Anda di halaman 1dari 7

PRESENTASI FARMAKOTHERAPY

GASTROENTERITIS AKUT
PADA ORANG DEWASA

Nama

: Agatha Juniar

NPM

: 108170001

Puskesmas

: Puskesmas Drajat

I.

II.

Identitas Pasien :
Nama

: Ny.A

Usia

: 42 Tahun

Alamat

: RT/RW 2/5

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Keluhan Pasien : BAB mencret sejak 3 hari yang lalu, BAB mencret
hari ini sudah 2 kali, hari kemarin 4 kali, hari pertama 4 kali. Keluhan
disertai mual, perut kembung, BAB berbusa, muntah kemarin
sebanyak 2 kali.

III.

Diagnosis : Gastroenteritis Akut

IV.

Pembahasan Farmakotherapy

Penatalaksanaan pada pasien di puskesmas :


-

Cotrimoxazole 480 mg 2x2

Diaform tablet 3x1

Zinc 1x1

Antasida Doen 3x1 (Pasien menderita Gastritis)

PENATALAKSANAAN
A. Penggantian Cairan dan elektrolit
Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga
hidrasi yang adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini
dilakukan dengan rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua
pasien kecuali yang tidak dapat minum atau yang terkena diare hebat yang
memerlukan hidrasi intavena yang membahayakan jiwa. Idealnya, cairan
rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium
bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa per liter air. Cairan
seperti itu tersedia secara komersial dalam paket-paket yang mudah
disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara
komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan
menambahkan sendok teh garam, sendok teh baking soda, dan 2 4
sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk
diberikan untuk mengganti kalium.. Pasien harus minum cairan tersebut
sebanyak mungkin sejak mereka merasa haus pertama kalinya. Jika terapi
intra vena diperlukan, cairan normotonik seperti cairan saline normal atau
laktat Ringer harus diberikan dengan suplementasi kalium sebagaimana
panduan kimia darah. Status hidrasi harus dimonitor dengan baik dengan
memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, dan penyesuaian
infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi oral
sesegera mungkin.
Jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan
yang keluar dari badan. Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung
dengan memakai cara :

BD plasma, dengan memakai rumus :


Kebutuhan cairan = BD Plasma 1,025 x Berat badan (Kg) x 4 ml x
0,001

Metode Pierce berdasarkan keadaan klinis :


-

- Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% x KgBB

- Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% x KgBB

- Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% x KgBB

Metode

Daldiyono

berdasarkan

keadaan

klinis

penilaian/skor :
Skor Daldiyono
-

rasa haus/muntah 1

tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1

Tekanan darah sistolik < 60 mmHg 2

Frekwensi Nadi> 120 x/menit 1

kesadaran apatis 1

Kesadaran somnolen, sopor atau koma 2

Frekwensi nafas > 30 x/menit 1

Facies cholerica 2

Voxcholerica 2

Turgor kulit menurun 1

Washers womans hand 1

Ekstremitas dingin 1

Sianosis 2

Umur 50-60 tahun -1

Umur> 60 tahun -2

Kebutuhan cairan = Skor x 10% X KgBB x 1 liter


15

yang

diberi

Goldbeger

(1980)

mengemukakan

beberapa

cara

menghitung

kebutuhan cairan :
Cara I :
-

Jika ada rasa haus dan tidak ada tanda-tanda klinis dehidrasi
lainnya, maka kehilangan cairan kira-kira 2% dari berat badan pada
waktu itu.

Bila disertai mulut kering, oliguri, maka defisit cairan sekitar 6%


dari berat badan saat itu.

Bila ada tanda-tanda diatas disertai kelemahan fisik yang jelas,


perubahan mental seperti bingung atau delirium, maka defisit
cairan sekitar 7 -14% atau sekitar 3,5 7 liter pada orang dewasa
dengan berat badan 50 Kg.
Cara II :

Jika penderita dapat ditimbang tiap hari, maka kehilangan berat


badan 4 Kg pada fase akut sama dengan defisit air sebanyak 4 liter.
Cara III :

Dengan menggunakan rumus :

Na2 X BW2 = Na1 X BW1, dimana :

Na1 = Kadar Natrium plasma normal; BW1 = Volume air badan


normal, biasanya 60% dari berat badan untuk pria dan 50% untuk
wanita ; Na2 = Kadar natrium plasma sekarang ; BW 2 = volume air
badan sekarang

B. Anti biotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare
akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari
tanpa pemberian anti biotik.
Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala
dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses,
mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau

penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien
immunocompromised.

Pemberian

antibiotik

secara

empiris

dapat

dilakukan (tabel 2), tetapi terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan


kultur dan resistensi kuman.

Antibiotik empiris untuk Diare infeksi Bakteri


-

Campylobacter, Ciprofloksasin 500mg oral

Salmonella/Shigella, 3 5 hari Ceftriaxon 1gr IM/IV sehari

Salmonella spp TMP-SMX DS oral 2x sehari,3 hari

Campilobakterspp Azithromycin,

500 mg oral 2x sehari,

Eritromisin 500 mg oral 2x sehari, 5hr


-

Vibrio Cholera, Tetrasiklin 500 mg Resisten Tetrasiklin oral 4x


sehari, 3 hari Ciprofloksacin 1gr oral 1x, Doksisiklin 300mg
Eritromisin 250 mg oral, dosis tunggal 4xsehari3 hari

Clostridium difficile Metronidazole 250-500 mg Vancomycin, 125


mg oral 4x sehari, 7-14 hari, 7-14 hari ,oral atau IV

C. Obat anti diare


Kelompok antisekresi selektif
Terobosan

terbaru

dalam

milenium

ini

adalah

mulai

tersedianya secara luas racecadotril yang bermanfaat sekali sebagai


penghambat enzim enkephalinase sehingga enkephalin dapat bekerja
kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi
dari elektrolit sehingga keseimbangan cairan dapat dikembalikan
secara normal. Di Indonesia saat ini tersedia di bawah nama hidrasec
sebagai generasi pertama jenis obat baru anti diare yang dapat pula
digunakan lebih aman pada anak.
Kelompok opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl
serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan

kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 4 mg/ 3 4x sehari


dan lomotil 5mg 3 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi
penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila
diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat
mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan
gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan
Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin,
atau smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat
menyeap bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut
maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang
dapat merangsang sekresi elektrolit.
Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta,
Psyllium, Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu
dapat membentuk kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan
mengurangi frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi
kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari
dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet. 9

Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan
Bifidobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami
peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang
positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna.
Syarat penggunaan dan keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare
harus diberikan dalam jumlah yang adekuat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Subagyo

dan

Santoso

NB.

Diare

akut

dalam

Buku

Ajar

Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1, Edisi 1. Jakarta: Badan penerbit UKK


Gastroenterologi-Hepatologi IDAI. 2010:87-110
2. WHO.

Diarrhoeal

Disease

(Updated

February

2009).

http:www.Who.int/vaccine_research/disease/diarrhoeal/en/index

In
html.

[diunduh tanggal 10 Juli 2007]


3. Suraatmaja Sudaryat. Diare dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak.
Jakarta: Sagung Seto. 2007:1-24
4. Soenarto et al. Burden of Severe Rotavirus Diarrhea In Indonesia. The
Journal of Infectious disease 200: S188-94, 2009.
5. Suraatmaja Sudaryat. Masalah Rehidrasi Oral dalam Kapita Selekta
Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:44-53
6. Pickering LK. Gastroenteritis in Nelson textbook of pediatrics 19 th edition.
United Stated of Amrica, Lippincot wiliams
7. Gaurino et al. European Society for Pediatric Gastroenterology,
Hepatology and Nutrition/European Society for Paediatric Infectious
disease Evidenced Based Guidelines for Management of Acute
Gastroenteritis

in

Children

in

Europe.

Journal

of

Pediatric

Gastroenterology and Nutrition 46: S81-184.2008.


8. Firmansyah A dkk. Modul pelatihan Tata laksana diare pada anak. Jakarta:
Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia.2005.

Anda mungkin juga menyukai