesus positif : terjadi alutinasi pada Anti D.
Golongan darah Rhesus negatif : tidak terjadi aglutinasi pada Anti D.

II. TUJUAN

II.1.TUJUAN UMUM
Melatih mahasiswa agar mampu melakukan pemeriksaan golongan darah untuk berbagai
kepentingan klinis

II.2.TUJUAN KHUSUS

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan :
1. Pemeriksaan golongan darah system ABO
2. Pemeriksaan system rhesus faktor
3. Melakukan evaluasi dan interpretasi terhadap hasil pemeriksaan golongan darah

III. RUJUKAN

1. John Bernard Henry, M.D, Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods,
W.B Saunders Company ; 2001
2. Dacie and Lewis, Practical Haematology, Churchill Livingstone; 2001

IV. PERALATAN DAN BAHAN

1. Darah EDTA
2. Object glass
3. Alat pengaduk
4. Reagensia :
Anti A, Anti B dan Anti AB
Anti D


V. TEKNIK PELAKSANAAN

A. PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO SISTEM

1. Letakkan setetes reagen anti A dan reagen anti B serta reagen Anti AB pada kaca object
yang bersih.
2. Teteskan darah EDTA disamping masing-masing tetesan reagen dengan volume yang
sama
29

3. Kemudian masing-masing tetesan diaduk hingga homogen dengan menggerakan object
glass secara memutar
4. Diamkan beberapa menit dan perhatikan adanya aglutinasi.

B. PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS SYSTEM

1. Letakkan setetes reagen anti D di sebelah kiri pada kaca object yang bersih.
2. Teteskan darah EDTA disamping tetesan anti D,
3. Kemudian dicampur dan di aduk sampai homogen dengan menggerakan object glass
secara memutar.
4. Diamkan beberapa menit dan perhatikan adanya aglutinasi.

VI. LEMBAR PENGAMATAN

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
A. PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO SYSTEM
1. Meletakkan setetes reagen anti A dan reagen anti B serta reagen
Anti AB pada kaca object yang bersih.

2. Teteskan darah EDTA disamping masing-masing tetesan reagen
dengan volume yang sama


3. Kemudian masing-masing tetesan diaduk hingga homogen dengan
menggerakan object glass secara memutar

4. Mendiamkan beberapa menit dan memperhatikan adanya
aglutinasi.

B. PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS SYSTEM
1. Meletakkan setetes reagen anti D di sebelah kiri pada kaca object
yang bersih.

2. Meneteskan darah EDTA disamping tetesan anti D
3. Kemudian masing-masing tetesan diaduk hingga homogen dengan
menggerakan object glass secara memutar

4. Mendiamkan beberapa menit dan memperhatikan adanya
aglutinasi.

C. DOKUMENTASI
1. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan ABO system
2. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan Rhesus system
3. Evaluasi hasil

Note : Ya = mahasiswa melakukan
Tidak = mahasiswa tidak melakukan













30


FORMULIR HASIL PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH

Nama Mahasiswa :
Kelompok :
Tanggal pemeriksaan :
Instruktur :
___________________________________________________________________

IDENTITAS PASIEN

Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
___________________________________________________________________

Hasil pemeriksaan golongan darah :
- Sistem ABO :
Hasil :
- Sistem rhesus :
Hasil :































31

Anda mungkin juga menyukai